Pedoman SKP 2 Mei 2022
Pedoman SKP 2 Mei 2022
PEDOMAN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR 023 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Pasal 2
BAB II
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 3
Pasal 4
Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 2 Mei 2022
WIDODO SUPRIHANTORO
-6-
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR 023 TAHUN 2022
TENTANG PEDOMAN SASARAN
KESELAMATAN PASIEN PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN
Lampiran 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu
mutu dan citra rumah sakit.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan
prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi
dan nonprofesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus-
menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).
Data dari JCI (Joint Comission International) menunjukkan bahwa
13% terjadi kesalahan dalam pembedahan/operasi dan 87% terjadi
kesalahan transfusi darah, demikian juga ditemukan data dari UK National
-7-
Patient Safety Agency (2003 – 2005) terjadi 236 insiden kejadian nyaris
cedera kesalahan (near misses) yang berhubungan dengan kesalahan
penulisan pada gelang pasien serta adanya data USA National Center for
Patient Safety (2000 – 2003) terjadi misidentifikasi sebanyak 100 orang yang
telah dilakukan root cause analyses (RCA).
Kekeliruan mengidentifikasi pasien terjadi di semua aspek diagnosis
dan pengobatan. Dalam keadaan pasien masih dibius, mengalami
disorientasi atau belum sepenuhnya sadar, mungkin pindah tempat tidur,
pindah kamar, atau pindah lokasi di dalam rumah sakit, mungkin juga
pasien memiliki cacat indra atau rentan terhadap situasi berbeda yang
dapat menimbulkan kekeliruan pengindentifikasian. Dengan data-data
tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan
mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near
miss) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan
“malpraktik” yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka dibentuk
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah
aktif melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan keselamatan
pasien rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium program
keselamatan pasien rumah sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat
dan berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program
keselamatan pasien di RSUD dr. Soedirman Kebumen perlu dilakukan.
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan RSUD dr. Soedirman Kebumen
terutama di dalam melaksanakan keselamatan pasien sangat diperlukan
suatu pedoman yang jelas sehingga kejadian KTD dapat dicegah sedini
mungkin.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan diberi layanan,
tindakan atau pengobatan tertentu secara tepat di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soedirman Kebumen.
-8-
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi
Gawat Darurat dan pasien rawat jalan yang akan menjalani suatu prosedur.
2. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat,
farmasi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf
administratif dan staf pendukung yang bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soedirman Kebumen.
- 10 -
BAB III
TATA LAKSANA
A. Prinsip
1. Semua pasien di Rumah Sakit dr Soedirman harus diidentifikasi dengan
benar.
2. Identitas pasien meliputi 4 (empat) data identitas pasien yaitu nama
pasien sesuai KTP-el atau nama pasien sesuai nomor induk
kependudukan (NIK), tanggal lahir pasien, nomor rekam medis pasien
dan nomor induk kependudukan (NIK).
3. Identifikasi pasien dilakukan setidaknya menggunakan minimal 2 (dua)
identitas yaitu nama sesuai KTP-el dan tanggal lahir dan tidak termasuk
nomor kamar atau lokasi pasien agar tepat pasien dan tepat pelayanan
sesuai dengan regulasi rumah sakit.
4. Pasien rawat inap, Instalasi Gawat darurat, Unit Hemodialisa, dan
pasien rawat jalan yang akan menjalani prosedur hemodialisa dan
endoscopy harus menggunakan gelang identitas pasien.
5. Isi gelang identitas pasien meliputi data identitas pasien yaitu nama
pasien sesuai KTP-el atau nomor induk kependudukan (NIK), tanggal
bulan tahun lahir dan nomor rekam medis.
6. Pasien diidentifikasi saat:
a. Melakukan tindakan intervensi/terapi (misalnya pemberian obat,
pemberian darah atau produk darah, melakukan terapi radiasi);
b. Melakukan tindakan (misalnya memasang jalur intravena atau
hemodialisis)
c. Sebelum tindakan diagnostik apa pun (misalnya mengambil darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium penunjang, atau
sebelum melakukan kateterisasi jantung ataupun tindakan radiologi
diagnostik)
d. Menyajikan makanan pasien
7. Penggunaan dua identitas juga digunakan dalam pelabelan. misalnya,
sampel darah dan sampel patologi, nampan makanan pasien, label ASI
yang disimpan untuk bayi yang dirawat di rumah sakit.
- 11 -
10. Gelang identitas pasien harus dipakai oleh semua pasien selama
perawatan di RSUD dr. Soedirman Kebumen, jika gelang identitas pasien
terlepas, segera berikan gelang identitas pasien yang baru.
11. Jelaskan prosedur pemasangan gelang identitas dan tujuannya kepada
pasien.
12. Periksa ulang 3 (Tiga) detail data di gelang identitas pasien sebelum
dipakaikan ke pasien.
13. Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka,
misalnya, “Siapa nama Anda?” (jangan menggunakan pertanyaan
tertutup seperti, “Apakah nama anda Ibu Susi?”)
14. Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada
pasien tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas
pasien kepada keluarga/pengantarnya atau cocokkan dengan rekam
medis pasien. Jika mungkin, gelang identitas jangan dijadikan satu-
satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya
ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan jawaban
pasien dengan data yang tertulis di gelang identitasnya.
15. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi pasien
dengan benar dan pastikan gelang identitas terpasang dengan baik.
16. Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas
pasien dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum
di gelang identitas pasien.
17. Pada pasien yang akan menjalani prosedur/tindakan di Instalasi Gawat
Darurat, gelang identitas pasien dipasang oleh perawat Instalasi Gawat
Darurat.
18. Pada pasien rawat jalan yang akan menjalani prosedur/tindakan/ rawat
inap, gelang identitas pasien, dipasang oleh perawat unit/ruang yang
bersangkutan.
2. Verifikasi identitas pasien untuk pasien koma, tidak sadar dan tidak
kooperatif yang memakai gelang identitas yang memiliki
keluarga/penunggu pasien :
a. Lakukan verifikasi identitas pasien dengan meminta
keluarga/penunggu pasien menyebutkan nama dan tanggal lahir
b. Cocokkan identitas yang disebutkan keluarga/ penunggu pasien
dengan identitas yang tercatat pada gelang pengenal pasien tersebut
serta data yang tercatat pada berkas rekam medis pasien.
3. Verifikasi identitas pasien untuk pasien koma, tidak sadar dan tidak
kooperatif yang memakai gelang identitas yang tidak memiliki
keluarga/penunggu :
a. Lakukan Verifikasi dengan Double Check yaitu dua petugas ruangan
yang akan melakukan tindakan, secara bersama melihat data
identitas pasien pada gelang identitas pasien dan mencocokkan
dengan data identitas pasien yang tercantum pada berkas rekam
medis pasien.
4. Verifikasi identitas pasien untuk pasien koma, tidak sadar dan tidak
kooperatif yang tidak menggunakan gelang pengenal :
a. Lakukan verifikasi identitas pasien dengan meminta keluarga pasien
menyebutkan nama dan tanggal lahir pasien.
b. Dua petugas ruangan mencocokan identitas yang disebutkan
keluarga/penunggu dengan identitas yang tercatat pada berkas
rekam medis pasien.
BAB IV
PENUTUP
WIDODO SUPRIHANTORO
- 20 -
Lampiran 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah
kategori obat-obatan yang memiliki risiko yang lebih tinggi dalam
menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dapat
dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit
atau karena insiden yang menyebabkan terjadinya kesalahan.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa
strategi seperti :
1. Menyediakan akses informasi mengenai obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high alert medications).
2. Membatasi akses terhadap obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert
medications).
3. Menggunakan label stiker merah bertuliskan HIGH ALERT
4. Menstandardisasi prosedur instruksi/peresepan, penyimpan -an,
persiapan, dan pemberian obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert
medications).
5. Melakukan prosedur pengecekan ganda (double check)
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
A. Definisi
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah obat-
obatan yang memiliki risiko menyebabkan cedera serius jika digunakan
dengan tidak tepat (dosis, interval, dan pemilihannya).
Obat high alert mencakup
1. Obat dengan risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error)
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan seperti insulin, heparin,
atau sitostatika.
2. Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak/ kelihatan
sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), atau disebut juga
nama obat rupa ucapan mirip (NORUM).
3. Elektrolit konsentrat, contoh kalium fosfat dengan konsentrasi sama
atau lebih dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9%, dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 50% atau lebih.
4. Elektrolit dengan konsentrasi tertentu contoh : kalium klorida dengan
konsentrasi 1 mEq/ml atau lebih dan magnesium sulfat dengan
konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
B. Prinsip
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah obat-obatan yang harus diwaspadai yang
disimpan di suatu unit.
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia.
c. Hindarkan penggunaan obat-obatan yang harus diwaspadai sebisa
mungkin.
2. Lakukan pengecekan ganda (double check).
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan:
a. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip.
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan
singkatan.
c. Batasi akses terhadap obat-obatan yang harus diwaspadai
d. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis
- 23 -
C. Prosedur
Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama proses
mengadakan, memberikan instruksi, mempersiapkan, memberikan obat,
menyimpan dan menata obat-obatan yang harus diwaspadai.
1. Pengadaan
a. Lakukan pemesanan obat-obatan yang harus diwaspadai secara
tertulis kepada distributor resmi dalam pelayanan pengadaan obat
b. Hindari perubahan merk atau warna obat seminimal mungkin.
Apabila terjadi perubahan, catatlah unit pelayanan yang terakhir
mendapatkan obat tersebut
c. Berikan informasi daftar obat ke seluruh personel yang terkait
penggunaan obat-obatan yang harus diwaspadai
d. Sediaan farmasi yang tergolong obat-obatan yang harus diwaspadai
diperiksa dan diterima petugas farmasi dengan terlebih dahulu
memeriksa sediaan farmasi dengan faktur yang diterima meliputi
nama barang/obat, nomor batch, jumlah sediian farmasi, tanggal
kadaluarsa
2. Penyimpanan
a. Obat-obatan yang perlu diwaspadai tidak boleh disimpan dilingkup
atau area perawatan pasien, hanya disimpan di Gudang Obat
Instalasi Farmasi, Unit Farmasi Rawat Inap, Unit Farmasi Rawat
Jalan, Unit Farmasi IGD, sub unit Farmasi IBS, sub unit Farmasi
IRI, dan harus disimpan pada tempat tersendiri dan diberi label
stiker merah bertuliskan HIGH ALERT.
b. Elektrolit konsentrat, dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu
tidak boleh disimpan dilingkup atau area perawatan pasien, hanya
disimpan di Gudang Obat Instalasi Farmasi, Unit Farmasi Rawat
Inap, Unit Farmasi Rawat Jalan, Unit Farmasi IGD, sub unit
Farmasi IBS, sub unit Farmasi IRI, dan harus disimpan pada
tempat tersendiri dan diberi label stiker merah bertuliskan HIGH
ALERT dan tambahan stiker merah bertuliskan BELUM
DIENCERKAN.
- 24 -
3) Prosedur :
a) Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru
(1) Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal
dibawah ini untuk menjalani pengecekan ganda oleh
petugas kedua :
(a) Obat-obatan pasien dengan label yang masih intak.
(b) Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi
pasien, atau resep/instruksi tertulis dokter.
(c) Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya.
(2) Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini :
(a) Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
(b) Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang
hendak diberikan telah sesuai dengan instruksi
dokter.
(c) Obat memenuhi 5 persyaratan.
(d) Membaca label dengan suara lantang kepada perawat
untuk memverifikasi kelima persyaratan ini :
• Obat tepat
• Dosis atau kecepatannya tepat, termasuk
pengecekan ganda mengenai penghitungan dan
verifikasi pompa infus
• Rute pemberian tepat
• Frekuensi / interval tepat
• Diberikan kepada pasien yang tepat
(3) Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/vial
obat untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan
adalah obat yang benar, misalnya: dosis insulin.
(4) Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan
ganda dan kedua petugas puas bahwa obat telah sesuai,
lakukanlah pencatatan pada rekam medis/catatan
pemberian obat pasien.
(5) Pastikan infus obat berada pada jalur/selang yang benar
dan lakukan pengecekan selang infuse mulai dari
larutan/cairan infus, pompa, hingga tempat insersi
selang.
- 28 -
BAB IV
KETENTUAN OBAT-OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI
kecepatan infus).
8. Obat-obatan harus diawasi dan dipantau.
9. Warfarin harus diinstruksikan secara harian berdasarkan pada nilai
INR/PT harian.
D. Konsentrat elektrolit: injeksi NaCl > 0,9% dan injeksi Kalium Klorida ≥
0,4 Eq/ml
1. Jika KCl diinjeksi terlalu cepat (misalnya pada kecepatan melebihi 10
mEq/jam) atau dengan dosis yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan
henti jantung.
2. KCl tidak boleh diberikan sebagai IV push / bolus.
3. Hanya disimpan di farmasi gudang, unit farmasi rawat inap, unit farmasi
rawat jalan, unit farmasi IGD, sub unit farmasi IBS, sub unit farmasi IRI.
4. Standar konsentrasi pemberian infus NaCl: maksimal 3% dalam 500ml.
5. Protokol untuk KCl :
a. Indikasi infus KCl
b. Kecepatan maksimal infus
c. Konsentrasi maksimal yang masih diperbolehkan
d. Panduan mengenai kapan diperlukannya monitor kardiovaskular.
e. Penentuan bahwa semua infus KCl harus diberikan via pompa
f. Larangan untuk memberikan larutan KCl multipel secara
berbarengan (misalnya: tidak boleh memberikan KCl IV sementara
pasien sedang mendapat infus KCl di jalur IV lainnya).
g. Diperbolehkan untuk melakukan substitusi dari KCl oral menjadi KCl
IV, jika diperlukan
h. Lakukan pengecekan ganda
BAB V
PEMBERIAN OBAT-OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI
PADA PEDIATRIK DAN NEONATUS
BAB VI
PENUTUP
WIDODO SUPRIHANTORO
- 35 -
Lampiran 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu
mutu dan citra rumah sakit.
Data dari JCI (Joint Comission International) menunjukkan bahwa 13%
terjadi kesalahan dalam pembedahan/operasi dan 87% terjadi kesalahan
transfusi darah, demikian juga ditemukan data dari UK National Patient
Safety Agency (2003 – 2005) terjadi 236 insiden kejadian nyaris cedera
kesalahan (near misses) yang berhubungan dengan kesalahan penulisan
pada gelang pasien serta adanya data USA National Center for Patient Safety
(2000 – 2003) terjadi misidentifikasi sebanyak 100 orang yang telah
dilakukan root cause analyses (RCA).
Pelayanan pembedahan/prosedur invasife merupakan pelayanan
multi komplek yang mungkin dapat mengakibatkan kejadian kesalahan
(medical error) baik kesalahan prosedur, kesalahan pasien dan kesalahan
yang lainnya. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif
atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan
- 36 -
pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur
untuk verifikasi lokasi yang akan dilakukan tindakan.
B. Tujuan
1. Meningkatkan keamanan pada pasien yang menjalani prosedur
pembedahan / tindakan invasif dengan menciptakan standarisasi prosedur
yang aman.
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas/kecacatan
akibat komplikasi prosedur pembedahan / tindakan invasif yang dilakukan.
3. Me-recall memory, terutama pada hal-hal kecil yang gampang terabaikan
pada keadaan pasien yang komplek.
4. Memberikan panduan pelaksanaan untuk memastikan tidak terjadinya
kesalahan dalam prosedur pembedahan / tindakan invasif lainnya
terhadap pasien selama perawatan di rumah sakit.
5. Mencegah dan mengurangi kejadian/kesalahan (medical error) yang
berhubungan dengan kesalahan tindakan pembedahan/tindakan invasif
lainnya. Kesalahan ini dapat berupa salah pasien (wrong person
surgery), kesalahan prosedur (wrong procedure), kesalahan sisi (wrong
site), infeksi pada daerah yang dilakukan tindakan (surgical site
infection), tertinggalnya instrumen seperti gunting, kasa, jarum (retained
instrument and sponged after surgery).
- 37 -
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada Semua Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Soedirman Kebumen: pasien yang akan menjalani prosedur pembedahan
/tindakan invasif, termasuk tindakan invasif di Instalasi Gawat Darurat,
tindakan pencabutan gigi di Klinik Gigi, tindakan pemeriksaan endoskopi di
klinik Endoskopi.
2. Pelaksana panduan: semua perawat, penata/dokter anestesi, dokter (operator)
yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur pembedahan / tindakan
invasif.
- 38 -
BAB III
TATA LAKSANA
3. Penandaan sisi operasi hanya ditandai pada semua kasus yang memiliki
dua sisi kiri dan kanan (lateralisasi), struktur multipel (jari tangan, jari
kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).
4. Penandaan lokasi tindakan bedah menggunakan tanda berbentuk
lingkaran menggunakan penanda/spidol permanen pada area yang akan
dilakukan tindakan pembedahan.
5. Untuk tindakan invasif non-operasi penandaan dapat dilakukan oleh
dokter yang akan melakukan tindakan, dan dapat dilakukan diarea
diluar area kamar operasi.
Untuk Lokasi tindakan invasif nonoperatif diagnostik, penandaan
bertujuan untuk menunjukkan jalan masuk ( Port de Entry ) dari
prosedur tersebut.
6. Penandaan lokasi pencabutan gigi menggunakan label bertuliskan
nomenklatur gigi yang akan dicabut.
7. Penandaan dilakukan juga di formulir penandaan lokasi operasi,
formulir penandaan tindakan gigi dan formulir penandaan tindakan
endoskopi.
BAB IV
DOKUMENTASI
BAB V
PENUTUP
WIDODO SUPRIHANTORO
- 43 -
Lampiran 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek
keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu
mutu dan citra rumah sakit.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh
dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai
dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau
lingkungan (lantai yang licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko
- 44 -
untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor
fisiologis yang dapat berakibat cedera.
Kejadian jatuh tak disengaja adalah kejadian jatuh yang terjadi secara
tidak sengaja (misalnya terpeleset, tersandung). Pasien yang berisiko
mengalami kejadian ini tidak dapat diidentifikasi sebelum mengalami jatuh
dan umumnya tidak dikategorikan dalam risiko jatuh. Kejadian jatuh jenis
ini dapat dicegah dengan menyediakan lingkungan yang aman. Kejadian
jatuh yang tidak diantisipasi adalah kejadian jatuh yang terjadi ketika
penyebab fisik tidak dapat diidentifikasi. Kejadian jatuh yang dapat
diantisipasi (diperkirakan) adalah kejadian jatuh yang terjadi pada pasien
yang memang berisiko mengalami jatuh (berdasarkan skor asesmen risiko
jatuh).
B. Tujuan
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi
Gawat Darurat dan pasien rawat jalan
2. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat,
farmasi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf
administratif dan staf pendukung yang bekerja di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soedirman Kebumen.
- 46 -
BAB III
TATA LAKSANA
A. Prinsip
1. Asesmen Risiko Jatuh
a. Rumah Sakit dr Soedirman mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.
b. Rumah Sakit dr Soedirman menggunakan skrining/Asesmen Risiko
Jatuh Morse pada pasien dewasa dan geriatri.
c. Rumah Sakit dr Soedirman menggunakan skrining/Asesmen Risiko
Jatuh Humpty Dumpty pada pasien anak.
d. RSDS menggunakan skrining/Asesmen Risiko Jatuh Time Up and
Go pada pasien rawat jalan.
e. Setiap pasien masuk Rumah Sakit dr Soedirman harus dilakukan
asesmen awal risiko jatuh sekurang-kurangnya dalam waktu 4 jam
dari pasien masuk rumah sakit.
f. Pasien dengan perubahan kondisi, penggunaan obat-obat berisiko
mengantuk, saat transfer ke unit lain dan adanya kejadian jatuh,
harus dilakukan asesmen ulang risiko jatuh.
Kategori :
a) Risiko tinggi : ≥ 45
b) Risiko sedang : 25 – 44
c) Risiko rendah : 0 – 24
Skor
Faktor Risiko Skala Poin
Pasien
0 – 3 tahun 4
Usia 4 – 7 tahun 3
8 – 12 tahun 2
13 – 14 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis kelamin
Perempuan 1
- 49 -
Skor
Faktor Risiko Skala Poin
Pasien
Diagnosis neurologi dan/atau
4
gelisah
Perubahan diagnosis (diagnosis,
Diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, 3
anoreksia, sinkop, pusing dll.)
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lain 1
Belum punya kontrol diri 3
Gangguan Lupa akan kondisi sakitnya 2
kognitif Orientasi baik terhadap diri
1
sendiri
Riwayat jatuh dari tempat tidur
4
sebelumnya
Pasien pernah jatuh selain dari
3
tempat tidur
Faktor
Pasien pernah jatuh saat
lingkungan
ditempatkan di tempat tidur 2
sendiri
Pasien jatuh berada di luar
1
rumah
Respons Dalam 24 jam 3
terhadap Dalam 48 jam 2
pembedahan/ ˃ 48 jam/tidak menjalani
sedasi/anestesi 1
pembedahan/ sedasi/anestesi
Penggunaan multipel sedatif,
obat hipnosis, pencahar,
3
diuretik, barbiturat, fenotiazine,
Penggunaan antidepresan, narcose
medikamentosa Penggunaan salah satu obat di
2
atas
Penggunaan medikasi lain/tidak
1
ada medikasi
Total
Kategori:
a) Risiko tinggi : 12 – 23
b) Risiko rendah : 7 – 11
c) Usia 0 – 3 bulan tidak dikaji
*Walker/wheeled walker R, S, T
*Tongkat (cane)/quad cane R, S, T
Wedge/pommel cushion (bantalan) R, S, T
Dudukan toilet yang ditinggikan R, S, T
Karpet/tikar anti-licin R, S, T
Alarm tempat tidur S, T
Lap buddy S, T
Gait belt S, T
Tempat tidur rendah (khusus) T
Keterangan:
R = ringan
S = sedang
T = Tinggi
*penggunaan walker/cane hanya ditujukan pada pasien yang memang
telah menggunakannya sebelum dirawat atau direkomendasikan oleh
fisioterapis.
Strategi Intervensi
Kategori
Lingkup Area Risiko
Risiko
Status Mental
Sering Jatuh
Kelemahan
Perubahan
Gangguan
Intervensi
Mobilitas
Medikasi
Multipel
Depresi
Otot
T S R
Program olahraga v V v V v v v v
Edukasi toileting v V v V v v
Tanda pengenal (gelang
berwarna di pergelangan v v V v v v v
tangan)
Kasur yang memiliki batas
v v V v v
pinggir
Pelindung pinggul v v v v
Keterangan:
T = tinggi S = sedang R = rendah
Strategi intervensi ini berdasarkan kategori risiko dan lingkup area risiko,
serta diharapkan dapat membantu menjadi acuan dalam penetapan strategi
sesuai kebijakan setempat.
- 59 -
BAB IV
PENUTUP
WIDODO SUPRIHANTORO
- 60 -
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
PENYIMPANAN OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
PENYIMPANAN OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
Lampiran 8
PERESEPAN OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
Lampiran 9
PENYIAPAN OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
PENYIAPAN OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
Lampiran 10
DISTRIBUSI OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
Lampiran 11
PEMBERIAN OBAT-OBATAN
YANG HARUS DIWASPADAI
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
TABEL KONSENTRASI STANDAR OBAT-OBATAN
UNTUK PEDIATRIK, PICU, DAN NICU
Lampiran 15
DAFTAR OBAT YANG HARUS DIWASPADAI
(HIGH ALERT MEDICATIONS)
DI RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
EPINEFRIN Injeksi
1 Vasokontriksi
NOREPINEFRIN Injeksi
BUCAIN Injeksi
KETAMINE Injeksi
PROPOFOL Injeksi
2 Anestesi ISOFLURANE Inhalasi
DESFLURANE Inhalasi
SEVOFLURANE Inhalasi
MIDAZOLAM Injeksi
3 Antiaritmia AMIODARONE Injeksi
FONDAPARINUX Injeksi
HEPARIN Injeksi
4 Antikoagulan
ENOXAPARIN Injeksi
STREPTOKINASE Injeksi
DIGOXIN Injeksi
DOBUTAMINE Injeksi
6 Sedatif DIAZEPAM Injeksi
PETIDIN Injeksi
7 Narkotika MORFIN Injeksi
FENTANYL Injeksi
TAMOXIFEN Tablet
8 Sitostatika
METHOTREXAT Tablet
Lampiran 16
Bentuk
No Kelas Terapi Nama Generik
Sediaan
KALIUM KLORIDA 2
Injeksi
Elektrolit dengan mOsm/ml
1
konsentrasi tertentu MAGNESIUM SULFAT 20
Injeksi
%
Elektrolit konsentrat
2 NACL 3% Cairan infus
NaCl hipertonik
Natrium Bicarbonat
3 Elektrolit konsentrat Injeksi
Injeksi 25 ml
- 81 -
Lampiran 17
Lampiran 18
DOBUTamine DOPamine
Ofloxacin LEVOfloxacin
DEXAmethasone DESOXImethasone
DiPHENhydramine DiMENhydrinate
Epinefrin NORepinefrin
ProPRANOlol BISOprolol
CloNIDine CloZAPine
KetoROLAC KeTALAR
- 83 -
Lampiran 19
KOREKSI HIPONATREMIA
GEJALA?
Ya Tidak
Jam I : Jam I :
• 150 ml NaCl 3% selama 20 • 150 ml NaCl 3% selama 20
menit menit (tunggal)
• Cek ulang Na Plasma
Lanjutkan NaCl 3%
• Hentikan infus salin untuk menaikkan Na
hipertonik Plasma 1 mmol/L
• Tatalaksana diagnosa
spesifik
• Batasi kenaikan Na plasma
sampai dengan 10 mmol/L Hentikan NaCl 3% jika
dalam 24 jam pertama, dan • Gejala membaik atau
8 mmol/L tiap 24 jam • Na Plasma mencapai 120 mmol/L
sampai tercapai kadar Na atau
plasma 130 mmol/L • Peningkatan Na Plasma 10 mmol/L
- 85 -
Hiponatremia
sedang/berat
Hindari kenaikan Na
Plasma > 10 mmol/L
dalam 24 jam pertama
dan 8 mmol/L dalam 24
Therapi jam berikutnya
spesifik sesuai
penyebab
Cek ulang Na
Plasma setelah 6
jam sampai Na
Plasma stabil
- 86 -
Lampiran 20
KOREKSI HIPERNATREMIA
Lampiran 21
K+ >6 MMOL/L
Ya Tidak
EKG
Perubahan EKG?
Ya Tidak
Ya Tidak
Resiko Tinggi
Hiperkalemia
Atau Pertimbangkan
Hasil Lab Serial K+ K+ BINDER
> 6 mmol/L
Lampiran 22
HIPOKALEMIA
Cari Causa KADAR KALIUM DARAH 3,0-3,5 mEq/dl KADAR KALIUM < 3,0 mEq
Lampiran 23
Hipofosfatemia ringan sedang dengan kadar 1.5–2.5 mg/dL umumnya asimptomatik. Hifosfatemia berat dengan kadar < 1 mg/dL yang
dapat menimbulkan gejala. Tatalaksana per oral lebih dipilih dibandingkan parenteral. Saat pemberian fosfat oral, dilanjutkan pemberian
Vitamin D oral untuk mempercepat absorbsi intestinal
HIPOPOSPATEMIA
Lampiran 24
PROTOKOL KOREKSI HIPOCALCEMIA
Hipofosfatemia ringan sedang dengan kadar 1.5–2.5 mg/dL umumnya asimptomatik. Hifosfatemia berat dengan kadar < 1
mg/dL yang dapat menimbulkan gejala. Tatalaksana per oral lebih dipilih dibandingkan parenteral. Saat pemberian fosfat oral,
dilanjutkan pemberian Vitamin D oral untuk mempercepat absorbsi intestinal
HIPOCALCEMIA
Lampiran 25
Form Ceklist Operasi
Lampiran 20
-2-
Lampiran 26
Formulir Surgical safety Cheklist
-3-
Lampiran 27
Formulir keselamatan prosedur di luar kamar operasi
RSUD Dr. SOEDIRMAN LABEL
KEBUMEN No RM : _______________________
KESELAMATAN Nama : _______________________
PROSEDUR Tanggal Lahir:___________________
Jl. Kebumen Raya, Muktisari Kebumen DILUAR KAMAR OPERASI Mohon diisi atau tempelkan label
Telp. (0287) 3873318, Fax (0287) 385274
Sebelum anestesi
Apakah pasien sudah dikonfirmasi mengenai identitas, lokasi tindakan, prosedur dan persetujuan
tindakan
□ Ya
Apakah lokasi tindakan sudah ditandai ?
□ Ya □ Tidak
Apakah pasien mempunyai :
a. Riwayat alergi ?
□ Ya □ Tidak
b. Kesulitan jalan nafas dan risiko aspirasi ?
□ Ya □ Tidak
Sebelum tndakan
□ Nama prosedur
□ Hitung instrument dengan lengkap
□ Apakah ada permasalahan selama tindakan : .....................................................
Kebumen, …………………………………………….
…………………………………. ………………………………………
-4-
Lampiran 28
Formulir Laporan Operasi
-5-
Lampiran 29
Lampiran 30
Formulir Penandaan Sisi Operasi Pria
-7-
Lampiran 31
Formulir Penandaan Sisi Tindakan Gigi
-1-
Lampiran 32
- 90 -
Lampiran 33
1. Riwayat jatuh :
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau
terdapat riwayat kejadian jatuh fisikologis dalam 12 bulan terakhir ini,
seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan, berikan skor 25. Jika pasien
tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
2. Diagnosis sekunder :
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika
tidak, berikan skor 0.
3. Alat bantu :
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika
pasien menggunakan tongkat/alat penopang, berikan skor 15. Jika pasien
dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0.
5. Gaya berjalan :
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan
untuk bangun dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk
mendorong tubuhnya, kepala menunduk, pandangan mata terfokus pada
lantai, memerlukan bantuan sedang – total untuk menjaga keseimbangan
dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu berjalan, dan
langkah-langkahnya pendek; berikan skor 20.
Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien
membungkuk; tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan
keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan untuk berjalan; dan
langkah-langkahnya pendek; berikan skor 10.
Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0.
6. Status mental :
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai
kemampuannya untuk berjalan. Jika pasien mempunyai over-estimasi
- 91 -
terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai
dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.
Asesmen risiko jatuh Morse ini dilakukan saat pasien masuk RS bersamaan
dengan asesmen inisial/ awal.
- 92 -
Lampiran 34
Lampiran 35
RSUD Dr. SOEDDIRMAN KEBUMEN
Jl. Kebumen Raya-Muktisari Kebumen PENCEGAHAN PASIEN JATUH ANAK
Telp. (0287) 3873318, 381101 (HUMPTY DUMPTY)
sincope, pusing)
Gangguan Perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lain 1
Belum punya kontrol diri 3
Lupa akan kondisi sakitnya 2
Gangguan Kognitif Orientasi baik terhadap diri 1
R I S I K O
sendiri
ATUH
SKOR
J
I
tidur sebelumnya
Faktor Lingkungan Pasien pernah jatuh selain di 3
tempat tidur
Pasien jatuh saat 2
ditempatkan di tempat tidur
S K O R
sendiri
Pasien jatuh berada di luar 1
rumah
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalam 48 jam 2
pembedahan/sedasi/ 48 jam/tidak menjalani
anestesi pembedahan/sedasi/anestesi 1
Penggunaan multiple
sedative, obat hipnotis,
barbiturate, fenotizin, 3
antidepresan, diuretic,
Penggunaan narcose, pencahar.
medikamentosa Penggunan salah satu obat 2
diatas
Penggunaan medikasi 1
lain/tidak ada medikasi
SKOR TOTAL 51
Lingkari skor risiko jatuh setelah penilaian RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS RT/RS
Lingkari bila pasien Bed rest Total /RR /RR /RR /RR /RR /RR /RR /RR /RR /RR
Bed rest total bergantung pada perawat sepenuhnya Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed
(Risiko tinggi/RT + Bed rest total = Risiko Rendah / RR) rest rest rest rest rest rest rest rest rest rest
total total total total total total total total total total
Nama Perawat Penilai :
Paraf :
- 94 -
Nama Perawat
- 95 -
Lampiran 36 RM 13.1B
RSUD Dr. SOEDDIRMAN KEBUMEN
Jl. Kebumen Raya-Muktisari Kebumen
PENCEGAHAN PASIEN JATUH DEWASA
Telp. (0287) 3873318, 381101 (MORSE TALE SCALE)
No. RM : Ruang / Kelas :
Nama Pasien : L/P DPJP :
Tanggal Lahir : PPJP :
HITUNGLAH SKOR RISIKO JATUH PADA SAAT : PASIEN MASUK RAWAT INAP, KETIKA TERJADI PERUBAHAN KONDISI
PASIEN, MENDAPATKAN OBAT DENGAN EFEK MENGANTUK, SEBELUM PASIEN TRANSFER DARI UNIT LAIN DAN
SETELAH PASIEN JATUH
Risiko Tinggi (RT) : 45 atau lebih
Risiko Sedang (RS) : 25 sampai 44
Risiko Rendah (RR) : 0 sampai 24
Tgl/
PENILAIAN RISIKO JATUH jam
Score
Riwayat
Jatuh: Jatuh satu kali atau
Kecelakaan lebih dalam waktu 25
Kerja atau 6 bulan terakhir
Rekreasional
Diagnosis sekunder 15
Benda di sekitar:
30
SKOR RISIKO JATUH
Lingkari skor risiko jatuh setelah penilaian RT/ RT/ RT/ RT/ RT/ RT/ RT/ RT/ RT/ RT/
Lingkari bila pasien Bed rest Total RS/ RS/ RS/ RS/ RS/ RS/ RS/ RS/ RS/ RS/
Bed rest total bergantung pada perawat RR RR RR RR RR RR RR RR RR RR
sepenuhnya
Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed Bed
(Risiko tinggi/RT + Bed rest total = Risiko Rendah /
rest rest rest rest rest rest rest rest rest rest
RR)
total total total total total total total total total total
Paraf
- 96 -
Nama Perawat
- 97 -
Lampiran 37