Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ester Mei Silaban

Nim : 190200155

M. Kuliah : Bahasa Indonesia

Grup : KKNI

BAB V

DIKSI DALAM BAHASA INDONESIA

5.1 Pengertian Diksi

Diksi artinya pilihan kata atau memilih kata. Diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal
karang-Mengarang, tulis-menulis dan tutur sapa. Setiap penulis maupun pembicara bila ingin
menyampaikan buah pikiran, pendapat, dan pernyataan sudah tentu memakai bahasa sebagai alatnya.
Bahasa yang dipergunakan haruslah bahasa yang baik dan benar, sehingga karangan ataupun tutur
tersebut menjadi bernilai dan berbobot.Bahasa yang baik dan benar ini dapat dicapai bila diksi
diperhatikan dengan baik. Untuk memilih kata secara baik, maka seseorang itu harus mengetahui
kekayaan bahasa yang bersangkutan.

 Diksi sesuai dengan Kaidah Makna Bahasa

Kata yang bersangkutan.Kesulitannya adalah orang tidak dapat lagi Diksi pada bagian ini harus
memperhatikan makna dasar membedakan mana makna dasar dan makna yang telah mengalami
Perjalan sejarah pengalaman pribadi, perbedaan pada lingkungan.

Perbedaan perasaan, perbedaan tujuan, perbedaan nilai-nilai makna dan perbedaan profesi. Maka
untuk mengenal makna dasar dengan baik satu-satunya cara adalah dengan membuka dan membaca
kamus besar bahasa yang bersangkutan. Tidak segan-segan melihat
Dan membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia yang bersangkutan.Makna dasar sepatah kata disebut
denotasi. Sedangkan makna-makna yang lain adalah makna asosiatif, atau selalu pula Disebut orang
makna konotatif.

Diksi menurut kaidah makna bahasa harus diperhatikan dari sudut makna kata itu sendiri, antara lain

(1) Makna Denotatif;

(2) Makna Asosiatif, yang terdiri atas

a. Makna Konotatif

b. Makna Stilistik

c. Makna Afektif

d. Makna Reflektif

e. Makna Kolokaktif

f. Makna Interpreaktif

1. Makna Dasar Denotatif

Makna Denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya, makna yang sesuai dengan hasil
observasi yang diberi batasan. Pengertian yang dikandung oleh sepatah kata pada bagian Ini adalah
objektif. Nama lain untuk makna denotatif adalah makna onseptual, yaitu makna menurut konsep yang
ada. Penilaian Emosional dan subjektifperlu ditinggalkan dan selalu Mempertahankan makna denotatif /
konseptual bila seseorang sedang bekerja secara ilmiah, dalam karangan argumentatif,Deskriptif, atau
ekpositoris.

Dalam diksi yang pertama ditemui makna denotatif atau makna konseptual ini. Namun kesalahpahaman
masih selalu ditemui karena makna konseptual ini tidak sesuai lagi dengan lingkungan pemakainya,
makna denotatifnya meleset, tidak kena lawan bicara, atau penempatannya secara sintaksis salah.

2.Makna Asosiatif

Makna asosiatif berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, perasaan
pemakai bahasa, nilai nilai masyarakat pemakai bahasa, dan perkembangan bahasa itu Sesuai dengan
kehendak pemakai bahasa.

a) Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna subjektif yang timbul karena tambahan-tambahan sikap sosial, sikap
pribadi, sikap diri,dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna
konotatif berbeda dengan pribadi ke pribadi,dari daerah ke daerah, dari kelompok masyarakat ke
kelompok masyarakat, dari zaman ke zaman.
b) Makna Stilistik

Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan kata dalam tutur/karang-mengarang sesuai dengan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa tersebut.Makna stilistik dapat dibedakan berdasarkan

(1) Profesi, seperti bahasa hukum, bahasa iklan.

(2) Status, seperti bahasa percakapan, jargon.

(3) Modalitas, seperti bahasa kuliah, bahasa memorandum, bahasa Lelucon.

(4) Pribadi, seperti gaya Soekarno, gaya Idrus.

Makna stilistik ada hubungannya dengan gaya bahasaDalam bidang retorik (pidato).

c) Makna Afektif

Makna afektif berhubungan pembicara/pemakai secara pribadi baik terhadap lawan bicara maupun
terhadap objek pembicaraanya. Makna afektif akan lebih dengan perasaan terasa pada bahasa lisan
daripada tulisan secara pilihan kata. Makna afektif berhubungan dengan perasaan pembicara/ pemakai
secara pribadi baik terhadap lawan bicara maupun terhadap kepada apa yang ia katakan objek
pembicaranya.

“Keluar!”

“Tutup mulutmu!”

Makna afektif mempergunakan pengantar Konseptual, makna konotatif dan makna stilistik.

 Diksi sesuai dengan Kaidah Hubungan Sosial Bahasa

Dalam diksi ini harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata yang dipergunakan, dengan
membedakan lingkungan itu berdasarkan tingkatan sosial, daerah geografi, resmi dan tak resmi,
(standar dan nonstandar), lingkungan bersifat profesi, dan sebagainya.Bahasa karang-mengarang harus
mempergunakan bahasa Indonesia standar, perlulah dibiasakan membaca naskah tulisan para
pengarang yang baik.Diksi juga harus memperhatikan pilihan kata dan makna yang bersifat professional.
Diksi berdasarkan profesi merupakan pilihan kata yang telah dilazimkan jika orang membicarakan
masalah tertentu.

BAB VI

GEJALA BAHASA
1. Kontaminasi

Istilah kontaminasi diambil dari bahasa Inggris"Contamination" yang dapat diberi arti pencemaran.Di
bidang bahasa, gejala bahasa tersebut kita padankandengan kata kerancuan. Kata kerancuan diturunkan
dan bentuk dasar rancu yang mendapat simulfiks ke-an rancu bersinonim dengan kacau. Jadi, kerancuan
berarti kekacauan,

Bentuk-bentuk yang rancu atau kacau yang muncul dalam bahasa dapat dianggap sebagai sesuatu jenis
pencemaran di dalam bahasa.Yang dirancukan ialah susunan dua unsur bahasa baik unsur itu imbuhan,
kata ataupun kalimat.

Kontaminasi bahasa dapat dibedakan atas :

a) Kontaminasi kalimat.

b) Kontaminasi pembentukan kata,

Penggunaan bahasa dewasa ini, sangat sering kita jumpai kontaminasi dalam bentuk kalimat. Jika dilihat
selayang pandang,seolah-olah tidak ada yang salah. Namun, bila kita perhatikan benar-benar, akan
tampak kepada kita gabungan unsur yang tidak sesuai pasangannya,Terutama kalimat rancu yang
dimulai dengan kata depan:di, pada, dalam, kepada, sebagai contoh kalimat yang rancu.

1) Di antara ketiga dialek itu memiliki perbedaan yang besar.

Kalimat yang betul susunannya:

a) Ketiga dialek itu, meiliki perbedaan yang besar.

b) Di antara ketiga dialek itu terdapat perbedaan yang besar.

2) Pada film ini menggambarkan ketika Basri melawan Sugiarto,

Semua Kata depan yang terletak di depan kalimat yang rancu itu menganggu susunan kalimat itu.

Timbulnya kalimat --kalimat rancu disebabkan oleh:

a). Pemakai tidak menguasai benar struktur bahasa Indonesia yang baku dan yang benar

b) Pemakai bahasa tidak memiliki rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan
bahasa yang dibuatnya.
c) Dapat juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja karena ketika ia akan menuturkan suatu kalimat
yang hampir sama dengan struktur dan makna nya yang akan ditentukannya itu.

Gejala kontaminasi pada kata bentukan,:

1 Mengenyampingkan

2. Dipelajarkan

3. Dipertinggikan

6.2 Pleonasme

Kata yang berasal dari kata latin pleonasmus yang berarti kata yang berlebih-lebihan

Ada beberapa macam:

1) Dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan

2) Dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata , kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi
sebab maknanya sudah terkandung Dalam kata yang pertama

3. Bentuk kata yang dipakai bersama --sama dalam ungkapan itu

Contoh: Pada zaman dahulu kala,kata zaman sama maknanya dengan kata kala, seharusnya pada zaman
dahulu,atau dahulu kala.

6.3 Hiperkorek

Secara harfiah Hiperkorek bermakna selalu tepat atau terlampau benar dalam ilmu bahasa diartikan
melampaui batas teoatatau benar sehingga menjadi salah.

Gejala Hiperkorek umumnya bersangkut paut dengan masalah pengucapan kata ejaan

Bentuk Hiperkorek yang lain juga berasal dari bahasa Arab ialah taurat,taubat,Taufan.

Anda mungkin juga menyukai