Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI

Jatuhnya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki dari Sekutu yang kala itu terjadi pada 6 Agustus dan
9 Agustus 1945,hingga membuat Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu di
tanggal 15 Agustus 1945.

Berita yang beredar dengan cepat ini, terdengar oleh golongan muda dari siaran Radio BBC milik Inggris
kemudian segera mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memanfaatkan situasi dengan
menyatakan proklamasi. Namun, pernyataan ini di tolak oleh dwitunggal dengan alasan belum ada
pernyataan resmi dari pihak Jepang.

Golongan tua pun ikut berpendapat, bahwa lebih baik menunggu sampai 24 Agustus, yakni pada tanggal
yang ditetapkan Marsekal Terauchi untuk waktu kemerdekaan Indonesia, saat menerima Soekarno-
Hatta-Radjiman di Dalat.

Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda dibawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh,
Wikana telah bersepakat untuk tetap mengamankan dwitunggal bersama Ibu Fatmawati dan Guntur ke
Rengasdengklok. Harapannya yakni agar mereka menuruti keinginan para pemuda.

Akan tetapi, sepanjang hari di tanggal 16 Agustus 1945 itu, tidak tercapai juga kesepakatan apapun
hingga sorenya, Ahmad Soebardjo datang dan berusaha membujuk para pemuda untuk segera
melepaskan dwitunggal. Akhirnya para pemuda pun bersedia dengan jaminan oleh Soebardjo bahwa
proklamasi Indonesia akan terjadi keesokan harinya.

Tepat di tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta,
beserta Soebardjo di ruang makan Maeda. Naskah sebanyak dua alinea namun penuh dengan pemikiran
tersebut selesai dibuat 2 jam kemudian, lalu diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.

Tanpa menunggu waktu yang lebih lama, Sayuti Melik didampingi BM Diah mengetik naskah proklamasi,
kemudian naskah diserahkan kembali kepada Soekarno untuk segera ditandatangani. Sesuai janji, pada
17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56,
naskah proklamasi dibacakan dalam suasana yang penuh khidmat.***

Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Teks proklamasi adalah buah pikiran tiga tokoh nasional yaitu Soekarno, Mohammad
Hatta, dan Achmad Soebardjo.

Teks proklamasi ditulis tangan oleh Soekarno dan diketik Sayuti Melik. Di mana pembahasan perumusan
teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda pada 17 Agustus 1945 dini hari.

Naskah ditulis dalam selembar kertas blocknote berwarna putih berukuran panjang 25,8 sentimeter dan
lebar 21,3 sentimeter dan tebal 0,5 milimeter.
Berikut lima tokoh perumusan Teks Proklamasi:

Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di
Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta.

Soekarno

Soekarno lahir di pada 6 Juni 1901 di Surabaya dan akrab disapa Bung Karno. Soekarno pernah didesak
oleh golongan muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia saat Hirosima dan
Nagasaki dibom oleh Sekutu.

Para golongan muda kemudian memindahkan sementara Soekarno dan Mohammad Hatta ke
Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.

Walau masih dalam keadaan sajit, Soekarno kemudian membacakan teks proklamasi ada 17 Agustus
1945 pukul 10.00 WIB dengan gagah dan lantang. Hal tersebut kemudian menandakan bahwa Indonesia
telah merdeka.

Wakil Presiden RI Pertama Mohammad Hatta

Mohammad Hatta
Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittingi, Sumatera Barat. Sama seperti Soekarno,
Mohammad Hatta juga diamankan oleh golongan muda ke Rengasdengklok untuk merumuskan
proklamasi.

Tepat sebelum membacakan teks proklamasi, Mohammad Hatta datang menghampiri Soekarno untuk
memberikan dukungan kepadanya agar bersama-sama memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Hatta merupakan sosok yang memberi ide kalimatpad ateks proklamasi, yaitu:

"Hal-hal tentang pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan dengan cara saksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya."

Sukarni Kartodiwirjo, anggota Konstituante RI periode 1956?1959.

Soekarni

Tokoh yang mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta adalah Soekarni.

Sukarni memiliki nama lengkap Soekarni Kartodiwirjo. Lahir pada 14 Juli 1916 di Desa Sumberdiran,
Kabuoaten Blitar, Jawa Timur.

Soekarni termasuk dalam golongan muda yang ikut terlibat dalam upaya penculikan Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta ke Rengasdengklok.

Setelah teks proklamasi jadi, Soekarno yang didukung Hatta justru meminta supaya semua yang hadir
dalam perumusan teks proklamasi menandatanganinya.

Akhirnya, Sukarni mengusulkan bahwa teks proklamasi ditandatangai oleh Soekarno-Hatta atasnama
bangsa Indonesia. Usulan tersebut disepakati oleh seluruh orang yang hadir dalam perumusan teks
tersebut.

Sutan Syahrir atau Soetan Sjahrir


Sutan Sjahriri

Sutan Sjahriri merupakan salah satu golongan muda yang merencanakan pengasingan Soekarno dan
Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat.

Setelah mendengar bahwa Sekutu melakukan pengeboman di Hirosima dan Nagasaki, Sjahrir kemudian
memberitahu Mohammad Hatta. Sayangnya, Hatta kurang mempercayai hal tersebut dan ingin
menunggu kepastian dari Jepang.

Akhirnya Sjahrir mengoordinasikan para pemuda untuk mengamankan Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok.

Achmad Soebardjo

Achmad Soebardjo

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir pada 23 Maret 1896 di Teluk Jambe, Karawang, Jawa
Barat.

Achmad Soebardjo turut menyukseskan terjadinya proklamasi yang diproklamirkan Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta.
Perannya adalah membawa mereka kembali ke Jakarta setelah dibawa dengan paksa oleh para pemuda
ke Rengasdengklok.

Perjalanan menuju Rengasdengklok tidaklah mudah, namun tidak juga menyurutkan nyali Soebardjo
untuk menyelematkan Soekarno-Hatta.

Sesampainya di Rengasdengklok, beliau berhasil membujuk golongan muda untuk membiarkan


Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Beliau juga meyakinkan mereka agar Soekarno-Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Kata-kata yang diucapkan Achamd Soebardjo di depan para golongan muda adalah:

"Saya menjamin bahwa tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Kalau saudara-saudara ragu, nyawa sayalah yang menjadi taruhannya."

Akhirnya golongan muda kemudian membiarkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta dan benar adanya,
17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang.

Anda mungkin juga menyukai