Anda di halaman 1dari 42

1

KONSEP PERENCANAAN DAN


PENGENDALIAN PRODUKSI

Mata Kuliah:
Perencanaan dan Pengendalian Produksi
TA 2022-2023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
Konsep
Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan Pengendalian

Produksi

Input Output
Proses
Transformasi
• Proses Produksi : metode dan teknik yang digunakan
dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi

• Perencanaan Produksi : tindakan antisipasi di masa


mendatang sesuai dengan periode waktu yang diren-
canakan

• Pengendalian Produksi : tindakan yang menjamin


bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam peren-
canaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah
ditetapkan
Untuk dapat melakukan perencanaan
dan pengendalian produksi,
maka harus memahami terlebih dahulu
tentang sistem produksi
Sistem Produksi

• Adalah kumpulan dari sub sistem yang saling ber-


interaksi dengan tujuan mentransformasi input
produksi menjadi output produksi

• Input produksi : • Output produksi :


– Bahan baku
- Produk akhir (finished good)
– Mesin
- Hasil sampingan : limbah,
– Tenaga kerja
– Modal informasi ...dll.
– Informasi
Input – Output Sistem Produksi

Teknologi Ekonomi

Material
Tenaga Kerja Input Proses Output Produk
Dana Transformasi Limbah
Mesin Informasi
Informasi

Politik Sosial Budaya


Sistem Produksi

SISTEM Menurut Proses Menurut Tujuan Menurut Aliran


PRODUKSI Menghasilkan Operasinya Operasi dan
Output (Ekstrim) Variasi Produk
1 Continuous Engineering to Flow Shop
Process Order (ETO)
2 Intermitten Assembly to Continuous
Process Order (ATO)
3 Make to Order Job Shop
(MTO)
4 Make to Stock Batch
(MTS
5 Proyek
Sistem Produksi Menurut
Proses Menghasilkan Output
• Proses produksi kontinyu (Continuous process)
– Tidak memerlukan waktu set up yang lama
– Produk yang dihasilkan dalam jumlah besar (masal), variasi sedikit,
sudah standar
– Product layout
– Special purpose machine, semi otomatis
– Operator tidak perlu punya keahlian tinggi
– Apabila ada kerusakan di salah satu mesin keseluruhan proses terhenti
– Variasi produk kecil, job struktur sedikit, jumlah tenaga kerja tidak
perlu banyak
– Persediaan bahan baku dan penunjang lebih rendah
– Butuh ahli pemeliharaan mesin
– Material handling menggunakan tenaga mesin (fixed path equipment)
• Proses produksi terputus
(Intermitten process/ discrete system)
– Memerlukan waktu set up lebih lama
– Produk yang dihasilkan jumlahnya kecil, variasi besar, MTO
– Process layout
– General purpose machine
– Operator perlu punya keahlian tinggi
– Proses produksi tidak akan berhenti bila ada kerusakan di salah satu
mesin
– Mesin bersifat umum, variasi banyak, pengawasan lebih sulit
– Persediaan bahan baku lebih tinggi
– Material handling fleksibel (varied path equipment) menggunakan
tenaga manusia (forklift, kereta dorong)
– Perlu ruangan gerak yang besar dan tempat WIP yang besar
Sistem Produksi Menurut
Tujuan Operasinya

• Engineering to Order (ETO)


– Bila pemesan meminta produsen untuk membuat
produk yang dimulai dari proses perancangan
(rekayasa)

• Assembly to Order (ATO)


– Bila produsen membuat desain standar, modul-
modul opsi standar dan merakit suatu kombinasi
tertentu dari modul tersebut sesuai pesanan
konsumen
• Make to Order (MTO)
– Bila produsen menyelesaikan item akhirnya
jika dan hanya jika telah menerima pesanan
konsumen untuk item tersebut.

• Make to Stock (MTS)


– Bila produsen membuat item-item yang
diselesaikan dan ditempatkan sebagai perse-
diaan sebelum pesanan konsumen diterima.
Lead Time
Operasi Proses Produksi

Engineering to Order (ETO)

Make to Order (MTO)

Assembly to Order (ATO)

Make to Stock (MTS)

Engineering Pembelian Perakitan Pabrikasi Pengiriman


Sistem Produksi Menurut Aliran
Operasi dan Variasi Produk

• Ada 3 jenis dasar aliran operasi yaitu


Flow Shop, Job Shop dan proyek
(Kostas, 1982 dalam Nasution & Prasetya-
wan, 2008).

• Aliran operasi ini kemudian berkembang


menjadi modifikasi ketiganya yaitu batch
dan continuous
Flow Shop

• Proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-


turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-
mesin khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu
lintasan produksi

• Produk biasanya memiliki desain dasar yang tetap


sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar
yang luas

• Proses produksi bersifat Make to Stock (MTS)


Flow Shop

• Bentuk proses flow shop :


– Flow shop kontinyu : proses bekerja untuk memproduksi
jenis output yang sama
Contoh: industri rokok otomatis
– Flow shop terputus : kerja proses secara periodik diinte-
rupsi untuk melakukan set up bagi pembuatan produk
dengan spesifikasi berbeda (meskipun desain dasar sama).
Pada tiap siklus produksi, seluruh unit mengikuti urutan
yang sama.
Contoh: industri pengalengan, pembotolan, pakaian jadi
• Disebut juga sistem produksi masal
(Mass Production)
Continuous

• Merupakan bentuk ekstrim dari flow shop,


dimana terjadi aliran material yang konstan

• Contoh: industri penyulingan minyak, pemro-


sesan kimia, dan industri-industri lain dimana
kita tidak dapat mengidentifikasi unit-unit
output urutan prosesnya secara tepat

• Biasanya satu lintasan produksi pada proses


kontinyu hanya dialokasikan untuk satu produk
saja
Job Shop

• Merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit


untuk pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan
yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja
yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya.

• Volume produksi tiap jenis produk sedikit, variasi banyak,


lama produksi agak panjang, tidak ada lintasan produksi
khusus

• Biasanya bersifat Make to Order (MTO)


Job Shop

• Kebutuhan akan fleksibilitas dalam menangani


banyak variasi membutuhkan sumber daya
manusia dan mesin yang terampil

• Pekerja dengan keterampilan tinggi dan mesin


general purpose dikelompokkan berdasar fungsi,
harus dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
untuk pesanan yang berbeda
Job Shop

• Harga dari fleksibilitas termasuk waktu proses yang lebih


lama karena seringnya peralatan di set up, kebutuhan
yang lebih besar akan persediaan WIP, part dan komponen,
dan juga sulitnya tugas dalam menjadwalkan pesanan ber-
beda melalui bermacam-macam pusat pemrosesan, dimana
sumberdaya tersebut harus digunakan bersama-sama.

• Semua kesulitan itu membuat waktu pengiriman lebih lama,


kualitas lebih beragam dan biaya lebih tinggi dibandingkan
flow shop
Batch

• Bentuk satu langkah ke depan dibandingkan job shop


dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak terlalu ter-
standarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran
perakitan flow shop.

• Sistem batch memproduksi banyak variasi produk dan


volume, lama proses produksi untuk tiap produk agak
pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk
beberapa tipe produk.
Batch

• Pada sistem ini, pembuatan produk dengan tipe berbe-


da akan mengakibatkan pergantian peralatan produksi,
sehingga sistem harus general purpose dan fleksibel
untuk produk dengan volume rendah tetapi variasi
tinggi.

• Volume batch yang lebih banyak dapat diproses secara


berbeda, misalnya memproduksi beberapa batch lebih
untuk tujuan MTS dibandingkan MTO.
Proyek

• Merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang


agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan tugas-
tugas dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya.

• Pada sistem proyek, beberapa fungsi yang mempenga-


ruhi produksi seperti perencanaan, desain, pembelian,
pemasaran, penambahan personal/mesin (yang biasanya
dilakukan terpisah pada sistem job shop dan flow shop)
harus diintegrasikan sesuai dengan urut-urutan waktu
penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaian yang eko-
nomis.
Klasifikasi Sistem Produksi
Menurut Aliran Proses Produksi
Produk
Jenis Aliran

Proyek

Job Shop
Flow Shop

Proses
Kontinyu

Jenis Spesifikasi Khusus Standar


Output
Klasifikasi Sistem Produksi
Menurut Variasi Produk

Proses Kontinyu
Kuantitas Produk

Produksi Masal

Produksi Batch

Proses Job Shop

Variasi Produk
Pendekatan dalam Merancang
Sistem Produksi

• Pada sistem produksi batch dan diskrit dapat diklasifika-


sikan menjadi 2 jenis yaitu Push (tekan) dan Pull (tarik).

• Push system : didasarkan pada jadwal produksi

• Pull system : didasarkan pada permintaan customer →


Just In Time (JIT)
Definisi Perencanaan dan
Pengendalian Produksi

Adalah proses merencanakan dan mengendalikan


aliran material yang masuk, mengalir dan keluar
dari sistem produksi/operasi sehingga permin-
taan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang
tepat, waktu penyerahan yang tepat dan biaya
produksi yang minimum.
Maksud & Tujuan Perencanaan
dan Pengandalian Produksi

• Mengkoordinasikan kegiatan dari bagian-bagian


yang langsung atau tidak langsung dalam berpro-
duksi, merencanakan, menjadwalkan, dan mengen-
dalikan kegiatan produksi dari mulai tahapan bahan
baku, proses sampai output yang dihasilkan
sehinga perusahaan itu betul-betul dapat meng-
hasilkan barang atau jasa dengan efektif dan efisien
Sifat Perencanaan Produksi

• Berjangka Waktu
• Berjenjang
• Terpadu
• Berkelanjutan
• Terukur
• Realistis
• Akurat
• Menantang
• Berjangka Waktu

Perencanaan Produksi Capacity Planning


Jangka Panjang 5 tahun ke atas

Aggregate Planning
Perencanaan Produksi 1 - 12 bulan
Jangka Menengah

Operational Planning
Perencanaan Produksi
Kurang dari 1 bulan
Jangka Pendek

Rencana produksi jangka panjang, meliputi waktu untuk menyelesai-


kan desain bangunan dan peralatan, konstruksi, instalasi sampai fasi-
litas baru tersebut siap dioperasikan.
– Rencana produksi jangka menengah (perencanaan agregat)
dapat dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan
pada rencana produksi jangka panjang.
• Perencanaan agregat didasarkan pada peramalan permintaan
tahunan dari bulan dan sumber daya yang produktif yang ada
( jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi,
jumlah supplier dan subkontraktor), dengan asumsi kapasitas
produksi relatif tetap

– Rencana produksi jangka pendek berupa jadwal produksi.


• Tujuan jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan
aktual dengan sumber daya yang tersedia, sesuai batasan
yang ditetapkan pada perencanaan agregat.
• Berjenjang

– Perencanaan produksi tidak hanya dilakukan sekali dan digunakan


selamanya
– Perencanaan produksi dilakukan secara bertahap dan berjenjang
– Perencanaan produksi akan bertingkat mulai dari level tinggi sampai
level rendah, dimana level rendah merupakan penjabaran dari peren-
canaan produksi level yang lebih tinggi
– Pemilihan jenis rencana produksi yang tepat tergantung beberapa
faktor yaitu faktor eksternal (pangsa pasar yang diraih, struktur eko-
nomi, dll.) dan faktor internal (ide manajemen menghadapi tantangan
ke depan, ketersediaan tenaga ahli dan pelaksanaannya, dll.)
• Terpadu

– Rencana produksi melibatkan banyak faktor seperti


bahan baku, mesin/peralatan, tenaga kerja dan waktu,
dan semua faktor harus sesuai dengan kebutuhan
yang direncanakan dalam mencapai target produksi
tertentu yang didasarkan atas perkiraan.
– Rencana harus dibuat mengacu pada satu rencana
terpadu untuk produksi
• Berkelanjutan
– Rencana produksi disusun untuk satu periode tertentu
yang merupakan masa berlaku rencana tersebut.
– Setelah habis masa berlaku harus dibuat rencana baru
untuk periode waktu berikutnya lagi.
– Rencana baru harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi
terhadap rencana sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
dan apa yang belum dilakukan, apa yang telah dihasilkan
dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target
yang ditetapkan.
– Rencana baru harus merupakan kelanjutan dari rencana
yang dibuat sebelumnya.
• Terukur
– Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana
produksi akan selalu dimonitor untuk mengetahui
apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang
telah ditetapkan
– Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan,
maka rencana produksi harus menetapkan suatu
nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya pe-
nyimpangan.
– Nilai tersebut dapat berupa target produksi dalam
satuan unit produk
• Realistik

– Rencana produksi yang dibuat disesuaikan dengan


kondisi yang ada di perusahaan, sehingga target
yang ditetapkan merupakan nilai yang realistik untuk
dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusaha-
an saat rencana dibuat.
• Akurat

– Rencana produksi harus dibuat berdasar informasi


yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal
sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam
target produksi dapat dipertanggungjawabkan.
• Menantang

– Meskipun rencana produksi dibuat serealistis mung-


kin, bukan berarti rencana produksi harus menetap-
kan target yang dengan mudah dapat dicapai.
– Rencana produksi yang baik harus menetapkan tar-
get produksi yang hanya dapat dicapai dengan
usaha sungguh-sungguh.
Kegiatan Perencanaan Produksi

• Mengkoordinir bagian produksi dengan bagian lain di dalam


perusahaan agar rencana produksi yang disusun benar-benar
mencerminkan keadaan dan kemampuan perusahaan.
• Rencana produksi yang dibuat didasarkan pada ramalan pen-
jualan masa yang akan datang sehingga dapat ditentukan :
– Barang apa yang akan diproduksi
– Kapan produksi mulai dan kapan selesai
– Jumlah tenaga kerja/buruh
– Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
• Rencana produksi yang telah disusun disampaikan ke bagian
pengawas persediaan, personalia dan teknik untuk memper-
siapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
rencana produksi.
Kegiatan Pengendalian Produksi

• Mengukur realisasi dari rencana produksi


• Membandingkan realisasi dengan rencana produksi
• Mengamati penyimpangan yang terjadi
• Menganalisis sebab-sebab terjadinya penyimpangan
• Melakukan tindakan perbaikan

Anda mungkin juga menyukai