Anda di halaman 1dari 20

Asumsi Jumlah Penghuni:

Rumah memiliki enam buah kamar tidur. Satu diantaranya merupakan kamar utama, kita
asumsikan sebanyak dua orang yang menghuni, Satu kamar lagi merupakan kamar tamu,
penghuni tidak masuk dalam perhitungan penghuni. Sisa lima kamar lain merupakan kamar
biasa dan kamar pembantu, asumsi jumlah penghuni empat orang. Sehingga bisa ditotal jumlah
keseluruhan penghuni enam orang.

Fixtures:
 Kloset 4 buah
 Bath Tub 2 nuah
 Wastafel 2 buah
 Sink dapur 1 buah
 Kran Air 6 buah

Air Bersih
Sumber:

SNI 03-2398-2000
SNI 03-7065-2005

Prinsip dasar :
Menurut SNI 03-7065-2005, bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus
mendapat air minum yang cukup dari saluran kota.

 Sistem Penyediaan Air Minum dapat dikelompokan sebagai berikut:


1. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama
air minum, sistem ini terutama diterapkan untuk perumahan dan bangunan gedung
yang kecil dan rendah
2. Sistem dengan tangki air atas
Dalam sistem ini air ditampung lebih dahulu dalam tangki air bawah, kemudian
dipompakan ke tangki air atas
3. Sistem dengan tangki tekan
Dalam sistem ini, air yang ditampung dalam tangki air bawah dipompakan dalam suatu
bejana tertutup, kemudian dialirkan ke dalam sistem distribusi

 Sistem Penyediaan Air Minum harus harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.) Tekanan minimum pada setiap saat di titik aliran keluar harus 50 kPa (0,50 kg/cm2).
Pada perlengkapan lain yang mensyaratkan tekanan lebih besar, tekanan minimum
harus sebesar tekanan yang diperlukan agar perlengkapan tersebut dapat bekerja
dengan baik.
2.) Kecepatan aliran dalam pipa minimal 0,9 dan maksimal 2 (m/detik)
3.) Kapasitas tangki air bawah diperhitungkan berdasarkan kebutuhan air per hari
4.) Kapasitas tangki air atas diperhitungkan berdasarkan fluktuasi pemakaian air per hari

 Pipa Air Minum


Jaringan pipa harus direncanakan sebagai berikut:
1. Bagian pipa yang mendatar pada sistem pengaliran ke atas, dan ke bawah dipasang
dengan kemiringan sekitar 1/300
2. Laju aliran air pada setiap bagian pipa harus ditentukan berdasarkan Unit Beban Alat
plambing (UBAP) pada SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing

3. Ukuran pipa untuk setiap bagian dari jaringan tersebut ditentukan berdasarkan ekivalen
tekanan pipa
4. Untuk perlindungan terhadap kualitas air minum:
- Pipa tidak boleh menggunakan bahan yang dapat menimbulkan racun dalam kadar yang
membahayakan di dalam air minum.
- Pipa bekas yang digunakan bukan untuk keperluan sistem penyediaan air minum, tidak
boleh digunakan untuk menyalurkan air minum.
- Jaringan penyediaan air minum pribadi tidak boleh disambungkan secara langsung
dengan sistem penyediaan air minum kota
- Bagian dari jaringan penyediaan air minum tidak boleh disambungkan langsung dengan
pipa pembuangan atau pipa ven
- Pipa air minum, lubang pengaliran keluar, pemecah hampa dan perlengkapan sejenis
lainnya harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah terendamnya alat
tersebut dalam cairan yang mengalami pengotoran

Pemasangan pipa penyediaan air minum.


- Pipa penyediaan air minum tidak boleh ditempatkan dalam ruang tangga, sumuran alat
pengangkat, di bawah lift, di bawah imbangan lift atau ditempat yang mengganggu
jendela, pintu atau bukaan lainnya.
- Pipa penyediaan air minum harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga tegangan
dalam pipa yang timbul akibat pemuaian, penyusutan dan penurunan bangunan dan
gempa, masih dalam batas aman.
- Pipa penyediaan air minum yang menembus pondasi atau dinding penahan harus
dilindungi terhadap kerusakan dengan selubung yang dibenarkan. Selubung harus
berupa pipa besi atau baja dengan ukuran dua standar lebih besar dari pada ukuran pipa
yang dilindungi.
- Galian, tumpuan dan urugan pipa di bawah tanah harus dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
a). Galian untuk pemasangan pipa di bawah tanah harus berupa parit terbuka
b). Galian harus diurug dengan tanah, pasir atau kerikil ayakan yang bersih dan tidak
tercampur dengan batu besar, sisa pembakaran atau bahan lain yang dapat merusak
pipa atau mengakibatkan korosi dan dipadatkan sampai sekurang-kurangnya 30 cm di
atas puncak pipa atau disesuaikan dengan beban diatasnya.
- Pipa penyediaan air minum yang berada di atas tanah harus dipasang kokoh pada
gedung. Jarak antara penahan tidak lebih dari ketentuan sebagai berikut :
a). Pipa dengan sambungan ulir yang dipasang mendatar : 4 meter;
b). Pipa dengan sambungan ulir dipasang tegak : selang satu tingkat dan sedemikian
rupa sehingga dasar pipa tegak air minum bebas dari beban;
c). Pipa tembaga yang dipasang mendatar : 3 meter, untuk pipa berukuran 50 mm
ataulebih, 2 meter untuk pipa berukuran kurang dari 50 mm;
d). Pipa tembaga yang dipasang tegak : satu tingkat dan dipasang sedemikian rupa,
sehingga dasar pipa tegak air minum bebas dari beban.
- Penggantung, angker, pilar dan sejenis lainnya yang digunakan untuk menahan pipa
harus dibuat dari bahan yang dibenarkan dan cukup kuat untuk menahan beban pipa
beserta isinya.
- Adanya bagian yang menggenang atau melentur sedapat mungkin harus dihindari.
- Ukuran minimum pipa tegak air minum tidak boleh lebih kecil dari : 15 mm bila tidak
ada katup pengglontor yang dihubungkan langsung, 32 mm bila terdapat hanya satu
atau dua katup pengglontor yang dihubungkan langsung, 40 mm bila terdapat tiga atau
lebih katup pengglontor langsung.

 Tangki Air
Tangki air bawah
Tangki air bawah harus direncanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) tangki air tidak merupakan bagian struktural dari bangunan tersebut, dan bila diletakkan
diluar bangunan harus kedap dan tahan terhadap beban yang mempengaruhinya
2) tangki yang dipasang pada lantai terbawah berjarak tidak kurang dari 5 meter dengan
bak penampung air kotor atau air buangan
3) ruang bebas disekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, disebelah atas,
dinding, dan di bawah dasar tangki harus minimal 60 cm
4) lubang perawatan berdiameter minimal 60 cm, dengan tutup lubang harus berada kira-
kira 10 cm lebih tinggi dari permukaan plat tutup tangki, mempunyai kemiringan yang
cukup
5) pipa keluar dari tangki dipasang minimal 20 cm diatas dasar tangki
6) konstruksi tangki dan penempatan lubang pengisian dan pengeluaran air harus dapat
mencegah timbulnya bagian air yang terlalu lama diam dalam tangki
Tangki air atas
Tangki air atas direncanakan pada ketinggian yang cukup untuk memberikan tekanan static
pada alat plambing tertinggi dibangunan tersebut.

Skema Alur Air Bersih


Diasumsikan rumah ini mendapat saluran air bersih PDAM. Sesuai standar acuan di atas,
saluran air bersih dari PDAM tidak boleh langsung berhubungan dengan alat plambing. Oleh
karena itu, setelah melalui meteran, air bersih dialirkan menuju tangki air bawah. Sistem
distribusi air bersih yang kami gunakan adalah sistem dengan tangki air atas. Dari tangki air
bawah, air bersih dipompa menuju ke tangki air atas. Selanjutnya, air bersih yang ditampung
tangki air atas dialirkan ke fixture units (alat plambing) yang berada di lantai dua dan satu.

Perhitungan kapasitas tangki air :


Volume tangki air bawah : Vr = Qd – Qs . T
Vr = Volume tangki air (m3)
Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
T = rata-rata pemakaian per hari (jam/hari)

Qd = 250 L/penghuni/hari x 6 penghuni = 1500 L/hari = 1,5 m3/hari


Asumsi ukuran pipa dinas 1/3 dari rata rata per jam.
1,5 m3/hari
Rata-rata per jam = Qd/T =
8 jam/hari
1 1,5 1.5
Qs = x =
3 8 24
1.5
Vr = 1,5 m3/hari - m3 / jam x 8 jam/hari
24
= 1 m3/hari = 1000 L/hari

Volume tangki atas :


Asumsi untuk 2 hari
Air Kotor

Sumber:

SNI 03-2398-2000
SNI 03-2398-2002
SNI 03-2398-1991
SNI 03-6481-2000
SNI 03-2459-2002

Skema Alur Air Kotor

Limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan
tempat basah lainnya yang menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan tidak bisa langsung
dibuang ke saluran kota. Mengingat hasil limbah rumah tangga yang berpotensi mengandung
zat-zat berbahaya yang dapat mencemari lingkungan. Terutama mencemari sumber air bersih.
Oleh sebab itu, maka perlu adanya penanganan berupa pengolahan limbah rumah tangga guna
mengurangi tingkat pencemaran limbah.

Limbah yang berasal dari alat-alat plambing berupa limbah yang mengandung campuran
antara air dengan kotoran manusia, kotoran dari dapur, dan kotora dari kamar mandi. Limbah
pada rmah tangga memiliki dua jenis, Air kotor dan air kotoran. Air kotor merupakan air yang
bercampur dengan kotoran yang berasal dari sink dapur , kamar mandi dan peralatan plambing
lainnya. Air kotor seringkali disebut sebagai grey water karena bentuk fisiknya yang berwarna
abu-abu yang tidak terlalu kental. Air Kotor yang di hasilkan dari dapur dan kamar mandi

Wastafel/pengering Air Kotor (grey


lantai water) Sewage
Bak Kontrol
Fixtures
Output treatment Finish
units
Air Kotor plan
Bak Perangkap
Sumur
Sink Dapur mengandung lemak Resapan/sistem
Lemak
dan sisa resapan

Air Kotoran (Black


WC/Toilet Septic Tank
Water)

memiliki perbedaan dalam pengolahannya. Karena air kotor yang berasal dari dapur
mengandung lemak, sisa-sisa makanan yang ikut terbuang dalam saluran.

Selain air kotor, jenis limbah rumah tangga juga terdapat air kotoran. Air kotoran
merupakan air yang tercampur dengan kotoran manusia. Karakteristik fisik dari air kotoran
adalah bentuknya yang kental dan berwarna gelap, sehingga juga sering di sebut sebagai Black
Water. Pengolahnnya pun berbeda dengan pengolahan air kotor.
Berikut merupakan gambar skema dari pengolahan limbah rumah tangga.
Figure 1 Skema Air Kotor

Skema dimulai dari area fixtures units. Fixture units inilah tempat manusia menandaskan
limbah rumah tangga. Fixtures units inilah yang akan memberikan perbedaan jenis limbah.
Setelah itu beralih menuju hasil output dari fixtures units. Dari sinilah kita bisa mengtahui jenis
limbah yang dihasilkan serta bisa menentukan cara pengolahan yang tepat. Sewage treatment
plan, merupakan bagian terpenting dari skema, karena pada bagian ini limbah mulai melalui
proses penguraian. Terakhir merupakan proses peresapan, limbah yang tlah selesai melalui
sewage treatment plan belum sepenuhnya bersih. Limbah kemungkinan masih mengandung
BOD. Akan sangat beresiko apabila membuang limbah tersebut langsung ke pembuangan kota
karena dapt mencemari lingkungan. Maka limbah tersebut di alirkan ke peresapan dan limbah
akan di serap oleh tanah, pada proses ini tanah akan memisahkan air dan kotoran dengan
proses alami.

Wastafel dan pengering lantai pada kamar mandi biasanya menyalurkan limbah berupa
air kotor yang dialirkan melalui pipa menuju bak control. Limbah melalui bak control untuk
memisahkan sampah-sampah berupa benda padat seperti rambut, kumpulan busa, dan
semacamnya yang kemungkinan ikut mengalir bersama air kotor. Bak control juga bisa
memperlancar aliran, sehingga saluran tidak akan tersumbat. Dari bak control, limbah siap
untuk dialirkan menuju daerah peresapan.

Dalam hal ini, kami memutuskan menggunakan persesapan berupa sumur resapan
dengan alasan sumur resapan memiliki konstruksi yang lebih sederhana, lebih tepat untuk
lahan yang terbatas serta perawatan yang mudah. Tetapi kami juga mempertimbangkan kondisi
tanah, kami menganggap tanah pada lahan memiliki karakteristik tanah yang memiliki
kemampuan serapan yang bagus.. Menurut standar yang ada sumur resapan dibuat
denganbentuk yang menyerupai sumur dan di letakkan dibawah permukaan tanah. Ukuran
tinggi minimal adalah 1,5 m dengan diameter sumur kurang lebih cukup untuk satu keluarga
adlah 1m. Sumur resapan ini akan diletakkan minimal berjarak 15 m dari sumber air bersih.

Limbah yang berasal dari sink dapur merupakan limbah air kotor. Berbeda dari air kotor
yang berasal dari kamar mandi/wasafel. Air kotor dari dapur mengandung lemak dan sisa-sisa
makanan. Hal ini dapat menyembabkan penyumbatan pada saluran pembuangan. Maka dari itu
perlu di pasang bak perangkap lemak atau grease trap. Perangkap lemak ini akan memisahkan
air dari minyak dan juga kotran, minyak perlu dipisahkan dari air kotor karena minyak memiliki
masa jenis yang berbeda, selain itu lemak dari dapur mudah sekali untuk mengendap. Air kotor
akan dilanjutkan menuju bak control untuk memperlancar aliran dan terakhir melalui prose
peresapan .

Limbah terakhir adalah limbah air kotoran, air kotoran memiliki karakteritik lebih padat
dan kental dibandingkan air kotor. Air kotoran merupakan campuran air dan lumpur(kotoran
manusia). Dalam pengolahan limbah tersebut tidak bisa disalurkan sama dengan limbah air
kotor yang dialirkan menuju bak control. Karena lumpur akan mengendap dan menyumbat
saluran. Maka dari itu perlu tempat penampungan yang mengendapkan lumpur sekaligus
memisahkan lumpur dengan air. Tempat penampungan tersebut biasa disebut Septic tank.
Lumpur akan diendapkan, diuraikan oleh bakteri dan di pisahkan dari air. Air yang dipisahkan
akan disalurkan menuju sumur resapan. Lumpur yang mengendap akan dibiarkan mengendap
pada jangka waktu tertentu untuk siap disedot. Dalam merencanakan septic tank, kita perlu
mempertimbangkan beberapa hal agar septic tank bisa berfungsi dengan baik, pertama adalah
jumlah penghuni, jumlah pemakaian dan range waktu pengurasan septic tank.

Berikut perhitungan dimensi Septic tank:

Volume Septic tank: Volume air kotor + Volume Lumpur

Informasi:
 Jumlah penghuni : 6 orang
 Jumlah pemakaian : 4x/hari
 Produk Lumpur : 30 Lt/tahun
 Volume Tangki kloset: 8Lt ( 2x penyiraman)
 Range waktu pengurasan: 4 tahun

Volume air kotor : (6 x 4) x (8 x 2)

: 24 x 16

: 384 Lt

: 0,384 M3

Dimensi : P: 2m *)

L:1m *)

T: 0,384 /2 : 0,192 m

Volume Lumpur : 6 x 30 x 4

: 720 Lt

: 0,72 M3

Dimensi : P: 2m *)

L:1m *)

T: 0,72 /2 : 0,36 m

Volume Septic Tank : Vol. Air Kotor + Vol. Lumpur + Vol. ruang kosong

: (O,384 + 0,72+ O,3)

: 1, 404 m3

Dimensi Septic Tank: P: 2 m

L: 1 m

T: 1,404/2 : 0,701
Air Hujan

Sumber:

SNI 03-2398-1991
SNI 03-7065-2005
SNI 03-6481-2000
SNI T-01-2003

SISTEM PEMBUANGAN AIR HUJAN


Air hujan

Atap

Talang Talang horizontal

Talang vertikal

Saluran air hujan halaman Bak kontrol

Sumur resapan air hujan

Saluran kota
Pada area kosong tanpa bangunan air hujan akan jatuh langsung ke tapak, sedangkan
untuk area dengan bangunan air hujan akan jatuh ke atas bangunan terlebih dulu. Untuk itu
diperlukan saluran air hujan pada bangunan/ gedung dalam hal ini adalah rumah tinggal.
Air hujan disalurkan dari atap dan halaman dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air
hujan kota. Air hujan tidak boleh disalurkan ke saluran pembuangan yang khusus digunakan
untuk air buangan.

Penempatan pipa air hujan:


Tidak boleh diletakkan dalam ruang tangga, mengganggu letak jendela, pintu, dan lubang lain
pada gedung.
Tidak boleh dipasang pada sumuran alat pengangkat, bawah lift atau beban imbangan lift,
maupun langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan, di atas lubang pemeriksaan tangki air
minum bertekanan, di atas lantai untuk penyimpanan makanan.
Jangan menempatkan ujung buntu pada jaringan air hujan selain untuk memperpanjang pipa
lubang pembersih.

Kemiringan pipa air hujan:


2% untuk pipa air hujan datar berukuran hingga 75 mm
1% untuk pipa air hujan datar berukuran lebih besar

Perubahan arah pipa air hujan:


Y 45o, belokan jari-jari sebesar 900, belokan 600, 450, 22,5 0 atau gabungan belokan tersebut.
Belokan jari-jari pendek dan sanitary T hanya diperbolehkan untuk pipa drainase.

Fitting dan penyambungan yang dilarang:


Ulir menerus, sambungan klem, atau sadel.
Fitting, sambungan, peralatan, dan cara penyambungan yang menghalangi aliran air dan udara
dalam pipa air hujan.
Soket ganda, melainkan dipasang berlawanan dengan arah aliran air.
Tumit atau belokan 450 dengan lubang masuk samping yang ditempatkan mendatar.

Drainase atap:
Harus kedap air.
Saringan dipasang pada lubang talang tegak menonjol minimal 10 cm di atas permukaan atap
atau talang datar dari lubang masuk talang tegak, jumlah luas lubang saringan lebih besar atau
sama dengan 1,5 kali luas penampang talang tegak kecuali untuk saringan pada drainase atap
geladak parkir dan tempat jemur sebesar 2 kali.

Perangkap:
Dipasang pada cabang datar jika talang tegak dan saluran drainase disambungkan pada
drainase gedung gabungan. Dilengkapi lubang pembersih pada bagian masuk aliran yang
mudah dicapai.
Perangkap tunggal – pipa utama drainase – pipa drainase gedung gabungan, saluran
pembuangan gedung gabungan, saluran pembuangan umum gabungan.

 Ukuran saluran drainase gedung dan tiap pipa cabang datar berdasarkan jumlah daerah
drainase yang dilayani.
 Ukuran drainase bawah tanah yang dipasang bawah lantai (basement) atau disekeliling
dinding luar harus lebih besar atau sama dengan 100 mm.
 Ukuran talang air hujan berdasarkan luas atap yang dilayani, untuk atap yang mendapat
tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan harus ditambah dengan menghitung
50% luas dinding terluas yang dianggap sebagai atap.
 Ukuran talang atap setengah lingkaran berdasarkan luas atap yang dilayani.

Tabel: Beban maksimum yang diijinkan untuk talang atap (dalam m2 luas atap)
Ukuran pipa Pipa tegak air Pipa datar pembuangan air Talang atap datar
(mm) hujan hujan terbuka
kemiringan kemiringan
1% 2% 4% ½% 1% 2% 4%
50 63
65 120
80 200 75 105 150 15 20 30 40
100 425 170 245 345 30 45 65 90
125 800 310 435 620 55 80 115 160
150 1290 490 700 990 85 125 175 250
200 2690 1065 1510 2135 180 260 365 520
250 1920 2710 3845 330 470 665 945
300 3090 4365 6185
350 5525 7800 11055
Catatan:
Tabel untuk curah hujan 100 mm per jam
Untuk curah hujan lebih besar maka kalikan nilai luas dengan 10 dibagi dengan kelebihan curah
hujan (mm perjam).

Tata cara perhitungan dimensi talang:


1. Tentukan curah hujan rata-rata (mm/ m2/jam dikonversikan ke liter/menit)
2. Tentukan luas atap yang menerima air hujan
3. Hitung curah hujan yang diterima atap dengan mengalikan jumlah curah hujan rata-rata
(liter/menit) dan luas atap (m2).
4. Dengan mengetahui luasan atap tentukan diameter pipa, kemudian bagi jumlah curah
hujan yang diterima atap dengan volume (liter/menit)
5. Ditemukan jumlah titik talang yang diperlukan agar air mengalir habis dalam waktu 1
menit.

Tabel : diameter pipa


Diameter (inci) Diameter (mm) Luasan atap (m2) Volume (l/menit)
3 80 Hingga 180 255
4 100 385 547
5 125 698 990
6 150 1135 1610
8 200 2445 3470

Sumur resapan air hujan:


Sebagai penerapan konsep sustainable dengan fungsi sebagai berikut:
1. Memperbaiki kualitas air tanah (sebagai cadangan air tanah)
2. Mencegah banjir (air hujan tidak memenuhi saluran kota)
3. Menghemat penggunaan air bersih (air hujan bisa dimanfaatkan untuk menyiram
tanaman)

Tabel: Dimensi pipa air hujan dan sumur resapan


Luas atap (m2) Dimensi pipa (inci) Volume sumur resapan (m3)
≤50 2 2
51-99 2 4
100-149 2½ 6
150-199 2½ 8
200-299 3 12
300-399 4 16
400-499 4 20
500-599 4 24
600-699 5 28
700-799 5 32
800-899 5 36
900-999 5 40
1000-1500 6 60
1500-3000 8 120
Catatan:
Untuk setiap m2 penambahan luas bidang atap diperlukan tambahan 0,40 m3 volume sumur
resapan.

Perhitungan Talang Air:


a. Curah hujan rata-rata Surabaya (www.surabaya.go.id) = 200 mm/m2/menit = 3 liter/
menit
b. Luas atap yang menerima air hujan =
Atap miring: p x l / cos α = 16,15 x 13 / cos 300 = 209,95 / 0,86 = 244,13 m2
Atap datar: p x l = 6,675 x 5,925 = 39,55 m2
Luas atap total = 283,68 m2
c. Curah hujan yang diterima atap = 3 x 283,68 = 851,04
d. Diameter pipa = 4 inci, V = 547 l / menit,
e. Jumlah titik talang = 851,04 / 547 = 1

Anda mungkin juga menyukai