Anda di halaman 1dari 27

A.

Sejarah Bilangan dan Macam-macam Bilangan


 Sejarah Bilangan
Bilangan selalu muncul akibat kebutuhan manusia. Bilangan yang pertama
kali dikenal adalah bilangan asli. Bilangan ini muncul akibat kebutuhan manusia
untuk menghitung. Kemudian muncul bilangan nol, suatu bilangan yang menyatakan
kekosongan. Maka dikenalkan bilangan cacah. Setelah operasi hitung dikenal,
muncul bilangan negatif untuk mengatasi kebutuhan akan hasil pengurangan dua
bilangan asli yang bilangan pertama lebih kecil dari bilangan kedua, maka
dikenalkan bilangan bulat. Kemudian untuk mengatasi masalah pembagian dua
bilangan yang hasilnya bukan bilangan bulat, diperlukan bilangan rasional.
Sedangkan bilangan irasional muncul karena adanya operasi pangkat dua, ketika
ternyata diketahui bahwa tidak selalu ada bilangan rasional yang memenuhi a 2=b.
Gabungan Bilangan Rasional dan Irasional kemudian disebut bilangan Real.
Sekitar abad 16, para ahli matematika mulai menggunakan bilangan yang memiliki
akar negatif, contohnya √ −1 , √−15 , √−8 dan sebagainya. Maka munculah
himpunan bilangan imajiner. Selanjutnya, bilangan yang terbentuk dari bilangan real
dan bilangan imajiner disebut bilangan kompleks.

 Macam-Macam Bilangan
Berikut ini ringkasan materi mengenai himpunan-himpunan bilangan :

1. Bilangan asli/Natural Numbers


Bilangan asli adalah yang digunakan untuk menghitung. Karena dalam menghitung
kita memulai dengan 1, maka himpunan bilangan asli juga dimulai dari 1, 2, 3, 4,
….dan seterusnya. Simbol yang sering digunakan untuk himpunan bilangan asli
adalah A atau N. Bilangan asli dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bilangan genap
dan bilangan ganjil.
Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2, sedangkan bilangan ganjil
tidak habis dibagi 2.
Himpunan bilangan genap adalah G= { 2, 4, 6, 8,……………}
Himpunan bilangan ganjil adalah J = {1, 3, 5, 7, ………….}
Setiap bilangan asli yang lebih dari 1 dapat dikelompokkan menjadi bilangan prima
atau bilangan komposit/tersusun. Sedangkan 1 tidak termasuk keduanya, 1 adalah
unit/satuan. Untuk menentukan bilangan prima yang tidak terlalu besar dapat
digunakan metode Saringan Erastothenes.
Teorema dasar aritmetika menyatakan bahwa setiap bilangan komposit dapat
dinyatakan sebagai hasilkali bilangan-bilangan prima. Misalnya 300 dapat dinyatakan
dengan 22 .3.52 . Ini disebut juga faktorisasi prima dari 300. 5 2.

2. Bilangan Cacah/Whole Numbers


Bilangan cacah adalah semua bilangan asli ditambah dengan 0. Simbol bilangan
cacah adalah C.

3. Bilangan bulat/Integers
Bilangan bulat adalah semua bilangan cacah ditambah dengan bilangan bulat negatif.

4. Bilangan rasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk p/q, dimana p
dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ 0. Simbol bilangan rasional adalah Q.
Jika p habis dibagi q maka bilangan itu adalah bilangan bulat (pecahan palsu), jika
tidak maka berupa pecahan.
Ada 4 macam pecahan yaitu pecahan sejati, pecahan campuran, pecahan palsu
dan pecahan desimal. Bilangan rasional yang dinyatakan dalam bentuk pecahan
desimal dapat berupa desimal terbatas dan desimal tak terbatas berulang.

5. Bilangan irasional
Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk p/q,
dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ 0.
Bilangan irasional dikenal sejak sekitar 600 SM di Yunani, ketika orang berusaha
mencari solusi dari rumus Pythagoras a 2 +b2 =c2 untuk a=1 dan b=1 ternyata tidak
ada bilangan rasional yang tepat untuk c, karena tidak ada bilangan rasional yang jika
dikalikan dengan dirinya sendiri hasilnya 2.
Ketika dinyatakan dalam desimal, bilangan irasional adalah desimal yang tak terbatas
dan tak berulang. Contoh bilangan Irasional yang menarik adalah π (phi) yaitu
bilangan yang didapat dari perbandingan antara keliling dan luas lingkaran.

6. Bilangan Real/Bilangan Nyata


Bilangan real adalah gabungan dari bilangan rasional dan bilangan Irasional. Simbol
bilangan real adalah R.
Operasi hitung pada bilangan real meliputi antara lain penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan, penarikan akar, dan
logaritma.
Sifat tertutup (closure): Jika dilakukan operasi tertentu pada 2 anggota suatu
himpunan bilangan dan hasilnya adalah bilangan yang merupakan anggota himpunan
bilangan itu maka dikatakan himpunan itu tertutup dalam operasi tersebut.
Contoh: Dalam himpunan bilangan asli. Operasi penjumlahan bersifat tertutup, tetapi
operasi pengurangan tidak, karena 5–7 = -2, dan –2 bukanlah anggota bilangan asli.
Sifat-sifat operasi pada bilangan real diperlihatkan pada tabel berikut.
Untuk a, b, c ∈ R berlaku:
a. Sifat komutatif pada penjumlahan: a + b = b + a
b. Sifat komutatif pada perkalian: a x b = b x a
c. Sifat asosiatif pada penjumlahan: (a + b) + c = a + (b + c)
d. Sifat asosiatif pada perkalian: (a x b) x c = a x (b x c)
e. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan: ax(b+c)=(axb)+(axc).
Identitas pada penjumlahan adalah 0 sedangkan identitas pada perkalian adalah 1.
Invers penjumlahan adalah lawannya, misalnya invers a adalah –a.
Invers perkalian adalah kebalikannya, misalnya invers a adalah 1/a

7. Bilangan imajiner
Kata “imajiner” digunakan untuk menggambarkan bilangan seperti √−1 √−15 √−8.
Unit imajiner (disimbolkan i) didefinisikan sebagai berikut: i=√ −1 dani 2=−1.
Selanjutnya didefinisikan akar dari bilangan negatif sebagai berikut: jika a > 0,
√−a=i √ a .

8. Bilangan kompleks
Setiap bilangan yang berbentuk a+ bi, dimana a dan b adalah bilangan real dan i
adalah unit imajiner, disebut bilangan kompleks.
Contohnya 4 i, 3+2 i, 2 – i √7 , 7 dan 0. Pada a+ bi, a di sebut bagian real, dan b
disebut bagian imajiner. Jika b ≠ 0, maka bilangan tersebut disebut bilangan imajiner.
Pada bilangan imajiner, a+bi, jika a = 0, maka disebut bilangan imajiner murni.
Contohnya 3 i,−i ,i √ 7 dan sebagainya.

 Bilangan Komposit
Bilangan komposit merupakan lawan dari bilangan prima dengan nilai diatas 1 (satu).
Dapat dikatakan bahwa bilangan komposit adalah bilangan asli (natural number)
yang lebih dari 1 (satu) dan dapat dibagi habis dengan bilangan selain 1 (satu) dan
bilangan itu sendiri. Pengertian lainnya yaitu suatu bilangan yang dapat dinyatakan
sebagai faktorisasi bilangan bulat atau bilangan yang tercipta dari hasil
perkalian setidaknya dua bilangan prima.
Contoh 50 bilangan komposit pertama yaitu :
4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36,
38, 39, 40, 42, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 62, 63, 64, 65, 66,
68, 69, dan 70.
Apabila bilangan komposit digambarkan dalam diagram venn dengan semestanya
adalah bilangan asli, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

 Operasi Hitung Bilangan


Operasi hitung bilangan pada dasarnya dibedakan menjadi 4 jenis operasi hitung
dasar. Keempat operasi hitung dasar bilangan tersebut disebut operasi aritmatika.
Terdapat juga 3 operasi hitung lain yang sering digunakan
yaitu perpangkatan, akar, dan tanda kurung. Berikut digunakan bilangan bulat
sebagai contoh dari operasi hitung tersebut.

1. Penjumlahan (+)
Menurut David Glover (2006), penjumlahan adalah cara yang digunakan untuk
menghitung total dua bilangan atau lebih. Penjumlahan bilangan bulat adalah operasi
penjumlahan yang digunakan untuk menghitung total dua atau lebih bilangan bulat.

Note :
 Penjumlahan dengan bilangan negatif sama dengan (ekuivalen) mengurangi
suatu bilangan dengan lawan bilangan negatif.
Contoh :
Bilangan + (- Bilangan) = Bilangan – Bilangan
3 + (-2) = 3 – 2 = 1
 Penjumlahan antar bilangan negatif dapat diubah dalam operasi kurung.
Contoh :
(- Bilangan) + (- Bilangan) = - (Bilangan + Bilangan)
(- 3) + (- 7) = - (3 + 7) = - 10
2. Pengurangan (-)
Pengurangan adalah operasi dasar matematika yang digunakan untuk mengeluarkan
beberapa angka dari kelompoknya.
Note :
 Pengurangan dengan bilangan negatif sama dengan menambahkan bilangan
dengan lawan bilangan negatif.
Contoh :
Bilangan – (- Bilangan) = Bilangan + Bilangan
3 – (- 4) = 3 + 4 = 7
3. Perkalian (x)
Perkalian adalah salah satu operasi aritmatika (operasi dasar matematika) yang
berfungsi sebagai simbol operasi penjumlahan berulang. Rumus dasar perkalian :

Note :
 Bilangan positif kali bilangan positif menghasilkan bilangan positif.
Contoh : Positif x Positif = Positif
 Bilangan positif kali bilangan negatif atau sebaliknya menghasilkan bilangan
negatif.
Contoh : +×−¿−¿ juga sebaliknya −×+¿−¿
2 × ( - 4) = ( - 8) dan ( - 3) × 4 = ( - 12)
 Bilangan negatif kali bilangan negatif menghasilkan bilangan positif.
Contoh : −×−¿+ ¿ / (- 2) × (- 3) = 6

4. Pembagian (:)
Operasi pembagian digunakan untuk menghitung hasil bagi suatu bilangan terhadap
pembaginya. Dalam operasi perkalian diketahui c x b=a dalam operasi pembagian,
bentuk tersebut dapat ditransformasi/ubah menjadi a : b=c .

Note :
 Bilangan positif dibagi bilangan positif menghasilkan bilangan positif.
Contoh : 8 : 2 = 4
 Bilangan positif dibagi bilangan negatif atau sebaliknya menghasilkan
bilangan negatif.
Contoh : 6 : (- 3) = (- 2) / (- 12) : 4 = (- 3)
 Bilangan negatif dibagi bilangan negatif menghasilkan bilangan positif.
Contoh : (- 16) : (- 4) = 4
 Setiap bilangan yang dibagi 0 menghasilkan nilai tidak terdefinisi.
5. Tanda Kurung
Operasi matematika yang menggunakan tanda kurung dikerjakan terlebih dahulu atau
diprioritaskan. Berikut jenis tanda kurung yang sering digunakan dalam ilmu
matematika :
 Tanda kurung ( ) yang disebut bracket untuk operasi bilangan secara umum.
 Tanda kurung siku [ ] yang disebut square bracket, yang biasa digunakan
dalam operasi vektor, matriks, dan interval.
 Tanda kurung kurawal { } yang disebut curly bracket, yang biasa digunakan
dalam notasi himpunan.
6. Perpangkatan
Perpangkatan adalah operasi hitung perkalian berulang dengan bilangan yang
dipangkatkan sebanyak pangkatnya.
Adapun sifat-sifat umum operasi perpangkatan :
m n m +n
a × a =a
m n m−n
a : a =a
m n m× n
(a ) =a

7. Operasi Akar
Operasi akar adalah kebalikan dari operasi perpangkatan atau dalam ilmu matematika
disebut invers dari perpangkatan.

Contoh :
 Akar Pangkat 2
√ 144=12
Karena 122=12 ×12=144
 Akar Pangkat 3
√3 100010
Karena 103=10 × 10× 10=1000

 Basis Bilangan
Basis bilangan itu adalah bilangan yang menjadi dasar terbentuknya bilangan lain
dalam suatu system bilangan. Basis bilangan ini dikelompokan ke dalam dua
kelompok, yaitu basis sepuluh dan basis non sepuluh. Basis sepuluh sering disebut
juga dengan bilangan desimal yang terdiri dari 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9. Jika ada nilai
yang lebihb besar dari itu maka lambang bilangannya terdiri dari gabungan/kombinasi
lambang bilangan dasarnya. Sedangkan basis non sepuluh adalah basis bilangan yang
kurang atau lebih dari sepuluh.

a. Basis Sepuluh
Bentuk nilai dapat berupa integer desimal atau pecahan. Integer desimal adalah nilai
desimal bulat, misalnya 8598 dapat di artikan :

 Absolute value merupakan nilai untuk masing-masing digit bilangan,


sedangkan
 Position value adalah merupakan penimbang atau bobot dari masing-masing
digit tergantung letak posisinya, yaitu bernilai basis dipangkatkan dengan
urutan posisinya.
Pecahan desimal adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan belakang
koma, seperti 183,75 adalah pecahan desimal yang dapat di artikan :

b. Basis Non Sepuluh


Terdapat empat jenis bilangan yang berbasis non sepuluh yaitu bilangan berbasis dua,
bilangan berbasis lima, bilangan berbasis dua belas, dan bilangan berbasis lima belas.
Dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Bilangan Berbasis Dua
System bilangan dengan basis dua disebut juga system biner, lamabang
bilangannya adalah {0, 1}
 Operasi pada Basis Bilangan
Operasi perhitungan yang terdiri dari operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian dari sistem bilangan biner, oktal, dan heksadesimal.
 Operasi Penjumlahan
1. Penjumlahan system bilangan Biner
Aturan dasar dari penjumlahan biner adalah sebagai berikut :
0+ 0=0
0+1=1
1+0=1
1+1=10
Dengan aturan tersebut, kita dapat menjumlahkan bilangan biner seperti penjumlahan
bilangan desimal (dilakukan dari kanan ke kiri). 

2. Penjumlahan system bilangan Oktal


Aturan dasar dari penjumlahan octal adalah sebagai berikut :
0+ 0=0 0+5=5 1+3=4 3+5=10
0+1=1 0+6=6 1+5=6 4 +5=11
0+2=2 0+7=7 1+7=10 4 +6=12
0+3=3 1+1=2 2+6=10 Dst..
0+ 4=4 1+2=3 2+7=11
Dengan dasar ini, penjumlahan octal sama halnya dengan penjumlahan bilangan
desimal.

3. Penjumlahan system bilangan Heksadesimal


Operasi penjumlahan heksadesimal sama halnya seperti penjumlahan pada desimal.
 Operasi Pengurangan
 Pengurangan sistem bilangan biner
Pengurangan pada sistem bilangan biner diterapkan dengan cara pengurangan
komplemen 1 dan pengurangan komplemen 2 dimana cara inilah yang digunakan oleh
komputer digital.
a. Pengurangan biner menggunakan komplemen 1
Bilangan biner yang akan dikurangi dibuat tetap dan bilangan biner sebagai
pengurangnya diubah ke bentuk komplemen 1, kemudian dijumlahkan. Jika dari
penjumlahan tersebut ada bawaan putaran ujung (end-around carry), maka bawaan
tersebut ditambahkan untuk mendapatkan hasil akhir. Jika dari penjumlahan tersebut
tidak terdapat bawaan putaran ujung, maka hasil penjumlahan bilangan yang
dikurangi dengan komplemen 1 bilangan pengurangnya adalah bilangan negatif
dimana hasil akhirnya negatif dari hasil komplemen 1 penjumlahan tadi.

b. Pengurangan biner menggunakan komplemen 2


Bilangan biner yang dikurangi tetap kemudian bilangan biner sebagai pengurangnya
di komplemen 2, lalu dijumlahkan. Jika hasilnya ada bawaan (carry), maka hasil akhir
adalah hasil penjumlahan tersebut tanpa carry (diabaikan). Sekarang bagaimana kalau
hasil penjumlahan dari bilangan yang dikurangi dengan komplemen 2 bilangan
pengurangnya tanpa bawaan? Untuk menjawab ini, maka caranya sama seperti
pengurangan komplemen 1, dimana hasil akhirnya negatif dan hasil penjumlahan
tersebut di komplemen 2 merupakan hasil akhirnya.
 Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan salah satu kegiatan penalaran deduktif yang
berkaitan dengan pembuktian matematika. Dalam matematika, induksi matematika
merupakan sebuah dasar aksioma bagi beberapa teorema yang melibatkan bilangan
asli. Pembuktian suatu pernyataan matematis dengan induksi matematika dilakukan
pada objek matematika yang bersifat diskrit, misalnya teori bilangan, teori graf,
dan kombinatorika. Matematikawan menggunakan induksi matematika untuk
menjelaskan pernyataan matematika yang telah diketahui kebenarannya.
Prinsip induksi matematis dapat dijelaskan secara umum dalam dua tahap yaitu
langkah awal atau asumsi induktif dan langkah induksi dasar. Penggunaan induksi
matematika utamanya dilakukan pada tiga jenis masalah matematika yaitu seri umum,
habis dibagi dan ketidaksetaraan. Kemampuan pembuktian induksi matematika secara
benar ditentukan oleh tingkat pemahaman konsep. Setiap prosedur induksi
matematika yang digunakan pada suatu konsep matematika dapat ditentukan melalui
pemahaman relasional.
Pada tahun 1889, Giuseppe Peano (1858-1932) merumuskan prinsip induksi
matematika ke dalam lima aksioma. Di dalam kelima aksioma ini, disajikan definisi
lengkap tentang bilangan asli. Kelima aksioma tersebut adalah:

1. 1 adalah bilangan asli.


2. Terdapat satu bilang turutan yang unik dan bentuk bilangan asli pada setiap bilangan
asli.
3. Bilangan turutan yang sama mustahil ditemukan pada dua bilangan asli yang
berbeda.
4. 1 bukan merupakan turutan dari sebarang bilangan asli
5. Sifat yang dimiliki oleh 1 dan turutan semua bilangan asli, pasti dimiliki juga oleh
semua bilangan asli.

Dalam pembuktian tidak langsung, induksi matematika melibatkan dua proposisi,


yaitu basis induksi dan hipotesis induksi.
Pembuktian dilakukan dalam tiga langkah yaitu langkah basis, hipotesis induksi,
dan langkah induksi. Pembuktian cara induksi matematika ingin membuktikan
bahwa teori atau sifat itu benar untuk semua bilangan asli atau semua bilangan dalam
himpunan bagiannya.
Caranya ialah dengan menunjukkan bahwa sifat itu benar untuk n = 1 (atau
S(1) adalah benar), kemudian ditunjukkan bahwa bila sifat itu benar untuk n =
k (bila S(k) benar) menyebabkan sifat itu benar untuk n = k + 1 (atau S(k + 1)
benar).
Induksi matematika digunakan untuk mengatasi kelemahan dari penalaran induktif.
Penggunaan induksi matematika dapat memberikan kesimpulan yang berlaku umum.
Sebaliknya, penalaran induktif yang dilakukan melalui pengalaman dan pengamatan,
tidak menjamin adanya kesimpulan yang berlaku secara umum. Kesimpulan yang
berlaku secara umum di dalam matematika formal hanya dapat diperoleh melalui
induksi matematika.
 Faktor Persekutuan Terbesar/FPB
FPB atau Faktor Persekutuan Terbesar dari beberapa bilangan adalah bilangan bulat
positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan itu. Sedikit pengetahuan
tambahan untuk kamu, dalam bahasa Inggris FPB juga dikenal dengan Greatest
Common Divisor (GCD), atau sering juga disebut dengan nama Greatest Common
Factor (GCF) atau Highest Common Factor (HCF).
 Faktor adalah bilangan-bilangan yang dapat membagi habis sebuah bilangan.
Contohnya, kita ambil sebuah bilangan yaitu 10. Angka 10 ini akan habis dibagi oleh
angka apa saja? Angka 10 bisa habis dibagi oleh 1, 2, 5, dan 10. Sehingga, 1, 2, 5, dan
10 adalah faktor dari angka 10.
 Faktor persekutuan adalah faktor-faktor yang sama dari dua bilangan atau lebih. Untuk bisa
memahaminya, mari kita perhatikan contoh berikut. Mari kita ambil 2 buah angka, yaitu 12
dan 18. Faktor dari 12 adalah 1,2,3,4,6, dan 12. Sedangkan faktor dari 18 adalah 1,2,3,6,9,dan
18. Kedua bilangan 12 dan 18 memiliki beberapa faktor yang sama, yaitu 1,2,3, dan 6. Faktor
yang sama inilah yang akan disebut dengan faktor persekutuan. Maka faktor persekutuan
terbesar adalah faktor persekutuan yang nilainya terbesar di antara faktor-faktor
persekutuan lainnya. Dalam mengerjakan soal-soal FPB, ada beberapa cara yang bisa
kamu gunakan, yaitu cara sederhana dan cara faktorisasi prima.
o Cara sederhana dapat digunakan untuk mencari FPB dari 2 atau 3 bilangan
yang tidak terlalu besar. Kamu hanya perlu menentukan faktor persekutuan
terbesar dari bilangan-bilangan tersebut.
o Cara faktorisasi Prima Dalam cara ini kita akan menggunakan pohon faktor yang
berguna untuk mendapatkan faktorisasi prima. Dengan faktorisasi prima tersebut kita
dapat menentukan FPB dari bilangan yang ditanyakan. Biar lebih gampang, seperti
inilah proses yang akan kita lakukan.:
Buat semua pohon faktor dari bilangan yang ditanyakan
Tuliskan bilangan-bilangan prima pada pohon faktor masing-masing bilangan
dalam bentuk perkalian. Bentuk inilah yang disebut faktorisasi prima 
Pilihlan semua bilangan prima yang sama dengan pangkat terendah dari setiap
bilangan
Terakhir, kalikan bilangan-bilangan prima yang sama tersebut sehingga
diperoleh nilai FPB yang ditanyakan.
Contoh pohon faktor:
 Kelipatan Persekutuan Terkecil
Dalam aritmetika dan teori bilangan, kelipatan persekutuan terkecil dari dua
bilangan adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi habis oleh kedua
bilangan tersebut.Kelipatan persekutuan terkecil biasanya disingkat sebagai KPK atau
dituliskan 1cm, abreviasi dari bahasa Inggris: least common multiple atau bahasa
Inggris: lowest common multiple.
Notasi kelipatan persekutuan dari bilangan  a  dan  b dituliskan sebagai KPK(a , b ) aa  
atau 1cm(a , b ) . Terkadang, ada juga beberapa buku yang menotasikannya sebagai [
a , b ].
Sebagai contoh, diberikan bilangan bulat 12 dan 20. Karena kelipatan dari masing-
masing kedua bilangan adalah 12,24,36,48,60,…  dan 20,40,60,80,…
maka KPK(12,20) = 60. Kelipatan persekutuan lainnya adalah 120,180,240,300,…
Suatu kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan yang lebih dari dua dapat dilakukan
dengan cara yang serupa.
Cara sederhana dapat digunakan untuk mencari kelipatan persekutuan terkecil dari 2
atau 3 bilangan yang tidak terlalu besar, namun untuk bilangan yang lebih besar
sebaiknya menggunakan pohon faktor. Misalnya, diminta untuk mencari kelipatan
persekutuan terkecil dari bilangan 147, 189 dan 231. Buat pohon faktor dari masing-
masing bilangan:

Susun bilangan dari pohon faktor untuk mendapatkan faktornya. Kita memperoleh
2 3
147=3 ×7 , 189=3 ×7  ,dan 231 = 3 × 7 × 11. Ambil faktor-faktor yang memiliki
pangkat terbesar, dalam hal ini 33 ,72  dan 11 . Kalikan faktor-faktor tersebut:

3 ×7 × 11 = 14553.
3 2

Maka, kelipatan persekutuan terkecil dari ketiga bilangan di atas adalah 14553 .
Dengan kata lain, tidak ada bilangan yang lebih kecil dari 14553 yang dapat dibagi
habis oleh bilangan 147, 189 dan 231.
 Metode cara mencari bilangan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
Terdapat tiga metode untuk menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK), yaitu
metode daftar, metode faktorisasi prima, dan juga metode pembagian.

1. Cara mencari KPK dengan metode daftar kelipatan


Misalnya, berapakah KPK dari 3, 4, dan 6?
Kita perlu membuat daftar kelipatan dari ketiga bilangan tersebut sebagai berikut:
Kelipatan 3 = 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, …
Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, …
Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, …
Kelipatan persekutuannya adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga bilangan
yaitu 12 dan 24. Maka, kelipatan persekutuan terkecil dari 3, 4, dan 6 adalah 12.
2. Cara mencari KPK dengan metode faktorisasi prima
Misalnya, tentukan KPK dari 15, 36, dan 85 menggunakan faktorisasi prima!
Maka, kita tinggal mencari faktorisasi prima ketiga bilangan tersebut menggunakan
pohon faktor sebagai berikut:

Faktorisasi prima 15 = 3 x 5
Faktorisasi prima 36 = 2 x 2 x 3 x 3 = 2² x 3²
Faktorisasi prima 85=5 ×17
Kita harus mengalikan faktor-faktor prima untuk mendapatkan KPK-nya. Namun, jika
ada faktor yang sama maka kita harus memiliki faktor dengan pangkat terbesar.
15 dan 36 memiliki faktor prima yang sama, yaitu 2 dan 3. Sehingga, kita harus
memilih 2 dan 3 dengan pangkat tertinggi yaitu 2² dan 3².
Maka KPK dari 15, 36, dan 85 adalah 2² x 3² x 5 x 17 = 4 x 9 x 5 x 17 = 3.060.
3. Cara mencari KPK dengan metode pembagian
Dilansir dari Cuemath, metode pembagian adalah membagi bilangan dengan bilangan
prima yang sama.
Misalnya KPK dari 16 dan 24 dicari dengan metode pembagian sebagai berikut:

Yang dilingkari biru merupakan bilangan prima pembagi, sedangkan yang


dilingkari merah adalah sisa. Untuk mencari KPK-nya, kita tinggal mengalikan
kedua bilangan tersebut.
KPK 16 dan 24 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 48

 Keterbagian
Istilah kelipatan dan faktor bilangan, berikut beserta faktor persekutuan terbesar
(FPB) dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK), kemungkinan besar sudah pernah
dipelajari saat sekolah dasar. Semua istilah tersebut sebenarnya merujuk pada salah
satu konsep besar dari teori bilangan yang dikenal sebagai keterbagian (divisibility).
Sebelum itu, perlu diketahui bahwa notasi  Z  menyatakan himpunan bilangan bulat.

Anda mungkin juga menyukai