Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

UPT PUSKESMAS NGAWI PURBA


TAHUN 2022

UPT PUSKESMAS NGAWI PURBA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN


NGAWI
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga Puskesmas Ngawi Purba dapat menyusun
pedoman Manajemen Fasilitas Kesehatan dengan baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada pedoman
teknis ini. Oleh karena itu Puskesmas Ngawi Purba mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun Puskesmas Ngawi Purba. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat Puskesmas Ngawi Purba harapkan untuk penyempurnaan pedoman teknis
selanjutnya.
Akhir kata semoga pedoman teknis ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Ngawi , 18 Juni 2022


UPT Peskesmas Ngawi Purba
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas perlu menyusun program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK)
untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
masyarakat. .Dalam pelaksanaan program MFK perlu ditetapkan petugas yang
bertanggungjawab terhadap program MFK. Untuk melaksanakan MFK maka perlu
dilakukan identifikasi dan pembuatan peta terhadap area - area berisiko yang meliputi :
1. Keselamatan dan keamanan
2. Pengelolaan bahan dan limbah
3. Manajemen emergency (kedaruratan)
4. Pengamanan kebakaran
5. Alat kesehatan
6. Sistem utilisasi
7. Pendidikan dan pelatihan petugas Sarana/ bangunan, prasarana, peralatan
Puskesmas, dan lingkungan fisik perlu dikelola untuk menyediakan lingkungan
yang aman bagi pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat.
Rencana program MFK perlu disusun setiap tahun dan diterapkan, yang meliputi:
a) Keselamatan dan keamanan. Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana
saat gedung, halaman/ground dan alat kesehatan tidak menimbulkan bahaya atau
risiko bagi pasien, petugas dan pengunjung, dan masyarakat Keamanan adalah
proteksi/ perlindungan dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, kekerasan
fisik, penerapan kodekode darurat atau akses serta penggunaan oleh mereka yang
tidak berwenang.
b) Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3), yang meliputi:
penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya lainnya harus
dikendalikan, dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
c) Manajemen emergency/ kedaruratan, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana
dan keadaan emergency direncanakan dan efektif.
d) Pengamanan kebakaran: Puskesmas wajib melindungi properti dan penghuni dari
kebakaran dan asap.
e) Peralatan Puskesmas: Peralatan Puskesmas dalam program MFK terdiri dari alat
kesehatan, perbekalan kesehatan lainnya, dan perlengkapan. Untuk mengurangi
risiko, peralatan Puskesmas dipilih, dipelihara dan digunakan sesuai dengan
ketentuan.
f) Sistem utilitas meliputi sistem listrik bersumber PLN, sistem air, sistem gas medis
dan sistem pendukung lainnya seperti generator (Genset), perpipaan air dipelihara
untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia
7 (tujuh) hari 24 ( dua puluh empat ) jam
g) Pendidikan petugas. • Rencana tersebut dikaji, diperbaharui dan didokumentasikan
yang merefleksikan keadaan-keadaan terkini dalam lingkungan Puskesmas.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Menjamin berfungsinya kenyamanan, keamanan, keselamatan dan efisiensi
fasilitas dan lingkungan puskesmas bagi pasien, pengunjung, karyawan dan
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Menjaga keamanan dan keselamatan fasilitas puskesmas
b. Menjamin terpelihara dan berfungsinya system utilitas di puskesmas
c. Menjamin terpelihara dna berfungsinya peralatan di puskesmas
d. Meningkatnya kesiagaan puskesmas dalam menghadapi bencana
e. Meningkatnya kesiagaan puskesmas dalam mencegah terjadinya kebakaran
dan kesiagaan jika terjadinya kebakaran
f. Terkelolanya B3 dan limbah B3 di puskesmas sesuai dengan peraturan
perundangan
g. Meningkatnya pemahaman seluruh karyawan terhadap pengelolaan fasilitas
dan keselamatan

C. Sasaran Pedoman
1. Staf dan Karyawan UPTD Puskesmas Ngawi Purba
2. Pasien yang datang berobat di UPTD Puskesmas Ngawi Purba
3. Pengunjung yang datang/ pengantar pasien yang datang berobat di Puskesmas
Ngawi Purba
D. Ruang Lingkup Pedoman
Pedoman ini memuat tentang :
1. Program keselamatan dan keamanan
2. Manajemen Inventarisasi Pengelolaan, Penyimpanan dan Penggunaan B3 dan
Limbah B3
3. Program Tanggap Darurat Bencana
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
5. Program Ketersediaan Alat Kesehatan
6. Program Pengelolaan Sistem Utilitas
7. Diklat MFK

E. Batasan Operasional
Manajemen risiko merupakan serangkaian proses yang digunakan untuk mengelola
risiko meliputi pengidentifikasian risiko, pengukuran risiko, penentuan respon risiko,
aktifitas pengendalian risiko, penginformasian dan pengkomunikasian risiko dan
pemantauan risiko dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Manajemen
risiko juga merupakan suatu sistem pengelolaan risiko dan perlindungan terhadap harta
benda, hak milik dan keuntungan puskesmas atas kemungkinan timbulnya kerugian
karena adanya risiko yang terjadi.
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Program manajemen fasilitas dan keselamatan
1. Darwanto
2. Evian
B. Program keselamatan dan keamanan
1. Dodik
2. Reza
3. Nur Anugrah
C. Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan B3
Dyah Ayu
D. Program tanggap darurat bencana internal dan eksternal
Evy
E. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
1. Tito
2. Aji
3. Amar
F. Program alkes
Amar
G. Program utilitas
1. Imron
2. Ima
H. Pendidikan manajemen fasilitas dan keselamatan
1. Darwanto
2. Evy
3. Evian
BAB III
STANDART FASILITAS
1. IPAL yang memenuhi syarat
2. Pengelolaan B3 dan limbahnya yang memenuhi syarat
3. Alkes yang rutin di lakukan uji fungsi dan kaibrasi
4. Alat penanggulangan bencana yang rutin dilakukan perawatan (APAR selalu di cek
kadaluarsanya)
5. Utilitas yang mampu memenuhi kebutuhan puskesmas 24 jam (terutama UGD dan
Poned)
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan dan keamanan Puskesmas ini meliputi semua area Puskesmas yaitu
semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan keselamatan dan
keamanan pasien, keluarganya, pengunjung dan petugas Puskesmas :
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di Puskesmas.
a. Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik karyawan,
pengunjung maupun pasien Puskesmas. Puskesmas mengupayakan sebuah sistem
pengamanan sehingga siapapun yang berada di Puskesmas terhindar dari kecurian
maupun pengambilan secara paksa miliknya. Seluruh tamu Puskesmas
diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang
menunggu/menginap di Puskesmas diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan
pemasangan trail sesuai kebutuhan keselamatan keamanan, pasien dan keluarga
diinfokan untuk tidak membawa barang berharga dan uang yang berlebihan,
pemasangan kamera untuk mengindentifikasi kejadian yang mengancam
keselamatan dan keamanan.
b. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun
renovasi gedung. Pasien dan karyawan Puskesmas lainnya terhindar dari bahaya
karena polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh adanya penambahan bangunan di dalam Puskesmas. Oleh karena
itu untuk setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan proses pemusnahan,
area bangunan tersebut dilindungi dengan menggunakan sekat triplek, atau
Net/jaring-jaring halus dan ditulisi informasi larangan masuk, kecuali yang
berkepentingan.
c. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan Puskesmas. Puskesmas menyiapkan
fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan keamanan pasien/ keluarga dan
masyarakat Puskesmas lain dari cedera, jatuh, pencurian, ancaman nyawa dengan
melengkapi fasilitas nurse call untuk semua pasien, trail jendela untuk keamanan
dari pencurian sesuai kebutuhan, handrail untuk pemegangan saat pasien berjalan
maupun duduk di ruangan perawatan termasuk kamar mandi dan disekitar
bangunan Puskesmas, pengamanan tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh,
pemasangan smoke detector di gedung berisiko, penandaan lantai licin dan lantai
beda level untuk mencegah pasien jatuh, pintu kamar mandi pasien yang terbuka
ke luar untuk dapat segera membantu pasien yang terkunci tanpa mencenderai
saat pintu dibuka paksa, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.
d. Keselamatan dan keamanan lingkungan Puskesmas dan hospital ground.
1) Area outdoor Puskesmas selalu menampilkan situasi yang aman dari segi
fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup dan tidak
bau.
2) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang maupun
pecahan beton.
3) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
4) Selang atau kabel yang melintang/terpasang dengan pembungkus sehingga
tidak mengancam keselamatan.
5) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah jatuhnya tabung,
serta akses masuk dibatasi.
6) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya lubang,
perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat berisiko
menyebabkan gangguan keselamatan.
7) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
8) Akses keluar masuk Puskesmas diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada masyarakat dan fasilitas Puskesmas.
9) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur sebagai
berikut, Hari Senin Sampai dengan Hari Sabtu, Untuk jam kunjung pagi
dimulai pukul 10 – pukul 13.30, untuk jam kunjung sore dimulai pukul 16.30
sampai dengan pukul 21.00, untuk hari libur dimulai pukul 07.00 sampai
dengan pukul 21.00.
10) Identitas pegawai, seragam pegawai dan tamu. Untuk mencegah terjadinya
masalah keamanan pada masyarakat Puskesmas maka semua petugas dan
peserta didik di Puskesmas Widodo Ngawi pakaian seragam sesuai ketentuan
Puskesmas pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang, maupun malam.
Untuk tamu Puskesmas diberikan identitas tamu yang dikelola oleh petugas
di loket pendaftaran.
e. Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam
Jarum/benda tajam ditempatkan pada container khusus (safety box) sehingga
tidak mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena
jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.
f. Pencegahan terjadinya penculikan bayi
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang masuk ke
ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien memiliki ID berupa
kartu ijin menunggu saat berada di ruangan perawatan. Pintu ruangan dikunci dan
dipegang oleh petugas jaga yang dioperkan setiap shift.
g. Pencegahan pasien minggat/ hilang dari Puskesmas
Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada tangannya,
petugas keamanan melakukan pengawasan apabila ada seseorang dengan
menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa didampingi
oleh petugas Puskesmas. Bila petugas keamanan menemukan individu seperti itu,
maka petugas melakukan identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak
dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.
B. SISTEM UTILITAS
1. Tujuan
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan
staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan maupun
Keselamatan mereka :
a. Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik Puskesmas Ngawi Purba.
b. Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara
efisien dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
c. Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistem utilitas yang efektif.
d. Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan Puskesmas
Ngawi Purba yang aman.

2. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


a. Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya yang
tersedia di Puskesmas Ngawi Purba. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali
disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang
digunakan oleh Puskesmas Ngawi Purba. Dilakukan uji terhadap kesiapan air
alternative sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam setahun oleh
petugas yang bertanggung jawab. .
b. Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik melalui
sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang disediakan
Puskesmas Ngawi Purba (genzet). Seluruh genzet yang ada di pastikan
kesiapannya dengan melakukan uji sekali dalam setahun.
c. Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka staf bersangkutan di unit
pelayanan segera melaporkan via telephone ke bagian Sarpras untuk dilakukan
perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan proses
pelayanan.
d. Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan
kemungkinan terkoyak.
3. Inventarisasi sistem utilitas
Tabel 11. Inventarisasi sistem Utilitas Puskesmas Ngawi Purba
SISTEM AREA
NO JENIS ALAT LOKASI
UTILITAS SUPLAY
1. Listrik PLN Seluruh area Seluruh area
Puskesmas Puskesmas
Ngawi Purba
Genset (Sebagai IGD dan Poned
Cadangan)
2. Air Sumur Bor/ air - Tandon air Untuk seluruh
Tanah. berada di Puskesmas
belakan tempat Ngawi Purba
PDAM parkir karyawan
3. Pendingin AC Ruangan Poli dan Seluruh
Positeve Administrasi ruangan yang
presure Air menggunakan
AC atau
pendingin
4. Saluran air IPAL Dari seluruh
kotor ruangan RS -
SISTEM AREA
NO JENIS ALAT LOKASI
UTILITAS SUPLAY
disalurkan ke Ipal
5. Gas Medis Tabung gas cylinder Gudang Medis, Seluruh unit
seluruh ruangan pelayanan
Rawat Inap, UGD,
Poned
6. Komputer Komputer Seluruh area RS Perkantoran

C. PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3


Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk
mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia,
dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan umum yang berkaitan dengan bahan berbahaya
dan beracun penting untuk dipahami bersama. Berikut adalah ketentuan umum menurut :
Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup :
1. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak lingkungan
hidup, dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain.
2. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
3. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
4. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Mudah meledak (explosive).
2. Pengoksidasi (oxidizing).
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable).
4. Sangat mudah menyala (highly flammable).
5. Mudah menyala (flammable).
6. Amat sangat beracun (extremely toxic).
7. Sangat beracun (highly toxic).
8. Beracun (toxic).
9. Berbahaya (harmful).
10. Korosif (corrosive).
11. Bersifat iritasi (irritant).
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment).
13. Karsinogenik (carcinogenic).
14. Teratogenik (teratogenic).
15. Mutagenik (mutagenic).
Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) meliputi :
1. Pengadaan/Perencanaan B3.
2. Penyimpanan B3.
3. Distribusi B3.
4. Penggunaan B3.
5. Pengelolaan Limbah B3.
6. Paparan / Kecelakaan B3.
Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko dampak
B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah pengelolaan bahan
radioaktif, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetik, bahan sediaan farmasi,
narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat adiktif lainnya. Tata laksana B3 di
Puskesmas:

1. Pengadaan/Perencanaan B3 :
a. Perencanaan barang B3 dilakukan dengan cara membuat perkiraan kebutuhan
barang B3 untuk waktu tertentu.
b. Perkiraan kebutuhan barang B3 didasarkan kepada data historis penggunaan
(consumption) barang B3.
c. Dari historical consumption akan ditentukan titik pemesanan kembali (reorder
point) B3.
d. Ketika stock B3 sudah berada dibawah titik pemesanan kembali, maka
pemesanan B3 dibuat.
e. Waktu pemesanan B3 rata-rata tiga hari.
f. Dalam situasi normal Jumlah pesanan B3 dihitung untuk mencukupi kebutuhan
dua minggu.
g. Dalam kondisi tertentu, pesanan B3 dapat disesuaikan dengan melihat kondisi
eksternal yang dapat mempengaruhi supply barang B3.
2. Penyimpanan B3
a. Penyimpanan B3 berada di gudang dan berada dibawah koordinator pengadaan
Puskesmas Ngawi Purba.
b. Masing-masing unit atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di masing-
masing ruangan di gudang antara dan penanganan bahan kimia berbahaya di
ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin keamanannya dan tidak
terjadi kontaminasi.
c. Pengawasan audit bahan kimia bebahaya sehubungan dengan penggunaan alat-
alat pelindung diri (APD) oleh semua Kepala Bagian dan Kepala Unit yang
mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.
d. Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3 dengan
cara sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta penyakit-
penyakit akibat kerja yang disebabkan factor kimia dan cara pencegahannya
pada waktu sosialisasi.
e. Penyimpanan B3 utama diserahkan kepada bagian logistik.
f. Penyimpanan di gudang utama B3 ini berlaku untuk bahan-bahan yang bersifat
korosif, eksplosif dan flammable.
g. Masing-masing unit kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai gudang antara
yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
h. Prosedur permintaan dari unit kerja ke bagian pengadaan ditentukan oleh bagian
pengadaan.
3. Distribusi B3
a. Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang mempunyai
B3 ditentukan oleh bagian logistik.
b. Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan 1 minggu
sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.
c. Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari masing-masing
unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada Kabag pengadaan
sebelum proses permintaan terjadi.
d. Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing bagian/unit yang
membutuhkan.
4. Penggunaan B3
Unit/ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki bahan
kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggung jawab sebagai
pengguna B3 adalah :
a. Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan: jadwal
permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS barang
B3.
b. Melaporkan, mengawasi petugas/staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
c. Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan B3 akibat
kerja.
d. Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.
5. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi. Limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang sifatnya atau konsentrasinya dan jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemarkan
lingkungan hidup atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari
Puskesmas merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang
citra pelayanan Puskesmas dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat sekitar
Puskesmas.
6. Pengelolaan Limbah Padat Medis
a. Limbah medis ditempatkan pada tempat sampah yang telah dilapisi kantong
plastik warna kuning pada tiap-tiap ruangan yang menghasilkan sampah medis.
b. Setelah terisi 2/3 bagian sampah medis harus segera di tali dan di angkut
menuju TPS menggunakan troli khusus sampah medis
c. Untuk limbah medis benda tajam diletakkan di safety box untuk menghindari
terjadinya insiden tertusuk jarum.
d. Sisa infus atau cairan yang lain dibuang terlebih dahulu ke saluran IPAL.
e. Sampah medis kemudian di serahkan kepada pihak ke 3 untuk dimusnahkan.
7. Pengelolaan Limbah Cair
a. Semua limbah cair masuk ke IPAL melalui saluran air kotor yang terdapat di
Kamar Mandi
b. Air limbah masuk ke dalam proses Anaerobikc Equalization untuk
homogenisasi air limbah.
c. Selanjutnya masuk ke unit biofilter untuk mereduksi zat organik air limbah,
BOD, COD, Amoniak, Phospat, SS dan polutan lain yang ada di air limbah.
d. Air limbah masuk ke emergency cleaning untuk mengurangi air di unit biofilter.
e. Air limbah masuk ke proses aerasi untuk mensuplay kebutuhan oksigen
bakteri/biomasa pengurai di unit Biofilter
f. Selanjutnya air limbah masuk ke proses klorinasi untuk menetralisir bakteri
yang ikut sebelum dibuang ke badan air.
g. Air limbah masuk ke kolam indikator dan kemudian dibuang ke badan air.
8. Paparan/Kecelakaan B3
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja pada
saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di sengaja. Bahan
B3 tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak langsung pada kulit,
kulit luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja termakan/terminum bahan B3 di
lingkungan kerjanya.
a. Tujuan panduan penanggulangan Paparan B3 adalah :
1) Menentukan penanganan yang baik dan benar.
2) Mengurangi risiko bahaya yang lebih besar bila terjadi kontaminasi.
3) Mencegah terjadinya kontaminasi lanjutan atau efek samping cairan.
b. Kebijakan penanganan paparan B3 adalah :
1) Penanganan bila terjadi kontak langsung harus dilakukan sesegera
mungkin.
2) Penanganan bila terjadi kontak langsung sesuai dengan Lembar Data
Pengaman.
3) Setiap unit kerja yang mempunyai B3 harus membuat prosedur
penanganan akibat kontaminasi.
4) Pedoman pembuatan prosedur penanganan akibat kontaminasi B3 dapat
dilihat pada MSDS masing-masing zat.
5) Petugas yang bekerja dengan menggunakan B3 harus memakai alat
pelindung diri yang telah ditetapkan.
6) Kontaminasi akibat kerja dengan menggunakan B3 harus dilaporkan
kepada MFK.
7) Penanganan akhir untuk setiap kontaminasi yang terjadi harus ditangani di
UGD dan dilaporkan kepada Tim K3 Puskesmas Ngawi Purba.
c. Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pada kulit atau kulit luka
akibat gelas atau objek tajam :
1) Tanggalkan sarung tangan.
2) Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air mengalir.
3) Bersihkan kulit dari sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun cair
antiseptic.
4) Bilas kulit dengan menggunakan air mengalir.
5) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi larutan chlorin
5% dan bilas dengan air hangat. Jika kulit sobek, pakai H2O2 3%.
6) Keringkan kulit dengan kertas tissue.
7) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
8) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan antidot
khusus (lihat MSDS).
9) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat.
10) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan UGD.
d. Penanganan terhadap kulit yang tertusuk jarum bekas B3 :
1) Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum.
2) Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin telah
terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut.
3) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang.
4) Tanggalkan sarung tangan.
5) Keluarkan darah tempat tersuntik dengan pijitan keras di bawah air
mengalir
6) Jika perlu, gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat dari
jaringan.
7) Bilas kulit dengan air mengalir.
8) Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air mengalir.
9) Tanggalkan semua pakaian pelindung.
10) Catat jenis obat dan perkiraan jumlah obat yang terinjeksi.
11) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat.
12) Suntikkan antidote yang spesifik jika perlu (sesuai MSDS).
13) Lengkapi format kecelakaan.
e. Penanganan terhadap tumpahan obat pada mata :
1) Minta pertolongan.
2) Tanggalkan sarung tangan.
3) Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit.
4) Cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9%.
5) Aliri mata dengan 25 ml aquades steril.
6) Tanggalkan semua pakaian pelindung.
7) Catat jenis obat.
8) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat.
9) Lengkapi format kecelakaan.
f. Prinsip Penanggulangan Paparan/Kecelakaan B3 :
1. Terkena mata : cuci mata dengan banyak air.
2. Terkena kulit : aliri dengan air mengalir, singkirkan bahan pakaian
yang terkontaminasi.
3. Terhirup : segera keluar mencari udara segar, istirahat.
4. Tertelan : cuci mulut dengan banyak air.
9. Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia yaitu perhatikan label
nama kimia, baca isi/bahan aktif bahan kimia, baca aturan pakainya, bila ada,
pelajari MSDS nya, gunakan APD (Alat Pelindung Diri), tutup rapat botol/wadah,
simpan di tempat yang aman, hindari api.
a. Laporan Pengadaan B3 :
Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, mamakai, meminta barang
B3 wajib melaporkan :
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan: jadwal
permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS
barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan B3
akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.
b. Laporan Pemakaian B3 :
Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, memakai barang B3 wajib
melaporkan :
1) Jumlah kuantitas barang B3 di gudang antara dan pemakaian hariannya.
2) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai dengan jumlah
kebutuhan pemakaian.
3) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai tanggal
kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin keamanan dan
keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana semua petugas yang
memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib bertanggungjawab di
masing-masing ruangannya.
c. Laporan Kecelakaan akibat kontaminasi B3
Pelaporan harus dilakukan oleh tiap Kepala Ruangan yang menyimpan B3 di
ruangannya kepada Ketua MFK melalui alur berobat ke IGD Puskesmas Ngawi
Purba dengan mengisi formulir kecelakaan akibat kerja yang telah diketahui,
ditandatangani Kepala bagian masing-masing ruangan yang menyimpan,
memakai barang B3.
Aspek yang di evaluasi adalah :
1) Jumlah petugas/staf ruangan yang lalai dan tidak menggunakan APD
2) Jumlah petugas yang terkontaminasi B3 akibat kerja.

d. Petunjuk pengisian formulir evaluasi dan pelaporan B3 :


1) Formulir Evaluasi B3 yang telah dibagikan kepada masing-masing ruangan
yang menyimpan, mamakai B3 wajib di isi oleh penanggungjawab ruangan
masing-masing secara berkala setiap 6 bulan sekali yang dilaporkan kepada
ketua K3 Puskesmas Ngawi Purba.
2) Isilah pada kolom-kolom yang telah disediakan dengan memberikan tanda
cek (√) pada kolom yang dianggap sebagai pilihan jawaban “ya” dari
pertanyaan yang diajukan.
3) Berikan keterangan pada kolom yang disediakan apabila ada hal-hal penting
yang perlu di tuliskan berhubungan dengan pengelolaan B3, penanganan
paparan B3.
4) Formulir evaluasi ini di kumpulkan setiap 3 bulan kepada Ketua K3
Puskesmas Ngawi Purba.
10. Spill kit
a. Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani tumpahan :
1) B3 / Bahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang bersifat
mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat mengganggu kesehatan dan
mencemarkan lingkungan).
2) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti darah,
tinja, urin, sputum,muntahan dll).
b. Prosedur
1. Pasang tanda peringatan awas lantai licin, jika tanda tidak tersedia pasang
kursi, tempat sampah atau benda lain dengan tujuan agar cairan tidak
terinjak oleh orang lain lain.
2. Segera lapor ke petugas (perawat, cleaning service maupun satpam).
3. Petugas cleaning service mengambil spill kit dan peralatan lainnya.
4. Penanganan tumpahan diawali dengan petugas memakai APD.
5. Berikan bubuk klorin ke permukaan yang terkena tumpahan.
6. Biarkan cairan terserap, bersihkan dengan underpad, tissue atau kain lap
kemudian masukkan ke tempat sampah kresek kuning.
7. Bersihkan sisa bubuk klorin.
8. Semprot lantai dengan cairan desinfektan.
9. Pel permukaan dengan cara memutar dari luar ke dalam.
10. Ulangi hingga benar-benar bersih.
11. Cuci peralatan dan lepas APD.
12. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan handrub.
c. Penanganan tumpahan :
1) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
2) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
3) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala, sepatu,
kacamata google).
4) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai :
a) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan tisu/kain lap
sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu masukan kedalam kantong
ungu.
b) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain lap sekali
pakai dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu sapu dan
masukan kedalam kantong ungu.
5) Bersihkan area tumpahan dengan cara :
a) Bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop atau sapu dan
pengki kecil sampai benar-benar bersih.
b) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi dengan kantong ungu.
c) Dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3 kali lalu
semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit kemudian keringkan
dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu buang ke kantong ungu.
d) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar bersih.
e) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
f) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
g) Laporkan kebagian Urdal Puskesmas Ngawi Purbauntuk pembersihan
lebih lanjut.
d. Pengisian Formulir Laporan Kejadian Tumpahan B3 :
1) Isi identitas petugas yang menemukan tumpahan pertama kali atau yang
dilaporkan pasien atau pengunjung.
2) Isi waktu kejadian.
3) Ceritakan kronologis kejadian dan lokasinya.
4) Identifikasi tipe insiden yang meliputi KNC (Kejadian Nyaris Cedera),
KTC (Kejadian Tidak Cedera), KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
5) Isi formulir, berikan kepada kepala ruangan,tim K3, Tim PPI.
D. MANAJEMEN KEDARURATAN
1. Pengertian
a. Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan Puskesmas
Ngawi Purba : Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan Keamanan (huru-hara),
Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal, dll.
b. Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara darurat
setiap terjadi kejadian, yang terjadi di Puskesmas Ngawi Purba, antara lain:
kejadian kebakaran, kecelakaan, peledakan, gangguan lainnya.
2. Tujuan
a. Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana serta
langkah tindak petugas Puskesmas Ngawi Purba, para penyewa ruangan dan
kontraktor jika terjadi keadaan darurat Kebakaran, bencana dan evakuasi.
b. Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
(TPB) Puskesmas Ngawi Purba, dapat terlaksana sesuai dengan Pedoman dan
standar prosedur operasional yang ada.
c. Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat K3 RS atau yang tercantum dalam
Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga mekanisme
penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien dibawah
satu komando.
3. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-
masing Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab ruangan
disesuaikan dengan shift jaga masing masing ruang.
4. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR,
ruangan beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun ruangan
perawatan serta ruangan area publik.
5. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di Puskesmas Ngawi Purba yaitu: Jalur
Evakuasi, APAR, Tandu Evakuasi, Helm, Lampu, tempat berkumpul evakuasi,
Rambu, dll.
6. Sandi Penanggulangan Kebakaran/Bencana :
Untuk Penanggulangan kebakaran telah ditetapkan sandi kebakaran berupa code red
yaitu telepon (0351) 749113 damkar Ngawi
E. PENGAMANAN KEBAKARAN
1. Tujuan
Pencegahan terjadinya kebakaran di Puskesmas dan memastikan penghuni
Puskesmas selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun kemungkinan
kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran.
2. Penatalaksanaan Pengamanan dan Kebakaran :
a. Tindakan pencegahan kebakaran
Tindakan berikut yang harus dilakukan oleh seluruh petugas sebagai berikut :
1) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan pada area
yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa
dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya tabung, serta akses
masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).
2) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan listrik
diruang kerja sudah dimatikan.
3) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.
4) Larang orang memasak di dalam ruangan.
5) Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran, letak tabung
pemadam kebakaran, jalan keluar.
6) Lakukan patroli secara rutin didaerah tempat gas dapur Elpiji dari
kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan terhadap kebakaran.
7) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah terbakar.
8) Larang atau tidak diberikan ijin/ingatkan setiap pekerja yang pekerjaanya
menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat keselamatan dan
keamanan kebakaran.
9) Larangan merokok di area Puskesmas. Kebijakan larangan merokok di
seluruh area Puskesmas kepada staf, pasien/keluarganya dan pengunjung,
dan di tiap akses masuk ke Puskesmas dipasang poster larangan merokok
sebagai informasi pada staf, pasien dan pengunjung Puskesmas. Jika
kedapatan orang merokok dilingkungan Puskesmas Ngawi Purba, maka :
(1) Petugas Kemanan yang terdekat menegur. jika ingin meneruskan rokoknya
arahkan keluar area Puskesmas Ngawi Purba, jika perokok tidak mau
keluar dari areal Puskesmas Ngawi Purba, maka perintahkan rokoknya
dimatikan.
(2) Petugas keamanan akan melakukan patroli diarea Puskesmas Ngawi Purba
dengan dilengkapi Atribut dibaju sragamnya.
(3) Petugas Keamanan setiap melakukan patroli membawa buku yang telah
disediakan, untuk mencatat hasil temuan orang yang merokok di
lingkungan Puskesmas Ngawi Purba.
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan masing-masing
Unit atau Instalasi untuk diberikan arahan agar tidak mengulangi hal yang
sama.
(5) Posko pengaduan larangan merokok dimasing-masing pos telah disiapkan
formulir pengaduan, bagi siapapun jika ingin mengadukan bisa mengisi
form tersebut dan pihak Keamanan akan menindak lanjuti berupa
peneguran. jika pelakunya karyawan dan berulang kali diperingatkan oleh
petugas keamanan tetapi tidak ada perubahan, maka kasusnya akan
dilaporkan kepada kepala unit/instalasi masing-,asing.
(6) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang dilakukan oleh Petugas
keamanan adalah pendekatan/persuasif.
b. Pengaturan kontruksi Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di Puskesmas
menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan kebakaran seperti
penggunaan bahan dinding dari kayu tidak dianjurkan. Bangunan tambahan
untuk unit bisnis di dalam lingkungan Puskesmas merupakan bangunan
permanen yang tidak terbuat dari papan/triplek.
c. Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran :
1) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda ‘KELUAR’,
dimana pintu darurat tersedia di semua unit pelayanan dan perkantoran
untuk keadaan darurat.
2) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang tidak
dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang mebel dan fasilitas lain.
3) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis yang
menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua area keluar
dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran.
4) Area berkumpul di Area Aman dari bencana berada di halaman parkir
Puskesmas Ngawi Purba.
d. Penanggulangan Kebakaran :
1) Mengikuti standar Puskesmas Ngawi Purba jika terjadi kebakaran
(Informasikan “Code Red!”).
2) Orang pertama yang melihat adanya api harus segera menginformasikan ke
sekitarnya dengan berteriak “Code Red!! Code Red!!”, bila sumber api
berada di dekat pasien segera sedapat mungkin jauhkan pasien dari sumber
api.
3) Segera mengambil APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang terdekat atau
bisa juga meminta tolong orang disekitar untuk mengambil APAR terdekat.
4) Padamkan api menggunakan APAR dengan mengikuti petunjuk pemakaian
APAR, pastikan api sudah benar-benar padam.
5) Bila api tidak berhasil dipadamkan dengan menggunakan APAR, segera
laporkan keadaan kepada Security atau Koordinator api (yang
menggunakan hel merah) agar segera mengarahkan Tim lain untuk
memimpin tindakan evakuasi.
6) Yang harus dilakukan oleh Koordinator Api (helm merah) adalah :
a) Melaporkan kepada Manajemen Puskesmas tentang adanya Code Red.
b) Memadamkan api dengan mengarahkan APAR sebanyak-banyaknya
untuk memadamkan api.
c) Meminta seluruh staf agar tetap tenang dan mengikuti instruksi yang
diberikan.
d) Meminta petugas Sarpras untuk mematikan aliran gas dan listrik di
lokasi kebakaran, jika di lokasi ada MCB listrik koordintor api langsung
mematikannya dan menghubungi petugas Sarpras.
e) Memerintahkan seluruh pengunjung yang ada di lokasi agar segera
keluar mengikuti panah arah evakuasi menuju emergency exit terdekat
yang aman dari kobaran api dan kemudian menuju area titik kumpul
yang sudah ditentukan di halaman depan parkir mobil Puskesmas Ngawi
Purba.
f) Mengecek tentang status api ada/tidaknya orang yang mungkin masih
terjebak dalam api.
g) Menghubungi Tim Damkar kalau terjadi kebakaran di Puskesmas Ngawi
Purba, apabila api tidak dapat dipadamkan.
h) Menghubungi Kepala Puskesmas Ngawi Purba bahwa terjadi kebakaran
di Puskesmas.
i) Memberi intruksi lebih lanjut untuk melakukan evakuasi : Yaitu :
Koordiantor alat kesehatan (helm putih), Koordinator pasien (helm
kuning), Koordinator dokumen (helm biru) agar segera melakukan
evakuasi sesuai koordinator masing-masing.
7) Yang harus dilakukan oleh Koordinator evakuasi atau pasien (helm kuning)
adalah :
Mengarahkan tim evakuasi pasien untuk mengevakuasi pasien yang
ada di lokasi kejadian kebakaran menuju area titik kumpul (halaman depan
parkir mobil Puskesmas Ngawi Purba) dan kemudian lakukan observasi
keadaan pasien.
8) Yang harus dilakukan oleh Koordinator evakuasi alat kesehatan (helm
putih) adalah :
Mengarahkan tim evakuasi alat kesehatan untuk mengevakuasi alat
kesehatan di lokasi kejadian kebakaran dan mengamankan alat kesehatan
yang bisa di evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
9) Yang harus dilakukan tim evakuasi dokumen (helm biru) adalah :
Mengarahkan tim evakuasi dokumen untuk mengevakuasi dokumen di
lokasi kejadian kebakaran khusunya dokumen penting Puskesmas Ngawi
Purba
10) Yang harus dilakukan oleh petugas sarpras adalah :
a) Setelah di instruksikan, segera mematikan aliran gas dan listrik di
lokasi kebakaran melalui panel-panel yang ada.
b) Membuka pintu keluar selebar mungkin untuk memudahkan evakuasi
c) Membantu mengarahkan penghuni Puskesmas Ngawi Purba menuju
pintu keluar dan siap membantu apabila ada masalah dengan pintu
keluar.
11) Yang harus dilakukan oleh petugas dan pengunjung Puskesmas Ngawi
Purba yang lainnya adalah :
Segera mengikuti arah evakuasi menuju titik berkumpul yang sudah
ditentukan.
3. Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap
Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas Puskesmas
Ngawi Purba atau Tim Penanggulangan Bencana Puskesmas Ngawi Purba, untuk
meredakan kebakaran dan pengendalian asap :
a. Lakukan terus pemadaman sesuai prosedur.
b. Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang.
c. Singkirkan dari lokasi kejadian benda yang mudah terbakar.
d. Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni terevakuasi.
e. Jika api telah padam, hidupkan Exhaust Fan pembuang udara kotor atau asap
keluar ruangan, bila masih berfungsi buka jendela agar asap keluar dari gedung.
4. Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang ditimbulkan
setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka Komandan segera memanggil
/mengumpulkan Tim Penanggulangan Bencana untuk melaksanakan fungsi-fungsi
yang terkait guna mengambil langkah-langkah Sebagai berikut :
a. Pengamanan atas bangunan yang terbakar.
b. mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran untuk menentukan usaha-usaha
agar kejadian yang serupa tidak terulang kembali.
c. Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
d. Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan dengan kondisi
bangunan dan penggunaan kembali.
e. Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha pembenahan dan rehabilitasi
bangunan.
f. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan perawatan pasien.

F. PERALATAN KESEHATAN
1. Identifikasi Peralatan Medis
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko, penyebabnya
dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan, disesuaikan dengan
kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang dihadapi. Cara mengidentifikasi yang
digunakan dalam rencana induk ini adalah dengan Brainstorming atau curah pendapat
antara manajer dan pengawas program serta pihak lain dalam internal Puskesmas
Ngawi Purbayang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan alat medis antara lain sebagai berikut :
a. Tersengat arus listrik dari alat.
b. Paparan radiasi panas dari alat.
c. Hasil pengukuran alat tidak akurat.
d. Kegagalan sistem alat saat digunakan.
2. Pengertian
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode proaktif dan
metode reaktif. Metode proaktif merupakan metode yang dilakukan sebelum adanya
kejadian suatu tindakan, sedangkan metode reaktif yaitu tindakan yang dilakukan
setelah adanya kejadian. Identifikasi dilakukan pada : sumber risiko, area risiko,
peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko
dilakukan dengan proaktif melalui self asessmen. Untuk metode reaktif melalui
incident reporting sistem dan clinical audit serta dilakukan secara menyeluruh
terhadap risiko medis dan non medis.
3. Analisa Risiko Pengelolaan Alat Medis
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan
semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran pengelolaan alat medis dan
menyediakan data untuk membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis
risiko mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap
consequence dan likelihood didalam konteks untuk mengambil tindakan
pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program ini
adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas probabilias kejadian dan
nilai dampak atau konsekuensi yang mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Tabel 8. Analisis risiko pengelolaan alat medis
Probability/ Dampak/ Skor
No Jenis Risiko
Likelihood Consequences Risiko
1 Tersengat arus listrik dari alat 2 1 2
2 Paparan radiasi panas dari alat 1 1 1
3 Hasil pengukuran alat tidak akurat 2 4 8
4 Kegagalan sistem alat saat digunakan 1 5 5

Keterangan :
a. Kriteria Likelihood

b. Kriteria Consequences
Tabel 9. Tabel criteria consequences
1 2 3 4 5
INSGNIFICANT MINOR MODERATE MAJOR CATASPROPHIC
CEDERA Tidak ada cidera Dapat Berkurangnya Cedera luas Kematian
PASIEN diatasi fungsi Kehilangan
dengan motorik/ fungsi
pertolongan sensorik Setiap utama
pertama kasus yang permanent
memperpanjan
g perawatan
PELAYAN Terhenti lebih Terhenti Terhenti lebih Terhenti Terhenti
AN/ dari 1 jam lebih dari 8 dari 1 hari Lebih Dari permanen
1 2 3 4 5
INSGNIFICANT MINOR MODERATE MAJOR CATASPROPHIC
OPERASIO jam 1 Minggu
NAL

BIAYA/ Kerugian kecil Kerugian Kerugian Kekurangan Kerugian lebih


KEUANGA lebih dari Lebih Dari dari 0,5% dari 1% Anggaran
N 0,1% 0,25% Anggaran
anggaran Anggaran
PUBLIKAS RUMOR - Media - Media Lokal Media Media Nasional
I Lokal - Waktu Lama Nasional Lebih Dari 3 Hari
- Waktu Kurang
Singkat Dari 3 Hari
REPUTASI RUMOR Dampak Dampak kecil Dampak Menjadi masalah
kecil terhadap moril kecil berat bagi PR
terhadap karyawan dan terhadap
moril kepercayaan moril
karyawan masyarakat karyawan
dan dan
kepercayaan kepercayaan
masyarakat masyarakat

4. Evaluasi Risiko Pengelolaan Alat Medis


Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan antara skor risiko yang
didapatkan dari proses analisa risiko dengan kriteria risiko. Adapaun kirteria risiko
dapat disebut dengan Risk Apetite dan dilengkapi dengan Risk Tolerance
sebagaimana disajikan dalam gambar berikut :
Berdasarkan pada risk tolerance maka dapat ditetapkan kewenangan dan tanggung
jawab dalam pengelolaan risiko sebagai berikut :
a. Risiko yang berada di atas garis risk tolerance dan berada di level risiko mulai dari
16 sampai dengan 25 menjadi perhatian penuh Direksi dalam pengelolaannya.
b. Level risiko di atas gais risk tolerance sampai lebih kecil dari 16 menjadi perhatian
penuh Manajer.
c. Risiko di bawah garis risk tolerance sepenuhnya dalam tanggung jawab
pengelolaan ditingkat operasional atau oleh Kepala Unit.
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan dibandingkan dengan
gambar diatas sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 9. Skoring jenis risiko dan tindak lanjut
Skor Kriteria Tanggung jawab
No Jenis Risiko Tindak Lanjut
Risiko Risiko Pengelolaan risiko
1 Tersengat arus 2 Rendah Kepala Unit 1. Tidak perlu
listrik dari alat penanganan khusus
2. Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
2 Paparan radiasi 1 Rendah Kepala Unit 1. Tidak perlu
panas dari alat penanganan khusus
Skor Kriteria Tanggung jawab
No Jenis Risiko Tindak Lanjut
Risiko Risiko Pengelolaan risiko
2. Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
3 Hasil 8 Medium Manajer 1. Tidak perlu
pengukuran alat penanganan khusus
tidak akurat 2. Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
3. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4 Kegagalan 5 Medium Manajer 1. Tidak perlu
sistem alat saat penanganan khusus
digunakan 2. Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
3. Perlunya koordinasi
antar lintas sekloral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk tolerance. Hal ini
berarti bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak diperlukan suatu upaya yang
sangat khusus untuk melakukan pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada
kriteria rendah dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh teknisi alat medis. Sedangkan
pada risiko medium diperlukan koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran
dibawahnya.
5. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya dibuat
rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi risiko. Langkah
mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani risiko,
memperkirakan risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko dan
mengimplementasikan rencana perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya difokuskan pada kriteria
risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 10. Mitigasi/pengelolaan risiko
Mitigasi/Pengelolaan
No Jenis Risiko
Pengecekan Penanganan
1 Paparan radiasi Menyusun prosedur terkait 1. Adanya petugas yang kompeten
sinar X keselamatan dalam pelayanan sebagai PPR/ Petugas Proteksi
radiologi Radiasi
2. Supervisi kepatuhan terhadap
prosedur keselamatan kerja di
radiologi
3. Mengukur secara periodik
besarnya radiasi yang terpapar
pada petugas
4. Memberikan makanan tambahan
bagi petugas untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
5. Melakukan kalibrasi/uji
kelayakan terhadap alat medik
yang dapat memancarkan radiasi
2 Paparan residu Menyusun kebijakan dan 1. Memasang alat penunjang
gas anestesi prosedur khusus terkait sebagai penyedot gas buang
pemberian sedasi moderat anestesi
dan dalam 2. Melakukan kalibrasi/uji
kelayakan mesin anestesi.
3. Menangani keluhan petugas yang
terkait paparan residu gas
anestesi dengan pemeriksaan
kesehatan.
3 Hasil Menyusun kebijakan dan 1. Melakukan kalibrasi alat ukur
pengukuran alat prosedur untuk menstandarisasi setahun sekali pada lembaga
tidak akurat proses pemeriksaan pasien yang kompeten.
yang menggunakan alat ukur 2. Untuk alat ukur penunjang
diagnostik seperti alat
laboratorium, dilakukan
pemantapan mutu internal dan
eksternal untuk mendeteksi
adanya simpangan hasil.
4 Kegagalan Menyusun kebijakan dan 1. Melakukan KSO/ kerjasama
sistem alat saat prosedur untuk standarisasi operasional untuk alat medik
digunakan prose pelayanan yang yang mahal dan bersifat vital
menggunakan alat termasuk sehingga jika ada kegagalan
standarisasi pemeliharaan fungsi dapat diganti tanpa
rutin. merugikan Puskesmas secara
finansial.
2. Melakukan penetapan spesifikasi
alat yang disesuaikan dengan
kondisi Puskesmas sebelum
dilakukan KSO/ pembelian.
3. Melakukan uji fungsi harian
secara rutin oleh unit tempat alat
berada.
4. Menetapkan sistem recall untuk
alat yang rusak dan
membahayakan jika masih
dipakai.
5. Menetapkan respon time saat alat
dilaporkan rusak
sampai petugas datang untuk
melakukan perbaikan

6. Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program


Jika tejadi suatu insiden yang terkait dengan resiko-resiko diatas maka alur
pelaporan insidennya mengacu kepada kebijakan dari K3 Puskesmas Ngawi Purba
tentang alur pelaporan Insiden.
7. Monitoring dan Review Insiden dan Kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim P2K3 sesuai
dengan besar kecilnya risiko, monitoring dan review insiden juga m elibatkan unit -
unit terkait.
8. Edukasi Staf Tentang Risk Register
Edukasi staf tentang risk register bertujuan untuk penyiapan kompetensi staf dalam
partisipasinya untuk mencegah dan manangani risiko. Unit Kerja penanggung jawab
dapat berkerjasama dengan Unit Diklat untuk melakukan pelatihan internal/eksternal
kepada para pengambil keputusan/pemilik risiko dan staf. Hal ini dimaksudkan agar
para pengambil keputusan dan staf memiliki pemahaman yang sama tentang
manajemen risiko.
G. DIKLAT MFK
1. Tujuan
a) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam menerapkan kesehatan dan
keselamatan
b) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengelola sistem utilitas
c) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengelola B3 dan limbahnya
d) Meningkatkan pegetahuan karyawan mengenai manajemen kedaruraran
e) Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan karyawan dalam pengamanan
kebakaran
f) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengelola peralatan kesehatan
2. Penatalaksanaan Diklat MFK
a) Pertemuan dan sosialisasi program manajemen fasilitas dan keselamatan kerja
b) Workshop peningkatan mutu dan kapasitas tim MFK

BAB V

LOGISTIK
Logistik yang diperlukan dalam tatalaksana Tuberkulosis adalah :
1. Alat tulis
2. Check list

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
Dalam melaksanakan kegiatan MFK harus tetap memperhatikan keselamatan sasaran yaitu,
pasien, pengunjung dan seluruh petugas yang ada di UPT Puskesmas Ngawi Purba.
Pencegahan yang dilakukan antara lain :
3. Petugas selalu menggunakan APD yang sesuai
4. Petugas menjalankan kegiatan terkait MFK sesuai dengan SOP

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam penatalaksanaan program MFK perlu memperhatikan keselamatan kerja bagi petugas
dengan cara antara lain :
1. Mencegah penularan infeksi akibat kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan MFK
(misalnya pengelolaan B3) dengan menggunakan APD yang sesuai
2. Membuat ruangan yang aman bagi petugas
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin bagi petugas
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu perlu dilakukan untuk menjamin pelayanan yang terkait dengan kegiatan
MFK. Pengendalian mutu yang diilakukan antara lain :
1. Menjamin IPAL berfungsi dengan baik, sehingga hasil uji lab air limbah memenuhi
syarat
2. Menjamin APAR tersedia dan dapat berfungsi dengan baik
3. Menjamin ketersediaan air dan listrik di ruang IGD dan PONED dengan kualitas yang
baik

BAB IX
PENUTUP
Pedoman manajemen fasilitas kesehatan merupakan pedoman yang diperlukan di dalam
kegiatan MFK yang terdiri dari keselamatan dan keamanan, sistem utilitas, pengelolaan B3
dan limbah b3, manajemen kedaruratan, pengamanan kebakaran, peralatan kesehaan dan
diklat MFK.

Anda mungkin juga menyukai