TAHUN 2022
RS SAHABAT
Jl. Raya Surabaya – Malang KM. 50, Suwayuwo, Sukorejo – Pasuruan Telp.(0343)
6743777, website:www.rssahabat.com, email: rssahabat.official@gmail.com
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR 015.04/105/SK.DIR/RSS/VIII/2019 TENTANG
PANDUAN MANAJEMEN NUTRISI
BAB I
DEFINISI
A. Definisi
Pelayanan gizi merupakan salah satu pelayanan yang memiliki peranan sangat
penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Bersama dengan pelayanan yang lain,
pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang sebuah rumah sakit dalam
penilaian standarakreditasi yang mengacu pada Joint Commision International (JCI).
Oleh karena itu diharapkan dengan semakin baiknya pelayanan gizi yang diberikan oleh
sebuah rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut
dan mengurangi resiko malnutrisi pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di rumah sakit tidak hanya
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Malnutrisi masih menduduki angka
prevalensi yang cukup tinggi, dengan laporan dari Australia dan penelitian internasional,
yaitu berkisar 40% di negara berkembang seperti Indonesia, dari beberapa studi yang
dilakukan di Jakarta (1995-1999) menunjukkan bahwa 20%-60% pasien rawat inap di
rumah sakit umum dalam kondisi malnutrisi pada saat masuk perawatan. Pada dasarnya,
setiap individu sebelum memasuki rumah sakit, telah memiliki risiko mengalami
malnutrisi (baik defisiensi maupun overnutrisi) yang belum terlihat. Untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan malnutrisi lebih lanjut perlu dilakukan manajemen nutrisi.
Manajemen nutrisi adalah suatu proses pencegahan dan penanganan masalah nutrisi mulai
dari skrining gizi untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko malnutrisi, asesmen gizi
lanjutan untuk pemberian terapi gizi, hingga konseling gizi untuk merubah kebiasaan diet
sesuai dengan kebutuhan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
2. Tujuan Khusus
C. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah
sakit diperlukan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
2
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Skrining gizi
3.Asesmen gizi
5. Monitoring evaluasi
B. Batasan Operasional
Batasan operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka konsep pelayanan gizi di rumah
sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi.
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan
metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoteksi kelainan metabolism, dalam
rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di instiusi
kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan
gizi klien/pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/pasien.
3. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang
meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka
penyembuhan penyakit pasien.
4. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
5. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
6. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
3
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan
gizi.
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan
oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa
yang akan dilakukannya.
8. Nutrisionisadalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh
pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan
dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lain,
berpendidikan dasar akademi gizi.
9. Dietisien adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pngetahuan dan keterampilan dietetik,
baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal
satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Dan
bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik
10. Food Model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis atau
asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang
digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
11. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan tau pasien rumah sakit yang sudah berstatus
rawat jalan.
4
BAB III
TATA LAKSANA
Klasifikasi IMT
Berat Badan Kurang (Underweight) < 18,5
Berat Badan Normal 18,5 – 22,9
Kelebihan Berat Badan (Overweight) 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥30
Cara Menentukan IMT :
Skrining gizi awal pada pasien dewasa ( >12 tahun) dilakukan berdasarkan kriteria
Malnutrition Screening Tool (MST). Langkah Asesmen Gizi pasien dewasa :
1) Menanyakan adanya perubahan berat badan. Apabila tidak ada penurunan berat
badan, diberikan skor 0. Apabila pasien tidak tahu diberikan skor 2. Apabila ada
penurunan berat badan 1-5 kg diberikan skor 1, 6-10 kg diberikan skor 2 dan
>10 diberikan skor 3.
2) Menanyakan adanya perubahan asupan makan disebabkan karena penurunan
nafsu makan. Apabila ada diberikan skor 1, apabila tidak ada diberikan skor 0.
3) Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah a dan b untuk menilai adanya resiko
malnutrisi. Jika didapatkan skor < 2, pasien tidak beresiko malnutrisi. Jika skor ≥ 2
pasien beresiko malnutrisi, dan akan dilakukan skrining gizi lanjut
4) Catat pada form skrining gizi awal pada pasien dewasa.
5
b. Skrining gizi awal pada pasien anak (0-12 tahun)
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak.
Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat
badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Umur yang digunakan
pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila
umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB)
digunakan pada anak umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak
umur 0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada anak
umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan diukur
dengan posisi terlentang, hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur
anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang
(underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa
seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,
sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum
diintervensi.
2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau
TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak
berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek
(stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang
dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya
juga dapat diidentifikasi.
3) Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak
6
sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted)
serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi
gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru
saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4) Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U digunakan untuk
menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih
dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung
menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan
anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U
>+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut.
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
7
Skrining gizi awal pada pasien anak (0-12 tahun) dilakukan berdasarkan kriteria adaptasi
Strog Kids. Langkah-langkah asesmen gizi pada anak:
1.Menilai kondisi pasien apakah pasien tampak kurus. Apabila ya diberikan skor
1,apabila tidak diberikan skor 0.
2. Menilai penurunan berat badan selama satu bulan terakhir secara objektif atau
d. Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1 sampai 4 untuk menilai adanya
resiko malnutrisi. Jika didapatkan skor 0, pasien tidak beresiko malnutrisi. Jika
skor ≥ 1 pasien beresikomalnutrisi, dan akan dilakukan skrining gizi lanjut.
e. Catat pada form skrining gizi awal pada pasien anak.
8
b. Skrining gizi lanjut
Asesmen awal gizi dilakukan untuk mengetahui status gizi pasien dan faktor resiko
penyakit pada saat pasien masuk rumah sakit.
Langkah-langkah asesmen awal gizi
d. Asuhan Gizi
a) Antropometri
Mengukur berat badan dan tinggi /panjang badan, berat badan ideal , dan LILA.
Untuk usia ≤ 13 tahun tentukan nilai Z-skor, sedangkan usia ≥ 13 tahun tentukan
nilai IMT. Kemudian disimpulkan status gizinya.
b) Hasil laboratorium
9
penyakit.
c) Fisik dan klinis
Dilakukan untuk mendeteksi dan kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi
atau dapat menimbulkan masalah gizi.
d) Kebiasaan Makan
Membuat diagnosa gizi pasien terkait masalah yang ditemukan, menggunakan NCP.
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antara data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas Diagnosa gizi terdiri dari 3
komponen yaitu:
10
3. Intervensi
Contoh : pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan berat badan 65 kg dengan tinggi
175 cm. Maka kebutuhan energi pasien tersebut 30kal x 65 = 1950
4) Jenis diet yang diterapkan di RS Sahabat yaitu nasi biasa (NB), nasi tim (NT),
bubur kasar (BK), bubur halus (BH), diet rendah garam (RG), diet diabetes
mellitus (DM), diet rendah protein (RP), diet rendah purin (RPur), diet rendah
garam rendah lemak kolesterol (RGRL), diet cair sonde. Sedangkan modifikasi
diet yang diterapkan di RS Sahabat antara lain:
11
a) Diet Penyakit Diabetes Melitus
Diet rendah garam adalah diet yang diberikan kepada pasien dengan keadaan
hipertensi. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah seseorang diatas
normal. Tekanan darah normal orang dewasa biasanya mencapai rata-rata 120/80,
(100/60) sampai 140/85 mmhg.
3) Konsumsi garam dapur beryodium kurang dari 5gr/hari (1 sendok teh) dan
batasi sumber natrium lainnya.
4) Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi
12
5) Konsumsi makanan sumber kalium, kalsium, dan magnesium
ditingkatkan.
13
e) Diet Rendah Garam Rendah Lemak (RGRL)
Diet rendah garam rendah lemak adalah pembatasan konsumsi makanan
tinggi lemak / kolestrol. Diet ini diberikan kepada pasien dislipidemia,
stroke, jantung, ataupun kepada pasien dengan kadar kolestrol total, kolestrol
LDL, kadar trigliserida serta penurunan kadar kolestrol HDL.
Syarat diet: :
1) Energy/ kalori disesuaikan menurut berat badan dan aktifitas fisik.
Jumlah kalori dibatasi apabila pasien dalam keadaan obesitas.
2) Protein diberikan 10% - 20% dari energy total.
3) Lemak < 30% diutamakan penggunaan lemak tidak jenuh.
4) Karbohidrat 50% - 60% dari total energy.
5) Serat lebih dari 25 gr/ hari..
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan
monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
14
2) Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan atau perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus
diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi hasil Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan
4 jenis hasil, yaitu :
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait antropometri, biokimia, dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis
d) Dampak terhadap pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya.
6) Konseling Gizi
15
Langkah-langkah Konseling Gizi
16
contoh menu serta makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi
b) Hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan
oleh klien
c) Pola merubahan perilaku berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hidup
yang dapat dilakukan oleh klien
5) Memperoleh komitmen
Konseling tidak akan berhasil tanpa adanya kesediaan dan komitmen untuk
melakukan perubahan kebiasaan makan dari klien. Berikan dukungan
kepada klien untuk melakukan perubahan diet sesuai dengan anjuran.
Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi gizi yaitu melakukan penilaian
kembali terhadap kembali terhadap kemajuan kliennya.
17
BAB VI
PENUTUP
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
lainnya di rumah sakit, dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap di rumah sakit.
Panduan Managemen Nutrisi rumah sakit sahabat bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas
dan professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat dan aman
bagi pasien sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, panduan managemen nutrisi akan
bermanfaat bagi pengelola pelayanan gizi di rumah sakit sahabat dalam mengimplementasikan dan
mengevaluasi kemajuan, perkembangan pelayanan gizi yang profesional.
18