Anda di halaman 1dari 19

PAP

PEMBERIAN MAKANAN DAN


TERAPI NUTRISI

TAHUN 2022
RS SAHABAT

RUMAH SAKIT SAHABAT

Jl. Raya Surabaya – Malang KM. 50, Suwayuwo, Sukorejo – Pasuruan Telp.(0343)
6743777, website:www.rssahabat.com, email: rssahabat.official@gmail.com
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR 015.04/105/SK.DIR/RSS/VIII/2019 TENTANG
PANDUAN MANAJEMEN NUTRISI

BAB I
DEFINISI

A. Definisi

Pelayanan gizi merupakan salah satu pelayanan yang memiliki peranan sangat
penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Bersama dengan pelayanan yang lain,
pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang sebuah rumah sakit dalam
penilaian standarakreditasi yang mengacu pada Joint Commision International (JCI).
Oleh karena itu diharapkan dengan semakin baiknya pelayanan gizi yang diberikan oleh
sebuah rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut
dan mengurangi resiko malnutrisi pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di rumah sakit tidak hanya
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Malnutrisi masih menduduki angka
prevalensi yang cukup tinggi, dengan laporan dari Australia dan penelitian internasional,
yaitu berkisar 40% di negara berkembang seperti Indonesia, dari beberapa studi yang
dilakukan di Jakarta (1995-1999) menunjukkan bahwa 20%-60% pasien rawat inap di
rumah sakit umum dalam kondisi malnutrisi pada saat masuk perawatan. Pada dasarnya,
setiap individu sebelum memasuki rumah sakit, telah memiliki risiko mengalami
malnutrisi (baik defisiensi maupun overnutrisi) yang belum terlihat. Untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan malnutrisi lebih lanjut perlu dilakukan manajemen nutrisi.
Manajemen nutrisi adalah suatu proses pencegahan dan penanganan masalah nutrisi mulai
dari skrining gizi untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko malnutrisi, asesmen gizi
lanjutan untuk pemberian terapi gizi, hingga konseling gizi untuk merubah kebiasaan diet
sesuai dengan kebutuhan pasien.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mewujudkan pelayanan gizi profesional kepada klien / masyarakat yang


mempercayakan upaya kesehatannya, khususnya pelayanan gizi pada Rumah Sakit
Sahabat.

1
2. Tujuan Khusus

a. Memudahkan Ahli Gizi ataupun dietisien dalam melaksanakan tugasnya dalam


memberikan pelayanan gizi.
b. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan semua instalasi terkait yang ada di
Rumah Sakit Sahabat
c. Memperoleh pengakuan standar nasional dan internasional dalamhal kualitas
pelayanan yang ada di Rumah Sakit Sahabat.

C. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah
sakit diperlukan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


2) UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3) UU RI No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran
4) Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 382/Menkes/2007 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan lainnya
5) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1333/Menkes/SK/Per/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
6) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/Per/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
7) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1165.A/Menkes/SK/Per/X/2004
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit

8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013


tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 27 Tahun 2017 tentang


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

2
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup manajemen nutrisi terdiri dari :

1. Skrining gizi

3.Asesmen gizi

4. Pencatatan Perkembnagan Pasien Terintegrasi

5. Monitoring evaluasi

5.Konseling gizi (media leafleat)

B. Batasan Operasional
Batasan operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka konsep pelayanan gizi di rumah
sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi.
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan
metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoteksi kelainan metabolism, dalam
rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di instiusi
kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan
gizi klien/pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/pasien.
3. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang
meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka
penyembuhan penyakit pasien.
4. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
5. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
6. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir

3
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan
gizi.
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan
oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa
yang akan dilakukannya.
8. Nutrisionisadalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh
pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan
dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lain,
berpendidikan dasar akademi gizi.
9. Dietisien adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pngetahuan dan keterampilan dietetik,
baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal
satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Dan
bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik
10. Food Model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis atau
asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang
digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
11. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan tau pasien rumah sakit yang sudah berstatus
rawat jalan.

4
BAB III

TATA LAKSANA

A.Tata laksana manajemen nutrisi

1. Skrining gizi awal

a. Skrining gizi awal pada pasien dewasa ( >12 tahun).

Klasifikasi IMT berdasarkan who western pacific region, 2000

Klasifikasi IMT
Berat Badan Kurang (Underweight) < 18,5
Berat Badan Normal 18,5 – 22,9
Kelebihan Berat Badan (Overweight) 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥30
Cara Menentukan IMT :

𝐵𝐵 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔)


IMT = 𝑇𝐵2 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)

Skrining gizi awal pada pasien dewasa ( >12 tahun) dilakukan berdasarkan kriteria
Malnutrition Screening Tool (MST). Langkah Asesmen Gizi pasien dewasa :
1) Menanyakan adanya perubahan berat badan. Apabila tidak ada penurunan berat
badan, diberikan skor 0. Apabila pasien tidak tahu diberikan skor 2. Apabila ada
penurunan berat badan 1-5 kg diberikan skor 1, 6-10 kg diberikan skor 2 dan
>10 diberikan skor 3.
2) Menanyakan adanya perubahan asupan makan disebabkan karena penurunan
nafsu makan. Apabila ada diberikan skor 1, apabila tidak ada diberikan skor 0.
3) Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah a dan b untuk menilai adanya resiko
malnutrisi. Jika didapatkan skor < 2, pasien tidak beresiko malnutrisi. Jika skor ≥ 2
pasien beresiko malnutrisi, dan akan dilakukan skrining gizi lanjut
4) Catat pada form skrining gizi awal pada pasien dewasa.

5
b. Skrining gizi awal pada pasien anak (0-12 tahun)

Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak.
Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat
badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Umur yang digunakan
pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila
umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB)
digunakan pada anak umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak
umur 0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada anak
umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan diukur
dengan posisi terlentang, hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

Indeks Standar Antropometri Anak:

1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur
anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang
(underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa
seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,
sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum
diintervensi.

2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau
TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak
berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek
(stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang
dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya
juga dapat diidentifikasi.

3) Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak

6
sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted)
serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi
gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru
saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).

4) Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U digunakan untuk
menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih
dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung
menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan
anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U
>+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut.
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

7
Skrining gizi awal pada pasien anak (0-12 tahun) dilakukan berdasarkan kriteria adaptasi
Strog Kids. Langkah-langkah asesmen gizi pada anak:
1.Menilai kondisi pasien apakah pasien tampak kurus. Apabila ya diberikan skor
1,apabila tidak diberikan skor 0.
2. Menilai penurunan berat badan selama satu bulan terakhir secara objektif atau

subjektif. Apabila ya diberikan skor 1, apabila tidak diberikan skor 0.


3. Menanyakan apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut

a. Diare ≥ 5 kali/hari dan/atau muntah >3 kali/hari dalam semingguterakhir


b. Asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir Apabila ya
diberikan skor 1, apabila tidak diberikan skor 0.

c. Menanyakan apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien


beresiko mengalami malnutrisi (lihat daftar)
Daftar penyakit atau keadaan yang beresiko mengakibatkan malnutrisi
- Diare persisten (> 2 minggu) - Trauma

- Prematuritas - Konstipasi berulang

- Kelainan bawaan 1/lebih - Gagal tumbuh

- Penyakit akut berat - Wajah dismorfik(Aneh)

- Paru (Pneumonia,Asma,dll) - Penyakit metabolik

- Hati (Hepatitis,dll) - Retardasi mental

- Ginjal (GGA,dll) - Keterbatasan


perkembangan
- HIV
- Luka bakar
- Kanker
Apabila ya diberikan skor 1, apabila tidak diberikan skor 0.

d. Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1 sampai 4 untuk menilai adanya
resiko malnutrisi. Jika didapatkan skor 0, pasien tidak beresiko malnutrisi. Jika
skor ≥ 1 pasien beresikomalnutrisi, dan akan dilakukan skrining gizi lanjut.
e. Catat pada form skrining gizi awal pada pasien anak.

8
b. Skrining gizi lanjut

Skrining gizi lanjut dilakukan setelah skrining gizi awal


Langkah-langkah skrining gizi lanjut :
1. Pasien yang dianggap beresiko malnutrisi akan dilakukan skrining gizi lanjut
2. Dari hasil skrining gizi lanjut, apabila diperoleh nilai 0 maka akan dilakukan
skrining gizi lanjut setiap 7 hari berikutnya, apabila diperoleh nilai 1 maka akan
dilakukan monitoring asupan selama 3 hari, apabila diperoleh nilai 2-3 maka ahli
gizi akan bekerjasama dengan pemberi asuhan lain untuk melakukan terapi gizi
sesuai dengan daya terima.
3. Apabila diperoleh nilai ≥ 4 maka nutrisionist bekerajasama dengan tim
dukungan gizi

c. Asesmen awal gizi

Asesmen awal gizi dilakukan untuk mengetahui status gizi pasien dan faktor resiko
penyakit pada saat pasien masuk rumah sakit.
Langkah-langkah asesmen awal gizi

1. Pengisian antropometri untuk menentukan status gizi

2. Recall makan pasien

3. Riwayat penyakit dahulu

d. Asuhan Gizi

Asuhan gizi dilakukan untuk menentukan ADIME ( Antropometri, Diagnosa,


Intervensi, Monitoring dan Evaluasi). Dengan langkah- langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Menuliskan data diri pasien

2. Melakukan assessment gizi berupa :

a) Antropometri

Mengukur berat badan dan tinggi /panjang badan, berat badan ideal , dan LILA.
Untuk usia ≤ 13 tahun tentukan nilai Z-skor, sedangkan usia ≥ 13 tahun tentukan
nilai IMT. Kemudian disimpulkan status gizinya.
b) Hasil laboratorium

Mencatat hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa

9
penyakit.
c) Fisik dan klinis

Dilakukan untuk mendeteksi dan kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi
atau dapat menimbulkan masalah gizi.
d) Kebiasaan Makan

Dilakukan recall 24 jam untuk mengetahui kebiasaan asupan makan


2. Diagnosa

Membuat diagnosa gizi pasien terkait masalah yang ditemukan, menggunakan NCP.
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antara data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas Diagnosa gizi terdiri dari 3
komponen yaitu:

a) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan


energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui
oral maupun parenteral dan enteral.(P) berkaitan dengan perubahan indera
perasa dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata – rata sehari
kurang dari 40% kebutuhan (S).
b) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ. Contoh : Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan (E)
kurangnya dukungan keluarga ditandai dengan penggunaan susu formula
bayi tambahan (S)
c) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan. Contoh : Kurangnya pengetahuan tetang makanan dan gizi (P)
berkaitan dengan mendapat informasi yang salah dari lingkungannya
menengenai anjuran diet yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan
makanan/ makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai
anjuran (S).

10
3. Intervensi

1) Menghitung kebutuhan energi untuk anak menggunakan BBI = (usia


dalam tahun X 2) + 8
Kebutuhan energi usia 1-3 tahun = 100kalori/kg BBIKebutuhan energi usia 4-5
tahun = 90 kalori/kg BBI
Kebutuhan energi usia > 5 tahun = 1000 + (100 x usia dalamtahun)

2) Menghitung kebutuhan energi untuk dewasa non diabetes menggunakan rumus


Harris Benedict. Rumus harris benedict adalah sbb :
Laki-laki : 66+(13,7xBB)+(5xTB)-(6,8xU)xFAxFS
Perempuan: 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
Keterangan: BB = berat badan kg

TB = tinggi badan dalam cm U

= umur dalam tahun


Contoh : pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan berat badan 65 kg dengan tinggi
175 cm.
Maka kebutuhan energi pasien tersebut
66+(13,7x65)+5x175)-(6,8x50)x1,1x1,3 = 2133 kalori.
3) Menghitung kebutuhan energi untuk Pasien dewasa dengan diabetes
menggunakan rumus Perkeni yaitu :
25-30 kkal x BB

Keterangan : BB = berat badan dalam kg

Contoh : pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan berat badan 65 kg dengan tinggi
175 cm. Maka kebutuhan energi pasien tersebut 30kal x 65 = 1950
4) Jenis diet yang diterapkan di RS Sahabat yaitu nasi biasa (NB), nasi tim (NT),
bubur kasar (BK), bubur halus (BH), diet rendah garam (RG), diet diabetes
mellitus (DM), diet rendah protein (RP), diet rendah purin (RPur), diet rendah
garam rendah lemak kolesterol (RGRL), diet cair sonde. Sedangkan modifikasi
diet yang diterapkan di RS Sahabat antara lain:

11
a) Diet Penyakit Diabetes Melitus

1) Enegi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.


Kebutuhan energi 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus (kehamilan), laktasi atau ada tidaknya
komplikasi). Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%),
siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan
(masing-masing 10-15%)
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total. Asupan
kolestrol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg/hari
4) Kebutuhan karbohidrat 50-60%

5) Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak


diperbolehkan
6) Pengguaan gula alternative dalam jumlah terbatas

7) Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan mengutamakan serat larut


air yang terdapat di dalam sayur dan buah
8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur 3000 mg/hari
9) Cukup vitamin dan mineral

b) Diet Garam Rendah

Diet rendah garam adalah diet yang diberikan kepada pasien dengan keadaan
hipertensi. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah seseorang diatas
normal. Tekanan darah normal orang dewasa biasanya mencapai rata-rata 120/80,
(100/60) sampai 140/85 mmhg.

1) Cukup energy, protein, mineral dan vitamin

2) Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

3) Konsumsi garam dapur beryodium kurang dari 5gr/hari (1 sendok teh) dan
batasi sumber natrium lainnya.

4) Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi

12
5) Konsumsi makanan sumber kalium, kalsium, dan magnesium
ditingkatkan.

6) Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang.

c) Diet Penyakit Ginjal Kronik

1) Energi cukup 35 kkal/kg BB ideal/hari

2) Protein tinggi 1-1,2 gr/kg BB ideal/hari

3) Lemak cukup 15-30% dari kebutuhan energy total

4) Karbohidrat cukup yaitu 55-75% dari kebutuhan energy total

5) Natrium diberikan 1 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari yaitu


1 gr untuk tiap ½ liter urin

6) Kalium diberikan 2 gr + penyesuaian menurt jumlah urinsehari yaitu 1 gr


untuk tiap 1 liter urin

7) Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari

8) Fosfor dibatasi yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari

9) Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah 500+750


ml

d) Diet Energi Tinggi Protein Tinggi ( pasca operasi, DHF, Thypus,


dyspepsia )
1) Energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB

2) Protein tinggi yaitu 2-2,5 gr/kg BB

3) Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energy total

4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total

5) Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal

6) Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.

13
e) Diet Rendah Garam Rendah Lemak (RGRL)
Diet rendah garam rendah lemak adalah pembatasan konsumsi makanan
tinggi lemak / kolestrol. Diet ini diberikan kepada pasien dislipidemia,
stroke, jantung, ataupun kepada pasien dengan kadar kolestrol total, kolestrol
LDL, kadar trigliserida serta penurunan kadar kolestrol HDL.
Syarat diet: :
1) Energy/ kalori disesuaikan menurut berat badan dan aktifitas fisik.
Jumlah kalori dibatasi apabila pasien dalam keadaan obesitas.
2) Protein diberikan 10% - 20% dari energy total.
3) Lemak < 30% diutamakan penggunaan lemak tidak jenuh.
4) Karbohidrat 50% - 60% dari total energy.
5) Serat lebih dari 25 gr/ hari..

5) Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan
monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :

1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi


pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
perkembangan antara lain :

a) Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien

b) Mengecek asupan makan pasien/klien

c) Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan


rencana/preskripsi Diet.

d) Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah

e) Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negative

f) Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya


perkembangan dari kondisi pasien/klien

14
2) Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan atau perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus
diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi hasil Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan
4 jenis hasil, yaitu :
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait antropometri, biokimia, dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis
d) Dampak terhadap pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya.
6) Konseling Gizi

Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau


keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui konseling gizi. Konseling gizi
adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk
menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang
permasalahan gizi yang dihadapi. Setelah konseling diharapkan individu dan
keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizinya
termasuk perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah
kebiasaan hidup sehat.. Konseling gizi bertujuan untuk membantu klien dalam upaya
merubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga meningkatkan status gizi dan
kesehatan klien. Konseling gizi diberikan kepada:

a. Klien yang mempuanyai masalah kesehatan yang terkaitdengan gizi


b. Klien yang ingin melakukan pencegahan

c. Klien yang ingin mempertahankan dan mencapai status gizi optimal

15
Langkah-langkah Konseling Gizi

1) Membangun dasar-dasar konseling

Pada umumnya klien datang ke pelayanan konseling gizi karena


membutuhkan dukungan gizi untuk upaya penyembuhan penyakitnya seperti
penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Arthritis Gout. Gunakan ketrampilan
komunikasi,berikan salam kepada klien, perkenalkan nama konselor, serta klien
menyebutkan identitas dirinya.Konselor harus menjelaskan tujuan dari
konseling gizi yang akan diberikan.
2) Menggali permasalahan

Konseling gizi meupakan suatu proses yang didalamnya terdapat kegiatan


pengumpulan, verivikasi dan interpretasi data yang sistematis dalam upaya
mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan sesuai dalam
upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan
energy dan zat gizi atau factor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi.
Data yang harus dikumpulkan untuk kemudian dikaji meliputi. data
antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik, data riwayat makan serta data
riwayat personal. Data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan
nilai normal, sehingga dapat dikaji dan diidentifikasi seberapa besar
masalahnya. Kegiatan ini merupakan landasan dasar untukdapat memberikan
konseling gizi yang optimal kepada klien.

3) Memilih solusi dengan menegakkan diagnosis

Diagnosis masalah gizi merupakan proses identifikasi serta pemberian nama


masalah, menentukan penyebab dan faktor resiko yang mendukung, catatan
tentang gejala dan tanda serta dokumentasi diagnosis gizi.
4) Intervensi memilih rencana

a) Perubahan pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disipkan


meliputi porsi makan satu hari, distribusi porsi makan disetiap waktu
makan, penggunaan daftar bahan makanan penukar,

16
contoh menu serta makanan yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi
b) Hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan
oleh klien
c) Pola merubahan perilaku berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hidup
yang dapat dilakukan oleh klien
5) Memperoleh komitmen

Konseling tidak akan berhasil tanpa adanya kesediaan dan komitmen untuk
melakukan perubahan kebiasaan makan dari klien. Berikan dukungan
kepada klien untuk melakukan perubahan diet sesuai dengan anjuran.

6) Monitoring dan evaluasi

Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi gizi yaitu melakukan penilaian
kembali terhadap kembali terhadap kemajuan kliennya.

17
BAB VI

PENUTUP

Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
lainnya di rumah sakit, dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap di rumah sakit.

Panduan Managemen Nutrisi rumah sakit sahabat bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas
dan professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat dan aman
bagi pasien sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, panduan managemen nutrisi akan
bermanfaat bagi pengelola pelayanan gizi di rumah sakit sahabat dalam mengimplementasikan dan
mengevaluasi kemajuan, perkembangan pelayanan gizi yang profesional.

18

Anda mungkin juga menyukai