Anda di halaman 1dari 14

Revolusi Industri

Revolusi Industri terjadi di Inggris dari tahun 1760-1840, sebagai proses perkembangan
sosial dan ekonomi. Yaitu berubahnya model ekonomi dari agrikultural menuju industrial,
terutama dengan ditemukannya mesin uap. Urbanisasi meningkat, dan aristokrat turun
kekuasaan dan kapitalisme naik pamor.

Faktor ini adalah pemicu terjadinya revolusi di Eropa dan Amerika pada akhir abad ke-18.

Tipografi
Revolusi Perancis dan Amerika yang menjunjung tinggi liberalisme dan kesetaraan hak
membawa masyarakat lebih berpendidikan dan literasi pun meningkat. Seiring teknologi
percetakan meningkat, produksi barang cetak pun meningkat, alhasil demand untuk media
komunikasi massa meningkat pula.
Namun industrialisasi massal ini menurunkan demand untuk kerajinan tangan. Desain dan
produksi kini adalah unit yang terpisah. Industrialisasi akan bagaimana produksi cetak
dilakukan membuat desain tipografi, ukuran dan bentuknya menjadi lebih bervariatif.

Inovasi dalam tipografi


Sebelum abad ke 19, persebaran informasi melalui buku adalah yang mendominasi media.
Karena industrialisasi, semua hal harus bergerak dengan cepat, termasuk informasi. Hal ini
membuat produksi media komunikasi massal seperti percetakan, periklanan dan poster
berkembang.

Bentuk tulisan yang lebih mudah direproduksi dalam skala besar, memiliki impact visual
yang lebih besar, ekspresif dan responsif (tactile) lebih dibutuhkan. Industri ini

Revolusi Industri 1
membutuhkan tulisan yang dapat menjadi bentuk visual abstrak yang berkontras dengan
objek dan cukup besar untuk papan iklan.

Metode cetak yang digunakan pun mulai beralih dari letterpress menuju lithographic, yang
lebih bisa merender gambar dan tulisan sesuai sketsa/rendisi seniman. Pencetak letterpress
inilah yang berakhir menjadi typefounder, yang merevolusi tipografi.

Revolusi ini bermula di Inggris, yang diyakini dimulai oleh William Caslon. Joseph Jackson
(1792) dan Thomas Cotterell (d. 1785) juga merupakan typefounder yang sukses. Cotterell-
lah yang memulai tren untuk melakukan sand casting pada tulisan display yang tebal (bold)
pada tahun 1765.

Konsep huruf yang besar dan gemuk makin


populer, dan makin tebal seiring
berjalannya dekade. Tren ini membawa kita
pada fat faces, kategori yang dimulai oleh
murid Cotterell, Robert Thorne (d. 1820)
pada tahun 1803. Typestyle fat face
berbentuk roman, namun kontras dan berat
garisnya meningkat dengan menebalkan
bagian heavy stroke. Rasio yang digunakan
adalah 1:2:5 atau 1:2 untuk tinggi huruf
kapital.

Buku typeset Thorne akhirnya dipublikasi


oleh William Thorowgood setelah
kematiannya.

Vincent Figgins, murid dari Joseph Jackson gagal meneruskan perusahaan gurunya karena
William Caslon III membelinya. Alhasil dia membuat typefoundry sendiri, menspesialisasi
dalam simbol matematika, astronomi dan material pengangkaan lainnya. Figgins akhirnnya
mendesain serangkaian bentuk romawi dan mulai bereksperimen dengan typeface lain.
Desain tipografi mulai lebih condong ke desain romawi yang modern dan beberapa style baru
lainnya. Figgins menawarkan stylenya pada tahun 1815 seperti antiques (egyptians) dan font
“3 dimensi”.

Revolusi Industri 2
Antique dikenal dengan gayanya yang
seperti slab-serif, dimana berat dari garisnya
disebarkan secara rata, dengan cender dan
descender-nya yang pendek. Sebutan
Egyptian untuk typeface ini berasal dari
katalog Thorne yang dipublikasikan oleh
Thorowgood, yang mungkin dinamai
demikian karena kekagumannya akan
budaya Mesir. Nama ini makin
dikonsolidasi oleh invasi Napoleon pada
Mesir, dan bisa jadi menjadi inspirasi nama
dari typeface ini. Ada pula yang berteori
karena bentuknya yang “chunky” dan
geometris diambil dari beberapa artefact.

Pada tahun 1830, muncul sebuah variasi


dari egyptian, yang lebih berkontras tebal
tipisnya, namun lebih
ramping(”bracketed”), disebut sebagai
ionic. William Thorowgood pun merilis
Clarendon, yang merupakan varian dari
Egyptian- seperti Ionic, namun lebih ringan
ketimbang Ionic.

Revolusi Industri 3
Typefounder Inggris berusaha membuat semua desain yang ada dengan memodifikasi bentuk
dan menambahkan dekorasi, seperti memberi ilusi tiga dimensi oleh Vincent Figgins. Motif
seperti tanaman, gambar dan elemen dekoratif pun di integrasikan.

Sans-serif dibuat pada awal 1800-an, dengan debutnya pada tahun 1816 oleh William Caslon
IV. Tertulis di bagian belakang buku, ditulis dengan all-capital, “W CASLON JUNE
LETTER FOUNDER”. Egyptian face dengan serif yang dihilangkan, diberi nama “Two
Lines English Egyptian”.

Pada tahun 1830, mulai bermunculan lebih banyak sans serif dengan nama yang berbeda
beda seperti berikut.

Caslon dengan nama Doric (Thorowgood


mengatakan bahwa font itu menjijikkan)
Blake and Stephenson menamakan versi
mereka sans-surryphs
Boston Type dan Stereotype Foundry di AS
menamakannya Gothics karena kepekatan
hitamnya. Istilah ini masih dipakai di
beberapa font (e.g. Century Gothic)
Vincent Figgins lah yang menamakan font
ini sans-serif pada tahun 1832, menekankan
ciri khas dari style ini.

Banyak percetakan di Jerman yang tertarik akan sans-serif, dan merilis font sans-serif
pertama dengan bentuk lowercasenya. Di akhir paruh abad 19, sans-serif makin sering
digunakan.

Revolusi Industri 4
Wood-type Poster
Karena display yang diminta makin besar, metode untuk membuat cetakan dengan lelehan
besi dalam skala besar memiliki banyak kendala.
Darius Wells (1800-1875) memulai eksperimennya dengan cetakan menggunakan kayu
untuk display printing. Pada tahun 1827, dia menemukan router lateral yang memungkinkan
produksi massal dari metode cetak ini. Wood type mendominasi percetakan masa itu karena
lebih awet, ringan dan murah ketimbang metal type. Pada Maret 1828, Wells pun meriliskan
idenya ini ke publik.
Munculnya display typography ini dan naiknya demand untuk poster publik oleh klien,
dari sirkus yang berkelana maupun kelompok penampil dan pengumuman akan jalur rel
terbaru, membuat percetakan berspesialisasi dalam letterpress. Percetakan pada abad ke 18
berfokus pada koran dan buku, sementara poster dan broadsheet cenderung menjadi khas
abad ke 19.

Kompositor yang menyusun tulisan, aturan dan ornamennya adalah yang berkonsultasi
dengan klien. Dengan range akan bahan, filosofi desain mereka adalah menggunakannya.
Kuncinya adalah untuk menyatukan semua elemen dan membuat tekanan horizontal dan
vertical dari desain tersebut, ini menjadi basic organizing principle
Desain yang digunakan bersifat pragmatis ketimbang estetis. Kata-kata panjang di condense
dan kata kata pendek di expand. Kata-kata yang penting dibesarkan, dan seterusnya.
Percetakan yang berfokus pada tipografi dan letterpress ini mengalami penurunan pada
tahun 1870 dikarenakan berkembangnya percetakan lithographic, yang mengubah trennya
menjadi lebih berorientasi pada warna dan gambar. Ini pun diikuti oleh menurunnya minat
pada media hiburan yang berkeliling, berkembangnya koran dan space advertising, lalu
restriksi hukum akan pemasangan poster, menghilangkan gaya ini sepenuhnya di penghujung
abad 19.

Revolusi percetakan
Semenjak Gutenberg, banyak perubahan dan improvisasi akan mesin cetak dilakukan,
terutama pada Revolusi Industri. Improvisasi yang paling penting salah satunya adalah untuk
membuat handpress (lengan cetak)-nya lebih kuat dan efisien. Lord Stanhope membuat
printing press yang sepenuhnya dibuat oleh besi pada tahun 1800. Mekanisme ini
membutuhkan 1/10 dari pekerjaan manual yang dibutuhkan untuk mencetak dengan wooden
press, dan mampu mencetak dengan ukuran 2 kali lipat.

Inovasi ini memang cukup untuk menyokong apa yang akan datang, yaitu percetakan sebagai
operasi pabrik yang cepat.

Revolusi Industri 5
Friedrich Koenig pada tahun 1804 menjabarkan rencananya untuk pembuatan mesin cetak
yang ditenagai uap pada percetakan-percetakan besar di London. Mendapatkan support
finansial dari Thomas Bensley pada tahun 1807, Koenig mendapatkan patentnya pada Maret
1810. Percobaan produksi pertamanya adalah untuk mencetak 3000 lembar untuk The
Annual Register pada April 1811. Mesin cetak ini dapat mencetak 400 lembar per jam,
lebih cepat dibandingkan 250 lembar per jam dengan mesin cetak Stanhope yang masih
menggunakan tenaga manusia.
Desain Koenig mirip dengan mesin hand press Stanhope. Metode penintaannya
menggunakan roller, berbeda dengan Stanhope yang menggunakan hand inking ball. Gerakan
tympan dan frisketnya bersifat otomatis. Percetakan ini adalah awal dari perkembangan
Koenig menuju percetakan dengan kekuatan uap dan stop-cylinder .

Dalam fase cetak, silindernya akan memutar diatas ketikan, membawa lembaran kertas
untuk dicetak.

Cetakannya akan berhenti ketika kertasnya berpindah untuk ditinta dengan roller.

Sementara silindernya berhenti, petugas percetakan akan memasukkan lembaran baru


kedalam mesinnya.

John Walter II dari The Times di London me-commission Koenig untuk membangun 2 mesin
cetak double cylinder dengan mesin uap. Mesin ini mampu mencetak 1100 impresi per jam di
kertas 90 x 56 cm. Mesin inipun awalnya dioperasikan secara diam-diam untuk menghindari
pegawai untuk mogok karena pekerjaannya digantikan uap. Diancam oleh pegawai yang
marah, Koenig meminta Walter untuk mengumumkan bahwa

“The Times is already printed-by steam.”

Pada tahun 1815, William Cowper mendapatkan paten atas mesin cetak menggunakan plat
melengkung yang membungkus silinder. Mesin cetak ini dapat mencetak 2400 impresi per

Revolusi Industri 6
jam, dan mencetak 1200 lembar di kedua sisinya. 1827, The Times mengkomisi Cowper dan
partnernya, Ambrose Applegath, unruk membuat mesin cetak dengan 4 silinder tenaga uap
dengan plat stereotype yang melengkung. Mesin ini dapat mencetak 4000 lembar per jam,
bolak balik.

Dengan adanya perkembangan teknologi ini, biaya cetak makin murah sementara ukuran
buku dan edisi meningkat. Pada tahun 1830, percetakan melakukan ekspansi besar besaran.
Ketika dahulu percetakan hanya melayani kebutuhan gereja dan pelajar, kini literasi dapat
diakses oleh semua orang.

Percetakan yang cepat tentunya disokong oleh suplai kertas yang besar. Nicolas Louis
Robert menciptakan prototipe mesin pembuat kertas pada tahun 1798, namun dihambat oleh
Revolusi Perancis. John Gamble pun mematenkan desainnya sendiri pada tahun 1801.
Mirip seperti prototipe Robert, mesin ini bekerja dengan menuangkan serat dan air dalam
bilah dengan conveyor belt yang bergetar.
Paten inipun akhirnya dibeli oleh Henry and Sealy Fourdrinier yang mempromosikan
mesin ini sebagai mesin Fourdrinier sampai sekarang. Walau mereka menyempurnakan
mesin tersebut, usaha mereka pun hancur pada akhirnya.

Mekanisasi Tipografi
Pada pertengahan abad ke 19, percetakan mampu memproduksi 25000 cetakan per jam,
namun tiap huruf dari masing-masing kata-kata dan buku harus di atur secara manual. Paten
pertama untuk mesin komposisi pertama didaftarkan pada tahun 1825.
Ottmar Mergenthaler (1854-1899) menyempurnakan mesin linotypenya pada tahun 1886.
Sebelum dia, sudah banyak orang mematenkan pesin ketik dan investasi untuk typesetting
otomatispun sedang maraknya. Sebelum Linotype diciptakan, harga cetak masih sangatlah
mahal, membatasi kapasitas koran dengan hanya 8 halaman.

Mergenthaler mendemonstrasikan mesin ketiknya di kantor the New York Tribune pada
tanggal 3 Juli 1886. Nama Linotype sendiri berasal dari reaksi Whitelaw Reid, editor dari
Tribune, yaitu :

“Ottmar, you’ve done it! A line o’ type.”

Sistem Linotype Mergenthaler menggunakan tabung vertikal yang dikontrol oleh keyboard,
dan tabung vertikal ini diisi oleh matriks tembaga. Tiap kali operator memencet key, matriks
untuk huruf itu dikeluarkan. Timbal cair dituangkan bersama matriks tersebut untuk membuat
gumpalan dengan garis ketikan yang berbeda. Mesin ini dapat melakukan kapasitas kerja
yang sama dengan 7-8 typesetter pada masa itu. Perkembangan ini membuat Linotype
menggantikan banyak typesetter handal, alhasil menimbulkan kekacauan dan ancaman untuk

Revolusi Industri 7
instalasinya. Namun ini membuat harga media literasi menurun dan aksesibel, bahkan
mendorong munculnya koran berilustrasi karena biaya yang digunakan untuk tulisan dapat
berkurang, dan investasinya dapat menuju ilustrasi.

Perkembangan ini menimbulkan persaingan ketat antar metode dan percetakan, karena
masing-masing memiliki spesialisasi dan tujuannya sendiri. Pencurian desain typografi
makin umum pula, dengan adanya tekonologi electroplate mereka dapat mencetak dan
menjual matriks yang digunakan.

Bagaimanapun juga munculnya mesin yang mendukung percetakan ini membuka era baru
dimana komunikasi bisa dilakukan secara massa, dan literasi meningkat, membawa semangat
revolusi yang memulai ini semua.

Fotografi
Reproduksi sebuah gambar dari persiapan plat cetak adalah hal yang umum dilakukan sampai
fotografi ada.

Konsep kamera yang paling awal diketahui adalah camera obscura (tsl. ruangan gelap),
konsep yang sudah ada sejak abad ke-4 SM. Cahaya yang melewati celah diprojeksikan ke
sisi yang berlawanan dan membentuk gambar dari objek yang ada diluar ruangan. Metode ini
biasa dipakai oleh seniman sebagai alat bantu gambar. Pada tahun 1665, sudah ada camera
obscura berukuran kecil dan portabel didalam kotak.

Apa yang mengubah camera obscura menjadi kamera yang kita tahu sekarang adalah
penggunaan kertas sensitif cahaya sebagai mediumnya.

Penemuan fotografi
Joseph Niepce (1765-1833) adalah orang yang pertama kali membuat gambar fotografis. Dia
memulai eksperimennya dengan mencari cara untuk mentransfer gambar ke plat cetak secara
otomatis. Niepce memiliki usaha percetakan litografi untuk gambar religius populer.
Anaknya, Isadore, adalah yang biasa bertanggung jawab untuk membuat gambar yang akan
ditransfer ke plat litografinya. Isadore berakhir menjalani wajib militer, dan sang ayah tidak
memiliki kemampuan menggambar yang diperlukan untuk membuat plat transfernya.

Revolusi Industri 8
Karena itu Niepce mencari cara untuk
membuat plat tanpa perlu menggambar.
Pada tahun 1822, proses pembuatan
tekniknya seperti berikut :

Ia melumuri lempeng perak ( tsl.


pewter = timbal & perunggu) dengan
aspal yang sensitif cahaya yang disebut
bitumen of Judea.

Aspal ini dapat mengeras ketika


terekspos pada cahaya.

Di sandingkan dengan gambar yang


diminyaki agar transparan, di cetak
menuju lempeng perak tersebut dengan
eksposur cahaya matahari.

Lempengan itu kemudian dibersihkan


dengan minyak untuk menghilangkan
bagian yang tidak mengeras, kemudian
di etching dengan asam untuk membuat
duplikat dari yang asli.

Proses ini dia sebut sebagai heliogravure


(tsl. sun engraving)

Pada tahun 1826, Niepce mencoba untuk melakukan teknik ini ke pemandangan diluar
rumahnya sendiri, seperti bagaimana camera obscura biasa digunakan. Niepce pun
mengganti platnya dengan plat perunggu yang dilapisi perak untuk mempertajam gambarnya.

Revolusi Industri 9
Setelah kematian Niepce pada tahun 1833, koleganya, Louis Jacques Daguerre menyimpan
ide Niepce, menyempurnakan prosesnya, dan mempresentasikannya pada French Academy
of Sciences pada 7 Januari 1839 .

Dalam proses Daguerre, yang akhirnya disebut daguerreotype, adalah sebagai berikut :

Plat perak-tembaga dibuat menjadi lebih sensitif dengan menaruh sisi perak menghadap
bawah, diatas seisi kontainer dengan kristal iodin.

Uap dari iodin ketika digabungkan dengan perak membentuk perak iodida yang sensitif
akan cahaya untuk membentuk gambar laten.

Gambar yang bisa dilihat terbentuk setelah menaruh platnya diatas merkuri yang sudah
dipanaskan.

Uap merkuri akan membentuk alloy dengan perak yang terekspos, dan bagian perak
iodidanya dihilangkan dan kemudian di beri air garam.

Platnya akan tampak gelap di area yang tidak disentuh cahaya. Bagian cerahnya adalah
hasil dari merkuri dan perak yang bervariasi densitasnya.

Daguerreotype memiliki limitasi, karena ukuran gambarnya dibatasi oleh ukuran plat yang
sudah ditentukan. Hasil akhirnya juga cenderung mengkilap dan menimbulkan glare dan
seringkali ketika dilihat dari sudut tertentu menimbulkan gambar negatif.

Revolusi Industri 10
William Henry Fox Talbot (1800-1877) memulai proses yang menjadi basis fotografi dan
penggunaan pembuatan plat secara fotografis untuk cetak.

1. Talbot merendam kertas dalam larutan lemah, dan kemudian diberikan larutan perak
nitrat yang pekat untuk membuat kertas itu menjadi sensitif akan cahaya.

2. Kertas ini bila diberi barang diatasnya, seperti renda dan daun kemudian dipaparkan
sinar matahari

3. Bagian yang terkena cahaya akan menggelap, lalu bagian yang tidak terkena sinar
matahari akan dibasuh dengan larutan potassium iodida, membuat kertasnya tidak
sensitif pada cahaya.

Talbot menyebut gambar ini sebagai photogenic drawing, yang kemudian kita sebut sebagai
photogram. Talbot juga menggunakan metode ini untuk membuat foto dari benda
mikroskopik.
Talbot pun mempresentasikan ide ini pada Royal Society dengan judul “Some Account of the
Art of Photogenic Drawing”, 3 minggu setelah presentasi Daguerre, pada 31 Januari 1839.

Sir John Herschel (1792-1871), astronomer dan ahli kimia, mengatasi masalah yang
dihadapi oleh Talbot dan Daguerre. Tidak hanya menduplikasi hasil Talbot, Herschel
membuat inovasi dengan penggunaan sodium tiosulfat untuk membuat gambar permanen.
Pada 1 Februari 1839, Herschel membagikan ini pada Talbot. Daguerre dan Talbot
mengadopsi teknik ini dan menggunakannya untuk me-fix gambarnya.

Sekitaran waktu yang sama, Talbot menemukan solusi untuk membenarkan reversed image
dengan melakukan contact printing ke kertas lain yang sensitif pada cahaya. Herschel
menamakan reversed image ini sebagai negative, dan contact print yang mengembalikan
value gambarnya sebagai positive. Istilah photography juga diciptakan oleh Herschel,
berasal dari bahasa yunani photos graphos yang berarti menggambar dengan cahaya.

Pada akhir 1840, Talbot membuat kertasnya memiliki sensitivitas cahaya yang lebih tinggi,
menunjukkan gambar laten, kemudian menunjukkan wujudnya setelah dilepas dari kamera.
Proses ini dia sebut sebagai calotype , kemudian talbotype.

Sisi positif calotype dibuat dengan mengapit kertas sensitif cahaya di bawah sisi negatif
calotype, menyebabkan cahaya matahari terdifusi oleh serat dari sisi negatif.

Karena sisi negatif ini dapat digunakan untuk material sensitif cahaya lain dan
digunakan untuk membuat proses plat cetak, calotype lebih mudah untuk direproduksi.

Pembuatan sisi positif membutuhkan material yang sensitif untuk mencerminkan dengan sisi
negatif gambar. Abel Niepce de Saint Victor (1805-1870), keponakan Joseph Niepce,

Revolusi Industri 11
menciptakan proses albumen, dimana plat kaca dilapisi putih telur yang mengandung
senyawa potassium dan iodin, yang kemudian disensitifkan dengan perak nitrat.
Proses ini kemudian digantikan oleh proses collodion yang diciptakan oleh pemahat asal
Inggris, Frederick Archer (1813-1857), dalam edisi Maret 1850 dari Chemist.
Dibuat dari pyroxyline (nitroselulosa) yang dilarutkan dalam alkohol dan eter, kemudian di
sensitifkan dengan senyawa iodin, kemudian dituangkan ke plat kaca.

Plat tersebut kemudian dicelupkan dalam perak nitrat, kemudian dimasukkan ke kamera
sementara masih basah.

Karena tidak dipatenkan, proses ini menyebar lebih cepat dari daguerreotype dan
calotype, hampir menggantikan kedua proses tersebut pada tahun 1850.

Archer dan temannya P.W. Fry membuat beberapa modifikasi. Herschel telah mengobservasi
bahwa ketika sebuah negative dilihat sebagai kebalikan dari latar hitam, akan dilihat sebagai
positive. Dasarannya warna makin jauh dari hitam, makin positif. Sisi negatif yang
transparan dapat ditutupi dengan menaruh kain hitam dibawah sisi positifnya untuk membuat
gambar utuh, proses ini disebut ambrotype. Ketika collodion ditutupi besi dengan coating
hitam, proses ini disebut sebagai tintype.

Revolusi Industri 12
Plat collodion yang basah ini pun digantikan dengan plat kering (dry plate) pada tahun 1877,
dengan membuat emulsi gelatin pada plat. Proses ini kemudian sepenuhnya tergantikan
setelah tahun 1880.

George Eastman (1854-1932), salah satu


produsen dry plate mengenalkan fotografi
pada khalayak umum dengan dikenalkannya
kamera Kodak. Inovasi ini membuat
kalangan umum pun dapat membuat foto
untuk diri mereka sendiri.

Aplikasi fotografi pada percetakan


Pada awal 1840, ada peningkatan penggunaan wood engraving karena teknik Thomas
Bewick dalam melakukannya. Wood engraving dapat dimasukkan bersama letterpress dan
dicetak berrsama tulisan sementara litograf dapat dicetak dalam model cetak yang berbeda.
Pada tahun 1871, John Calvin Moss dari New York memulai metode photoengraving secara
komersil dengan memasukkan gambarnya ke plat letterpress.

Sisi negatif dari gambar dibuat menggunakan kamera yang digantung dari langit langit
dengan tali untuk menghindari getaran.

Negatif ini akan di contact print ke plat besi dengan emulsi sensitif cahaya, kemudian
ditorehkan dengan asam.

Kemudian plat besi ini akan dipasang bersama typeblock.

Firmin Gillot juga menyempurnakan gillotage untuk mentransferkan gambar fotografis ke


letterpress. Pada tahun 1875, anaknya, Charles membuka perusahaan cetak foto pertama di
Paris.

Sebelum memungkinkannya mencetak massal foto, foto biasa digunakan sebagai referensi
untuk membuat wood engraving. Pada tahun 1860-1870an, wood engraving yang digambar
berdasarkan foto menjadi elemen penting dalam komunikasi massal.

Revolusi Industri 13
Riset untuk mencari cara mencetak foto secara massal dimulai dari Talbot dengan usahanya
membuat tone yang berbeda menjadi titik dengan ukuran yang bermacam macam agar bisa
diaplikasikan dengan relief press pada tahun 1850.
Ada paten dari Perancis pada tahun 1857 membuat line screen dengan membuat sekumpulan
garis horizontal pada background pekat. Solusi ini digunakan oleh New York Daily Graphic
pada 4 Maret 1880, reproduksi dari foto pertama dengan range tone penuh pada koran.
Pola mekanikal yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal adalah yang digunakan
Frederick E. Ives untuk mencetak gambar halftone pada tahun 1885. Jumlah cahaya yang
masuk menentukan seberapa besar titik dari tone itu terbuat. Pada tahun 1893, Max dan
Louis Levy menciptakan halftone komersil menggunakan glass screen.

Sebuah mesin digunakan untuk menulis garis paralel pada lapisan tahan asam suatu kaca.

Setelah asam tersebut sudah ditorehkan pada kaca, celah dari garis tersebut diisi dengan
materia pekat, dan dua bilah kaca yang digaris ini dihimpitkan berhadapan, satu vertikal
dan satu horizontal.

Aplikasikan tinta, dan tone dari gambar akan muncul.

Foto berwarna adalah hal yang penting, foto berwarna pertama dicetak pertamakali oleh
majalah L’’Illustration pada tahun 1881. Namun proses memisahkan warna secara mekanis
rumit dan menghabiskan waktu, dan masih bersifat eksperimental.
Seiring berkembangnya teknologi ini, mereka mulai menghilangkan orang yang bekerja
diantara proses ini. Pengrajin yang membuat plat cetak terpaksa berganti profesi dan pensiun
karena kerajinan mereka sudah mati. Tahun yang dilalui untuk belajar dan menguasai seni ini
dihilangkan dengan sekadar klik dari sebuah kamera. Proses yang dahulu membutuhkan
waktu seminggu kini hanya perlu waktu 2 jam dengan tarif yang lebih murah.

Revolusi Industri 14

Anda mungkin juga menyukai