Anda di halaman 1dari 3

Teks Biografi

Nama: Aliya Rahma


No.absen: 04
Kelas: X AKL 3

Pembukaan:

Assalamu’alaikum wr.wb.

Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya, Aliya Rahma, nomor absen 4, dari
kelas X AKL 3. Disini Saya akan menceritakan biografi Putra Sang Fajar yang merupakan Bapak
Revolusi, Bapak Proklamator, dan juga Presiden pertama Indonesia, Bung Karno.

Bung Karno
Juni 1901, Soekarno dilahirkan di Surabaya, dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben dan
Raden Soekemi Sosrodihardjo. Pada 1915, Setelah lulus dari Europeesche Lagere School (ELS)
Soekarno melanjutkan sekolah di Hoogere Burger School (HBS), sekolah menengah Belanda, dan ikut
di rumah Tjokroaminoto, Ketua Sarekat Islam. 21 Januari 1921, Soekarno mengawini Oetari
Tjokroaminoto, perkawinan pertama Soekarno meski itu merupakan kawin gantung.

Pertengahan 1921, diterima sebagai mahasiswa di sekolah tinggi teknik, ITB di jurusan teknik
sipil. 1923, menikahi Inggit Garnasih, janda berusia 12 tahun lebih tua dan induk semangnya selama
Ia kuliah di Bandung. 25 Mei 1926, mendapatkan gelar insinyur dari ITB. Meskipun Ia insinyur sipil,
minatnya justru pada arsitektur. Hotel Priangan adalah salah satu karyanya.

Pertengahan 1926, Terbit artikelnya yang terkenal: “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.”
Soekarno menyerukan agar “Semua golongan yang ada di Indonesia harus bersatu menghancurkan
kolonialisme dan imperealisme untuk menuju Indonesia merdeka."

4 Juli 1927, mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) di Bandung, yang merupakan
gabungan berbagai gerakan kemerdekaan. Programnya: “Merdeka Sekarang Juga”. Pada kongres
1928, gerakan itu memproklamasikan sebagai partai, dengan nama baru: Partai Nasional Indonesia.
28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda. Berbagai kelompok pemuda menyatakan “Memiliki bangsa,
bahasa, dan tanah air yang sama: Indonesia”. Lagu kebangsaan Indonesia Raya pertama kali
diperdengarkan.

29 Desember 1929, Soekarno ditangkap bersama tokoh PNI lain dan dijebloskan ke tahanan
Penjara Banceuy dengan tuduhan merencanakan pemberontakan kepada Belanda. Agustus 1930,
Pengadilan Soekarno. Dalam pembelaannya yang amat terkenal, “Indonesia Menggugat”, Ia
membantah asumsi hakim yang menyatakan bahwa hanya kekerasan bersenjata alat untuk merebut
kemerdekaan. Bung Karno berkata “Tiada lagi senjata yang lebih baik dari jiwa, dan apabila sadar
dan bangkit membakar hati rakyat, lebih kuat dari seribu bedil, seribu meriam, seribu serdadu dan
senjata lengkap.” Kemudian divonis 4 tahun dan dijebloskan ke penjara Suka Miskin. 31 Desember
1931, Soekarno dibebaskan dari penjara dengan syarat tidak boleh melakukan kegiatan politik lagi,
namun Soekarno tetap melanjutkan kegiatan politiknya untuk memperjuangkan Indonesia. Tahun
1932, Soekarno bergabung dengan partai politik partindo, untuk melanjutkan perjuangan politiknya.

1 Agustus 1933, Soekarno ditangkap untuk kedua kalinya. Soekarno kembali dituduh melakukan
kegiatan menyebarkan pikirannya yang revolusioner dan menantang Belanda. Tahun ini Soekarno
juga menyusun sebuah risalah "Mencapai Indonesia Merdeka" (MIM) yang merupakan strategi
untuk mencapai Indonesia merdeka. 14 Januari 1934, Soekarno dibuang ke Ende, Flores. Februari
1938, Pengasingan Soekarno dipindahkan ke Bengkulu, tempat dia menjadi guru sekolah
Muhammadiyah dan terpikat oleh putri pemimpin Muhammadiyah setempat, Fatmawati, yang
kemudian dikawininya pada 1943.

Tahun 1942, Soekarno kembali ke Pulau Jawa setelah Kolonial Belanda menyerah kepada
Jepang di Kali Jati Subang. 16 April 1943, Bersama Jepang, Soekarno membentuk Pusat Tenaga
Rakyat (PUTERA), yang ternyata dipakai Jepang sebagai kerja paksa (romusha). Ia juga menjadi
propagandis Jepang melawan Sekutu: “Amerika kita setrika, Inggris kita linggis.” Gatot
Mangkupradja, teman yang bersamanya di penjara pada 1930, diijinkan membentuk Pembela Tanah
Air (PETA), cikal-bakal tentara Indonesia.

1 Juni 1945, Dalam rapat BPUPKI perumusan dasar negara, Soekarno melahirkan istilah
Pancasila, yang akhirnya menjadi dasar negara Indonesia.

16 Agustus 1945, Soekarno menolak tuntutan pemuda untuk memproklamasikan Indonesia


dengan alasan belum mendapat kepastian menyerahnya Jepang dalam perang. Beberapa golongan
muda menculik Soekarno dan Hatta lalu membawanya ke Rengasdengklok.

17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia, memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia, pada hari Jumat legi pukul 10.00, di halaman rumah Soekarno, jalan
Kebangsaan Timur 56, Jakarta. Bendera merah putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati berkibar di
angkasa dilanjut dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. 18 Agustus 1945, PPKI
bersidang dan menetapkan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. Kelak mereka
dikenal dengan Dwitunggal.

Pada tahun 1946, Soekarno memindahkan pemerintahan dari Jakarta ke Jogjakarta, karena
kondisi Jakarta tidak aman akibat agresi militer Belanda. Selanjutnya 1948, Agresi militer kedua.
Jogjakarta diduduki tentara Kolonial Belanda Presiden Soekarno dan para pemimpin lainnya
diasingkan ke Berastagi kemudian Parapat lalu Bangka. 18 September 1948, meletus pemberontakan
PKI Madiun yang dipimpin Musso. Lewat radio, Soekarno menyerukan, “Hidup bersama Bung Karno
atau mati bersama Musso”. 1949, Presiden Soekarno dan para Pemimpin Bangsa dikembalikan ke
Jogjakarta dari pengasingan setelah perjanjian Roem-Royen.

23 Agustus - 2 November 1949, Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dengan
Belanda yang menghasilkan pengakuan secara dejure. 21 Desember 1949, Indonesia menjadi negara
serikat dan Soekarno sebagai Presiden di bawah kerja sama Uni Indonesia-Belanda yang dipimpin
oleh Ratu Belanda. 1950, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta. Negara RIS dibubarkan dan kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

18 April 1955, berlangsung Konferensi Asia-Afrika atas prakasa Bung Karno. Inilah salah satu
prestasi besarnya, Konferensi tingkat dunia yang menyatukan aneka ras, warna kulit, dan
kepentingan di luar perang dingin blok Komunis dan Barat. Konferensi ini mengakibatkan
merdekanya negara-negara di Asia dan Afrika.

5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden, yang berisi:

1) Pembubaran konstituante.
2) Berlakunya kembali UUD'45, dan tidak berlaku lagi UUD 1950.
3) Membentuk MPRS yang terdiri dari anggota-anggota DPRS, utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, serta pembentukan DPAS.
30 September 1960, di depan Majelis Umum PBB, Soekarno menguraikan Pancasila dan
perjuangan membebaskan Irian Barat dalam pidato berjudul To Build the Word a New: Membangun
dunia baru.

1961, Presiden Soekarno mengomandokan komando pembebasan Irian Barat, yang dikenal
dengan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) pada 19 Desember, yaitu:

1) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Kolonial Belanda.


2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air
dan bangsa.

Tahun 1962, dalam buku Warisi Api Sumpah Pemuda, Presiden Soekarno pernah berkata
“Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Tetapi apabila aku diberi 10
pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Tahun 1963, Soekarno menggelar pertandingan olahraga internasional Ganefo (Games of New
Emerging Forces), di Senayan, Jakarta, pada tanggal 10-22 November 1963 yang diikuti 48 negara.

3 Mei 1964, Presiden Soekarno mengumumkan Dwi Komando Rakyat (DWIKORA) yang isinya:

1) Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia.


2) Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk
membubarkan negara-negara boneka Malaysia.

11 Maret 1966, Presiden Soekarno menandatangani SUPERSEMAR yang ditujukan kepada


Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban, Jenderal Soeharto, yang berisi:

1) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan
ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan kewibawaan pimpinan Presiden
demi keutuhan bangsa dan negara Indonesia dengan masih menjaga seluruh ajaran
pemimpin besar revolusi.
2) Mengadakan koordinasi pemerintah dengan panglima angkatan lain dengan sebaik-baiknya.

22 Februari 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatan presiden dan digantikan Jenderal
Soeharto. Pada 21 Juni 1970, Soekarno wafat di rumah sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto,
Jakarta. Jenazah dimakamkan di Blitar pada tanggal 22 Juni 1970.

Dari kisah hidup Bung Karno, kita dapat memahami bahwa giat mencari ilmu dan beroganisasi
(positif) akan membentuk watak seseorang menjadi lebih baik, gigih membela yang benar adalah
sikap seorang pejuang sejati, membela kebenaran tak gentar meski nyawa terancam.

Penutup:

Demikian biografi Bung Karno,

Jayalah Bangsaku, Jayalah Negeriku, MERDEKA, MERDEKA, MERDEKAAA!!.

Sekian dari saya, apabila terdapat salah kata, saya mohon maaf sedalam-dalamnya.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai