Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 Tindak Pidana Korupsi

Nama : Ruru Firza Isnandar

NIM : 043195856

Program Studi : S1 Ilmu HUkum

Pertanyaan

1. Masyarakat mau membayar uang semir (pelicin) yang jumlahnya tidak besar dengan
senang hati, misalnya untuk mendapatkan Surat Ijin Mengemudi, KTP dan lain-lain. Hal ini
tidak berarti bahwa mereka menyetujui tindakannya, sebab bagi mereka uang semir
dipandang sebagai cara yang paling praktis untuk memperoleh apa yang mereka inginkan dan
butuhkan.
Pertanyaan:
     a. Berikan analisis  mengenai perilaku lainnya yang berpotensi mendorong terjadinya
korupsi?
     b. Bagaimana seharusnya cara menghindari perilaku yang demikian? Berilah contah upaya
dan dampaknya

2. Ada dua pandangan mengenai sifat melawan hukum yaitu sifat melawan hukum formil dan
sifat melawan hukum materiil. Pandangan tersebut juga berlaku terhadap tindak pidana
korupsi.
Pertanyaan: 
Apa yang  membedakan kedua sifat melawan hukum tersebut dan apa manfaat positif
menerapkan sifat melawan hukum materiil dalam upaya pemberantasan tindak korupsi di
Indonesia, berikan contoh kasus disertai analisis.

Jawaban

1. A. Berdasarkan soal diatas, perilaku korupsi memberikan uang pelicin kepada petugas
dilakukan agar mendapatkan yang dia inginkan secara cepat dan tanpa melalui tes. Selain
itu terdapat faktorfaktor lain yang menyebabkan Korupsi dari Aspek Organisasi antara
lain :
I. Kurangnya sikap keteladanan pimpinan
Posisi pimpinan dalam lembaga formal maupun informal berpengaruh penting bagi
anggotanya. Jika pemimpin melakukan korupsi, terbuka kemungkinnan bagi anggotanya
untuk mengambil risiko yang sama.

II. Tidak ada kultur organisasi yang benar


Kultur organisasi berpengaruh pada anggotanya. Jika tidak dikelola dengan baik, maka
sebuah kultur organisasi dapat memicu situasi yang tidak kondusif dan perbuatan negatif
di lingkungan kehidupan organisasi. Salah satu perbuatan negatif tersebut di antaranya
korupsi.

III. Kurangnya sistem akuntabilitas yang benar


Sistem akuntabilitas yang tidak memadai, visi-misi serta tujuan dan sasaran yang berlu
ditetapkan dengan jelas, serta kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber
daya yang dimiliki berisiko memicu situasi organisasi kondusif untuk praktif korupsi.

IV. Kelemahan sistem pengendalian manajemen


Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi
dalam sebuah organisasi. Semakin longgar atau lemah pengendalian manajemen di
sebuah organisasi, maka semakin terbuka peluang perbuatan tindak korupsi anggota atau
pegawainya.

V. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi


Umumnya, jajaran manajemen menutupi tindakan korupsi yang dilakukan segelintir
oknum dalam organisasinya. Akibat sifat tidak transparan tersebut, pelanggaran korupsi
justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.

B. Berdasarkan soal diatas, Berbicara soal sikap antikorupsi tidak terlepas dari kata
"integritas". Seseorang yang menjaga integritas akan memiliki sikap yang mencegahnya
untuk melakukan tindak pidana korupsi. Karena itulah, nilai-nilai integritas menjadi
salah satu hal penting dalam pencegahan korupsi. 
Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi RI, integritas adalah bertindak dengan cara
yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas merupakan kesatuan antara
pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras dengan hati nurani dan norma
yang berlaku.
Contohnya, jika seseorang telah mengakui bahwa dia jujur, maka hal itu juga akan
tercermin dari tindakan, perasaan, dan perilakunya. Integritas akan menjaga orang itu
tetap jujur, walau tidak ada orang lain di sekitar yang melihat kejujurannya. 
Selainn itu, cara menghindari perilaku korupsi dapat juga dengan cara menerapkan sikap
disiplin. Disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada
saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Sikap mental tersebut perlu dilatih
agar segala perbuatannya tepat sesuai aturan yang ada.  Komitmen adalah salah satu
kunci terbentuknya disiplin. Komitmen adalah sikap mental pada diri seseorang untuk
melakukan segala sesuatu yang telah ditetapkan. Hal itu terbentuk dengan pembiasaan.
Seseorang yang komitmen tinggi akan selalu melakukan segala sesuatu sesuai yang telah
ditetapkannya.
Apabil;a petugas menerapkan sikap integritas, disiplin, tanggung jawab dan komitmen
maka tidak terjadi perilaku korupsi sehingga berdampak pada terciptanya pelayanan yang
adil dan prima serta berujung pada terciptanya citra yang baik.

2. Ajaran melawan hukum merupakan bagian dari pembahasan tentang tindak pidana
(strafbaar feit). Ajaran inilah yang membatasi perbuatan-perbuatan yang dapat diminta
pertanggungjawaban di samping adanya kesalahan pada diri pelaku. Ajaran melawan
hukum merupakan komponen penting dalam asas legalitas, sebuah perbuatan tidak bisa
dipidana jika tidak dirumuskan dalam undang-undang. Perbuatan yang dirumuskan
dalam undang-undang adalah perbuatan yang melawan hukum, suatu perbuatan yang
mencemaskan masyarakat, yang mengganggu tata tertib dalam masyarakat dan perbuatan
tersebut dicela oleh masyarakat.
Ajaran melawan hukum yang formil adalah ajaran yang membatasi tindak pidana hanya
pada apa yang dimaksud dalam hukum pidana positif (KUHP atau undang-undang
pidana). Ajaran ini tidak memberikan ruang rumusan tindak pidana di luar undang-
undang pidana. Apa yang tercantum dalam hukum pidana, maka itulah delik.

Ajaran melawan hukum materiil sebenarnya ingin melengkapi ajaran melawan hukum
formil, karena itu ajaran ini menghendaki hukum pidana positif tidak saja bersumber dari
undang-undang, tetapi juga dari hukum yang hidup dalam masyarakat. Hukum yang
hidup dalam masyarakat ini bisa berupa hukum pidana adat, atau kebiasaan-kebiasaan
yang hidup dalam masyarakat dan dipatuhi sebagai norma.

Sumber :
1. Modul HKUM4310
2. Materi Inisiasi 1 s.d 3
3. https://business-law.binus.ac.id/2016/01/26/dialektika-ajaran-melawan-hukum-formil-
dan-materiil-dalam-r-kuhp/

Anda mungkin juga menyukai