Bahasa Indonesia Airul
Bahasa Indonesia Airul
Sejak dulu, Fatmawati aktif berorganisasi dan menjadi pengurus Nasyiatul Aisyiah. Ia bertemu
dengan Soekarno pada tahun 1938. Kala itu Soekarno merupakan guru di Muhammadiyah.
Fatmawati menikah dengan Soekarno pada tahun 1943 dan memutuskan tinggal di Jakarta.
Gagasan Fatmawati untuk menjahit bendera ini mendahului ide Soekarno dan tokoh
kemerdekaan lainnya. Kala itu, Fatmawati tidak sengaja mendengar teriakan bahwa bendera
Indonesia belum ada saat Soekarno bersama tokoh lainnya sedang berkumpul menyiapkan
peralatan untuk pembacaan naskah teks proklamasi.
Untuk mendapatkan bahan bendera tidak lah mudah pada masa itu. bendera yang dijahit
Fatmawati berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah
kain wool dari London) yang diperoleh dari seorang Jepang yang pro dengan kemerdekaan
Indonesia. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera
negara di dunia (karena terkenal dengan keawetannya) yang berukuran 274 x 196 cm.
Bendera merah putih pertama kali dibuat oleh Fatmawati pada tahun 1944. Sebagai sosok
yang tangguh, Fatmawati menjahit bendera Merah Putih dengan mesin jahit Singer yang
dijalankan dengan tangannya. Saat itu, ia tengah hamil tua dan dokter melarangnya untuk
mengoperasikan mesin jahit dengan menggunakan kaki. karena kondisi fisik Fatmawati yang
tengah hamil tua dan ukuran bendera yang besar, pekerjaan menjahit bendera itu baru selesai
dalam waktu dua hari.
Pada salah satu buku karya Bondan Winarno dengan judul Berkibarlah Benderaku terdapat
sejumlah kutipan dari penjahit bendera Pusaka itu. Seperti momen haru ketika Fatmawati
meneteskan air mata dan sekelumit cerita tentang dirinya yang sedang dalam kondisi hamil tua
saat menjahit.
"Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu,"
"Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan
diri menjahit bendera Merah Putih,"
Bendera Merah Putih dikibarkan pertama kali pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (kini Jalan Proklamasi),
Jakarta oleh Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan SK Trimurti. Pada tahun 1946-
1968, bendera tersebut dikibarkan hanya pada saat 17 Agustus saja. Sejak tahun 1969, bendera
Pusaka tersebut tidak berkibar lagi karena sobek, namun tetap disimpan di Istana Merdeka.