Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS KESTABILAN LERENG TANAH


RUAS JALAN BAYAH – CIBARENO (BTS JABAR)
KM 261+700
PROVINSI BANTEN

Disusun dan diajukan oleh:


Intan Yuniarti, ST, MEng
NIP. 198706232010122002

SATUAN KERJA PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL


PROVINSI BANTEN
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL BANTEN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
ridho-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Anlisis Kestabilan
Lereng Tanah Ruas Jalan Bayah – Cibareno (Bts Jabar) Km 261+700 Provinsi Banten” tepat pada
waktunya.
Maksud dari penyusunan makalah ini, antara lain adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam pengajuan usulan penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Teknik Jalan dan
Jembatan Muda, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat; serta dengan harapan dapat memotivasi penyusun sehingga mampu memahami dan
memperdalam segala pembahasan dan aplikasi terkait perencanaan jembatan gantung.
Pada kesempatan ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan kerja
pada Satuan Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VI
Jakarta, dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Jakarta, atas segala dukungan dan
bantuannya, sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait.
Serta Penyusun berharap semoga apa yang kita lakukan mendapatkan limpahan rahmat dari Allah
SWT dan berguna bagi kita semua. Aamiin ya rabbalallamiin..

Wassalamu ‘Alaikum Wr.Wb.


Serang, Mei 2021
Penyusun

Intan Yuniarti, ST,MEng


NIP.198706232010122002
DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
II.TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3
III.METODE KERJA ................................................................................................................. 6
IV.PEMBAHASAN ................................................................................................................... 7
IV.1 Lokasi longsor Km 242+600/STA 15+400 ................................................................................ 7
IV.2. Lokasi longsor pada Km 261+000/STA 33+800 ....................................................................... 9
V.KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................ 16
V.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 16
V.2. Saran .................................................................................................................................... 17
VI. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 18
I.PENDAHULUAN

Ruas Bayah – Cibarenok (Bts.Jabar), Provinsi Banten merupakan salah satu


lokasi rawan longsor yang secara periodik mengalami longsor setiap tahun. Di Desa
Bayah ini terdapat beberapa titik longsor yang berdampak pada amblesnya
sebagian badan jalan. Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan bencana longsor
lanjutan yang mungkin bisa terjadi setiap saat. Pada saat musim penghujan datang,
permasalahan gerakan tanah kemungkinan akan muncul kembali. Oleh sebab itu
untuk mengantisipasinya diperlukan pengetahuan tentang factor penyebab
gerakan tanah tersebut dan mekanismenya. Hal ini sangat diperlukan untuk
mengetahui metode yang tepat dalam penanggulangan gerakan tanah di Desa
Bayah.
Metode yang digunakan pada penyelidikan gerakan tanah dan pemetaan
geoteknik Desa Bayah, Banten meliputi metode deskriptif dan metode analisis.
Metode deskriptif berupa survey lapangan guna mencari fenomena – fenomena
yang ada di lapangan, kemudian metode analisis meliputi pemetaan geoteknik,
pemboran, uji laboratorium, penyelidikan geolistrik, dan analisis kestabilan lereng.
Sehubungan dengan kegiatan penanganan longsor pada ruas rawan longsor
di Provinsi Banten, maka dilakukan kajian geoteknik untuk menilai stabilitas lereng
di daerah tersebut, dan mengetahui seberapa besar batasan FK minimum lereng.
Untuk mengetahui faktor keamanan lereng di lokasi penelitian dibutuhkan suatu
analisis stabilitas lereng yang dapat memodelkan sesuai dengan kondisi asli di
lapangan agar terjadi kondisi pendekatan dalam hasil analisis dan memudahkan
dalam penanganannya, salah satunya dengan menggunakan program plaxis, dan
metode kesetimbangan batas Bishop Simplied.
Analisis kestabilan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi
longsoran kedepan yang akan terjadi terutama saat intensitas hujan tinggi.
Parameter properties material akan digunakan sebagai data masukan untuk
pengoptimalan kestabilan lereng yang berpotensi terjadinya longsor. Batasan nilai
FK yang efektif dalam keadaan jenuh dan setengah jenuh perlu ditentukan untuk
menentukan penanganan yang tepat sasaran. Longsoran lereng di analisis dari

1
parameter masukan dan data yang diuji untuk mendapatkan geometri lereng
optimum.
Perhitungan stabilitas dilakukan pada lokasi ruas Cibarenok km 261+700
dimaksudkan untuk mengetahui kemantapan lereng yang direkomendasikan
berdasarkan data parameter geoteknik dari hasil parameter yang diperoleh dari
hasil pengujian. Parameter yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium
geoteknik berupa nilai bobot isi material (γn), nilai kohesi (c), dan sudut geser
dalam. Kemudian dilakukan pengambilan data di lokasi penelitian dengan
mengambil data orientasi lereng (tinggi, lebar jenjang dan kemiringan lereng)
pada daerah yang longsor. Turunnya nilai kohesi dan sudut geser dalam
merupakan penyebab utama terjadinya longsor, sehingga membuat lereng
mencari kondisi stabil dengan kesetimbangan baru.

2
II.TINJAUAN PUSTAKA

 Investigasi tanah adalah kegiatan untuk mengetahui daya dukung tanah, jenis dan
karateristik tanah, kondisi geologi tanah, susunan lapisan tanah. Investigasi tanah
memiliki peranan penting dalam proses perencanaan struktur dan lereng karena
dimensi dan bentuknya akan bergantung pada karateristik tanah. Tujuan dilakukan
investigasi tanah antara lain : mengetahui jenis tanah, mendapatkan sampel
disturbed dan undisturbed untuk identifikasi visual dan pengujian tanah di
laboratorium, mengetahui kedalaman bedrock, mengamati kondisi drainase dan
mengetahui letak muka air tanah. (Braja M.Das, 2014).
 Stratifikasi perlapisan tanah yang digunakan dalam analisis stabilitas dan
settlement ditentukan berdasarkan hasil evaluasi terhadap data hasil penyelidikan
tanah di lapangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil lapangan dengan
menggunakan korelasi yang direkomendasikan oleh Sanglerat (1972)
sebagaimana disajikan pada Tabel 2 1, dan hasil laboratorium dapat dikorelasikan
dengan ASTM D-2487-98 sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2 dapat diketahui
konsistensi perlapisan tanah.

Tahanan Konus, qc
Klasifikasi konsistensi
Konsistensi 2 2
kg/cm kN/m tanah berdasarkan nilai
tahanan ujung konus
Sangat lunak (very soft) 0-6 0-588 (sumber : Sanglerat,
1972)
Lunak (soft) 6-10 588-980
Teguh (firm) 10-30 980-2940
Kenyal (stiff) 30-60 2940-5880
Sangat kenyal (very stiff) 60-150 5880-14700
Keras (hard) >150 >14700

Tabel Klasifikasi konsistensi tanah berdasarkan nilai SPT (sumber : ASTM D-2487-98)

3
 Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk melakukan investigasi
tanah secara in-situ. Salah satunya adalah Standart Penetration Test (SPT). SPT
adalah sebuah metode uji pengeboran tanah untuk mendapatkan parameter
tanah. Tes ini adalah metode uji pengeboran tanah yang paling banyak dilakukan.
Hasil dari SPT ini bisa digunakan untuk mendapatkan parameter tanah yang diuji.
Pengembangan parameter tanah seperti kohesi, sudut geser, dan modulus
elastisitas tanah dengan persamaan korelasi dari hasil SPT.
 Analisis dilakukan menggunakan metode kesetimbangan batas Bishop
simplied dikarenakan bidang runtuh yang terjadi berupa busur lingkaran (circular
failure) dengan hasil metode yang cukup teliti. Lereng pertama kali dianalisis
faktor keamanannya pada saat sebelum lereng longsor. Hasil uji Laboratorium dan
hasil pengamatan/pemetaan dari kegiatan geoteknik yang dilakukan dengan
pengujian secara langsung. Simulasi geometri lereng tunggal merupakan data
parameter material properties dari hasil uji laboratorium. Berdasarkan data dari
parameter analisis lereng soil tunggal diatas, maka dapat dilihat hasil nilai FK yang
diolah dengan menggunakan program software plaxis.
 Analisis Faktor Keamanan Lereng (aktual) dilakukan pada lereng soil dengan menentukan
nilai FK pada kondisi rancangan awal.

SNI Geoteknik 4 (SNI 8460, 2017)

 Plaxis merupakan program computer berdasarkan metode elemen hingga dua


dimensi yang digunakan secara khusus melakukan analisis deformasi dan
stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Program ini merupakan
metode antar muka grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat

4
dengan cepat membuat model geometrid an jaring elemen berdasarkan
penampang melintang dari kondisi lereng yang akan di analisis (Plaxis, 2012).

5
III.METODE KERJA

Proses investigasi tanah di lapangan dimulai dari penentuan titik lubang bor,
kemudian kegiatan pengeboran, lalu pembuatan laporan borehole log, selanjut nya
pembuatan profil lapisan tanah, dan pengembangan parameter tanah.
Metode dalam analisis geoteknik diperlihatkan pada gambar diagram alir. Pada
dasarnya, alternatif penanganan yang akan dipilih harus dapat memenuhi kriteria
stabilitas dan deformasi yang disyaratkan.

Pemodelan
stratigrafi

Penyelidikan lapangan dan


pengujian laboratorium

Penentuan
parameter desain

Menentukan beberapa
alternatif perencanaan

Tidak

Memenuhi stabilitas

Ya

Tidak
Memenuhi syarat
deformasi

Ya

Tidak
Diuji sesuai dengan
kebutuhan

Ya

Alternatif perencanaan
memenuhi syarat

Diagram alir analisis geoteknik

6
IV.PEMBAHASAN

Kronologis longsor dan penanganannya di Ruas Bayah – Cibarenok (Bts Jabar),


kondisi pada ruas tersebut,khususnya pada Km 242+600/STA 15+400 dan Km
261+000/STA 33+800 kerap terjadi longsor, dari tahun 2013, 2015, dan hasil survey
penanganan pada Desember 2020, pada sta 15+400 pada wilayah Pamumbulan,
sepanjang 30 m, terjadi penurunan setengah badan jalan, setinggi 0,5 m, pada posisi
sisi kanan arah cibarenok. Berikut dokumentasi survey, desain dan rencana
penanganan.

IV.1 Lokasi longsor Km 242+600/STA 15+400

Lokasi longsor

7
Dokumentasi Survey

Desain 2020

Rencana Penanganan

8
IV.2. Lokasi longsor pada Km 261+000/STA 33+800

Dokumentasi penanganan longsor pada Ruas Bayah Km 261+000/STA 33+800

Penanganan sementara untuk badan jalan, pengecoran setengah badan jalan


agar jalan tetap fungsional.

Dari survey selanjutnya, dengan mengambil gambar menggunakan drone,


terjadinya penurunan badan jalan kemungkinan adanya muka air tanah yang belum
terdeteksi.

Gambar Penurunan pada Bronjong

9
Pada Ruas Bayah – Cibarenok (Bts.Jabar) sta 33+800, telah terjadi penurunan
pada bronjong,selanjutnya dilakukan penanganan sementara untuk badan jalan
menggunakan timpil dengan diperkuat sand bag dan cerucuk kayu. Berdasarkan
observasi di lapangan, diperoleh data pengukuran penurunan badan jalan sebagai
berikut

Denah lokasi longsor

10
Penanganan desain tahun 2021

Pengamatan menggunakan alat drone, menghasilkan gambar 3d sebagai berikut :

Inventarisasi lokasi longsoran :

11
Berdasar peta geologi regional (lembar Leuwdamar), longsoran tersusun batuan
berupa : Tmtl : anggota batugamping formasi CITARETE (Miosen Awal) tersusun
Batugamping, napal dan batupasir; Toj : anggota batupasir formasi CIJENGKOL
(Oligosen Awal) tersusun oleh batupasir, konglomerat, breksi, tuf dan batubara.
Lokasi longsoran dekat pada kontak antara kedua formasi dan terdapat struktur
geologi berupa patahan/sesar geser mendatar mengkiri. Berdasarkan garis
penampang, lokasi longsor berada di sayap antiklin yang memiliki perlapisan yang
miring ke selatan.

Investigasi tanah dilakukan untuk melakukan analisis stabilitas lereng di pit


tersebut. Tahapan investigasi tanah, meliputi : kegiatan pengeboran, pembuatan
laporan borelog, pembuatan profil lapisan tanah, dan pengembangan parameter.
Sebelum dilakukan pengeboran, titik bor ditentukan dan disurvei menggunakan alat
pemetaan untuk mengetahui koordinat dan elevasi titik bor. Setelah itu, dilakukan
Standard Penetration Test (SPT) oleh tim lapangan setiap interval 1,5 m. Sampel
tanah juga diambil dengan metode full coring yang dilakukan pada semua lubang bor
untuk mendapatkan sampel material untuk identifikasi visual jenis material. Terdapat
beberapa kondisi yang membolehkan pengeboran di suatu titik dihentikan, yaitu : telah
mencapai target kedalaman (masing – masing titik berbeda), jika batuan dasar seperti
mudstone/siltstone/standstone dengan ketebalan sekitar 5 m ditemukan, dan jika
ditemukan nilai SPT > 50 sebanyak tiga kali berturut-turut.
Saat dilakukan uji SPT, nilai SPT dicatat dan pengambilan sampel undisturbed
(UDS) dan rock sampling (UCS) dilakukan. Berikut data hasil SPT, yaitu interval SPT,
nilai SPT-field, dan panjang sampel tanah yang terambil. Jika dilakukan pengambilan

12
sampel undisturbed (UDS) maka dilaporkan juga interval sampel UDS dan panjang
sampel UDS. Tim lapangan juga mengirimkan dokumentasi core box yang berisi
sampel tanah di masing – masing lubang bor dan deskripsi material tanah sederhana.

Borehole log adalah presentasi grafis dari rincian yang dikumpulkan dari masing
– masing lubang bor. Di dalam borehole log terdapat graphic log dan simbol USCS
yang ditentukan berdasarkan Unified Soil Classification System yang terdapat pada
ASTM D 2487-06.
Di dalam borehole log juga terdapat deskripsi material tanah atau batu,
penulisannya disepakati disesuaikan dengan ASTM D 2488-09a. Selain itu juga
terdapat informasi mengenai judul pekerjaan, deskripsi singkat pekerjaan, drilling,
sampling, grafik nilai N-SPT, dan hasil percobaan laboratorium. Pada bagian drilling
terdapat informasi metode pengambilan sampel dan kedalaman lubang bor. Di bagian
sampling terdapat informasi berupa RQD (untuk batuan), GSI (untuk batuan) dan data
SPT serta UDS.

13
Stratifikasi longsoran (cross section)

Slope stability verification (bishop)


Sum of active forces : Fa = 7829,53 kN/m
Sum of passive forces : Fp = 12519,51 kN/m
Sliding moment : Ma = 689624,56 kNm/m
Resisting moment : Mp = 1102718,19 kNm/m
Factor of safety = 1,6 > 1,5  slope stability Acceptable
Dari beberapa analisa di atas, dapat diusulkan beberapa rekomendasi
penanganan :
- Analisis bidang gelincir -> penanganan DPT + borepile, D = 0,8 m, H = 35 m
- Relokasi geometrik, sepanjang ± 600 m (diperlukan pembebasan lahan)

14
- Jembatan bentang ± 100 m (tidak layak secara geometric)

Dari beberapa alternatif penanganan di atas, dapat disimpulkan melalui matriks


pemilihan penanganan sebagai berikut :

PEMBOBOTAN NILAI BOBOT KONSTRUKSI (%)


Skala Prioritas Materi yang dibobot POINT BOBOT DPT Beton Relokasi
Jembatan
tingkat kepentingan (%) Borpile Geometrik
Keamanan Konstruksi thd LL
1.1. Tidak Aman (SF < 1.1) 1 3
1.2. Kurang Aman (1.1 < SF < 1.2) 2 5
40%
1.3. Cukup Aman (1.2 < SF < 1.25) 3 8
1.4. Aman (1.25 < SF < 1.3) 4 11
1.5. Sangat Aman (SF > 1.3) 5 13 13 13 13
JUMLAH 15 40
Biaya Konstruksi 17.5 Milyar 12 Milyar 40 Milyar
2.1. Sangat Mahal 1 2 2
2.2. Mahal 2 3 3
25%
2.3. Cukup Mahal 3 5
2.4. Murah 4 7
2.5. Sangat Murah 5 8 8
JUMLAH 15 25
Kemudahan Pelaksanaan
3.1. Sangat sulit 1 2
15% 3.2. Sulit 2 3 3
3.3. Sedang 3 5 5 5
3.4. Mudah 4 6
JUMLAH 10 15
SDM dan Peralatan
4.1. Sulit 1 2
10%
4.2. Sedang 2 3 3
4.3. Mudah 3 5 5 5
JUMLAH 6 10
Kemudahan Pencampaian Lokasi
10% 5.1. Sulit 1 3 0
5.2. Mudah 2 7 7 7
JUMLAH 3 10
100% Rangking 33 31 28
II I III
DPT Beton Relokasi Jembatan

15
V.KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

a. Keberadaan air berpengaruh signifikan terhadap kemantapan lereng, maka


perlu untuk terus dipantau dan dikontrol.
b. Perhitungan parameter tanah dihitung menggunakan persamaan korelasi untuk
mengetahui nilai berat isi, kohesi, sudut geser dan elastisitas tanah.
c. Hasil perhitungan analisis kestabilan lereng menunjukkan bahwa lereng dalam
kondisi stabil (nilai FK 0,97) karena angka keamanan kurang dari 1,25.
d. Faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah di lokasi
penelitian adalah kelerengan yang curam (40°) dan material penyusun lereng
yang berupa lempung dan lanau. Faktor pemicu gerakan tanah adalah hujan
yang deras dan aktifitas warga di sekitar area longsor.
e. Dari beberapa analisa di atas, dapat diusulkan beberapa rekomendasi
penanganan :
- penanganan DPT + borepile, D = 0,8 m, H = 35 m,
- relokasi geometrik, sepanjang ± 600 m (diperlukan pembebasan lahan),
- jembatan bentang ± 100 m (tidak layak secara geometric)
Selanjutnya dengan matriks pemilihan penanganan, yang
mempertimbangkan faktor kemanan konstruksi terhadap faktor lalu lintas, biaya
konstruksi, kemudahan pelaksanaan, sdm dan peralatan, kemudahan
pencapaian lokasi.
f. Kondisi geoteknik area longsor terdiri dari batu lanau, batu pasir, breksi, lanau,
serta lempung krikil dan lempung pasir
g. Gerakan tanah yang terjadi pada lokasi longsor tergolong dalam tipe gerakan
tanah rotasi (rotational slide)
h. Karateristik dan parameter tanah lereng sangat berpengaruh terhadap hasil
analisis stabilitas lereng
i. Kondisi muka air tanah baik pada kondisi kering, jenuh penuh ataupun jenuh
sebagian mempengaruhi besaran nilai factor aman lereng

16
V.2. Saran

a. Dalam penerapannya, diperlukan evaluasi secara berkala terhadap rancangan


geometri lereng yang direkomendasikan.

b. Perlunya ketelitian saat pengujian laboratorium agar hasil yang didapatkan lebih
efisien.

c. Langkah pemeliharaan, pemantauan dan penanganan pada lereng sangat


diperlukan untuk menjaga agar lereng tetap dalam kondisi aman.

d. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor keamanan


menggunakan metode-metode konvensional

17
VI. DAFTAR PUSTAKA

Arief, Saifuddin. 2008. “Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan”.


Buku kompilasi tidak diterbitkan.

Braja, M.Das. 1995. Mekanika Tanah Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis.


Jilid 1,2. Erlangga. Jakarta.

Christady H. H., 2006. Penanganan tanah longsor dan erosi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Soedarmo, Djatmiko.,& Purnomo, Edy. 1993.Mekanika Tanah 1. Malang:


Penerbit Kanisius
Zakaria, Zulfiadi. 2009. Analisis Kestabilan Lereng. Bandung : Universitas
Padjajaran.

18

Anda mungkin juga menyukai