17 Tokoh Kemerdekaan Indonesia
17 Tokoh Kemerdekaan Indonesia
1. Ir. Soekarno
Bung Karno lahir di Surabaya, tanggal 6 Juni 1901. Ia merupakan tokoh pencetus ideologi
Pancasila sebagai dasar negara. Saat akan terjadinya peristiwa proklamasi, ia bersama Bung
Hatta diculik oleh golongan muda ke Rengasdengklok. Mereka didesak agar segera
memproklamasikan Kemerdekaan RI. Akhirnya, ia bersama Moh. Hatta dan Ahmad
Soebardjo merumuskan teks proklamasi yang bertempatkan di rumah Laksamana Maeda.
Lalu, di tanggal 17 Agustus 1945, ia mengumandangkan teks proklamasi di halaman
rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur No. 56.
Bung Karno merupakan tokoh pertama dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pria yang lahir dan dimakamkan di kota Blitar ini memiliki nama lengkap
Koesno Sosrodihardjo. Bung Karno merupakan putra dari Raden Soekami dan Ida
Ayu Nyoman Rai, yang merupakan seorang bangsawan asal Bali. Di masa mudanya,
Bung Karno pernah menempuh pendidikan tinggi di Technische Hoogeschool te
Bandoeng (saat ini Institut Teknologi Bandung) dan berhasil meraih gelar insinyur
teknik sipil pada 25 Mei 1926.
Setelah menamatkan kuliah, Bung Karno sering menuangkan ide salah satunya
tentang ‘Nasionalisme, Islam, dan Marxisme’ yang berisi pentingnya persatuan. Ide
tersebut menjadi awal mula perkembangan pemikiran politiknya. Sesaat setelah
Jepang kalah dari Sekutu, Bung Karno diculik ke Rengasdengklok dan didesak oleh
para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia kedua adalah Moh. Hatta (Bung Hatta).
Bung Hatta pernah menuntut ilmu di Sekolah Melayu Fort de Kock, Padang. Ia
berperan dalam perumusan dan penandatanganan teks proklamasi. Hatta yang
sering dijuluki sebagai Bapak Koperasi Indonesia ini turut menyumbangkan ide
perumusan naskah proklamasi. Salah satu ide dalam bentuk kalimat yang dituangkan
pada naskah proklamasi adalah, “hal-hal tentang pemindahan kekuasaan dan lain-
lain dilaksanakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”.
4. Fatmawati
Ibu Fatmawati lahir pada tanggal 5 Februari 1923 yang merupakan istri dari Bapak
Proklamator kita, Soekarno.
Tokoh lainnya adalah Fatmawati. Fatmawati merupakan sosok yang berjasa
membuat bendera merah putih saat peristiwa proklamasi kemerdekaan. Bendera
tersebut ia jahit sendiri menggunakan mesin jahit tangan bermerek Singer. Walaupun
sedang dalam kondisi hamil, tak menyurutkan Fatmawati untuk mempersembahkan
bendera pusaka Indonesia.
5. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir adalah salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia. Ia dianggap sebagai
seseorang berintelektual tinggi dan revolusioner. Ia juga yang menggagas
pembentukan Jong Indonesie, sebuah himpunan pemuda nasionalis pada 20
Februari 1927. Sutan Sjahrir sempat menempuh pendidikan di Universitas
Amsterdam hingga akhirnya memutuskan kembali ke tanah air pada tahun 1931.
6. Johannes Latuharhary
Tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia selanjutnya adalah Johannes Latuharhary.
Pria kelahiran Maluku Tengah ini menjadi pejuang yang mendorong Maluku masuk
ke NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Saat pengumuman kemerdekaan
Indonesia di Jakarta, Latuharhary merupakan orang yang membawa kabar berita
tersebut kepada rakyat Maluku. Berkat peran besarnya, ia diangkat menjadi
gubernur pertama di Maluku sampai tahun 1954.
7. Soekarni
Soekarni merupakan salah satu orang yang menginisiasi upaya penculikan Bung
Karno dan Bung Hatta. Soekarni memiliki nama lengkap yakni Soekarni Kartodiwirjo.
Ia lahir pada 14 Juli 1916. Soekarni sempat menamatkan pendidikan di Sekolah
Mardisiswo, Blitar. Berkat pendidikannya tersebut, ia mengenal istilah nasionalisme
dari Moh. Anwar. Pada 1967, Soekarni ditunjuk sebagai angggota DPA (Dewan
Pertimbangan Agung).
Soekarni lahir di Blitar, tepatnya pada tanggal 14 Juli 1916. Ia merupakan salah satu dari
golongan muda yang gigih dalam berjuang merebut dan mengusir penjajah kala itu. Ia
merupakan sosok yang penting saat terjadinya proklamasi. Beliau juga dinobatkan sebagai
Pahlawan Nasional di tahun 2014 oleh Presiden Joko Widodo.
Soekarni merupakan salah satu sosok yang turut serta dalam peristiwa Rengasdengklok.
Beliau juga yang mengusulkan agar Soekarno – Hatta yang menandatangani naskah
proklamasi atas nama Bangsa Indonesia.
Tokoh yang lahir di Padang Panjang pada tanggal 5 Maret 1909, merupakan seorang penulis
yang intelektual. Ia juga memiliki hobi membaca buku yang terbit dari benua Eropa.
Ia bersama Bung Hatta pernah memimpin PNI Baru (Partai Nasional Indonesia) di tahun
1932. Namun siapa sangka, Sutan Syahrir lah yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk
segera memproklamasikan Kemerdekaan RI. Peristiwa desakan itupun terjadi pada tanggal
15 Agustus 1945 dengan dukungan dari golongan muda.
8. Chaerul Saleh
Bersama Soekarni, Wikana, dan pemuda Menteng 31 lainnya, Chaerul
Saleh menuntut Bung Karno dan Bung Hatta agar segera membacakan proklamasi
kemerdekaan. Chaerul Saleh lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 13 September
1916. Dalam catatan sejarah, ia pernah dipercaya menduduki jabatan penting seperti
Menteri, Wakil Perdana Menteri, dan juga Ketua MPRS (Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara).
9. Ahmad Subardjo
Mr. Raden Achmad Soebardjo, lahir di Kabupaten Karawang. Tepatnya pada tanggal 23
Maret 1896. Beliau merupakan salah satu anggota dari organisasi Panitia Sembilan yang
diketuai oleh Soekarno. Selain itu, ia merupakan anggota dari BPUPKI yang kemudian ia
tergabung dalam PPKI.
Ia menjadi perantara yang meyakinkan pemuda untuk membawa Bung Karno dan
Bung Hatta kembali ke Jakarta saat peristiwa Rengasdengklok. Raden Achmad
Soebardjo Djojoadisoerjo merupakan anak bungsu dari dari Teuku Muhammad Yusuf
dan priayi Aceh.
24. Wikana
Wikana lahir di Kota Sumedang pada tanggal 18 Oktober tahun 1914 dari golongan yang
memiliki hak istimewa pada saat itu. Ia juga memiliki kelebihan yang mana mampu
mempelajari beberapa bahasa asing secara lancar.
Di awal perjuangan, ia turut bergabung dengan organisasi bernama Menteng 31. Ia bersama
Chaerul Saleh dan Sukarni mendatangi Soekarno – Hatta untuk membawanya ke
Rengasdengklok. Ia juga berperan aktif dalam mempersiapkan kegiatan proklamasi yang
diadakan di kediaman Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945.