Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 1 Tindak Pidana Korupsi

Nama : Ruru Firza Isnandar

NIM : 043195856

Program Studi : S1 Ilmu HUkum

Pertanyaan

Tindak pidana korupsi merupakan masalah krusial di Indonesia, banyak kasus korupsi yang
justru terlibat aparat penegak hukum di dalamnya, contohnya yang dilakukan oleh Sdr. Djoko
Tjandra. Oleh karena itu, Pemerintah sejak awal kemerdekaan sampai pada masuk era
reformasi telah melakukan banyak usaha dalam penegakan hukum pemberantasan  tindak
pidana korupsi. Lawrence M Friedman mengemukakan 3 unsur yang harus diperhatikan
dalam penegakan hukum, yaitu struktur, substansi dan budaya hukum.

Pertanyaan :

Berikan analisis, upaya pemberantasan tindak pidana korupsi pasca reformasi di bidang
substansi  hukum yang telah dilakukan oleh Indonesia.

Jawab :

Komitmen pemberantasan korupsi merupakan tonggak penting dalam pemerintahan sebuah


negara. Di Indonesia, hampir setiap pemilihan kepala negara tak luput dari kesungguhan
meneropong apa komitmen yang diberikan oleh calon kepala negara untuk memberantas
korupsi. Tak pelak ini terjadi karena korupsi terus terjadi menggerus hak rakyat atas
kekayaan negara. Kekayaan negara yang berlimpah, nyaris tak tersisa untuk kesejahteraan
masyarakat.
Semuanya tergerus oleh perilaku licik birokrat berkongkalingkong dengan para koruptor.
Komitmen pemberantasan korupsi ini juga menjadi daya tarik pemilih untuk mencari calon
kepala negara yang memiliki komitmen nyata dan memberikan secercah harapan bahwa
setiap orang yang berbuat curang pada negara layak diusut sampai penghabisan.
Reformasi Kebijakan Pemberantasan Korupsi Kebijakan penanggulangan kejahatan tidak
dapat dilakukan semata-mata hanya dengan memperbaiki/memperbaharui sarana undang-
undang (“law reform”, termasuk “criminal law/penal reform”), sekalipun berulang kali
diubah dan disempurnakan. UU Korupsi misalnya, telah berulang kali
diubah/diperbaiki/diamandemen dan berulang kali dibahas dalam berbagai seminar, namun
kenyataannya korupsi bukannya berkurang, malahan semakin marak dan menjalar di berbagai
bidang. Walaupun perubahan/perbaikan/amandemen UU bukan jaminan untuk upaya
penanggulangan kejahatan, namun evaluasi tetap diperlukan sekiranya ada kelemahan
kebijakan formulasi dalam perundang-undangan yang ada.

Reformasi kebijakan pemberantasan korupsi di indonesia mendesak untuk dilakukan meliputi


substansi, struktur dan budaya hukum masyarakat. Reformasi strategy pemberantasan korupsi
perlu memperhatikan kebijakan serupa yang dilakukan diluar negeri. Reformasi strategi
pemberantasan korupsi disesuaikan dengan sifat alamiah dari kejahatan korupsi agar strategy
yang dilakukan secara tepat. Kejahatan korupsi merupakan kejahatan multidimensional
sehingga disebut sebagai kejahatan luarbisa, Kejahatan korupsi dapat dikatagorikan sebagai
kejahatan ekonomi, kejahatan terhadap negara, kejahatan terhdap kemanusiaan, kejahatan
politik. Sifat alamiah korupsi seperti ini harus dikomodasi dalam formulasi norma, konsep
pertanggungjawaban pelaku dan sanksi bagi kejahatan korupsi. Strategy pemberantasan
korupsi meliputi juga upaya penegakan hukum, oleh karenanya pembaharuan juga harus
meliputi upaya pencegahan dan penindakan secara berimbang. Hal ini berarti struktur
lembaga penegak hukum perlu diperbaharuhi. Demikian juga halnya dengan upaya
perubahan budaya hukum masyarakat sehingga tidak permisif terhadap kejahatan korupsi.
Perjalanan panjang memberantas korupsi seperti mendapatkan angin segar ketika muncul
sebuah lembaga negara yang memiliki tugas dan kewenangan yang jelas untuk memberantas
korupsi. Meskipun sebelumnya, ini dibilang terlambag dari agenda yang diamanatkan oleh
ketentuan Pasal 43 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor
20 Tahun 2001, pembahasan RUU KPK dapat dikatakan merupakan bentuk keseriusan
pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam pemberantasan korupsi. Keterlambatan
pembahasan RUU tersebut dilatarbelakangi oleh banyak sebab. Pertama, perubahan
konstitusi uang berimpilkasi pada perubahan peta ketatanegaraan. Kedua, kecenderungan
legislative heavy pada DPR. Ketiga, kecenderungan tirani DPR. Keterlambatan pembahasan
RUU KPK salah satunya juga disebabkan oleh persolan internal yang melanda system politik
di Indonesia pada era reformasi.

Sumber :
1. Modul HKUM4310
2. Materi Inisiasi 1
3. https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=144:sejarah-panjang-
pemberantasan-korupsi-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai