Full Text
Full Text
10542035112
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
ANALYSIS OF MICROBE AND PATHOGEN MICROBE COMPOSITION
ON ELEMENTARY SCHOOL SNACK IN IKIP 1 ELEMENTARY
SCHOOL MAKASSAR
10542035112
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Komp IKIP 1 Makassar”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Ayahanda H.DR. Delly Mustafa,M.Si dan Ibunda Hj. Siti Zaleha Soebarini. M.Si.
Dan tidak kalah pentingnya ucapan terimakasih kepada dr. Salsa Angreini,
1. dr. Machmud Ghaznawi, Sp.PA (K) selaku dekan program studi pendidikan
Ratu Palar dan Andi Altaf yang tiada henti-hentinya berjuang dan saling
Fajri Jami‟adi, Melisa Budi selawati, dan Moh. Riezky Sahbana kalian luar
biasa.
Farawati Abma, Masira Suci Syukriah, Amalia Febrianti dan Lina Nadzivah.
8. Teman-teman penulis dan pihak yang tidak sempat ditulis namanya yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
dengan berbesar hati penulis akan senang menerima kritik dan saran demi
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara
khususnya.
Salsa Anggraeni
Salsa Anggraeni
ABSTRAK
Halaman
1. Salmonella ............................................................................................ 10
8. Shigella ................................................................................................. 16
G. Kerangka Teori............................................................................................ 36
B. Definisi Operasional.................................................................................... 38
D. Hipotesis ...................................................................................................... 41
1. Waktu .................................................................................................... 42
2. Tempat................................................................................................... 42
1. Populasi ................................................................................................. 42
2. Sampel ................................................................................................... 43
3. Responden ............................................................................................. 43
F. Alur penelitian............................................................................................. 53
A. Kesimpulan ................................................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
halaman
Lamanya Sakit 17
Jajanan 38
Pangan Jajanan 39
Tahun 2016 54
PENDAHULUAN
tersebut terkait dalam segi jumlah, keamanan, mutu, gizi dan harga atau daya
lintas sektor yang saling berkaitan mulai dari kegiatan produksi, pengolahan,
tumbuh dan berkembag baik fisik, mental maupun otaknya, sehingga panga
umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Terdapat 2
(dua) kategori penjaja pangan di sekitar sekolah yaitu yang ditunjuk oleh
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak
sekolah dasar (SD) adalah jajan disekolah. Mereka tertarik dengan jajanan
sekolah karena warnanya yang menarik, rasanya yang menggugah selera, dan
jajanan sehari-hari disekolah bahkan tak terbendung lagi berapa uang jajan
dihabiskan untuk membeli makanan yang kurang memenuhi standar gizi dan
keamanan tersebut. Oleh sebab itu, pemelihan makanan jajanan yang aman
karena anak-anak dapat terinfeksi atau sakit bahkan keracunan dengan gejala
antara lain mual, sakit perut, muntah, diare bahkan dapat menyebabkan kejang
pangan (BTP) yang memang jelas-jelas dilarang, seperti bahan pengawet yang
frekuensi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan, pada 25 provinsi yang
melaporkan frekuensi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan ada 3 kota
kejadian (46,09%), disusul pada urutan ketiga yaitu tempat terbuka dengan 8
kejadian (6,25%)5.
Enrekang, yaitu dari total 747 sampel PJAS yang diuji, menunjukkan bahwa
595 (79,8%) sampel memenuhi syarat dan 151 (20,2%) sampel tidak
memenuhi syarat karena mengandung boraks, rhodamin B, siklamat, sakarin
kejadian tercemarnya makanan karena mikroba, oleh karena itu hal ini yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
1Makassar .
2. Tujuan Khusus
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
keamanan jajanan anak yang sehat dan bebas dari kontaminasi mikroba.
pangan khususnya pangan jajanan dan merupakan salah satu bacaan bagi
peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. Pengertian Mikroba
karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa,
dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang
ukurannya kurang dari 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat
mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar 9.
2. Ciri-Ciri Mikroba
organic dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia
a. Nutrien
c. Kadar Air
e. Suhu
sebagai berikut:
pertumbuhan 20-45oC.
atas 45oC.
Kebanyakan mikroba perusak patogen merupakan mikroba
mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar.Bakteri
37oC, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu, suhu
optimum 20o-45oC.
f. Oksigen
pertumbuhannya.
1. Salmonella
jam setelah makan bahan pangan yang tercemar. Gejala tersebut adalah
selama 1-7 hari. Tingkat kematian kurang dari 1%, tetapi jumlah ini
meningkat pada anak-anak, orang tua atau orang yang lemah. Organisme
ini terdapat pada daging, seperti sapi, domba dan ayam. Pencemarannya
yang salah. Selanjutnya produk yang tercemar ini dibawa ke dpur sebagai
bahan baku dan ini akan menjadi sumber kontaminasi silang pada
permukaan bahan-bahan, alat-alat masak yang kemudian dapat mencemari
berhubungan dengan daging sapi dan ayam yang baru dimasak yang oleh
2. Clostridium Perfringens
bahan pangan yang tercemar oleh organisme ini selalu sehubungan dengan
panggang dalam ukuran besar atau daging kalkun yang diisi bumbu-
bumbu (stuffed turkeys) dan ayam yang dimasak kurang sempurna dan
pembentuk spora, organisme itu dapat hidup saat bahan dimasak dan pada
akan nampak setelah 8-24 jam memakan bahan pangan yang tercemar dan
ditandai oleh sakit perut, diare, pusing, tetapi jarang terjadi muntah-
Jumlah dosis yang besar (108 sel) diperlukan untuk bersifat infeksi dan
Adanya organisme ini dalam produk sering digunakan sebagai ukuran dari
3. Staphylococcus Aureus
dengan produk pangan yang telah dimasak, terutama yang dikelola oleh
manusia, seperti daging dan ayam yang dimasak, udang kupas yang
dimasak, ham, bacon, lunch meats pies dan keju. Gejala-gejala dari
106sel/g.
4. Vibrio Parahaemolyticus
dari laut.
dalm jumlah yang lebih banyak pada musim panas, demikian pula halnya
demam. Gejala-gejala ini akan berlangsung selama 2-5 hari dan dosis
dalam tanah dan air. Survei tentang kejadian yang sehubungan dengan
tinggi pada bahan pangan kering seperti serealia, rempah-rempah dan susu
keracunan bahan pangan yang tercemar oleh bakteri ini termasuk diare,
6. Clostridium Botulinum
dalam tanah, air dan sedimen air laut dan dapat mencemari bermacam-
difermentasi.
dalam jangka waktu 24-72 jam setelah makan racun tersebut dan sebagai
tanda pertama adalah lesu, sakit kepala dan pusing. Diare dapat terjadi
(konstipasi). Sistem saraf pusat terganggu dan terjadi pula gangguan pada
(kira0kira 50%) dan hal ini dapat dikurangi jika antitoksin daoat segera
diberikan.
7. Escherichia coli
manusia dan hewan. Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk
batang bersifat fakultatif anaerob dan termasuk golongan
Beberapa alur lainnya juga sebagai penyebab diare pada orang dewasa.
8. Shigella
Shigella dysentriae dan sel-sel ini adalah gram negatif, tidak bergerak,
hodrogen sulfide.
Shigella dapat mengakibatkan infeksi akut dari usus yang ditanai oleh
shigellosis dan karena dosis infeksi yang rendah maka suplai air
pada bahan pangan adalah sebagai akibat pencemaran oleh para pengelola
organism ini adalah usus manusia, maka air tercemar melalui kotoran.
9. Vibrio Cholera
sederhana dan tidak peka terhadap keadaan basa, dapat tumbuh pada pH
9,0-9,6. Vibrio cholera adalah patogen dalam usus, penyebab kolera yang
berulang-ulang. Pada keadaan yang gawat, cairan usus habis dengan cepat
ditularkan melalui air karena tercemar oleh kotoran, tetapi malahan seperti
imunisasi.
bakteri dan masa inkubasi dan lamanya sakit dapat dilihat pada Tabel
Berikut 12
dapat dijumpai dalam bahan pangan tersebut jika tidak dilakukan proses
tersebut. Hal ini sangat penting untuk melindungi keamanan bahan pangan
mikroorganisme13.
makanan maupun minuman salah satunya adalah yang dikeluarkan oleh Badan
adalah angka lempeng total (ALT), jumlah bakteri koliform dengan metode
atau bahan yang digunakan yaitu sampel makanan atau minuman, adapun
jumlah total coliform sama halnya dengan perhitungan jumlah total koloni
bahan pangan tersusun dari senyawa organik yang merupakan sumber nutrien
seperti pH, aktivitas air, ketersediaan oksigen, dan yang lainnya 13.
adalah metode hitungan cawan yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap
sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni sehingga jumlah
koloni yang muncul pada cawan merupakan satu indeks bagi jumlah organism
persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni ialah yang
jumlah bakteri yang terdapat pada cawan, digunakan rumus sebagai berikut 13:
pengencer yang diisi sampel dan aqua destilata steril. Agar cair
b. Plate Count
Sampel dipipet lalu dimasukkan dalam cawan petri kosong steril, lalu
dituang media agar yang mencair dengan suhu sekitar 45oC ke dalam
cawan yang berisi sampel lalu dihomogenkan dengan hati – hati sehingga
c. Agar Sebar
agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Kelebihan teknik ini
agar.
mikrobiologi pada bahan pangan, apabila nilai TPC tinggi maka kualitas
mikrobiologi pangan dianggap rendah karena tingginya nilai TPC pada
dua cawan petri untuk setiap pengenceran. Metode ini termasuk yang
dalam bahan pangan dengan metode hitung cawan. Jika sel mikrona yang
akan berkembang baik dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
unit (CFU) per mililiter atau per gram, dan hasil yang dilaporkan hanya
terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama di depan koma dan angka
kedua dibelakang koma. Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih
besar dari lima, maka dilakukan pembulatan satu angka lebih tinggi dari
angka kedua16.
angka kurang dari 25 koloni, maka hanya jumlah koloni pada pengenceran
lebih dari 250 koloni, maka hanya jumlah koloni pada pengenceran
bila agar-agar sudah menjadi padat masih dapat dicairkan kembali untuk
digunakan. Selain itu, suspensi agar-agar 1,5-2 % dalam air karena dapat
larut pada suhu 1000C dan tidak menjadi padat sebelum suhu turun di
menjadi padat tanpa merusak sel-sel tersebut. Sekali menjadi padat, agar
tidak dapat mencair kembali, kecuali jika dipanaskan di atas 80 0C. Pada
cair pada suhu 500C dituang pada cawan petri. Bila agar-agar telah
mengeras, sel tidak akan bergerak lagi dan tumbuh menjadi koloni sangat
atau angka bakteri aerob mesofil yang mungkin mencemari suatu produk,
yang digunakan untuk uji ALT adalah PCA (Plate Count Agar). Masa
inkubasi dilakukan dengan membalik cawan petri yang berisi biakan. Hal
disebabkan suhu inkubator. Apabila sampai terdapat air yang jatuh maka
akan merusak pembacaan angka lempeng total dari sampel yang diuji.
Cara inokulasi yang dipilih adalah cara tuang, dimana hal ini dimaksudkan
itu, pada pengamatan angka lempeng total ini, dicari hanya koloni bakteri
1. Uji E.Coli
nutrisi yang disebut media. Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan
dapat pula berupa padatan seperti agar dan gelatin. Media pengkaya adalah
media yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri yang memiliki
tumbuh dengan membentuk koloni berwarna hijau dengan kilap logam 17.
adalah Escherichia coli karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada
Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak
adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah
usus. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan E. coli harus bebas
minuman dan beberapa jenis sampel obat tradisional. Untuk uji E. coli
syarat negatif berarti perlu dilakukan pengkayaan dengan media Lactose
adalah EMBA. Untuk uji E. coli syarat kurang dari, tidak perlu dilakukan
tahap pengkayaan terlebih dahulu. Uji E. coli dapat juga dilakukan dengan
metode MPN dengan menggunakan media yang sama, yaitu MCB, karena
ciri-ciri bentuk bulat, diameter 2-3 mm, warna hijau dengan kilap logam
dan bintik biru kehijauan di tengahnya. Selain itu kristal violet dan garam
empedu yang ada di media akan menghambat bakteri gram positif lainnya
perubahan ini akan dideteksi oleh indikatro neutral red yang akan berubah
Escherichia coli akan tampak dengan warna hijau metalik dengan titik
hitam. Media ini merupakan media selektif untuk bakteri Gram negatif dan
mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk
dengan inti berwarna gelap dengan titik hitam (metalik), adanya eosin dan
lain13.
tumbuh pada media cair dan padat seperti NA (Nutrien Agar), MSA dan
lebih besar dari 100 sel S.aureus per ml/gram contoh. Metode yang biasa
air, susu, kemis atau biakan bulyon. Hasilnya dinyatakan dalam jumlah
koloni yang berarti jumlah bakteri yang hidup dalam tiap milliliter cairan
yang diperiksa. Ketelitian dalam hal menghitung bakteri terdapat pada
dipilih medium MSA (Mannitol Salt Agar) dimana media ini merupakan
media selektif dan differensial media bersifat yang bersifat khusus (bakteri
tinggi kadar garam dan tumbuh baik di media ini Produk yang dihasilkan
fermentor manitol, dan ketika tumbuh pada Manitol Salt Agar, dapat
epidermidis (Staph epi) flora normal yang tumbuh pada kulit manusia,
terhadap garam yang dapat tumbuh pada media ini, karena konsentrasi
garamnya yang tinggi. Penurunan dari manitol, warna berubah dari merah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat zat atau bahan yang dapat
alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau tercampur secara
sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan atau makanan jadi 17.
Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas maksimal penggunaan dan pola
konsumsi yang tidak seimbang juga berdampak buruk pada kesehatan 19.
Keamanan pangan atau food safety masih menjadi isu sensitif yang selalu
Menurut Badan POM selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus
toksin yangdapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang
tersebut. Ada dua jenis intoksifikasi makanan yang disebabkan oleh bakteri
yaitu botulism, karena adanya toksin dalam makanan yang dihasilkan oleh
bahwa pangan sudah tercemar, dapat dilihat secara fisik dari tekstur makanan
tersebut. Namun banyak makanan terutama yang sudah melewati suatu proses
suatu cemaran seperti bakteri patogen, yang disebabkan oleh penanganan yang
tidak memadai21.
makanan berasal dari beberapa sumber. Cemaran ini berasal dari bahan
mentah, pekerja, peralatan dan ruang produksi serta sumber air. Cemaran ini
dapat pula terjadi pada produk akhir melalui kontaminasi silang bahan mentah
kepada produk akhir atau terjadi saat distribusi ke konsumen. Dalam setiap
unit pengolahan makanan, termasuk jasa rumah makan perlu diketahui secara
yang disajikan kepada para konsumen masih cukup tinggi dan berbeda
dengan gejala mual/muntah, pusing, dan diare. Dilaporkan KLB diare tahun
1995 sebanyak 116.075 kasus dan keracunan makanan 1997 sebanyak 31.919
kasus23.
hambatan jika makanan yang dikonsumsi tidak cukup dalam jumlah dan
mutunya24.
Pada dasarnya makanan yang ada di alam ini aman untuk dikonsumsi.
peralatan masak yang digunakan, tempat pengolahan atau yang disebut dapur
tumbuh dengan cepat. Satu sel dapatberkembang menjadi dua dalam waktu 20
menit. Jika bakteri ini tumbuh pada makanan, padahal bakteri adalah mikrobia
ditimbulkan jika makanan ada di udara terbuka dalam waktu yang cukup lama.
bakteri yang bersifat patogendapat ditemukan dimana saja di tanah, air, udara,
tubuh manusia. Pangan membawa berbagai jenis mikroba, yang dapat berasal
dari mikroflora alami tanaman atau hewan, baik yang berasal dari lingkungan
terjadi dalam waktu singkat dan pada kondisi yangsesuai, antara lain
tersedianya nutrisi, pH, suhu, dan kadar air bahan pangan.Kelompok mikroba
merupakan sistem yang terbuka. Apabila mikroba patogen yang terdapat pada
makanan ikut termakan, maka pada kondisi yang sesuai mikroba patogen akan
penyakit atau sering disebut infeksi. Racun atau toksin yang dihasilkan oleh
disebut keracunan. Gejala akut yang disebabkan oleh mikroba patogen adalah
diare, muntah dan pusing bahkan pada kondisi yang parah dapat menyebabkan
kematian26.
G. Kerangka Teori
Pangan Jajanan
Sumber:
Winarno Jilid 1 (2004), Palar. H.
(2004), Volk (1989), bpom 2011,
Permenkes 722, Khomsan (2003), Cemaran
Winardi (2004), Modifikasi oleh
Peneliti
Fisik Biologi
Kimia
Mikroba
Kadar Zat
memenuhi atau
tidak memenuhi
syarat
A. Kerangka Konsep
Total Mikroba
Makanan
Jajanan
Mikroba Patogen
(Escherichia coli,
Keterangan
= Variabel independen
= Variable dependen
B. Defenisi Operasional
jalan sekitar area sekolah yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna,
rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk
membelinya.
terdapat dalam pangan yang dinyatakan dalam angka atau jumlah koloni
C. Kriteria Objektif
1. Total Mikroba : jumlah semua mikroba yang terdapat pada makanan dan
Jajanan
Jajanan
Batas
No Jenis Pangan
Maksimum
Pangan Jajanan
Batas
No Jenis Pangan
Maksimum
IKIP 1 Makassar.
IKIP 1 Makassar.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
0094 BPPMHP.
dikarenakan sekolah ini memiliki jumlah murid yang banyak dan memiliki
banyak penjual jajanan, Selain itu belum pernah ada penelitian mengenai
1. Populasi
Makassar.
3. Responden
yang menjual 3 jajanan yang diambil sebagai sampel yaitu nuget, sosis dan
a) Alat
dan 1 ml, tabung reaksi, blender, rak tabung, cawan petri, inkubator
b) Bahan
Patogen
1) Alat
2) Bahan
1) Alat
2) Bahan
1) Alat
2) Bahan
E. Pelaksanaan Percobaan
1. Pembuatan Sampel
langsung dianalisis pada hari itu juga. Pengujian dilakukan dengan 2 kali
a) Sterilisisasi
maka akan berkembang biak membentuk koloni yang bias dilihat kasat
6) Perhitungan
Dengan:
Keterangan:
Bila jumlah koloni percawan lebih besar dari 250 pada seluruh
(TBUD).
c) Analisis Jenis Mikroba Patogen
medium EMBA.
Perhitungan
Dengan:
Amati dan catat koloni bakteri yang tumbuh pada medium ditandai
Perhitungan
Dengan:
Pra-Pengkayaan Non-Selektif
Pengkayaan Selektif
BGA : koloni dari tidak berwarna, merah muda hingga merah dan
merah.
XLD : koloni translusen dengan bintik hitam ditengah, dan
Konfirmasi
Dipilih dua atau lebih koloni spesifik pada BGA dan XLD
TSIA
Uji Urease
yang terjadi.
Uji β-galaktosidase
Uji Serologi
tetes NaCl 0,85 % dan 1 tetes air, dan campurkan pada kaca
F. Alur Penelitian
Sampel
Pengambilansampel di sekolah
Sterilisasi
1. Pengolahan Data
Microsoft Word.
2. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
H. Analisis Data
Dari data hasil penelitian laboratorium mengenai total mikroba dan jenis
HASIL PENELITIAN
Kepala Sekolah.
Tabel 5.1
Data Jumlah Siswa Di SDN Kompleks IKIP I
Kota Makassar Tahun 2016
semakin beragam pula jajanan yang dijual baik itu di dalam lokasi sekolah
maupun di luar sekolah. Hal ini perlu diperhatikan mengingat anak Sekolah
Dasar belum mampu memilih jajanan yang aman dan baik bagi kesehatanya.
Berikut ini adalah jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SDN
Guru Tetap 19
Staf Administrasi 3
Jumlah 22
Sumber : Data Sekunder, 2016
B. Hasil
pangan jajanan, anak SDN Kompleks IKIP I. Adapun hasil dari penelitian ini
yaitu:
Berikut ini hasil analisis total mikroba yang terdapat pada jajanan anak,
yaitu:
Tabel 5.3
Hasil Analisis Total Mikroba Pada Jajanan Anak di SDN Kompleks IKIP 1
Kota Makassar Tahun 2016
jajanan yang dijajakan di SDN Kompleks IKIP 1 dapat dikatakan aman untuk
a) Escherchia coli
coli yang terdapat pada makanan dan minuman jajanan anak menggunakan
Tabel 5.4
Hasil identifikasi mikroba Escherchia coli
Menggunakan Metode TPC Pada Pangan Jajanan Anak di SDN Kompleks
IKIP 1 Kota Makassar Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5.4 maka dapat diketahui bahwa dari semua sampel
pangan jajanan yang dijajankan di kantin di SDN Kompleks IKIP 1 ada yang
mengandung Escherchia coli yaitu pada jajanan es teh sehingga tidak aman untuk
dikonsumsi.
b) Staphylococcus aureus
Tabel 5.5
Hasil identifikasi mikroba Staphylococcus aureus
Menggunakan Metode TPC Pada Pangan Jajanan Anak di SDN Kompleks
IKIP 1 Kota Makassar Tahun 2016
c) Salmonella
Berdasarkan tabel 5.6 maka dapat diketahui bahwa dari semua sampel
Tabel 5.7
Karakteristi Jajanan di SD Kompleks IKIP 1
PEMBAHASAN
I yang terdapat pada tabel 5.3 setelah dilakukan dua kali pengulangan
karena berada di bawah ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Koloni/gram
yaitu disimpan secara higienis dan benar dengan memperhatikan suhu yang
sesuai pada saat penanganan. Makanan yang dijual digoreng terlebih dahulu
Sedangkan hasil analisa sampel minuman es teh yang terdapat pada tabel
5.3 menunjukkan bahwa sampel yang tidak layak untuk dikonsumsi. Karena
sampel es teh tersebut berada di atas ambang batas sesuai dengan yang
tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia pada Minuman (teh)
yaitu melihat total mikroba dan mikroba patogen di SDN Kompleks Mangkura
ditemukan bahwa terdapat sampel yang tidak layak untuk dikonsumsi yaitu
yang kurang, hal tersebut diketahui melalui hasil yang ditetapkan dalam
total mikroba yang melebihi ambang batas mikroba yaitu kandungan zat gizi
dan kandungan air yang tinggi yang baik bagi pertumbuhan mikroba yang
Adanya kandungan total mikroba yang melebihi ambang batas pada es teh
baku air, mutu bahan baku tambahan dan cara penyajian. Selain itu faktor
yang berhubungan dengan mutu mikrobiologis dapat juga ditentukan oleh cara
antara makanan matang dikonsumsi dan suhu penyimpanan baik pada bahan
itu sendiri30.
Terdapat 4 (empat) hal penting yang menjadi prinsip higiene dan sanitasi
makanan meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola makanan,
dan lain-lainnya serta makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan
tikus dapat menjangkaunya serta pengolah makanan yang sakit atau karier
penyakit31.
Bakteri Escherichia coli pada sampel makanan jajanan anak sekolah SDN
hasil yang tidak memiliki ciri-ciri seperti pada kontrol positif yang diberi
dilakukan dengan baik dan tidak terjadi kontaminasi silang yaitu disimpan
secara higienis dan benar pada saat penanganan. Makanan yang dijual
Sedangkan hasil yang diperoleh pada tabel 5.4 pada sampel minuman
es teh tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi karena hasil analisis data
melebihi nilai ambang batas yaitu 21/100 ml. Sedangkan nilai normal
lainnya31.
Hasil penelitian ini sama dengan yang didapatkan oleh Deviyanti yang
melihat total mikroba dan mikroba patogen pada jajanan anak di SDN
pengolah makanan secara sadar atau tidak sadar menyentuh mulut atau
dapat bertahan hidup dalam waktu cuku lama seperti di debu, kotoran,
dan lantai juga sangat besar. Mekanismenya melalui udara yaitu sel bakteri
Staphylococcus yang terdapat di debu dan lantai terbawa oleh angin yang
meninggalkan bau maupun rasa apapun pada makanan, kecuali jika bahan
akan terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat sampai
100 sel bakteri. Apabila kurang dari itu, bakteri akan mati oleh asam
terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau
makanan hewan. Yang sangat sering terjadi adalah keracunan
mentah.35
BAB VII
TINJAUAN KEISLAMAN
pematangan proses seluruh makanan. Setelah itu, makanan yang telah dicerna
turun ke liver dan usus. Sebagian zat yang tidak segera dicerna tubuh secara
sempurna – karena makan secara berlebihan, basi atau tidak sesuai aturan – akan
tetap tinggal dlam perut dan tubuh. Itulah sebabnya perut disebut sarang
penyakit.33
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah
[2] :168)
“(Yaitu) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS.
“Dari Ibn „Abbas r.a dari Maimunah r.a. Bahwasanya Nabi s.a.w pernah
ditanya tentang tikus yang jatuh dalam samin, beliau bersabda: “Ambil tikus
itu dan apa yang ada di sekitarnya kemudian buang, dan makanlah samin
)
“Dari Abi Tsa‟labah r.a ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda:
Dalam fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Nomor 01 Tahun 2010 tentang
bahwa:34
yang dapat berupa sel mikroba itu sendiri atau berupa hasil metabolism
terkena najis.
halal.
3. Mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang najis, apabila dapat
disucikan.
yang yang najis, apabila dapat dipisahkan antara mikroba dan medianya
7. Mikroba dan produk mikrobial dan mikroba yang tumbuh pada media
Atas dasar fatwa MUI maka makanan pangan yang mengandung mikroba
melebihi batas yang telah ditentukan haram dan berbahaya bagi tubuh. Karena
dan merubah fungsi normal tubuh. Sebagian besar penyakit terjadi karena
konsumsi makanan berlebihan atau melebihi kebutuhan tubuh.Penyakit yang
bragam makanan dan perut terbiasa dengan itu, maka timbul penyakit, yang
ٌ ُب َوثُل
ث لِنَفَ ِس ِه ُ ُث طَ َع ٍام َوثُل
ٍ ث َش َرا ُ َُه َحالَةَ فَثُل
bersabda, “Tidaklah seorang anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk
dari perut. Cukuplah anak Adam makanan (dalam redaksi Ibn Majah
A. Kesimpulan
melebihi nilai ambang batas 1 x 102 Koloni/ml yaitu 1,2 x 104 Koloni/ml
mL.
B. Saran
makassar.
2. Bagi pihak sekolah berperan menetapkan kebijakan dan peraturan
1. Seto, S., 2001. Pangan & Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
2. Badan Pengawas Obat dan Makassar, 2008. Info POM Vol. 9, No. 6,
November 2008. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Serta
Upaya Penanggulangannya. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
5. Badan Pengawas Obat dan Makassar, 2011a. Laporan Tahunan 2011. Jakarta:
Badan Pengawas Obat Dan Makanan.
10. Winarno, F.G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
12. Yusuf, Akhmad. 2011. Tingkat Kontaminasi Escherichia Coli Pada Susu
Segar Di Kawasan Gunung Perak, Kabupaten Sinjai. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar
13. Suwito, Widodo. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi,
Patogenesis, Epidemologi dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 29 tahun 2010
15. SNI 01-27-82. 1998. Metode Pengujia Susu Segar. Jakarta: Badan Standar
Nasional-BSN
16. Suwito, Widodo. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi,
Patogenesis, Epidemologi dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 29 tahun 2010
19. Badan Pengawas Obat dan Makanan.. 2012. Laporan Tahunan 2011. Jakarta:
Badan Pengawas Obat Dan Makanan.
20. Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta
21. Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 2008a. Keamanan Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS) Serta Upaya Penanggulangannya.Info POM Vol. 9, No.
6, November 2008. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan Makanan.
22. Nurjannah, Siti. 2006. Kajian Sumber Cemaran Mikrobiologis Pangan pada
Beberapa Rumah Makan di Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. Hal 18-24. Vol 11 No 3.
23. Djaja, I Made. 2003. Kontaminasi E. Coli Pada Makanan Dari Tiga Jenis
Tempat Pengelolaan Makanan (Tpm) Di Jakarta Selatan 2003. Makara,
Kesehatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2008: 36-41.
25. Kusuma, Sri Agung Fitri. 2009. Uji Biokimia Bakteri. Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran.
29. Brooks, G.F, Butel, J.S, Morse, Ornston, N.L. 2004. Jawetz, Melnick &
Adleberg‟s Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Alih Bahasa Edi Nugrohodan
RF Maulany.EGC. Jakarta. Hal 54 – 629
30. Pasalu, Deviyanti. 2013. Analisis Total Mikroba Dan Jenis Mikroba Patogen
Pada Jajanan Anak Di Sdn Kompleks Mangkura Kota Makassar. Fakultas
Keehatan Masayarakat. Unhas.
31. Agustina, Christin. 2002. Keamanan Mikrobiologis Makanan Jajanan dari tiga
Kantin Sekolah di Bogor. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pangan, IPB. Diases Tanggal 23 Januari 2016.
33. Al-jauziyah, Ibnu Qayyim. Buku pintar kedokteran Nabi. Dar al kutub al-
„llmiyah. Beirut, Cetakan III 2002 M / 1423 H. Hal 41 dan 42.
No.Telepon : 08114192911
Email : fatin.arindy@gmail.com
Ayah : PNS
Ibu : PNS
Riwayat Pendidikan
Formal