Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAU PUSTAKA

Tumbuhan sambang darah (Excoecaria cochinchinensis L) merupakan


tanaman perdu yang tumbuh tegak dan mempunyai tinggi 0,5 – 1,5 m,
percabangan banyak, getahnya berwarna putih dan beracun. Daun tunggal,
bertangkai, helaian daun bentuknya jorong sampai lanset memanjang, ujung
dan pangkal runcing, tepi bergerigi, tulang daun menyirip dan menonjol
pada permukaan bawah, panjang 4 – 15 cm, lebar 1,5 – 4,5 cm, warna daun pada
permukaan atas hijau tua, dan permukaan bawah merah gelap. Daun muda
warnanya lebih mengkilap. Tanaman ini biasa ditanam sebagai tanaman hias,
atau tanaman penghias jalan, karena warna daunnya yang cukup cantik. Daun
sambang darah mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin dan tripenoid
sebagai antibakteri. (Nizar et all, 2016)

Bagian dari tanaman sambang merah yang sering dimanfaatkan oleh


masyarakat adalah daunnya yang telah lama dipercaya dapat mengobati penyakit
disentri dan pendarahan. (Herbie,2015).

Penggunaan tumbuhan sebagai obat berkaitan dengan kandungan


kimianya terutama zat bioaktif. Senyawa bioaktif dapat ditemukan pada bunga,
daun, akar, dan batang. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan
merupakan senyawa metabolit sekunder seperti golongan alkaloid, flavonoid,
steroid, terpenoid, dan saponin.

Antioksidan adalah suatu molekul yang memiliki peran untuk melindungi


kulit terhadap berbagai kerusakan sel yang terjadinya akibat radiasi UV dan juga
berperan dalam antipenuaan. Tanaman dikenal sebagai antioksidan alami yang
baik bagi kulit karena minim efek samping. Umumnya tumbuhan yang berkhasiat
sebagai antioksidan mengandung polifenol, karotenoid dan yang paling utama
adalah flavonoid. (Haerani et all, 2021)

Kemampuan senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun jambu biji


dapat merusak sel bakteri dan mendenaturasi protein yang akibatnya pertumbuhan
bakteri menjadi terhambat. Terdapat tiga cara dalam aktivitas antibakteri pada
senyawa flavonoid yaitu membunuh dan melumpuhkan bakteri, mengaktifkan
kemampuan antibiotik secara sinergis, dan selanjutnya melemahkan proses
patogenitas dari suatu bakteri. (Handarni et all., 2020)
Jerawat adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh peradangan,
terjadinya penyumbatan pori-pori pada kulit dan juga disebabkan oleh adanya
aktivitas bakteri penyebab jerawat yaitu bakteri Propionibacterium acne. Bakteri
tersebut pada dasarnya adalah flora normal pada permukaan kulit, namun saat
minyak terperangkap dalam folikel rambut, maka pada saat itulah bakteri
Propionibacterium acne akan berkembang biak. (Fauzi dan Nurmalina, 2012:86)

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya


menyatakan bahwa daun sambang darah memiliki sifat antibakteri dan
antioksidan, yaitu hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu Budaya (2006)
yang menunjukkan bahwa ekstrak daun sambang darah (Excoecaria
cochinchinensis L) dengan penyari etanol memiliki aktivitas antibakteri serta
penelitian yang dilakukan oleh P. Leelapornpisid (2005) menunjukkan bahwa
ekstrak etanolik daun sambang darh menunjukkan kemampuan aktivitas
antibakteri terhadap Propionibacterium acnes.

Toner adalah suatu sediaan kosmetik yang berbentuk cairan dan


didalamnya terkandung zat-zat aktif untuk mengatasi masalah pada kulit wajah
khusunya jerawat. Dengan dibuatnya senyawa bahan alam menjadi toner maka
dapat mempercepat penyembuhan pada kulit wajah karena mudah meresap ke
dalam pori-pori, menutrisi kulit serta dapat menjaga kelembaban kulit wajah.
(Antara et all., 2022)

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika

Antara, I.P.S., Megawati, F., Dewi, N.K.A. 2022. Trend Pemilihan Sediaan
Kosmetik Herbal pada Kulit Wajah. Vol.2. No.1. hal. 43-50. Denpasar :
Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati

Haerani, A., Chaerunisa A.Y., Subarnas A. 2021. Antioksidan Untuk Kulit. Vol 16. No
2. Bandung : Universitas Padjajaran.
Fauzi, A.R.; Nurmalina, R.: Merawat Kulit dan Wajah. Gramedia, Jakarta, 2012, 16-
18.

Fijriati, L., Maulana, L.F., Pudjono. 2022. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava,L.,) dengan Penyari Etanol dan Kloroform terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus. 2022. Vol. 2. hal 33-38.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan


perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). Jurnal Agronomi
Indonesia. 37

Yani, I. S., Muthmainah, N., & Yasmina, A. (2020). Perbandingan Aktivitas


Antibakteri Ekstrak Daun Tanjung dan Daun Jambu Biji Terhadap Salmonella
typhi In Vitro. Homeostasis, 3(2), 277–282.
http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/hms/article/view/1999
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.
Halaman 36. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kamath, J., Rahul, N., Ashok Kumar, C., & Lakshmi, Sm. (2008). Psidium guajava L: A
review. International Journal of Green Pharmacy, 2(1), 9. https://doi.org/10.4103/0973-
8258.39155

Handarni, D., Putri, S. H., & Tensiska, T. (2020). Skrining Kualitatif Fitokimia Senyawa
Antibakteri pada Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidiium guajava L.). Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis Dan Biosistem, 8(2), 182–188.
https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.02.08

Indriani, S.. (2006). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.).
J.II.Pert.Indon. 11: 1.

Anda mungkin juga menyukai