Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penentuan titik lebur sangat berperan dalam dunia kerfarmasian, karena
melalui hal tersebut suatu senyawa obat murni dapat ditentukan
kemurniannya melalui penentuan titik leburnya. Bukan itu saja, melalui
penentuan titik lebur dari bahan suatu obat juga dapat digunakan dalam
pembuatan sediaan obat, serta dibutuhkan penentuan cara penyimpanan suatu
sediaan obat agar tidak mudah mengalami kerusakan. (Kosman, 2005)
Titik lebur merupakan temperatur dimana suatu zat padat mulai melebur
pada tekanan 1 atm. Dengan menentukan titik lebur dari suatu sediaan obat,
maka akan dapat diketahui apakah zat tersebut murni atau sudah
terkontaminasi dengan pengotoran zat-zat lainnya. Beberapa hal yang
berpengaruh pada hasil pengukuran titik lebur yaitu suhu, tekanan dalam
ruangan dan kelembaban. Jika suatu zat tercampur atau terkontaminasi
dengan zat pengotor maka akan berpengaruh besarnya titik lebur suatu zat
murni. (Martin, 1990)
Alat yang dipakai dalam penentuan titik lebur adalah melting point
apparatus. Dalam bidang farmasi tentunya melting point berfungsi untuk
menentukan titik lebur suatu zat yang akan diuji. Pada proses kerjanya di
bidang farmasi, alat ini sangat penting dalam mengetahui sifat dari bahan
yang digunakan dalam sediaan obat. Biasanya, zat yang digunakan dalam
menentukan titik leburnya adalah senyawa organik.  Teknik yang digunakan
dalam proses kerjanya adalah teknik kapiler. Farmakope telah menganggap
teknik kapiler ini sebagai teknik standar untuk penentuan titik lebur. Ditjen
POM, 1979)
Dalam praktikum ini dilakukan penentuan titik lebur terhadap beberapa
bahan obat untuk menentukan kemurnian dari suatu zat tersebut melalui
penentuan suhu lebur dan jarak lebur dari beberapa bahan obat yang
digunakan sebagai sampel dalam praktikum ini. (Rusli, 2007)
1.2 Tujuan Percobaan
Melalui praktikum ini dapat dilakukan penentuan titik lebur dengan cara
menentukan suhu leburnya dan jarak lebur dari bahan farmasi dengan
menggunakan thermometer, pipa kapiler dan melting point apparatus.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Kosman, R. 2005. Kimia Fisika. Makassar : Universitas Muslim Indonesia

Martin. 1990. Dasar-dasa Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik.Jakarta:


Universitas Indonesia Press

Rusli. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis. Makassar: Universitas


Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai