dan Perencanaan Produksi Mekanisme Penutupan Proyek (Project Closure) 1. Manajer Proyek mempersiapkan dokumen berikut ini : • Laporan Pelaksanaan Pekerjaan • Laporan Penyelesaian pekerjaan • Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan • Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
2. Manajer Proyek Membubarkan Tim Proyek (Seluruh
pekerjaan harus diyakini sudah terlaksana sebagaimana mestinya sebelum Tim dibubarkan) Pada penutupan proyek harus diyakini bahwa semua pekerjaan sudah terlaksana sebagai yang direncanakan, termasuk perubahan perencanaan yang sudah disetujui oleh pemilik proyek. Bila ada yang kurang, maka wajib diselesaikan sebelum pelaksanaan penutupan proyek
Setelah penutupan proyek (sudah diterima oleh pemilik
proyek), maka sebaiknya dilakukan perencanaan produksi untuk menentukan langkah operasional berikutnya berupa kegiatan rutin yang produktif Tujuan perancangan produksi : 1. Supaya penggunaan sumberdaya menjadi lebih optimal. 2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses produksi 3. Untuk menguasai pasaran dengan memperhatikan hal berikut ini : • Menekan biaya produksi sehingga harga jual bisa bersaing • Meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi permintaan pasar 4. Untuk meningkatkan keuntungan. Perancangan produksi harus merancang kegiatan yang mampu meningkatkan keuntungan perusahaan
Kegiatan yang harus dirancang :
• Kapan kegiatan produksi dilakukan • Berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan kualifikasinya • Alat/mesin serta bahan baku yang diperlukan • Tingkat persediaan yan dibutuhkan • Sistem produksi yang akan dilakukan Perencanaan berdasarkan rentang waktu pelaksanaannya : • Perencanaan jangka pendek, merupakan rencana operasional (lebih teknis) • Perencanaan jangka panjang ( 1 sampai 5 tahun), sifatnya taktis seperti peningkatan produksi, ekspansi usaha, pengembangan produk dll.
Perancangan produksi harus memperhatikan hal berikut ini:
• Disesuaikan dengan peramalan produksi menurut waktunya. • Mempunyai jangka waktu • Harus terpadu antara perencanaan yang berkaitan dengan alat/mesin, tenaga kerja dan bahan yang dibutuhkan • Harus mencantumkan jumlah, jenis, mutu produk dan spesifikasi teknis lainnya sesuai dengan keinginan konsumen • Harus mencantumkan koordinasi antara semua rantai proses mulai dari bahan baku sampai pengemasan dan pemasaran
Perencanaan produksi harus dapat dilaksanakan dengan baik dan
mampu memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan Perancangan Tata letak
1. Meningkatkan efisiensi dalam penanganan bahan
2. Proses produksi lebih baik 3. Operasional dan perawatan alat lebih mdah 4. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan dalam bekerja 5. Biaya operasional lebih rendah 6. Hasil produksi lebih baik, produk rusak jadi berkurang 7. Penggunaan ruangan lebih efisien 8. Mengurangi keterlambatan dalam proses produksi 9. Mempermudah pengawasan dan pengendalian produksi Tata letak berdasarkan proses produksi (Process lay out)
• Mesin/peralatan produksi yang sama ditempatkan pada ruangan
yang sama sehigga dalam satu tempat atau ruangan hanya dilakukan satu proses, misalnya ada ruangan yang khusus untuk pengeringan • Tata letak berdasarkan proses ini biasanya dilakukan bila menggunakan alat yang umum (General Purpose Machine), produksi tidak tetap akan tetapi berdasarkan pesanan dengan jumlah, bentuk yang tidak tetap
Tata letak seperti ini memberikan keuntungan sebagai berikut :
• Investasi relatif rendah karena mengerjakan produk tertentu saja • Lebih fleksibel karena alat yang digunakan mudah dimodifikasi • Proses produksi tidak mudah terhenti karena antar proses produski tidak saling berhubungan secara langsung. Tata letak berdasarkan produk (Product Lay Out) • Penyusunan alat atau mesin harus secara berurutan menurut urutan proses produksi suatu produk • Dilakukan pada pabrik skala besar dengan produk yang terstandarisir.
Faktor penting dari tata letak
• Arus pekerjaan harus seimbang pada semua rantai produksi • Peralatan biasanya dioperasikan secara otomatis • Memerlukan pengawasan yang sangat intensif Beberapa pertimbangan pada tata letak
• Aliran bahan waktu proses pengolahan
• Jenis dan bentuk produk yang akan dihasilkan • Alat/mesin yang akan digunakan • Urutan proses pengolahan • Pergerakan minimal pada setiap urutan proses produksi PERENCANAAN PRODUK (Product Design) (Inovasi produk guna meningkatkan daya saing produk)
• Lakukan survey terhadap konsumen untuk mengetahui
selera atau keinginan konsumen khususnya yang berkaitan dengan bentuk, mutu dan harga yang diinginkan konsumen. Dalam hal ini sangat perlu memperhatikan selera atau keinginan konsumen. • Usahakan supaya produk yang dihasillkan mampu bersaing dan memenangkan perasaingan. • Perlu penelitian dan pengembangan produk (R and D) baik yang berkaitan dengan pengembangan produk lama maupun pembuatan produk baru JENIS JENIS PRODUKSI
• Secara umum produksi dilakukan dengan secara kontinyu/terus
menerus (continous) dan tidak kontinyu (batch). • Masing-masing cara ini menghendaki kondisi tertentu sehingga harus disesuaikan dengan produk akhir yang akan dihasilkan
Produksi secara kontinyu
• Jumlah produksi yang akan dihasilkan berjumlah banyak • Produk akhir seragam (terstandarisir) • Proses berurutan sesuai proses produksi • Mesin-mesin bersifsat khusus (Special Purpose Machine) • Operator yang dibutuhan sedikit dan tidak memelukan keterampilan yang tinggi. • Gangguan satu alat akan mengganggu proses produksi secara menyeluruh Kelebihan sistem kontinyu: • Biaya produksi per-unit lebih rendah • Produk lebih seragam dan standar • Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit
Kekurangan sistem kontinyu
• Bentuk produk harus tetap (ganti produk harus ganti alat) • Proses produksi mudah terhenti (bila salah satu alat rusak semua proses terhenti) • Jumlah produksi tetap (kaku/rigid) Sistem batch • Produksi rendah • Produk lebih bervariasi dan bisa disesuaikan dengan keinginan konsumen • Mesin tidak khusus (General Purpose Machine) • Membutuhkan banyak tenaga kerja
Kelebihan sistem batch :
• Lebih fleksibel (bentuk produk lay out pabrik dan sistem produksi) • Mesin lebih murah (General Purpose Machine) • Proses produksi tidak mudah terhenti
Kekurangan sistem batch
• Sulit mengatur jadwal produksi karena satu alat dengan yang lainnya tidak berhubungan langsung • Sulit melakukan pengawasan • Biaya tenaga kerja lebih tinggi