Lap Bab 1 & 2 Yulia Wirandani
Lap Bab 1 & 2 Yulia Wirandani
PROPOSAL
OLEH :
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................
1.3.1. Tujuan umum.......................................................................................
1.3.2. Tujuan khusus......................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................
1.4.1. Manfaat teoritis....................................................................................
1.4.2. Manfaat praktis....................................................................................
BAB 2........................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1. Diare............................................................................................................
2.1.1 Definisi.................................................................................................
2.1.2 Etiologi.................................................................................................
2.1.3 Penyebab..............................................................................................
2.1.4 Gejala...................................................................................................
2.1.5 Klasifikasi Diare..................................................................................
2.1.6 Diagnosa...............................................................................................
2.1.7 Epidiomologi........................................................................................
2.1.8 Pencegahan...........................................................................................
2.1.9 Pengobatan...........................................................................................
2.2. Baktei Escherica Choli................................................................................
2.2.1 Definisi.................................................................................................
2.2.2 Tahapan................................................................................................
2.2.3 Pertumbuhan dan perkembangan anak................................................
2.3. Kunyit..........................................................................................................
2.3.1 Kandungan kunyit................................................................................
2.3.2 Ekstrak kunyit......................................................................................
2.3.3 Pengolahan...........................................................................................
2.4 Pengaruh......................................................................................................
2.4.1. Definisi.................................................................................................
2.4.2 Pengolahan...........................................................................................
2.5 Kerangka penelitian.....................................................................................
2.6 Hipotesis......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Eschericbia coli (E.coli) pemicu ke dua paling banyak diare sesudah rotavirus.
Diare disertai dengan kehilangan cairan tubuh yang berhubungan dengan morbilitas
serta mortalitas anak (Halim et al., 2017)
Penyakit Diare Menjadi Pembunuh Kedua pada anak balita di dunia dengan angka
760.000 kematian pertahun disetiap kelompok usia.kejadian diare ini memang lebih
banyak terjadi di Negara-negara berkembang seperti Afghanistan, India, Nigeria,
Ethiopia dan juga indonesia (dalam jurnal, Syahdan, 2019).
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita
yaitu kesadaran dan pengetahuan ibu, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan
jamban keluarga, factor hygine, lingkungan, kesadaran orangtua balita untuk
berperilaku hidup besrish dan sehat serta pemberian ASI menjadi factor penting dalam
menurunkan angka kesakitan diare pada balita.
Ada beberapa cara dalam mengatasi diare pada anak Antara lain jika anak masih
menyusu berikan air susu ibu (ASI) sesering mungkin, segerakan berikan cairan oralit
sebanyak 10 ml/Kg BB setiap anak buang air besar , berikan Zinc setiap hari selama 10
hari berturut-turut, dan pemberian obat antibiotic.(Kompas , 2021)
Terkait KLB (kejadian luar biasa) mengenai kasus gagal ginjal akut misterius
dalam waktu singkat pada anak balita pada tahun 2022 bulan oktober di indonesia
yang menyebabkan 143 anak meninggal diduga akibat Zat kimia berbahaya dari
pelarut obat syrup yakni ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG) danethylene
glycol butyl ethet (EGBE) menjadi perhatian khusus bagi orangtua untuk selalu
waspada dalam pemberian obat di apotik apabila tidak diresepkan oleh dokter,
kemenkes RI juga melarang untuk mengonsumsi semua jenis obat syrup untuk segala
kalangan karena akan dilakukan riset dan penelitian laboratorium.(Kemenkes, 2022).
Penggunaan obat herbal juga memiliki banyak manfaat kesehatan yang sudah
dipercaya oleh masyarakat dan tenaga kesehatan baik secara nasiaonal maupun
internasional selain itu obat herbal dianggap minim efek samping bebas dari zat kimia
dan pengawet serta harga relative terjangkau sehingga pengguna merasa lebih aman
dan nyaman.
Kunyit atau Curcuma Domestica Val dikenal sebagai bumbu dapur, jamu, obat
menurunkan kadar lemak darah dan kolestrol, serta sebagai pembersih darah (Salim
pada ekstrak air C. longa memiliki kemampuan menghambat dan membunuh bakteri,
concentration) atau disingkat MIC pada konsentrasi 4-16 g/L dan konsentrasi minimun
Sedangkan pada ekstrak heksana, etanol kunyit, serta kurkuminoid terhadap 24 tenis
patogen bakteri yang diisolasi menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol mempunyai
terhadap 8 bakteri, yaitu Str. agalactiae, Staph. intermedius, Staph. epidermidis, Staph.
kurkumin yang merupakan salah satu senyawa dalam kunyit memiliki manfaat
sebagai antibakteri terbukti mampu melawan bakteri penyebab diare baik sebagai agen
inhibitor maupun agen baktericidal bergantung dosis yang digunakan, makin besar
konsentrasi ekstrak kunyit yang digunakan maka makin baik juga efek nya dalam
Berdasarkan Hasil review penelitian Suarni (2017) pada pasien diare bayi usia 1
bulan sampai dengan anak usia 12 tahun di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
domestica Val) terhadap bakteri genus Escherichia coli, Salmonella sp dan Shigella sp
menunjukkan aktivitas antibakteri dengan adanya zona hambat. Ada korelasi positif
semakin besar konsentrasi, maka zona hambat makin besar pada semua aktivitas
antibakteri ekstrak kunyit. Hasil uji aktivitas ekstrak etanol rimpang kunyit mampu
kunyit maka kandungan antibakteri pada ekstrak kunyit semakin tinggi (Rahmawati et
al, 2013).
Disamping itu meski sangat bagus untuk tubuh, kunyit tidak boleh diminum secara
berlebihan dari yang sehaarusnya, dosis yang sesuai ialah 500 mg/hari, jika melebihi
500 mg/hari akan mengakibatkan efek samping bagi tubuh seperti gangguan saluran
terkait penanggulangan prioritas masalah kesehatan yakni Diare pada Anak usia
Prasekolah di Kabupaten Deli Serdang yaitu melakukan analisa dan pengkajian pada
Uraian dalam latar belakang diatas merupakan dasar bagi peneliti untuk merumuskan
Apakah ada pengaruh Minum Rimpang Kunyit pada anak usia Prasekolah di
kunyit ?
Mengetahui Penyebab Kasus Diare Pada Anak Usia Prasekolah di Jl. Garu
Escherichia Coli.
2.1. Diare
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada
balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
(Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi
yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare
pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus
diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare
perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena
diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia.
Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare
dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih
merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju
(WHO, 2015).
Dari semua kasus kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di
wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1.000 penduduk.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus8.133
orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan
kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (KEMENKES RI, 2011).
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita. dan
nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare pada balita
di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan, Palembang merupakan
kota dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623 kasus. Diare selalu menjadi
10 besar penyakit yang selalu ada setiap tahun dan terdapat peningkatan jumlah kasus
diare pada balita di Palembang tahun 2012- 2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita
(Destri et al, 2010).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada
tahun 2000 adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode
setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare
golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-
laki hampir sama dengan anak perempuan.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare
merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori
yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003)
2.1.3 Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare.
Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus
(Permatasari, 2012).
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Penyebab
diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit, disamping sebab lain seperti racun,
alergi dan dispepsi (Djamhuri, 1994).
Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41),
Smallbowel structure virus, Cytomegalovirus.
Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
Parasit
Heliminths
Non Infeksi
Malabsorbsi, obat Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi.
disertai dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering kali
dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare
melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi,
diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare berkelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronis biasanya ditandai dengan
penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel, 2011).
Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
a. Berdasarkan lama diare
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
1) Diare sekresi
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elekrtolit dari
usus,
menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.
2) Diare osmotik
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai
lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan
tinja makin lama makin asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare yang disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Beart badab menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi
dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus tidak bekerja secara optimal
sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama
konsistensi buang air besar dam nuntah, intake cairan dan urin output, riwayat
diare.
penyakit dan derajar dehidrasi yang terjadi. Evaluasi lanjutan berupa tes laboratorium
tergantung lama dan beratnya diare, gejala sistemik dan adanya darah di dalam feses.
Pemeriksaan eses rutin untuk menemukan leukosit pada feses yang berguna untuk
mendukung diare, jika hasil tes negatif, kultur feses tidak diperlukan.
2.1.7 Pencegahan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu
penting:
1. Sebelum makan.
Klasifikasi Tindakan/Pengobatan
Diare Dehidrasi 1. Jika tidak ada klasifikai berat lain :
Berat Beri cairan untuk dehidrasi berat dan
tablet Zinc sesuai rencana terapi C
2. Jika anak juga mempunyai klasifikasi
berat lain :
a. RUJUK SEGERA
b. Jika masih bisa minum, berikan
ASI dan larutan oralit selama
perjalanan
3. .Jika anak >2 Tahun dan ada kolera di
daerah tersebut, beri antibiotik untuk
kolera.
Diare Dehidrasi 1. Beri cairan, tablet Zinc dan makanan
Ringan/ Sedang sesuai Rencana Terapi B
2. Jika terdapat klasifikasi berat lain:
a. RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit
b. Jika masih bisa minum,
berikan ASI dan larutan oralit
selama perjalanan.
3. Nasihati kapan kembali segera.
4. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada
perbaikan.
Diare Tanpa 1. Beri cairan, tablet Zinc dan makanan
Dehidrasi sesuai Rencana Terapi A
2. Nasihati kapan kembali segera.
3. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada
perbaikan.
Diare Persisten 1. Atasi dehidrasi sebelum dirujuk,
Berat kecuali ada klasifikasi berat lain.
2. RUJUK
Diare Persisten 1. Nasihati pemberian makan untuk
Diare Persisten.
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
berturut-turut
3. Kunjungan ulang 3 hari.
Disentri 1. Beri antibiotik yang sesuai. Beri tablet
zinc selama 10 hari berturut-turut
2. Nasihati kapan kembali segera.
Kunjungan ulang 3 hari.
Rencana Terapi A : 1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Penanganan Diare jelaskan pada ibu
di Rumah a. Jelaskan pada ibu untuk memberi ASI
lebih sering serta oralit sebagai tambahan
dan jika tidak ASI ekslusif beri oralit atau
cairan makanan
b. Ajari ibu cara mencampur dan
memberikan oralit beri ibu 6 bungkus
oralit untuk diberikan di rumah
c. Tunjukan kepada ibu berapa banyak harus
memberikan oralit/cairan lain yang harus
diberikan setiap kali anak buang air besar
1) Sampai umur 1 tahun : 50 - 100 ml
setiap kali buang air besar
2) 1 sampai 5 tahun : 100 - 200 ml setiap
kali buang air besar
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan, kapan kembali
Renaca Terapi B : 1. Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama.
Penanganan Jumlah oralit yang diperlukan berat badan
Dehidrasi (dalam kg) x 75 ml, tablet zinc selama 10 hari
Ringan/Sedang 2. Setelah 3 jam, ulangi penilaian dan
dengan Oralit klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
untuk memiilih rencana terapi kemudian
mulailah memberi makan anak
Rencana Terapi C : 1. Beri cairan intravena 100 ml/kg Ringer
Penanganan Laktat secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
Dehidrasi Berat oralit melalui mulut sementara infus
dengan Cepat dipersiapkan
2. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika
nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat. Ÿ
3. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera
setelah anak mau minum. Biasanya sesudah
3-4 jam (pada bayi) atau sesudah 1-2 jam
(pada anak) dan beri juga tablet Zinc. Ÿ
4. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak
sesudah 3 jam. Klasifikasikan Dehidrasi dan
pilih Rencana Terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan
5. Namun jika tidak dapat memberi cairan
intravena, RUJUK SEGERA untuk
pengobatan intravena, selama perjalanan
berikan minum dan oralit
18
2.2. Kunyit
19
kurkumin yang merupakan salah satu senyawa dalam kunyit memiliki
baik sebagai agen inhibitor maupun agen baktericidal bergantung dosis yang
Berdasarkan Hasil review penelitian Suarni (2017) pada pasien diare bayi
antibakteri dengan adanya zona hambat. Ada korelasi positif semakin besar
konsentrasi, maka zona hambat makin besar pada semua aktivitas antibakteri
ekstrak kunyit. Hasil uji aktivitas ekstrak etanol rimpang kunyit mampu
ekstrak kunyit adalah salah satu bahan baku jamu tradisional dan modern
polyphenol. Konsentrat bubuk ini dapat larut dalam minyak, tidak berasa,
dengan minyak. Selama ini, ekstrak kunyit telah dimanfaatkan dalam ilmu
pengobatan herbal yang berguna sebagai sumber antioksidan dan anti radang.
digiling hingga menjadi bubuk. Bubuk kunyit ini kemudian diekstraksi untuk
kandungan bahan aktif curcuminoid pada ekstrak kunyit menjadi 18 kali lebih
banyak daripada pada kunyit segar atau kunyit kering biasa. Biasanya,
Ekstrak kunyit telah diteliti oleh banyak ilmuwan yang ingin mengetahui
kanker payudara), infeksi , dan juga diabetes. Dalam istilah ilmiah, ekstrak
disebut juga Haldi (bahasa Hindi, India Utara), Manjal (bahasa Tamil, India
Selatan), Al-kurkum (bahasa Arab), Jiang Huang (bahasa Cina), dan Curcuma
yang kita ketahui bersama, ekstrak kunyit juga memiliki ekonomi yang tinggi.
21
Hal ini mendukung salah satu program pemerintah terkait dengan
1. Produk ini berbahan dasar lokal yang bisa dibeli dengan harga yang
relatif murah.
nya.
2.3.3 Pengolahan
Pembuatan minuman ramuan ekstrak rimpang kunyit sebagai
produk olahan kunyit diolah guna pengobatan tradisional Home Made bagi
putih, air dan tanpa bahan pengawet. Minuman ini berasa manis dan
minyak dan lemak. Ada pun cara dalam membuat minuman ekstrak
22
1. Satu kg kunyit segar dicuci dengan air bersih sampai tanah dan kotoran
lainnya yang menempel tidak ada lagi (bila perlu dikupas agar lebih
bersih).
blender.
4. Lalu tambahkan 4 liter air bersih, gula merah ½ kg dan gula putih ½ kg
dan rebus dengan api sedang sampai mendidih, dan biarkan sampai
dengan api kecil sampai kira kira tersisa lebih kurang 1,5 liter.
caramel secukupnya.
23
2.4 Pengaruh
2.4.1. Definisi
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada
2.4.2 Pengolahan
Berat Badan Untuk Mencegah Stunting Pada Anak Usia Prasekolah Kec.
24
2.6 Hipotesis
Berdasarkn hasil kajian teori dan kerangka berfikir, maka diajukan hipotesis
25
1. Klasifikasi penelitian berdasrkan PENDEKATAN YANG DIPAKAI
hasil peneltian akan dipaparkan dengan angka dan dianalisis dengan teknik
statistik
tujuan membuktikan kebenaran anatar teori pada waktu dan tempat tertentu.
VARIABEL NYA
26
DAFTAR PUSTAKA
Ambo Lau, S. H. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Rimpang
Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus Resisten Antibiotik. Skripsi. Jurusan Farmasi
Unhas (Dipublikasikan), (Http://www.repository.unhas.ac.id Diakses pada
1 Juni 2020).
Cobra, L.S., Amini, H.W., dan Putri. 2008. Skrining Fitokimia Ekstrak
sokhletisasi Rimpang Kunyit (Curcuma longa) dengan pelarut
etanol 96%. Jurnal ilmiah ningkesehatan KPB. 1(1): 12-17.
Dicky, M.S., dan April. 2016. Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-
Sifat dan Penggunaannya. Pusat Studi Obat Tradisional. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
27
Hartati, S.Y. dan Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional
dan Manfaat Lainnya. Warta yasnPenelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19: 5- 9.
28