Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH CASE METHOD II

MK. PKN
S1-PGSD-UNIMED

MAKALAH CASE METHOD

DISUSUN OLEH

NAMA : KELOMPOK 4
➢ Annisya Ayu Sutrisna (1213311136)
➢ Diandra Nazwa Aulia Ruswandi (1213311146)
➢ Lasrumata Ida Nababan (1213311143)
➢ Romaito Pardede (1213311167)
KELAS : M PGSD’21
MATA KULIAH : PKN
DOSEN PENGAMPU : Apiek Gandamana, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
SOAL
1. Temukan dan kenali undang-undang apa sajakah yang saat ini ada berkaitan
dengan bidang ilmu yang sedang anda tekuni. Misalnya jika anda adalah
mahasiswa bidang ilmu pendidikan, undang-undang yang perlu Anda kenali
adalah bidang pendidikan.. misalnya Undang-Undang nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, atau Undang-Undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen.
Lakukan penilaian, apakah isi undang-undang tersebut menurut anda sudah
sesuai atau ada yang bertentangan dengan UUD NRI 1945?.
Jawaban :
Hasil analisis

Undang-undang No 20 tahun 2003


Pasal 20
1. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
2. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi,
dan/atau vokasi.
4. Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 21
1. Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan
berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat
memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program
pendidikan yang diselenggarakannya.
2. Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan
perguruan tinggi dilarang memberikan gelar akademik, profesi, atau
vokasi.
3. Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari
perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik,
profesi, atau vokasi.
4. Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi
hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari
perguruan tinggi yang bersangkutan.

Pasal 28 C ayat 1
1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan,dan memperoleh manfaat
dari IPTEK, seni dan budaya demi meningkkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia.

Pasal 31
1. Pendidikan jarak jauh dapat di selenggarakan pada semua jalur,jenjang,
dan jenis pendidikan.
2. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara
tatap muka atau reguler.
3. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus,
dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem
penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
4. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 32
1. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
2. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
3. Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan
khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

Penilaian UU No 20 Thn 2003 ( Pasal 20, 21, 28C ayat 1, Pasal 31 dan 32).
UU No 20 thn 2003 ini di nyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Hal ini di
jelaskan pada pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat. (https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-
20-tahun-2003)
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga telah
beberapa kali di uji oleh Mahkamah Konstitusi, dan beberapa norma pasalnya telah
dinyatakan tidak berlaku diantaranya adalah: Pasal 50 ayat (3) (Putusan Nomor 5/PUU-
X/2012) (https://www.dpr.go.id/uu/detail/id/135)
Pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk memajukan pembangunan
pendidikan dengan memberikan arah kebijakan, sasaran yang akan dicapai melalui SDM
serta program-program dalam pembangunan Nasional bidang Pendidikan. Tetapi
sistem pendidikan yang ada berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional kurang mencerminkan sebuah sistem pendidikan yang baik,
padahal sebelumnya UU ini sebagai pengganti dari UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diharapkan dapat menjawab tantangan global dalam memasuki
era millenium.
Sejauh ini pendidikan nasional dinilai telah gagal berfungsi sebagai perekat
sosial untuk menghasilkan anak-anak bangsa hidup secara damai. Namun kegagalan
dunia pendidikan tidak berdiri sendiri melainkan saling keterkaitan antara satu dengan
lainnya antara pemerintah dan rakyatnya.Karena pendidikan merupakan proses
mengubah keadaan arah didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan dengan
berbagai cara untuk mempersiapkan masa depan yang baik baginya. Tujuan sistem
pendidikan nasional adalah manusia Indonesia diharapkan menjadi individu yang
mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk secara mandiri meningkatkan taraf
hidup lahir bathin dan meningkatkan perannya sebagai pribadi, pegawai, warga
masyarakat, warga negara dan makhluk Tuhan. Undang-Undang No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diharapkan dapat manjawab tantangan–
tantangan global belum sepenuhnya dapat diterapkan pada hal sudah berjalan 8 tahun
bahkan ada beberapa pasal yang bertentangan dengan UUD 1945, nampaknya sudah
tidak relevan dengan kondisi saat ini , antara lain dapat di lihat pada ;
a. Pasal 53 UU No 20 Tahun 2003 tentang Badan Hukum Pendidikan yang
menyatakan bahwa;
Pasal 53
1. Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh
Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
2. Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik.
3. Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk
memajukan satuan pendidikan.
4. Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan Undang-
undang tersendiri.
Pasal 53 UU No. 20 Tahun 2003 tersebut diatas sesuai dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi No.11-14-21-126 dan 136/PUU-VII/2009 telah dibatalkan,
namun pada kenyataannya pasal mengenai Badan Hukum Pendidikan dalam UU No.20
Tahun 2003 tidak dihapuskan. Artinya memang sejak awal pemerintah berniat
melepaskan tanggung jawab pendidikan pada mekanisme pasar. Pemerintah hanya
akan menanggung pendidikan dasar saja. Pendidikan jIka dilepaskan pada mekanisme
pasar yang terjadi tidak akan ada lagi keadilan dan pemerataan pendidikan. Akses
pendidikan terbuka luas hanya bagi masyarakat kaya. Padahal di negara-negara
bebaspun, persoalan pendidikan menjadi tanggung jawab negara.8
Dengan demikian, bukan sesuatu yang aneh jika pendidikan Pancasila tidak lagi
diajarkan disemua jenjang Pendidikan di Indonesia. Ini disebabkan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjadi acuan berpaham pasar
bebas,dan mantan anggota DPR, Ferry Mursyidan Baldan, menambahkan bukan cuma,
mata pelajaran Pancasila yang hilang (kurikulum tidak ada) nilai-nilai Pancasila pun
sudah mulai ditinggalkan dalam kehidupan berpolitik, musyawarah untuk mufakat yang
menampung semua aspirasi termasuk kelompok minoritas kini ditinggalkan dan diganti
menjadi suara terbanyak dalam mengambil keputusan. Bahtiar Effendi (Guru Besar
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta) berpendapat, jika
semua pihak serius ingin mempraktikan Pancasila, maka harus dibuat mekanismenya
agar kebijakan publik yang disusun memiliki perspektif Pancasila.
b. Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan;
Pasal 6
1. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
2. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 6 ayat (1) tersebut bertentangan dengan Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 yang
berbunyi; “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”. Pemerintah telah membatasi (diskriminasi) diri untuk
membiayai pendidikan bagi usia anak dan ini merugikan, seharusnya tidak hanya
pendidikan dasar saja tetapi pendidikan dasar, menengah, tinggi dan batas usianya
tidak ditentukan. Pasal 6 ayat (2) UU No.20 tahun 2003 seharusnya setiap warga negara
ditulis ikut bertanggung jawab.
Dengan mencermati beberapa pasal yang terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional maka masih banyak pasal yang belum terungkap
untuk dianalisa dan evaluasi. Undang-undang sistem pendidikan tidak sekedar berisi
aturan persekolahan, namun memuat prinsip dasar. selain itu, uu tersebut harus
mengandung nuansa kebangsaan, keadaban, dan kebudayaan dengan kata lain bukan
aturan persekolahan tetapi juga pendidikan keluarga dan pendidikan diluar sekolah
lainnya.
Mengingat Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
sangat penting untuk menegakkan hukum bagi pencari keadilan dan mencari kepastian
hukum; maka Badan Pembinaan Hukum Nasional dalam hal ini Pusat Perencanaan
Pembangunan Hukum Nasional, perlu mengadakan analisa dan evaluasi hukum
terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan khususnya guna lebih menyempurnakan
undang-undang tersebut yang menyangkut penerapan dan pelaksanaan dalam
praktiknya.
https://www.bphn.go.id/data/documents/AE UU NO 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional 2011.pdf

UU No 12 thn 2012 Pasal 35 ayat 5

1. Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan
Tinggi.
2. Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup
pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan.
3. Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat mata kuliah:
▪ Agama;
▪ Pancasila;
▪ Kewarganegaraan; dan
▪ Bahasa Indonesia.
4. Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
5. Mata kuliah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan untuk program
sarjana dan program diploma.

Penilaian UUD No 12 Tahun 2012


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
UUD No 12 Tahun 2012, bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan, bahwa untuk
meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang,
diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional
yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta
berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa
UUD NO 12 Tahun 2012 ini tidak bertentangan karena tugas Guru dan
Dosen diatur dalam UU NO. 14 2005 disahkan presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 30 Desember 2005. Kedudukan guru sebagai tenaga
pendidik profesional berfungsi untuk melaksanakan sistem mutu pendidikan
nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, mandiri, kreatif dan bertanggung jawab.
Jadi undang undang yang digunakan selalu mengacu pada UUD NKRI
1945. Jika dalam pembuatan nya ditemukan hal hal yang bertentangan maka
undang undang bidang pendidikan tugas guru dan dosen tidak akan bisa lolos
untuk menjadi sebuah undang undang. (https://unnes.ac.id/wp-
content/uploads/uu-12-2012.pdf )

Anda mungkin juga menyukai