Rekayasa Ide Kepemimpinan
Rekayasa Ide Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
MATEMATIKA - FMIPA
Skor Nilai :
MEDAN
SEPTEMBER 2021
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sebab telahmemberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga
mampu menyelesaikan tugas “REKAYASA IDE TENTANG KEPEMIMPINAN DI NKRI”.
Rekayasa ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua mengenai Bagaimana merekayasa sebuah kepemimpinan itu agar mendekati
sempurna dengan metode self leadership yang diterapkan sejak dini.
Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,saya mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas.Karena itu
kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas ini.akhir kata saya berharap semoga rekayasa ide ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis khususnya,Atas perhatiannya Saya
mengucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. RASIONALISASI PERMASALAHAN
ii
harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan visi
dan misi suatu kepemimpinannya konkrit.
B. TUJUAN TRI
ii
dinamakan pemimpin negara? Perilaku yang sangat buruk dan tidak pantas
dilakukan oleh pemimpin.
Pemimpin negara yang memeras rakyat untuk kepentingan mereka, rakyat
seakan menjadi babu mereka. Dimana pertanggung jawaban janji pemimpin
negara ini ? Seorang pemimpin hendaknya berprilaku adil, bijaksana, bermoral
dan sudah seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya. Jika
seorang pemimpin memberi contoh buruk misalnya korupsi, maka rakyatnyapun
juga akan ikut-ikutan. Rakyat yang mengharapkan kesejahteraan tetepi pemimpin
negera sibuk memperkaya dirinya. Bisa dikatakan aji mumpung, mumpung jadi
pemimpin dia mengeruk keuangan negara sebanyak-banyaknya kemudian
diinvestasikan ke negara lain. Sungguh kejamnya pemimpin-pemimpin kita
sekarang. Belum lagi anggota DPR yang sering “bolos” ketika rapat sidang
paripurna. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata, seperti di daerah 3T
yang masih memerlukan pembangunan jalan raya agar masyarakat dapat
melakukan aktivitas dengan mudah, pemerintahpun juga akan lebih mudah untuk
mengakses daerah tersebut. Sehingga semua wilayah Indonesia dapat terjangkau
dan tidak ada lagi wilayah Indonesia yang terisolir.
Ada lagi masalah yang akhir-akhir ini juga menjadi berita yaitu Kurang
sadarnya para pemimpin akan dampak dari arus globalisasi yang begitu cepat
membuat kondisi-kondisi bangsa sangat rentan dan cepat berubah, salah satunya
tentang pluralisme, perbedaan pendapat, yang kemudian para masyarakat
terjebak ke dalam gagalnya memahami sebuah arti penting keberagaman antara
satu dengan yang lainnya.
ii
beresiko maka perilaku dan kata-kata Pimpinan menampakkan konsistensi dan
sangat membantu. Bagi Griffin, kepercayaan adalah keyakinan terhadap perilaku
seseorang dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan namun tidak pasti
dalam situasi yang memiliki resiko ( Nyhan, 2000).
Akan tetapi saat ini masyarakat sedang dalam situasi susah untuk percaya pada
pemimpin,alasannya adalah karena banyaknya para pemimpin yang terlibat kasus
–kasus yang nampaknya kurang pantas dilakukan oleh seorang pemimpin. Misalnya
kasus KKN dan kasus kriminal lainnya. Selain itu, yang menjadi alasan kedua
adalah karena banyak pemimpin yang tidak setia pada janji mereka ketika masih
berstatus sebagai calon pemimpin atau ketika berkampanye. Saat mereka
berkampanye semua janji di keluarkan oleh mereka, tetapi saat mereka sudah
duduk di tempatnya yang dilakukan malah jauh dari harapan masyarakat. Jauh
dari ekspetasi para rakyat yang awalnya menaruh kepercayaan lama kelamaan
akan hilang, dimakan oleh waktu.
Sebagai contoh ada kasus, seorang bupati kabupaten yang kaya di daerah
Kalimantan dipenjara sebab korupsi. Beberapa tahun kemudian, putrinya yang terpilih
ii
jadi bupati wilayah kaya itu pun ditangkap karena korupsi. Selain korupsi, ketua daerah
ada juga yg ditangkap karena memakai narkoba. Lebih gawat lagi, ada bupati yang
ditangkap karena masalah perselingkuhan.dengan uraian pada atas, bisa disebutkan
adanya kenyataan tanda-tanda degradasi nilai-nilai kepemimpinan, terjadi konflik
kepentingan dan lunturnya nilai-nilai keteladanan pemimpin. dampak adanya
permasalahan kepentingan serta lunturnya nilai-nilai keteladanan para pemimpin,
memunculkan sinisme masyarakat terhadap pemimpin yg mempraktekkan tak satu kata
dengan perbuatan, tidak memberi teladan, berperilaku tidak terpuji, melanggar aturan,
dan minta dilayani bukan melayani.
Akibat dari korupsi pada jangka panjang ialah rusaknya generasi penerus bangsa.
pada masyarakat yang korupsi sudah menjadi santapan sehari-hari, anak tumbuh dengan
pribadi antisosial, selanjutnya generasi penerus bangsa akan menganggap bahwa korupsi
menjadi hal biasa (atau bahkan budaya), sebagai akibatnya perkembangan pribadinya
menjadi terbiasa dengan sifat tak amanah serta tak bertanggung jawab. Bila generasi
muda suatu bangsa keadaannya seperti itu, mampu dibayangkan betapa suramnya masa
depan bangsa tersebut. Banyak sekali dampak yang di rugikan atau yang di akibatkan
oleh korupsi ini diantara nya yaitu : menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan
meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi, merusak perkembangan ekonomi suatu
bangsa, rusaknya generasi muda, terjadinya instabilitas sosial politik dan integrasi sosial,
karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat. Dan Jika korupsi dalam suatu
masyarakat atau Negara telah merajalela dan menjadi santapan masyarakat setiap hari,
maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau,
tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam
masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan
selfishness.Tidak akan ada kerja sama dan persaudaraan yang tulus.
Mengembalikan makna dan citra pemimpin sebagai good leader bukan great leader,
bukan sebagai petinggi, tetapi sebagai pamong. Dibutuhkan teladan dan langkah nyata
yang berorientasi pada yang dipimpin. Pemimpin hadir untuk suatu zaman. Zaman
ii
menentukan gaya. Meskipun demikian, ada satu syarat yang nyaris jadi klasik, yakni
asketisme atau mesu budhi. Tak ada pemimpin yang jatuh dari langit, semua
membutuhkan proses jatuh-bangun. Keterbukaan menerima kritik merupakan bagian dari
jiwa pemimpin. Kritik menurut Kwant, analis masalah kritik, adalah bagian dari
keterlibatan dan kepemilikan. Menerima kritik sebagai bagian rasa memiliki,
menunjukkan bobot seorang pemimpin. Mengatasi krisis kepemimpinan adalah proses
pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Dibutuhkan waktu panjang. Satu langkah luhur
kita ayunkan, hasilnya baru akan kelihatan satu generasi kemudian. Sebaliknya satu
langkah salah kita lakukan, akibat buruknya langsung tampak. Salah satu penyebab
munculnya krisis kepemimpinan adalah terkait krisis moral. Sehubungan krisis
kepemimpinan itu berakar dari krisis moral, maka perlu diselesaikan secara moral,
sebelum ada penyelesaian secara teknis. Penyelesaian krisis kepemimpinan secara moral
itu merujuk prinsip al akhlaqul karimah. Prinsip ahkhlaqul karimah itu meliputi ash
shidqu (benar), al wafa bil ‘ahd (tepat janji), ta’awun (tolong menolong), al ‘adalah
(keadilan) dan istiqamah (konsisten).Tidak perlu banyak janji, untuk para pemimpin agar
aksi yang diperbanyak. Agar kepercayaan masyarakat kembali lagi pada seorang
pemimpin, pemimpin tersebut juga harus bisa memegang janji nya.
Sebenarnya penyelesaian masalah ini tidak jauh berbeda dengan solusi yang di atas
dimana dalam hal ini perlu diselesaikan secara moral, sebelum ada penyelesaian secara
teknis. Penyelesaian krisis kepemimpinan secara moral itu merujuk prinsip al akhlaqul
karimah. Prinsip ahkhlaqul karimah itu meliputi ash shidqu (benar), al wafa bil ‘ahd
(tepat janji), ta’awun (tolong menolong), al ‘adalah (keadilan) dan istiqamah
(konsisten). Kenapa jika akhlak atau moral seorang pemimpin yang baik akan
mencerminkan kelakuan dan perilaku nya sebagai pemimpin, dan yang paling penting
seorang pemimpin harus punya akidah atau kepercayaan yang kuat. Karena dengan ia
mempunyai kepercayaan pada tuhannya dan takut pada sang pencipta serta pmbalasan
dari apa yang ia kerjakan. Saya rasa tidak aka nada lagi para pemimpin yang berlaku
menyimpang.
ii
BAB IV. PENUTUP
ii