Anda di halaman 1dari 1

Mengenal Fatmawati Sang penjahit Bendera Merah Putih

Fatmawati merupakan perempuan yang dilahirkan di Pasar Padang, Bengkulu pada 15 Januari
1923.Fatmawati lahir dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah.Orang tuanya
merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir
Selatan, Sumatra Barat. Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di
Bengkulu.
Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang kelak menjadi presiden
pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur
Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan
Guruh Soekarnoputra.
Setahun setelah pernikahannya itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera
Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu
Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan
56. "Pada waktu itu tidak mudah mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam
artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16
Agustus 2001. Barang-Barang eks impor, semuanya berada di tangan Jepang, dan kalau pun ada di luar,
untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik,"
Berkat bantuan Shimizu, orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam
perundngan Jepang-Indonesia. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu
mengusahakannya lewat seorang pembesar Jepang, yang mengepalai gudang di Pintu Air, di depan eks
Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Ibu Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya cukup
rentan. Pasalnya, Ibu Fatmawati saat itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra
sulungnya, Guntur Soekarnoputra. Tak jarang ia menitikkan air mata kala menjahit bendera itu
"Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri
menjahir bendera Merah Putih, saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan
dengan tangan saja, sebab Dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit
Pada tanggal 14 Mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan
pulang umroh dari Mekkah yang lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai