T1 - 362011051 - Bab Ii
T1 - 362011051 - Bab Ii
KERANGKA TEORI
2.1. Komunikasi
Komunikasi mengacu kepada tindakan oleh satu orang atau lebih, mengirim
serta menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan atau noise, terjadi dalam suatu
konteks tertentu serta tedapat kesempatan umpan balik.
berikut :
1
(empat) orang akan lebih sederhana komunikasinya dibandingkan dengan komunitas
yang beranggotakan seribu orang.
Dalam Komunikasi pada sebuah komunitas terdapat arah arus informasi ke atas
dan ke bawah (De Vito, 1997). Arus komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim
dari tingkat hirarki yang lebih rendah (anggota komunitas) ke tingkat atas (pemimpin
komunitas). Arus komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat
hierarki yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Selain kedua arah komunikasi tersebut, terdapat juga arah komunikasi yang
lateral, artinya arah komunikasi yang sejajar, antar teman, antar pemimpin perusahaan
dan sebagainya, komunikasi komunitas pada arah ini memperlancar pertukaran informasi
karena komunikator dan komunikan berada pada derajat tingkatan hierarki yang sama.
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang
seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Proses
pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individu-individu yang
kedudukannya setara.
Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan
berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama,
adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang
biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.
Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah
geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme
yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta
mengembangkan kemampuan kelompoknya.
Keyakinan bahwa dua kepala lebihbaik daripada satu yang diperlihatkan sistem juri
telah lama diterima sebagai komponen dasar sistem hukum amerika Utara dan banyak
negara lain. Keyakinan ini telah berkembang hingga satu titik sehingga, pada hari ini,
2
banyak keputusan dalam organisasi yang dibuat oleh kelompok, tim, atau komite. Dalam
bagian ini, kita mendiskusikan pengambilan keputusan kelompok.
Group think merupakan proses berpikir dan mengambil keputusan ketika kelompok
menghadapi keputusan yang penuh stres, mereka lebih memperhatikan adanya
3
kesepakatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang
dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive avoidance,
yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan.
Konsep groupthink merupakan hasil kohesivitas dalam kelompok yang pertama kali
dibahas secara mendalan oleh Kurt Lewin di tahun 1930 sejak itu groupthink dilihat
sebagai variable penting untuk efektivitas kelompok.
4
rencana kebijakan kelompok dapat dibagi kedalam sub group yang berbeda dengan
pemimpin semula.
Temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu
pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan anatara pribadi dengan kelompok.
Hal ini lah yang memunculkan satu hipotesis dari jenis untuk menguji dari beberapa
kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusan-kepotusan yang dibuat kelompok.
Hasil pengujian ilmiah yang dilakukan Janis. Menunjukan bahwa terdapat suatu
kondisi yang mengarah pada munculnya keputusan kelompok yang tinggi, tetapi tidak
dibarengi dengan hasil keputusan keompok yang baik (ineffective output.) Asumsi
penting dari groupthink. Sebagaimana dikemukakan West Turner (2007) adalah :
Hasil akhir analisa Janis, menunjukan beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok
dalam membuat keputusan, yaitu:
5
2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi
dievaluasi atau dikaji ulang.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.
5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias
pada pihak anggota.
Ilustrasi analisa Janis selanjutnya mengungkapkan kondisi nyata suatu kelompok yang
dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukan delapan gejala perilaku
kelompok sebagai berikut:
1. Persepsi yang keliru (illusions),Bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak akan
terkalahkan.
6
Sejalan dengan itu, teori mengenai keputusan kelompok yang dikembangkan oleh
Hirokawa, memberikan beberapa kontribusi pemikiran mengenai kesalahan keputusan yang
menganggap sepele penyimpulan dari suatu proses pengambilan keputusan, yaitu:
1. Penafsiran yang tidak akurat terhadap suatu permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok.
5. Kelompok boleh jadi melakukan kesalahan dengan alasan keliru dalam menyerap
informasi dari sumbernya, namun hal ini dapat teratasi dengan pendekatan
komunikatif dari para anggotanya.
1. Faktor Anteseden
Kalau hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok,
maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau
hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka
keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
2. Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam
pikiran kelompok, daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak.
3. Faktor Ikatan Sosial-Emosional
7
Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan
pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang diikatnya lugas dan berdasarkan
tugas belaka cenderung lebih rendah ikiran kelompoknya.
Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan-kesalahan dibiarkan dari pada tidak
ada toleransi atas kesalahan kesalahan yang ada.
Setelah dilakukan pengujian atas berbagai hipotesis tersebut, serta didukung oleh
data-data historis dari peristiwasukses di Amerika khususnya disebabkan oleh proses yang
baik dalam pembuatan keputusan kelompok, maka ada beberapa saran untuk pemimpin
kwlompok pwrlu melaksanakan aktifitas dengan mengkondisikan kelompok seperti berikut
ini.
3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan
dan menguraikan keraguan.
5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat
kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal
dari setiap anggota.
8
9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan
secara terbuka diforum lain, dengan catatan semata-mata hasilnya untuk kelompok.
10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent),
untuk bekerja secara bersama-sama dalam memecahkan suatu persoalan.
9
perencanaan event malam bersama-sama dalam menangani suatu proses dalam
pergantian tahun baru 2013 di organisasi. Salah satu faktor penting yang dapat
Hotel Jayakarta Lombok) menjadi penentu kualitas dari sebuah tim adalah
dinamika komunikasi yang terjadi di dalamnya.
Dinamika komunikasi pada sebuah tim atau kelompok
kecil merujuk pada interaksi tatap muka dan
pertukaran informasi yang terjadi antar anggota,
dalam melakukan tugas pribadi, melengkapi
kebutuhan personal dan mencapai tujuan bersama.
Groupthink merupakan teori yang dipakai sebagai
acuan dasar untuk meneliti dinamika komunikasi tim
kerja public relations Hotel Jayakarta Lombok dalam
rangka perencanaan event malam pergantian tahun
baru 2013. Peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam agar peneliti dapat menemukan fakta-fakta
yang tidak terlihat, namun dirasakan oleh anggota tim,
seperti groupthink theory yang memang berfokus
pada hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan oleh
anggota tim pada saat bekerja dan berdiskusi dengan
timnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dinamika komunikasi tim kerja public relations Hotel
Jayakarta Lombok dalam rangka perencanaan event
malam pergantian tahun baru 2013 mengalami adanya
beberapa kondisi groupthink yang menyebabkan
beberapa anggota tim lebih memilih untuk diam
dibandingkan mengemukakan pendapatnya saat rapat
berlangsung. Meskipun begitu, tidak semua kondisi
dan gejala yang dipaparkan dalam teori terjadi saat
rapat. Pada dasarnya, semua anggota tim tetap saling
menjaga keutuhan tim dengan saling mengisi dan
tidak ada yang mendominasi. Segala tugas yang
diberikan oleh ketua tim, didiskusikan bersama, dicari
jalan keluar yang terbaik dan dilaksanakan sesuai
10
dengan tugas departemen masing-masing.
3 Widyanti Nur Shabrina Dari hasil analisis yang dilakukan, ternyata
Kusmaryo, 2014, Groupthink kohesivitasdalamkomunitasJali-Jaliyang
dan Komunikasi Kelompok menyebabkanterbentuknya groupthink di
Out-Group (Studi Kasus dalamKomunitasJali-Jali. Kemudian groupthink
Fenomena Groupthink dalam tersebutterbentuksikapstereotypekomunitasJali-
Berkomunikasi dengan Jaliterhadapmahasiswalokal (out-group) yang rata-
Kelompok Out-Group di rata beretnisJawa
Kalangan Komunitas Jali-Jali
Universitas Sebelas Maret
Surakarta).
Permasalahan Komunitas
Groupthink
11