Anda di halaman 1dari 11

152

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2015, http://ejournal.umm.ac.id/index.php/
Volume 1, Nomor 2, hlm 152-162 kembara/index
PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KEMBALI DONGENG


UNTUK SISWA SMP KELAS VII

Encil Puspitoningrum
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusantara PGRI Kediri
licne@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bahan pembelajaran menulis kembali dongeng
yang dibaca menggunakan pendekatan kontekstual untuk siswa SMP kelas VII. Penelitian ini menggunakan
metode pengembangan deskriptif kuantitatif. Rancangan penelitian ini diadaptasi dari model desain sistem
pembelajaran Pannen dan Purwanto 2001. Hasil uji bahan ajar dengan ahli sastra menghasilkan rata-rata
kelayakan sebesar 68,18%, ahli pembelajaran 82,35%, guru Bahasa Indonesia 91,17%, dan siswa 88,12%.
Kesimpulan utama penelitian pengembangan yaitu pengembangan bahan ajar ini dapat digunakan sebagai
alternatif bahan pembelajaran menulis dongeng, pembelajaran menulis dongeng menjadi lebih bermakna dan
menarik bagi siswa.

Kata Kunci: bahan ajar, menulis dongeng, pendekatan kontekstual

Abstract: This study aimed to develop a model of learning materials on rewriting fairy tales read by using
a contextual approach for the seventh graders of junior high school. This is a development research using
descriptive quantitative method. The design of this study was adapted from Pannen and Purwanto’s
instructional model 2001. The results of the tryout test conducted by an expert in literature, an expert in
language teaching, an Indonesian language teacher, and students showed that the learning materials were
feasible with the percentage of 68.18 %, 82.35 %, 91.17 %, and 88.12 % respectively. The conclusion revealed
that the teaching materials can be used as an alternative material to write fairy tales so that learning to write
fairy tales become more meaningful and interesting for the students.

Keywords: teaching materials, write fairy tales, contextual approach

PENDAHULUAN kreasi. Siswanto (2008: 170) menyatakan bahwa


pendidikan kreatif sastra membelajarkan peserta
Salah satu tujuan mata pelajaran bahasa didik untuk mampu menulis karya sastra.
Indonesia adalah menikmati dan memanfaatkan karya Pengembangan kompetensi menulis kreatif
sastra berupa dongeng. Hal ini bertujuan agar peserta sastra memerlukan pembinaan yang berkelanjutan.
siswa dapat memperluas wawasan dari dongeng Menulis kreatif sastra melibatkan proses kreatif
berupa adat-istiadat, kesenian, dan kekayaan budaya yang mengandung imajinasi, emosi, dan kemampuan
Indonesia yang terkandung di dalam dongeng; memilih serta mengolah kata. Untuk mencapai tahap
memperhalus budi pekerti peserta didik dengan mahir menulis, seseorang harus secara intensif
mengetahui pesan moral yang disampaikan dari mengasah kreativitas menulis dan mengolah kata-
dongeng; meningkatkan kemampuan berbahasa kata. Menurut Sayuti (2000: 56) sastra memberikan
dengan menambah kosa kata, kalimat, dan latihan- peluang-peluang bagi orang-orang yang terlibat di
latihan dalam berbahasa; memberikan kesempatan dalamnya untuk menjadi “kreatif” baik yang
kepada siswa untuk berkreasi. bertujuan apresiasi maupun ekspresi.
Pembelajaran sastra dilaksanakan melalui Menulis dongeng adalah kegiatan menulis kreatif
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, sastra yang menciptakan karya sastra. Karya sastra
dan menulis sastra. Salah satu latihan yang ialah suatu karya fiksi imajinatif dari suatu gagasan
dikembangkan adalah kegiatan apresiasi yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
ditindaklanjuti dengan kegiatan menulis dongeng. diekspresikan dengan bahasa estetis. Menulis
Kegiatan menuliskan kembali pada pembelajaran dongeng sama halnya menulis prosa fiksi yang lain
sastra untuk siswa jenjang SMP termasuk dalam seperti cerpen. Roekhan (1991: 2) mengungkapkan
kegiatan apresiasi sastra tingkat tinggi yaitu tingkat bahwa terdapat tiga unsur penting dalam menulis

152
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 152-162
153

kreatif sastra, yaitu: (1) kreativitas; (2) bekal Guru dapat menggunakan komponen-komponen
kemampuan bahasa; dan (3) bekal kemampuan kontekstual dalam pembelajaran menulis dongeng.
sastra. kreativitas merupakan inti dari kegiatan proses Komponen-komponen tersebut adalah contructivism
kreatif menulis sastra. Kreativitaslah yang dapat (konstruktivisme atau membangun), inquiri
membuat seseorang mampu menggali, mengolah (menemukan), questioning (bertanya), modeling
dan memunculkan ide baru yang masih utuh. (permodelan), learning community (masyarakat
Kreativitas penggunaan bahasa seseorang ditentukan belajar atau berdiskusi), authentic assessment
oleh perbendaharaan katanya. Seseorang semakin (penilaian yang sebenarnya), dan reflection
kaya perbendaharaan katanya, semakin (refleksi). Oleh karena itu, dalam memilih bahan
memungkinkan ia bermain-main dengan kata dalam untuk pembelajaran hendaknya guru mengacu kepada
menulis karya sastra. bahan dan penggunaan metode pembelajaran sesuai
Hoetomo (2005: 158) mengemukakan folklor dengan kehidupan sehari-hari serta menarik perhatian
adalah adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat siswa sesuai dengan pendekatan kontekstual.
yang diwariskan turun-temurun, ilmu adat-istiadat Pembelajaran menulis kembali dongeng memberi
tradisional dan cerita rakyat yang tidak dibukukan. kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
Sementara itu, menurut Dananjaya (2002: 2) folklor kepribadian, merangsang kepekaan, dan mempertajam
adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang perasaan, masalah penting yang harus dipikirkan
terbesar dan diwariskan turun-temurun. Di antara yaitu tersedianya bahan ajar yang mendukung
kolektif bermacam-macam, ada secara tradisional terciptanya kesempatan belajar yang sebaik-baiknya
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan serta menyenangkan.
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat Salah satu unsur penting dalam pembelajaran
atau alat pembantu pengingat. yaitu bahan yang disajikan sesuai dengan kemampuan
Dongeng merupakan cerminan atau jejak akar siswa. Ketepatan bahan ditentukan pada saat guru
budaya suatu masyarakat. Misalnya dalam dongeng tepat memilih bahan yang sesuai dengan kemampuan
Legenda Gunung Kelud (gunung api yang terletak di dan minat siswa. Pemilihan sumber bahan atau
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur). materi penulisan sastra sesuai dengan butir-butir
Dikisahkan tentang pengkhianatan cinta yang dilakukan materi yang digariskan dalam kurikulum. Selain itu,
oleh putri Kerajaan Majapahit terhadap seorang pemuda materi ini seharusnya disesuaikan dengan tingkat
bernama Lembu Sura (laki-laki berkepala lembu). kelas siswa serta situasi dan kondisi yang
Setiap tanggal 23 Suro (penanggalan Jawa) masyarakat melingkupinya (Depdiknas, 2004: 55).
setempat menggelar acara arung sesaji. Pagelaran Menurut Pannen dan Purwanto (2001: 6) bahan
acara tersebut merupakan simbol penolak bala dari ajar adalah bahan-bahan atau materi yang disusun
bencana akibat kutukan dari Lembu Sura terhadap secara sistematis yang digunakan pengajar dan
orang-orang Kediri. peserta didik dalam proses belajar mengajar. Bahan
Konsep belajar dan mengajar yang ajar yang baik disusun dengan struktur dan urutan
mengarahkan guru untuk mengaitkan materi yang yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional
dibelajarkan dengan situasi dunia nyata adalah yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk
cerminan pembelajaran dengan pendekatan belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta
kontekstual (Contextual Teaching and Learning didik dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi
(CTL). Pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut,
atau keadaan yang ada di sekitar siswa dan memberikan latihan yang banyak bagi peserta didik,
menghubungkan materi dengan dunia nyata dan memberikan rangkuman.
merupakan metode yang diterapkan dalam Konteks penelitian ini mengkhususkan pada
kontekstual. Seperti halnya kurikulum KTSP, kegiatan apresiasi menulis kembali dongeng yang
kontekstual juga dilandaskan pada filosofi telah dibaca. Salah satu standar kompetensi
konstruktivisme. Menurut Siswanto (2008: 33) dalam pembelajaran menulis sastra Indonesia di SMP kelas
kontruktivisme siswa diarahkan untuk belajar sedikit VII dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
demi sedikit dari konteks yang terbatas, siswa adalah mengekspresikan pikiran, perasaan, dan
mengkonstruk (membangun) sendiri pemahamannya, pengalaman melalui pantun dan dongeng. Standar
dan pemahaman yang mendalam diperoleh melalui kompetensi tersebut mengandung arti bahwa siswa
pengalaman belajar yang bermakna. SMP kelas VII diharapkan mampu mengekspresikan

1 5 3 Bahan Ajar Menulis Kembali Dongeng untuk Siswa SMP Kelas VII
Encil Puspitoningrum, Pengembangan
154

pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis
dan dongeng kompetensi dasar menulis kembali pendahuluan adalah menganalisis kurikulum dan
dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca melakukan pengkajian terhadap empat aspek
atau didengar. keterampilan bahasa Indonesia yang meliputi
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menyimak, berbicara, membaca, menulis serta
mengembangkan model bahan pembelajaran menulis cakupan materi pembelajaran ditambah dengan
kembali dongeng yang dibaca untuk siswa SMP pengayaan pengetahuan bahasa Indonesia. Hasil
kelas VII yang sesuai dengan kebutuhan siswa, pengkajian tersebut telah dipilih pada aspek menulis,
sehingga dapat menjadi alternatif sumber belajar dan secara teoritis telah diuraikan dalam kajian
menulis sastra bagi siswa. Dari tujuan umum tersebut pustaka.
secara khusus dalam penelitian ini bertujuan Langkah dari persiapan bahan ajar adalah
mengembangkan deskripsi bahasan isi, pilihan ragam analisis karakteristik siswa. Analisis karakteristik
bahasa, deskripsi sistematika, model tampilan bahan siswa dilakukan pada waktu observasi pada bulan
ajar menulis kembali dongeng yang dibaca November. Analisis karakteristik siswa dilakukan
berdasarkan pendekatan kontekstual untuk siswa tingkat kemampuan siswa. Dari hasil analisis
SMP kelas VII. karakteristik siswa, siswa SMPN 3 Kediri kelas VII
yang berjumlah 36 orang memiliki karakteristik yang
METODE berbeda. Ada sebagian siswa yang memiliki
semangat dan motivasi tinggi dan ada juga sebagian
Model pengembangan bahan ajar menulis dari siswa yang memiliki kemampuan di bawah
dongeng menggunakan pendekatan kontekstual SMP
rata-rata.
kelas VII ini mengadaptasi model pengembangan Pemilihan strategi dan perencanaan skenario
bahan ajar Pannen dan Purwanto (2001). Model pembelajaran mengacu pada tujuh komponen utama
pengembangan ini dirumuskan dengan tahapan dalam pendekatan kontekstual yaitu constructivism,
analisis pendahuluan, analisis kurikulum, dan inquiri, questioning, modeling, learning
menganalisis karakteristik siswa.
community, authenthic, assessment, dan
Tahap selanjutnya adalah membuat Rencana reflection. Komponen pendekatan kontekstual itu
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menulis dan diterapkan dalam skenario pembelajaran menulis
menyusun draf bahan ajar. Hasil pengembangan dongeng.
diujicobakan untuk mengetahui validasi melalui Dari hasil pengkajian kurikulum penelitian
kegiatan uji ahli, uji guru, dan uji siswa. Produk yang terbatas pada standar kompetensi sebagai berikut:
dihasilkan melalui penelitian ini adalah bahan ajar mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman
menulis dongeng menggunakan pendekatan
melalui pantun dan dongeng. Standar kompetensi
kontekstual untuk siswa SMP kelas VII. Model tersebut mengandung arti bahwa siswa SMP kelas
pengembangan bahan ajar yang dimaksud dapat VII diharapkan mampu mengekspresikan pikiran,
dilihat pada bagan berikut ini. perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan
dongeng. Kompetensi dasar menulis kembali dengan
bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau
didengar. Pemahaman siswa terhadap hal-hal
tersebut dimaksudkan agar siswa dapat mengambil
nilai pengetahuan dan keterampilan menulis kembali
dongeng yang pernah dibaca atau didengar.
Setelah menganalisis dan mengkaji keterampilan
menulis langkah selanjutnya adalah menyusun silabus
dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam penyusunan RPP. Setelah
menyusun silabus adalah membuat RPP. Dalam
RPP disusun secara terstruktur mengenai rencana
Bagan. Model Pengembangan Pannen dan
pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk
Purwanto (2001)
mempermudah dalam proses pembelajaran.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 152-162
155

Dalam penulisan dan penyusunan bahan ajar kelengkapan materi. Berikut ini, pada tabel 1
peneliti menerjemahkan pengetahuan/teori yang disajikan data, analisis data, dan revisi bahan ajar
bersifat umum ke dalam bentuk spesifikasi terinci berdasarkan hasil uji ahli sastra. Berdasarkan hasil
untuk keperluan pembuatan sumber belajar/ penilaian uji ahli sastra pada tabel di atas. Skor
komponen sistem pembelajaran. Salah satu komponen memperoleh hasil uji rata-rata 68,18%, kriteria
sistem pembelajaran yang dapat dirancang adalah presentase tersebut kurang dari ? 74%, apabila
bahan pembelajaran atau isi mata pelajaran. hasil uji produk mencapai tingkat persentase 55%-
Dalam penelitian ini, ujicoba bahan ajar dilakukan 74%, produk tergolong cukup layak dan revisi.
sebagai upaya untuk memperoleh informasi mengenai Adapun tindak lanjut pada kriteria penilaian bahan
bagian-bagian bahan ajar yang perlu mendapatkan ajar yang cukup layak diimplementasikan dan perlu
perhatian untuk dilakukan perbaikan atau revisi. tindak lanjut revisi.
Revisi bahan ajar dilaksanakan berdasarkan penilaian Dalam uji bahan ajar yang melibatkan ahli
subjek ujicoba terhadap bahan ajar dengan pembelajaran, aspek-aspek yang dinilai berbeda
memperhatikan komentar dan saran yang diberikan. dengan ahli sastra seperti yang telah dipaparkan
Adapun subjek bahan ajar ini adalah dua dosen, sebelumnya. Aspek yang dinilai oleh ahli penulisan
satu guru, dan 36 siswa. berfokus pada ketepatan materi, sedangkan ahli
Pada tahap revisi, kegiatan yang dilakukan pembelajaran berfokus pada pembelajaran. Ada 4
adalah melakukan perbaikan/penyempurnaan aspek yang menjadi fokus penilaian dalam uji bahan
terhadap draft awal berdasarkan analisis data atau ajar dengan ahli pembelajaran, yakni isi bahan ajar,
informasi yang diperoleh dari ahli dan siswa. penggunaan bahasa, model tampilan, dan sistematika.
Ujicoba produk perlu dilakukan untuk Berdasarkan skor hasil penilaian dari ahli
mengetahui validasi produk pengembangan, sehingga pembelajaran menulis dongeng, produk ini
kualitas dapat dipertanggungjawabkan. Ujicoba memperoleh rata-rata penyekoran 82,35% memenuhi
produk dilakukan untuk mendapatkan masukan yang kriteria kelayakan yaitu apabila hasil uji produk
berupa penilaian, komentar, kritik, dan saran yang mencapai tingkat persentase 75%-84%, produk
relevan sebagai bahan untuk direvisi. tergolong layak dan dapat diimplementasikan dengan
Ujicoba dilakukan tiga tahap. Pada tahap demikian bahan ajar ini telah layak untuk
pertama ujicoba dilakukan pada ahli/pakar, yaitu ahli diimplentasikan dalam pembelajaran, sebab dari
sastra, dan ahli pembelajaran, ujicoba kedua dilakukan keempat aspek yang diujikan, semuanya telah
pada guru pengajar, dan terakhir ujicoba dilakukan memenuhi syarat kelayakan produk.
pada siswa SMPN 3 Kediri kelas VII yang berjumlah Aspek yang dinilai oleh guru hampir sama
36 siswa, daftar nama siswa dapat dilihat dalam dengan ahli pembelajaran, yakni (1) efektivitas dan
lampiran. Kegiatan ujicoba ini dimaksudkan untuk efisiensi bahan ajar, (2) sistematika penulisan,
memperoleh masukan dari pakar/ahli, ahli sastra, (3) kebahasaan, dan (4) tampilan bahan ajar. Berikut
ahli pembelajaran, guru pengajar, dan siswa SMPN ini disajikan data, analisis data, dan revisi bahan ajar
3 Kediri kelas VII. menulis dongeng. Berdasarkan hasil penilaian yang
Ujicoba kepada pakar/ahli, ahli sastra oleh Ibu telah disajikan pada tabel 3 tersebut, bahan ajar
Dwi Sulistyorini, S.S., M.Hum, dan ahli pembelajaran menulis dongeng menggunakan pendekatan
Dr. Roekhan, M.Pd dilakukan pada tanggal 18 No- kotekstual memperoleh skor 91,17%, hal ini berarti
vember 2010. Ujicoba untuk guru pengajar oleh apabila hasil uji produk mencapai tingkat persentase
Bapak Sumijan, S.Pd dilakukan pada tanggal 24 85%-100% produk tergolong sangat layak dan dapat
November 2010, dan siswa kelas VIIG dilakukan diimplementasikan bahan ajar yang dikembangkan
pada tanggal 1 Desember 2010. Dari kegiatan ujicoba telah layak untuk diimplementasikan dalam
yang telah dilaksanakan, peneliti melakukan revisi pembelajaran. Dari keempat aspek bahan ajar yang
untuk memperbaiki bahan ajar menulis dongeng diuji kelayakannya, semuanya memeroleh skor 3
membaca dengan menggunakan pendekatan atau 4, baik aspek efektivitas dan efisiensi bahan
kontekstual untuk siswa SMP kelas VII. ajar, kebahasaan, sistematika penulisan, maupun
Dalam uji bahan ajar yang melibatkan ahli tampilan bahan ajar.
sastra, ada 3 aspek yang menjadi fokus penilaian, Aspek-aspek yang dinilai oleh siswa, yakni
yakni keakuratan materi, kedalaman materi, dan (1) isi dan bahasan bahan ajar, (2) penggunaan

1 5 5 Bahan Ajar Menulis Kembali Dongeng untuk Siswa SMP Kelas VII
Encil Puspitoningrum, Pengembangan
156

bahasa bahan ajar, (3) sistematika penulisan bahan refleksi. Paparan materi digunakan sebagai sumber
ajar, dan (4) tampilan bahan ajar. Berikut ini disajikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali materi
data, analisis data, dan revisi bahan ajar berdasarkan yang sedang dipelajari. Contoh teks dongeng diberikan
uji kelompok (36 siswa). Tetapi secara acak angket sebagai bentuk konkrit dari pengetahuan yang
hanya diolah dari 15 siswa. Berdasarkan hasil sedang dipelajari. Dengan adanya contoh tersebut
penilaian yang dilakukan oleh siswa SMP, bahan diharapkan siswa dapat memahami materi dengan
ajar ini mengandung kelebihan dan kekurangan. baik. Latihan digunakan untuk mengasah keterampilan
Berdasarkan skor penilaian siswa, dari 4 aspek siswa dalam menulis dan untuk mengetahui tingkat
yang dinilai, yakni aspek isi, kebahasaan sistematika, pemahaman siswa. Sedangkan refleksi disusun untuk
dan tampilan bahan ajar, bahan ajar ini memperoleh mengetahui kesan-kesan siswa setelah belajar
skor rata-rata 88,12%. Apabila hasil uji produk menulis dongeng dengan menggunakan bahan ajar.
mencapai tingkat persentase 85%-100%, produk Naskah dongeng yang dipilih sebagai model
tergolong sangat layak dan dapat diimplementasikan. dongeng pada awal pembahasan dalam bahan ajar
ini adalah dongeng Cindelaras sebagai aplikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN contoh, sedangkan pada kegiatan menulis kembali
dongeng dipilih dongeng yang berjudul Calon Arang.
Menurut Pannen dan Purwanto (2001: 6) bahan
Dongeng ini dinilai sangat cocok untuk siswa
ajar adalah bahan-bahan atau materi yang disusun
SMP. Bahasa yang digunakan ekspresif, alurnya
secara sistematis yang digunakan pengajar dan
menarik, serta mengandung nilai-nilai kehidupan yang
peserta didik dalam proses belajar mengajar. Bahan
sangat berguna bagi perkembangan jiwa siswa SMP
ajar yang baik disusun dengan struktur dan urutan
kelas VII. Tokoh utama dalam dongeng Cindelaras
yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional
adalah Cindelaras atau di daerah Kediri disebut
yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk
Panji Laras adalah putra mahkota seorang raja di
belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta
Kediri.
didik dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi
Cerita Cindelaras bermula dari kerajaan
peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut,
Jenggala yang dipimpin oleh seorang raja yang
memberikan latihan yang banyak bagi peserta didik,
bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang
dan memberikan rangkuman.
permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang
Bahan ajar yang dikembangkan mengacu pada
memiliki sifat iri dan dengki. Raja Putra dan
stategi pembelajaran yang digunakan, yakni
kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang
pemodelan. Hal ini sesuai dengan RPP yang telah
sangat megah dan damai. Hingga suatu hari selir
disusun sebelumnya. Berikut dipaparkan isi,
raja merencanakan sesuatu yang buruk pada
sistematika, bahasa, dan tampilan bahan ajar.
permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan karena
Materi yang dikembangkan dalam bahan ajar
selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.
menulis dongeng untuk siswa kelas VII ini adalah
Kemudian dengan bantuan seorang penyihir sang
materi yang diperoleh dari berbagai sumber yang
telah disesuaikan dengan topik, jenjang pendidikan, selir berhasil membuang permaisuri, padahal saat
serta kedekatan dengan kehidupan siswa. Hal ini itu permaisuri dalam keadaan mengandung putra
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mahkota.
meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat Beberapa bulan kemudian Cindelaras lahir,
belajar pada peserta didik. Peningkatan potensi, kemudian ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang
kecerdasan, dan minat hendaknya juga disesuaikan tampan dan cerdas. Pada suatu hari Cindelaras
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan menemukan telur ayam yang dijatuhkan oleh seekor
peserta didik. rajawali. Telur tersebut menetas dan tumbuh menjadi
Pemilihan materi diharapkan dapat memberi ayam jantan yang ajaib. Bunyi kokok ayam itu
kesempatan kepada siswa untuk melakukan seperti manusia, dan kokoknya memberitahukan
eksplorasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap bahwa Cindelaras adalah putra dari Raden Putra.
melalui tahapan kegiatan belajar agar memudahkan Kemudian Cindelaras mengadu ayamnya dengan
siswa belajar mandiri dalam mencapai kompetensi ayam raja ke istana dengan taruhan bahwa jika
dasar yang diinginkan. Aspek isi bahan ajar ini Cindelaras kalah akan dipenggal, dan jika Raja
lengkap, mulai paparan materi, contoh, latihan, dan kalah akan menyerahkan tahtanya.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 152-162
157

Pertarungan dimulai dan betapa terkejutnya Tabel 1. Deskripsi Aspek Isi


sang Raja mendengar kokok ayam Cindelaras. Aspek Isi Deskripsi Aspek Isi
Kemudian sang Patih yang bijak memberitahu Raja Materi Materi pengertian dan jenis-
bahwa kokok ayam itu adalah kebenaran. Raja pun jenis dongeng.
meminta maaf kepada Cindelaras dan Permaisuri. Dongeng-dongeng seputar
daerah Kediri.
Mereka diboyong ke istana, sedangkan Selir yang
Teks 1 Contoh teks dongeng
jahat mendapatkan hukuman dibuang ke hutan. Cindelaras.
Cindelaras dan keluarganya hidup bahagia. Setelah
Latihan Latihan menganalisis isi
Raja meninggal Cindelaras menggantikan tahta Raja unsur instrinsik dongeng
Raden Putra. Cindelaras.
Sedangkan pada aspek latihan dipilih dongeng Teks 2 Teks dongeng Calon Arang.
yang berjudul Calon Arang. Calon Arang adalah Menulis Menganalisis isi unsur
seorang perempuan penyihir yang sangat jahat. dongeng instrinsik dongeng Calon
Suatu ketika, ia menyebarkan penyakit aneh arang.
kepada rakyat Kahuripan di daerah Jawa Timur, Mengembangkan unsur
Indonesia. Raja Kahuripan Sri Baginda Erlangga instrinsik menjadi sebuah
kerangka karangan.
sudah mengerahkan seluruh patih dan prajurit Mengembangkan kerangka
pilihannya untuk menangkapnya, namun mereka karangan menjadi teks
gagal. Kemudian Baginda Raja Erlangga dongeng dengan bahasa
menggunakan cara lain untuk menghentikan ilmu sendiri.
sihir Calon Arang yaitu dengan kasih sayang. Refleksi Berisi kesan-kesan siswa
Kemudian seorang patihnya bernama Empu setelah belajar menulis
dongeng dengan
Bahula menikahi putri Calon Arang yaitu Ratna menggunakan bahan ajar.
Manggali.
Melalui Ratna Manggali Empu Bahula Bahan ajar juga mempertimbangankan penggunaan
bertanya tentang kelemahan Nyai Calon Arang. bahasa. Bahasa bahan ajar berfungsi sebagai alat
Kelemahan Calon Arang adalah pada kitab sihir menyampaikan bahan di dalam buku ajar. Bahasa
yang telah dijaganya hingga tidur pun. Kemudian bahan ajar berkaitan dengan ekspresi tulis. Ekspresi
Empu Bahula melarikan diri dengan Ratna tulis yang baik dapat mengkomunikasikan pesan,
Manggali sehingga membuat Calon Arang marah. gagasan, ide, atau konsep. Ekspresi tulis yang baik
Pertarungan pun terjadi setelah Calon Arang dapat menghindarkan kesalahpahaman atau salah tafsir.
bertemu kembali dengan Empu Bahula. Karena Terdapat beberapa kriteria penggunaan bahasa
sudah mempelajari kitab sihir milik Calon Arang, dalam pengembangan bahan ajar. Sayuti (2000:
Empu Bahula menjadi mengerti kelemahan Calon 303-305) menyebutkan kriteria kelayakan bahasa
Arang. Calon Arang pun kalah, terbakar dan yang baik, sebagai berikut.
menjadi abu. Abunya tertiup angin hingga hilang 1. Kesesuaian pemakaian bahasa dengan
ke arah pantai selatan. perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
Pemilihan kedua dongeng tersebut sesuai siswa.
dengan pendekatan kontekstual yaitu banyak 2. Pemakaian bahasa yang komunikatif,
dituturkan di daerah Kediri, dan pemilihan indikatornya adalah keterbacaan pesan dan
dongeng-dongeng ini sesuai dengan tujuan ketepatan kaidah kebahasaan.
pendidikan yang ingin menanamkan salah satu 3. Keruntutan dan keterpaduan alur pikir,
nilai-nilai pendidikan yaitu memperluas wawasan indikatornya adalah keruntutan dan keterpaduan
dari dongeng berupa adat-istiadat, kesenian, antar bab serta keruntutan dan keterpaduan
dan kekayaan budaya Indonesia yang antar paragraf.
terkandung di dalam dongeng; memperhalus budi
pekerti peserta didik dengan mengetahui pesan Seperti dijelaskan di atas, salah satu indikator
moral yang disampaikan dari dongeng. Berikut pemakaian bahasa komunikatif adalah ketepatan
disajikan secara rinci tabel aspek isi dalam kaidah kebahasaan. Kaidah kebahasaan yang benar
bahan ajar. meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2) tata
bahasa (pembentukan kata dan kalimat), (3) kosa

1 5 7 Bahan Ajar Menulis Kembali Dongeng untuk Siswa SMP Kelas VII
Encil Puspitoningrum, Pengembangan
158

kata dan istilah, (4) ejaan, dan (5) makna (Pannen, sistematika tertentu. Komponen utama di dalam
2001: 60-61). sistematika bahan ajar adalah (1) tinjauan
Bahan ajar ini menggunakan ragam bahasa kompetensi, (2) pendahuluan, (3) bagian inti,
formal dan komunikatif, baik dalam pemaparan teori, (4) penutup, (5) daftar pustaka, dan (6) lampiran
penjelasan perintah, penyajian contoh-contoh (Pannen, 2001: 2). Setelah tinjauan kompetensi,
dongeng, pengembangan latihan, maupun refleksi. bagian selanjutnya adalah bagian pendahuluan.
Penggunaan bahasa yang komunikatif dan menarik Penulisan bahan ajar harus sistematis agar
juga tercemin dalam sub-sub judul bab bahan ajar dapat memudahkan proses pembelajaran. Dalam
ini. Bahkan nuansa bahasa dongeng sudah tercermin hal ini sistematis yang dimaksud ada dua. Pertama,
sejak awal membaca bahan ajar ini. Dengan komponen utama bahan ajar telah disusun secara
menggunakan judul “Menulis Kembali Dongeng dari berurutan (dari halaman sampul, pengantar, daftar
Tanah Kediri” diharapkan bahan ajar ini dapat isi, materi, dan daftar rujukan). Kedua, urutan bab
memberi pengalaman yang berharga, sehingga dalam bahan ajar sesuai dengan langkah-langkah
pelajaran menulis dongeng selalu dinanti-nantikan pembelajaran. Komponen utama sistematika bahan
oleh siswa. Judul ini mengandung ajakan kepada ajar dipaparkan sebagai berikut.
siswa agar tertarik untuk belajar menulis dongeng di Bagian awal harus dapat membangkitkan minat
daerahnya sendiri. Bahasa yang digunakan sebagai siswa untuk membaca bab-bab selanjutnya. Bagian
judul bahan ajar ini dipilih kata-kata yang menarik awal terdiri dari (1) kata pengantar, (2) daftar isi,
perhatian dan sesuai dengan indikator yang (3) petunjuk penggunaan buku, dan (4) gambaran
dikembangkan. umum tiap bagian buku. Gambaran umum tiap bab
Berikut disajikan secara rinci tabel aspek bahasa memuat deskripsi singkat tentang cakupan bab
dalam bahan ajar. tersebut. Deskripsi singkat dinyatakan dengan
paragraf naratif atau dengan pertanyaan-pertanyaan
Tabel 2. Deskripsi Aspek Bahasa yang dapat menstimulasi siswa untuk berpikir
Aspek Deskripsi Aspek relevansi antara bab tersebut dengan pengetahuan
Kebahasaan Kebahasaan atau pengalaman yang telah dimiliki siswa.
Kesesuaian Deskripsi kesesuaian Tinjauan kompetensi merupakan tahap pertama
pemakaian pemakaian bahasa disesuaikan
dalam pengembangan bahan ajar ini. Tinjauan
bahasa dengan
dengan perkembangan
perkembanganintelektual, sosial, dan kompetensi memuat standar kompetensi (SK),
emosional siswa kelas VII kompetensi dasar (KD), indikator, dan tujuan
SMP. pembelajaran. Tinjauan kompetensi merupakan
Pemakaian Keterbacaan pesan dan gambaran indikator ketercapaian kompetensi dasar
bahasa yang ketepatan penggunaan bahasa
yang ingin dikuasai. Tinjauan kompetensi terletak
komunikatif yang komunikatif dan
menarik juga tercermin sejak pada halaman pertama bahan ajar.
awal membaca bahan ajar Bagian kegiatan pendahuluan terdiri dari
dengan menggunakan judul (1) materi, (2) contoh teks dongeng, (3) Cara
“Menulis Kembali Dongeng menulis narasi, dialog, dan monolog, (4) langkah-
dari Tanah Kediri”.
langkah menulis kembali dongeng yang telah dibaca,
Keruntutan Ketepatan dan keterpaduan
dan kaidah kebahasaan tercermin dan (5) Butir-butir kata mutiara.
keterpaduan dalam keruntutan dan Penjabaran bagian kegiatan inti bahan ajar
alur pikir keterpaduan antara bab dan menulis dongeng yaitu (1) membaca dongeng,
subbab serta pemilihan ragam (2) kegiatan berkelompok menemukan unsur
bahasa formal, baik dalam instrinsik dongeng, (3) kegiatan individu menulis
pemaparan teori, penjelasan
perintah, penyajian contoh- kembali dongeng, (4) Kegiatan individu menemukan
contoh dongeng, karakteristik dongeng, (5) rubrik penilaian kelompok
pengembangan latihan, dan penilaian individu, (6) butir-butir kata mutiara.
maupun refleksi. Bagian penutup mempersiapkan siswa untuk
mengukur ketercapaian kompetensi yang diinginkan.
Bahan ajar yang baik ditulis dan dirancang Pada bagian ini merupakan bagian akhir kegiatan
sesuai dengan prinsip-prinsip instruksional dan pembelajaran. Bagian penutup terdiri dari (1) refleksi

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 152-162
159

pembelajaran, (2) perasaan yang dialami siswa Bagian Refleksi pembelajaran.


selama mengikuti pembelajaran, (3) butir-butir kata kegiatan perasaan yang dialami siswa.
mutiara. penutup Butir-butir kata mutiara.
Terakhir pada bagian bahan ajar adalah
(1) refleksi dan (2) lampiran-lampiran. Refleksi Bagian daftar pustaka.
Akhir Bahan lampiran- lampiran.
memuat tentang apa yang diperoleh selama
Ajar
pelaksanaan pembelajaran dan kesan pembelajaran
oleh siswa untuk evaluasi guru dalam perbaikan
Tampilan bahan ajar memiliki peran penting.
pembelajaran berikutnya. Pada lampiran memuat
Menarik tidaknya suatu bahan ajar juga ditentukan
dongeng-dongeng lain dari daerah Kediri yang
oleh tampilannya. Tampilan dapat menarik minat
tercantum pada pengantar materi. Dongeng-dongeng
baca siswa. Tampilan dibuat semenarik mungkin
dalam lampiran ini dapat menjadi referensi guru
dan disesuaikan dengan jenjang usia siswa. Salah
untuk memilih kisah dongeng lain pada pembelajaran
satu variasi dalam tampilan bahan ajar adalah
menulis kembali dongeng yang dibaca. Dongeng-
ilustrasi. Ilustrasi berguna untuk memperindah
dongeng yang dilampirkan tersebut antara lain
tampilan dan memperjelas informasi yang
dongeng Ande-ande Lumut, Keong Emas, dan
disampaikan.
Legenda Gunung Kelud.
Berikut disajikan secara rinci tabel aspek Menurut Pannen (2001: 36), ilustrasi dapat
sistematika dalam bahan ajar. membantu retensi. Retensi adalah kemudahan
pembaca untuk mengingat konsep, gagasan yang
Tabel 3. Deskripsi Aspek Sistematika disampaikan melalui ilustrasi. Misalnya, untuk
Aspek Deskripsi Aspek mewakili kata kerja menulis menggunakan gambar-
Sistematika Sistematika gambar kertas dan pensil.
Bagian awal Kata pengantar. Tampilan ilustrasi harus memenuhi kriteria
bahan ajar Daftar isi.
kelayakan. Muslich (2010: 312) menjelaskan kriteria
Petunjuk penggunaan buku.
Bagian Materi pengertian dam jenis- kelayakan tampilan ilustrasi, yakni (1) ilustrasi dapat
kegiatan jenis dongeng. memperjelas dan mempermudah pemahaman isi
pendahuluan Dongeng-dongeng seputar buku, serta (2) ilustrasi dapat menarik minat baca.
daerah Kediri. Tampilan bahan ajar akan terlihat lebih menarik jika
Membaca dongeng bahan ajar mempertimbangkan komposisi sajian.
Cindelaras.
Komposisi sajian secara umum meliputi (1) tata
Materi unsur instrinsik
dongeng Cindelaras. letak bahan ajar, (2) pemakaian huruf (ukuran huruf,
Cara menulis narasi, dialog, jenis huruf, huruf tebal, huruf miring, dan sebagainya),
dan monolog. dan (3) kombinasi warna dan ilustrasi.
Langkah- langkah menulis Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian
kembali dongeng yang telah ini mempertimbangkan tampilan dan tata letak.
dibaca. Komposisi sajian tampilan dan tata letak bahan ajar
Butir-butir kata mutiara.
Bagian Membaca dongeng calon
keharmonisan tampilan bahan ajar. Kelayakan tata
kegiatan inti Arang. letak bahan ajar dinilai dari beberapa hal, yakni
Kegiatan berkelompok (1) bidang cetak atau ukuran bahan ajar, (2) marjin
menemukan unsur instrinsik yang proporsional, dan (3) spasi. Bidang cetak
dongeng. bahan ajar adalah A4 (215x297 mm). Pemilihan
Kegiatan individu menulis ukuran bahan ajar ini mempertimbangkan isi dan
kembali dongeng Calon
banyaknya materi yang ditampilkan pada bahan
Arang.
Kegiatan individu ajar.
menemukan karakteristik Selain ukuran bahan ajar, tata letak juga
dongeng. berkaitan dengan marjin yang proposional. Proporsi
Rubrik penilaian kelompok marjin bahan ajar sebagai berikut marjin top (atas)
dan penilaian individu. berukuran 3 cm, marjin letf (kiri) berukuran 4 cm,
Butir-butir kata mutiara.
marjin right (kanan) berukuran 3 cm, dan marjin

1 5 9 Bahan Ajar Menulis Kembali Dongeng untuk Siswa SMP Kelas VII
Encil Puspitoningrum, Pengembangan
160

bottom (bawah) berukuran 3 cm. Spasi yang Kombinasi Bahan ajar yang
digunakan pada bahan ajar ini adalah 1, dan 1,5 warna dan dikembangkan pada
spasi. Huruf yang dipakai pada bahan ajar terdiri Ilustrasi penelitian ini secara umum
dari beberapa jenis dan beberapa ukuran. Huruf didominasi oleh warna coklat
dan dan hijau cerah. Coklat
pada judul bagian buku berukuran 23 pt dan jenisnya
keunguan pada cover, hijau
adalah Cooper Black. Sedangkan pemakaian huruf
cearah pada bagian dalam
lainnya menggunakan Cambria karena buku.
mempertimbangkan aspek keterbacaan.
Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian
ini secara umum didominasi oleh warna coklat dan KESIMPULAN
hijau cerah. Coklat keunguan pada cover, hijau
Penelitian pengembangan ini menghasilkan
cerah pada bagian dalam buku. Pemilihan warna
sebuah produk, yakni bahan ajar menulis dongeng
cover sebelumnya berwarna hijau cerah saja tetapi
menggunakan pendekatan kontekstual untuk siswa
karena mempertimbangkan keharmonisan warna
SMP kelas VII. Bahan ajar tersebut disusun
maka cover banyak dilakukan perubahan.
berdasarkan pendekatan kontekstual. Bahan ajar
Pemilihan warna pada pada cover di dasari
dikembangkan dengan berpedoman pada RPP yang
pada cover agar perpaduan warna pada gambar
telah disusun sebelumnya. Bahan ajar dikembangkan
ilustrasi terlihat lebih menonjol dan seimbang serta
menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan
menggambarkan pembelajaran menulis dongeng
tersebut diaplikasikan pada isi bahasan bahan ajar,
menggunakan pendekatan kontekstual. Pemilihan
bahasa bahan ajar, sistematika bahan ajar, kegiatan
warna hijau cerah pada bagian dalam buku didasari
dan latihan di dalam bahan ajar, dan tampilan bahan
atas pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut
ajar.
adalah peneliti menganggap bahwa warna hijau
Isi dan bahasan bahan ajar yang dikembangkan
muda memberi kesan cerah, memberi energi
secara kontekstual meliputi materi yang
semangat, dan dapat menarik perhatian siswa untuk
dikembangkan dalam bahan ajar menulis dongeng
membuka dan membaca bahan ajar.
menggunakan pendekatan kontekstual untuk siswa
Berikut disajikan secara rinci tabel aspek
kelas VII ini adalah materi yang diperoleh dari
tampilan dalam bahan ajar.
berbagai sumber yang telah disesuaikan dengan
Tabel 4. Deskripsi Aspek Tampilan topik, jenjang pendidikan, serta kedekatan dengan
kehidupan siswa. Hal ini disesuaikan dengan tingkat
Aspek Deskripsi Aspek Tampilan
Tampilan perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Tata letak Bidang cetak atau ukuran Bahan ajar ini menggunakan ragam bahasa
bahan ajar adalah formal dan komunikatif, baik dalam pemaparan teori,
menggunakan A4 (215x297 penjelasan perintah, penyajian contoh-contoh
mm)
Marjin yang proporsional dongeng, pengembangan latihan, maupun refleksi.
marjin top (atas) berukuran 3 Penggunaan bahasa yang komunikatif dan menarik
cm, marjin letf (kiri) juga tercemin dalam sub-sub judul bab bahan ajar
berukuran 4 cm, marjin right
ini. Bahkan nuansa bahasa dongeng sudah tercermin
kanan berukuran 3 cm, dan
marjin bottom (bawah) sejak awal membaca bahan ajar ini.
berukuran 3 cm Bahan ajar menulis kembali dongeng
Spasi bahan ajar ini adalah 1, menggunakan pendekatan kontekstual ini ditulis dan
dan 1,5 spasi.
dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip instruksional
Pemakaian Huruf yang dipakai pada
huruf bahan ajar terdiri dari dan sistematika tertentu. Komponen utama di dalam
beberapa jenis dan beberapa sistematika bahan ajar adalah (1) tinjauan
ukuran. Salah satunya yaitu kompetensi, (2) pendahuluan, (3) bagian inti,
huruf pada judul bagian buku (4) penutup, (5) daftar pustaka, dan (6) lampiran.
berukuran 23 pt dan jenisnya
adalah Cooper Black. Tampilan bahan ajar sesuai dengan pertimbangan
Sedangkan aspek lainnya pemilihan komposisi sajian. Komposisi sajian secara
menggunakan dominasi umum meliputi (1) tata letak bahan ajar,
huruf Cambria.
(2) pemakaian huruf (ukuran huruf, jenis huruf,

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 152-162
161

huruf tebal, huruf miring, dan sebagainya), dan kriteria kelayakan yaitu apabila hasil uji produk
(3) kombinasi warna dan ilustrasi yang disesuaikan mencapai tingkat persentase 75%-84%, produk
dengan tema pemilihan dongeng dan komposisi warna tergolong layak dan dapat diimplementasikan dengan
yang sesuai untuk perkembangan aspek kognitif demikian bahan ajar ini telah layak untuk
siswa SMP kelas VII . diimplentasikan dalam pembelajaran, sebab dari
Produk bahan ajar diujicobakan kepada (1) ahli keempat aspek yang diujikan, semuanya telah
sastra, (2) ahli pembelajaran, (3) praktisi (guru memenuhi syarat kelayakan produk.
Bahasa Indonesia), dan (4) siswa kelas VII SMP.
Efisiensi bahan ajar dilihat dari penilaian dari
Berdasarkan hasil ujicoba dan revisi produk, maka
ujicoba sasaran yaitu guru dan murid yang
diperoleh sejumlah simpulan. Simpulan tersebut
membuktikan bahwa bahan ajar menulis dongeng
dipaparkan sebagai berikut.
telah layak untuk diimplementasikan. Hal itu
Validitas bahan ajar dilihat secara intuisi penilaian
dibuktikan berdasarkan pedoman penilaian kelayakan
dari para ahli yang membuktikan bahwa bahan ajar
bahan ajar menulis dongeng menggunakan
menulis dongeng telah layak untuk
pendekatan kontekstual ini pada ujicoba sasaran
diimplementasikan. Hal itu dibuktikan berdasarkan
telah memenuhi standar nilai kelayakan yang telah
pedoman penilaian kelayakan bahan ajar menulis
ditentukan.
dongeng menggunakan pendekatan kontekstual ini
Aspek yang dinilai oleh guru hampir sama
telah memenuhi standar nilai kelayakan yang telah
dengan ahli pembelajaran, yakni (1) efektivitas dan
ditentukan.
efisiensi bahan ajar, (2) sistematika penulisan, (3)
Dalam uji bahan ajar yang melibatkan ahli
kebahasaan, dan (4) tampilan bahan ajar. Berikut ini
sastra, ada 3 aspek yang menjadi fokus penilaian,
disajikan data, analisis data, dan revisi bahan ajar
yakni keakuratan materi, kedalaman materi, dan
menulis dongeng. Berdasarkan hasil penilaian dari
kelengkapan materi. Skor memperoleh hasil uji rata-
uji guru, bahan ajar menulis dongeng menggunakan
rata 68,18%, apabila hasil uji produk mencapai
pendekatan kotekstual memperoleh skor 91,17%,
tingkat persentase 55%-74%, produk tergolong cukup
hal ini berarti apabila hasil uji produk mencapai
layak dan revisi. Hal ini berarti produk tergolong
tingkat persentase 85%-100% produk tergolong
cukup layak diimplementasi tetapi harus direvisi.
sangat layak dan dapat diimplementasikan bahan
Berikut diagram batang hasil rata-rata uji ahli
ajar yang dikembangkan telah layak untuk
dan uji lapangan.
diimplementasikan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh
siswa SMP, bahan ajar menulis dongeng
menggunakan pendekatan kontekstual mengandung
kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan skor
penilaian siswa, dari 4 aspek yang dinilai, yakni
aspek isi, kebahasaan sistematika, dan tampilan
bahan ajar, bahan ajar ini memperoleh skor rata-
rata 88,12%. Apabila hasil uji produk mencapai
tingkat persentase 85%-100%, produk tergolong
sangat layak dan dapat diimplementasikan.
Bahan ajar ini telah memenuhi kriteria tujuan
Diagram Batang. Hasil Rata-rata Uji Ahli dan Uji
penelitian yaitu: (1) mengembangkan deskripsi isi
Sekolah
dan bahasan bahan ajar menulis kembali dongeng
Dalam uji bahan ajar yang melibatkan ahli yang dibaca berdasarkan pendekatan kontekstual
pembelajaran, ada 4 aspek yang menjadi fokus untuk siswa SMP kelas VII; (2) mengembangkan
penilaian dalam uji bahan ajar dengan ahli pilihan ragam bahasa bahan ajar menulis kembali
pembelajaran, yakni isi bahan ajar, penggunaan dongeng yang dibaca berdasarkan pendekatan
bahasa, model tampilan, dan sistematika. kontekstual untuk siswa SMP kelas VII; (3)
Berdasarkan skor hasil penilaian dari ahli mengembangkan deskripsi sistematika penulisan
pembelajaran menulis dongeng, produk ini bahan ajar menulis kembali dongeng yang dibaca
memperoleh rata-rata penyekoran 82,35% memenuhi berdasarkan pendekatan kontekstual untuk siswa

1 6 1 Bahan Ajar Menulis Kembali Dongeng untuk Siswa SMP Kelas VII
Encil Puspitoningrum, Pengembangan
162

SMP kelas VII; (4) mengembangkan model tampilan bahan ajar ini telah efektif untuk diterapkan pada
bahan ajar menulis kembali dongeng yang dibaca kegiatan pembelajaran menulis dongeng di kelas.
berdasarkan pendekatan kontekstual untuk siswa
SMP kelas VII. DAFTAR PUSTAKA
Setelah pelaksanaan ujicoba bahan ajar menulis
Depdiknas. 2004. Pengembangan Kemampuan
dongeng menggunakan pendekatan kontekstual
Menulis Sastra. Jakarta: Departemen
secara sampel pada siswa SMP kelas VII, bahan Pendidikan nasional.
ajar ini memenuhi indikator yang ingin dicapai yaitu: Dananjaya, James. 2002. Folklor Indonesia Ilmu,
(1) siswa mampu menuliskan tema, latar, tokoh Gosip, Dongeng, dan lain-ilain. Jakarta:
serta pewatakan, dan urutan peristiwa dalam Grafitipers.
dongeng; (2) siswa mampu menyimpulkan pesan Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
atau amanat yang disampaikan dalam dongeng; Surabaya: Mitra Pelajar.
(3) siswa mampu menuliskan kembali dengan bahasa Pannen, Paulina & Purwanto. 2001. Penulisan
sendiri dongeng yang telah dibaca dengan urutan Bahan Ajar. Jakarta: PAU-PPAI Universitas
yang tepat (sesuai alur); (4) siswa mampu Terbuka.
menemukan karakteristik keunikan dari dongeng Sayuti, Suminto A. 2001. Cara menulis Kreatif.
yang pernah dibaca. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra.
Berdasarkan kriteria ketercapaian tujuan dan
Jakarta: Grasindo.
indikator yang telah dicapai di atas, serta serangkaian
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-dasar dan
ujicoba dari para ahli, guru, dan siswa, serta Petunjuk Penerapannya. Malang: Yayasan
penerapan pada pelaksanaan pembelajaran, maka Asih Asah Asuh.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 152-162

Anda mungkin juga menyukai