Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIFITAS RIMPANG KUNYIT (CURCUMA LONGA) SEBAGAI

FARMAKOLOGI TRADISIONAL HOME MADE PADA


PENANGANAN ANTIDIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI
JL.GARU KEC.MEDAN AMPLAS
TAHUN 2022

PROPOSAL

OLEH :

YULIA WIRANDANI 1915302020

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................
1.3.1. Tujuan umum.......................................................................................
1.3.2. Tujuan khusus......................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................
1.4.1. Manfaat teoritis....................................................................................
1.4.2. Manfaat praktis....................................................................................
BAB 2........................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1. Diare............................................................................................................
2.1.1 Definisi.................................................................................................
2.1.2 Etiologi.................................................................................................
2.1.3 Penyebab..............................................................................................
2.1.4 Gejala...................................................................................................
2.1.5 Klasifikasi Diare..................................................................................
2.1.6 Diagnosa...............................................................................................
2.1.7 Epidiomologi........................................................................................
2.1.8 Pencegahan...........................................................................................
2.1.9 Pengobatan...........................................................................................
2.2. Baktei Escherica Choli................................................................................
2.2.1 Definisi.................................................................................................
2.2.2 Tahapan................................................................................................
2.2.3 Pertumbuhan dan perkembangan anak................................................
2.3. Kunyit..........................................................................................................
2.3.1 Kandungan kunyit................................................................................
2.3.2 Ekstrak kunyit......................................................................................
2.3.3 Pengolahan...........................................................................................
2.4 Pengaruh......................................................................................................
2.4.1. Definisi.................................................................................................
2.4.2 Pengolahan...........................................................................................
2.5 Kerangka penelitian.....................................................................................
2.6 Hipotesis......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Menurut Word Health Organization (WHO) penyakit diare didefenisikan sebagai


suatu penyakit yang ditandaadi dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari
biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari (Saputri, N. et. Al. 2019).

Eschericbia coli (E.coli) pemicu ke dua paling banyak diare sesudah rotavirus.
Diare disertai dengan kehilangan cairan tubuh yang berhubungan dengan morbilitas
serta mortalitas anak (Halim et al., 2017)

Penyakit Diare Menjadi Pembunuh Kedua pada anak balita di dunia dengan angka
760.000 kematian pertahun disetiap kelompok usia.kejadian diare ini memang lebih
banyak terjadi di Negara-negara berkembang seperti Afghanistan, India, Nigeria,
Ethiopia dan juga indonesia (dalam jurnal, Syahdan, 2019).

Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Sumatera Utara data pravelansi kasus


diare tahun 2019 tertinggi terdapat di kabupaten Deli Serdang yakni pada balita
sebanyak 37.189 dan pada semua umur sebanyak 59.284 dari 2.195.709 jumlah
penduduk.(Profil Kesehatan Sumut, 2019)

Diare dapat menimbulkan dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa,


hypoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi berupa renjatan atau shock
hipovolemik akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia asidposis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadran menurun dan
bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita
yaitu kesadaran dan pengetahuan ibu, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan
jamban keluarga, factor hygine, lingkungan, kesadaran orangtua balita untuk
berperilaku hidup besrish dan sehat serta pemberian ASI menjadi factor penting dalam
menurunkan angka kesakitan diare pada balita.
Ada beberapa cara dalam mengatasi diare pada anak Antara lain jika anak masih
menyusu berikan air susu ibu (ASI) sesering mungkin, segerakan berikan cairan oralit
sebanyak 10 ml/Kg BB setiap anak buang air besar , berikan Zinc setiap hari selama 10
hari berturut-turut, dan pemberian obat antibiotic.(Kompas , 2021)

Terkait KLB (kejadian luar biasa) mengenai kasus gagal ginjal akut misterius
dalam waktu singkat pada anak balita pada tahun 2022 bulan oktober di indonesia
yang menyebabkan 143 anak meninggal diduga akibat Zat kimia berbahaya dari
pelarut obat syrup yakni ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG) danethylene
glycol butyl ethet (EGBE) menjadi perhatian khusus bagi orangtua untuk selalu
waspada dalam pemberian obat di apotik apabila tidak diresepkan oleh dokter,
kemenkes RI juga melarang untuk mengonsumsi semua jenis obat syrup untuk segala
kalangan karena akan dilakukan riset dan penelitian laboratorium.(Kemenkes, 2022).

Penggunaan obat herbal juga memiliki banyak manfaat kesehatan yang sudah
dipercaya oleh masyarakat dan tenaga kesehatan baik secara nasiaonal maupun
internasional selain itu obat herbal dianggap minim efek samping bebas dari zat kimia
dan pengawet serta harga relative terjangkau sehingga pengguna merasa lebih aman
dan nyaman.

Kunyit atau Curcuma Domestica Val dikenal sebagai bumbu dapur, jamu, obat

herbal sera kecantikan.kunyit sangat bermanfaat untuk kesehatan karena fungsinya

sebagai antioksidan, antiinflamasi, antitumor, antimikroba, pencegah kanker, dan

menurunkan kadar lemak darah dan kolestrol, serta sebagai pembersih darah (Salim

dan Munadi, 2017).

Studi tentang sifat antibakteri pada rimpang kunyit mendemonstrasikan bahwa

pada ekstrak air C. longa memiliki kemampuan menghambat dan membunuh bakteri,

dengan konsentrasi minimun untuk menghambat bakteri (minimum inhibitory

concentration) atau disingkat MIC pada konsentrasi 4-16 g/L dan konsentrasi minimun

untuk membunuh bakteri (minimum bactericidal concentration ) atau disingkat MBC

pada konsentrasi 16 hingga 32 g/L terhadap bakteri Staphylococcus epidermis ATCC

12228, Staphylococcus aureus ATCC 25923, Klebsiella pneumoniae ATCC 10031,

dan E. coli ATCC 25922 (Niamsa dan Sittiwet, 2009).


Ekstrak metanol kunyit menunjukkan nilai minimum inhibitory concentration 16

μg / mL dan 128 μg / mL terhadap Bacillus subtilis dan Staph. aureus masing-masing ,

Sedangkan pada ekstrak heksana, etanol kunyit, serta kurkuminoid terhadap 24 tenis

patogen bakteri yang diisolasi menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol mempunyai

aktivitas antimikroba tertinggi (Lawhavinit, 2010).

Dan sebagai antibakteri kurkuminoids juga menimbulkan aktivitas penghambatan

terhadap 8 bakteri, yaitu Str. agalactiae, Staph. intermedius, Staph. epidermidis, Staph.

aureus, A. hydrophila, B. subtilis, B. cereus, dan Ed.Tarda (Lawhavinit et al., 2010).

kurkumin yang merupakan salah satu senyawa dalam kunyit memiliki manfaat

sebagai antibakteri terbukti mampu melawan bakteri penyebab diare baik sebagai agen

inhibitor maupun agen baktericidal bergantung dosis yang digunakan, makin besar

konsentrasi ekstrak kunyit yang digunakan maka makin baik juga efek nya dalam

memengaruhi pertumbuhan bakteri penyebab diare khususnya E. coli.

Berdasarkan Hasil review penelitian Suarni (2017) pada pasien diare bayi usia 1

bulan sampai dengan anak usia 12 tahun di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

menunjukkan bahwa eksplorasi khasiat antibakteri dari ekstrak kunyit (Curcuma

domestica Val) terhadap bakteri genus Escherichia coli, Salmonella sp dan Shigella sp

menunjukkan aktivitas antibakteri dengan adanya zona hambat. Ada korelasi positif

semakin besar konsentrasi, maka zona hambat makin besar pada semua aktivitas

antibakteri ekstrak kunyit. Hasil uji aktivitas ekstrak etanol rimpang kunyit mampu

menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol

kunyit maka kandungan antibakteri pada ekstrak kunyit semakin tinggi (Rahmawati et

al, 2013).
Disamping itu meski sangat bagus untuk tubuh, kunyit tidak boleh diminum secara

berlebihan dari yang sehaarusnya, dosis yang sesuai ialah 500 mg/hari, jika melebihi

500 mg/hari akan mengakibatkan efek samping bagi tubuh seperti gangguan saluran

empedu, organ hati, reaksi alergi, dan gangguan pencernaan.

Berdasarkan penguraian deskripsi diatas, peneliti sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu

Kesehatan Program Studi Kebidanan Program Sarjana berkeinginan untuk berfokus

terkait penanggulangan prioritas masalah kesehatan yakni Diare pada Anak usia

Prasekolah di Kabupaten Deli Serdang yaitu melakukan analisa dan pengkajian pada

pengaruh dan manfaat dari mengkonsumsi ramuan minuman rimpang kunyit.

1.2. Rumusan Masalah

Uraian dalam latar belakang diatas merupakan dasar bagi peneliti untuk merumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

 Apakah ada pengaruh Minum Rimpang Kunyit pada anak usia Prasekolah di

Jl.Garu sebagai antidiare setelah mengkonsumsi minuman ramuan rimpang

kunyit ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh efektivitas mengkonsumsi minuman ramuan rimpang kunyit

pada anak usia Prasekolah di Jl.Garu sebagai antidiare.

1.3.2. Tujuan khusus

 Mengetahui Penyebab Kasus Diare Pada Anak Usia Prasekolah di Jl. Garu

 Mengetahui pengaruh pada anak usia Prasekolah setelah mengjonsumsi

minuman ramuan rimpang temulawak.


1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Memberikan Bukti ilmiah tentang tentang efektivias antibakteti aquous rimpang

kunyit (Curcuma Domestica Val) dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia Coli.

1.4.2. Manfaat praktis

 Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang manfaat ekstrak

aquous rimpang kunyit (Curcuma Domestica Vol) sebagai antibakteri

 Memacu masyarakat untuk memanfaatkan rimpang kunyit (curcuma

domestica Val) untuk terapi awal pada diare.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

2.1.1 Definisi

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada
balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
(Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi
yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

Gambar 2.1 Mekanisme Diare


2.1.2 Epidiomologi Diare

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare
pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus
diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare
perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena
diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia.
Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare
dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih
merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju
(WHO, 2015).
Dari semua kasus kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di
wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1.000 penduduk.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus8.133
orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan
kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (KEMENKES RI, 2011).
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita. dan
nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare pada balita
di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan, Palembang merupakan
kota dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623 kasus. Diare selalu menjadi
10 besar penyakit yang selalu ada setiap tahun dan terdapat peningkatan jumlah kasus
diare pada balita di Palembang tahun 2012- 2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita
(Destri et al, 2010).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada
tahun 2000 adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode
setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare
golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-
laki hampir sama dengan anak perempuan.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare
merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori
yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003)

2.1.3 Etiologi

Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare.
Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus
(Permatasari, 2012).
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Penyebab
diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit, disamping sebab lain seperti racun,
alergi dan dispepsi (Djamhuri, 1994).

 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41),
Smallbowel structure virus, Cytomegalovirus.

 Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
 Parasit

Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,


Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.

 Heliminths

Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis,


Trichuris trichuria.

 Non Infeksi
Malabsorbsi, obat Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi.

Gambar 2.2 Diare yang disebabkan oleh Bakteri atau Parasit.


2.1.4 Klasifikasi Diare

disertai dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering kali
dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare
melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi,
diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare berkelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronis biasanya ditandai dengan
penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel, 2011).
Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
a. Berdasarkan lama diare

1) Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

1) Diare sekresi

Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elekrtolit dari
usus,

menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.
2) Diare osmotik

Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya tekanan


osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat- obat/zat kimia
yang hiperosmotik seperti (magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), mal
absorbs umum dan defek lama absorbi usus missal pada defisiensi disakarida,
malabsorbsi glukosa/galaktosa.
2.1.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,

suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai

lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena

tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan

tinja makin lama makin asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat

yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare yang disebabkan oleh

lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan

elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi makin tampak. Beart badab menurun, turgor kulit berkurang, mata dan

ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit

tampak kering.

Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi

dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus tidak bekerja secara optimal

sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama

feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi.


2.1.6 Diagnosa

Diagnosis diare berdasarkan gejala klinis yang muncul, riwayat diare

membutuhkan informasi tentang kontak dengan penderita gastrentritis, frekuensi dan

konsistensi buang air besar dam nuntah, intake cairan dan urin output, riwayat

perjalanaan, penggunaan antibiotika dan obat-obatan lain yang bisa menyebabkan

diare.

Pemeriksaan fisik pada penderita diare akut untuk menentukan beratnya

penyakit dan derajar dehidrasi yang terjadi. Evaluasi lanjutan berupa tes laboratorium

tergantung lama dan beratnya diare, gejala sistemik dan adanya darah di dalam feses.

Pemeriksaan eses rutin untuk menemukan leukosit pada feses yang berguna untuk

mendukung diare, jika hasil tes negatif, kultur feses tidak diperlukan.

2.1.7 Pencegahan

Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu
penting:
1. Sebelum makan.

2. Sesudah buang air besar (BAB).

3. Sebelum menyentuh balita anda.

4. Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.

5. Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk siapapun.


6. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui
prosespengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses klorinasi.
7. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya ditempatkan ditempat
yang sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa,
kutu, dll).
8. Membuang MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda
meggunakan WC/jamban yang bertangki septik atau memiliki sepiteng
(Ihramsulthan.com, 2010).
2.1.8 Pengobatan

Klasifikasi Tindakan/Pengobatan
Diare Dehidrasi 1. Jika tidak ada klasifikai berat lain :
Berat Beri cairan untuk dehidrasi berat dan
tablet Zinc sesuai rencana terapi C
2. Jika anak juga mempunyai klasifikasi
berat lain :
a. RUJUK SEGERA
b. Jika masih bisa minum, berikan
ASI dan larutan oralit selama
perjalanan
3. .Jika anak >2 Tahun dan ada kolera di
daerah tersebut, beri antibiotik untuk
kolera.
Diare Dehidrasi 1. Beri cairan, tablet Zinc dan makanan
Ringan/ Sedang sesuai Rencana Terapi B
2. Jika terdapat klasifikasi berat lain:
a. RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit
b. Jika masih bisa minum,
berikan ASI dan larutan oralit
selama perjalanan.
3. Nasihati kapan kembali segera.
4. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada
perbaikan.
Diare Tanpa 1. Beri cairan, tablet Zinc dan makanan
Dehidrasi sesuai Rencana Terapi A
2. Nasihati kapan kembali segera.
3. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada
perbaikan.
Diare Persisten 1. Atasi dehidrasi sebelum dirujuk,
Berat kecuali ada klasifikasi berat lain.
2. RUJUK
Diare Persisten 1. Nasihati pemberian makan untuk
Diare Persisten.
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
berturut-turut
3. Kunjungan ulang 3 hari.
Disentri 1. Beri antibiotik yang sesuai. Beri tablet
zinc selama 10 hari berturut-turut
2. Nasihati kapan kembali segera.
Kunjungan ulang 3 hari.
Rencana Terapi A : 1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Penanganan Diare jelaskan pada ibu
di Rumah a. Jelaskan pada ibu untuk memberi ASI
lebih sering serta oralit sebagai tambahan
dan jika tidak ASI ekslusif beri oralit atau
cairan makanan
b. Ajari ibu cara mencampur dan
memberikan oralit beri ibu 6 bungkus
oralit untuk diberikan di rumah
c. Tunjukan kepada ibu berapa banyak harus
memberikan oralit/cairan lain yang harus
diberikan setiap kali anak buang air besar
1) Sampai umur 1 tahun : 50 - 100 ml
setiap kali buang air besar
2) 1 sampai 5 tahun : 100 - 200 ml setiap
kali buang air besar
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan, kapan kembali
Renaca Terapi B : 1. Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama.
Penanganan Jumlah oralit yang diperlukan berat badan
Dehidrasi (dalam kg) x 75 ml, tablet zinc selama 10 hari
Ringan/Sedang 2. Setelah 3 jam, ulangi penilaian dan
dengan Oralit klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
untuk memiilih rencana terapi kemudian
mulailah memberi makan anak
Rencana Terapi C : 1. Beri cairan intravena 100 ml/kg Ringer
Penanganan Laktat secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
Dehidrasi Berat oralit melalui mulut sementara infus
dengan Cepat dipersiapkan
2. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika
nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat. Ÿ
3. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera
setelah anak mau minum. Biasanya sesudah
3-4 jam (pada bayi) atau sesudah 1-2 jam
(pada anak) dan beri juga tablet Zinc. Ÿ
4. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak
sesudah 3 jam. Klasifikasikan Dehidrasi dan
pilih Rencana Terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan
5. Namun jika tidak dapat memberi cairan
intravena, RUJUK SEGERA untuk
pengobatan intravena, selama perjalanan
berikan minum dan oralit

18
2.2. Kunyit

2.3.1 Kandungan Kunyit

Studi tentang sifat antibakteri pada rimpang kunyit mendemonstrasikan

bahwa pada ekstrak air C. longa memiliki kemampuan menghambat dan

membunuh bakteri, dengan konsentrasi minimun untuk menghambat bakteri

(minimum inhibitory concentration) atau disingkat MIC pada konsentrasi 4-

16 g/L dan konsentrasi minimun untuk membunuh bakteri (minimum

bactericidal concentration ) atau disingkat MBC pada konsentrasi 16 hingga

32 g/L terhadap bakteri Staphylococcus epidermis ATCC 12228,

Staphylococcus aureus ATCC 25923, Klebsiella pneumoniae ATCC 10031,

dan E. coli ATCC 25922 (Niamsa dan Sittiwet, 2009).

Ekstrak metanol kunyit menunjukkan nilai minimum inhibitory

concentration 16 μg / mL dan 128 μg / mL terhadap Bacillus subtilis dan

Staph. aureus masing-masing , Sedangkan pada ekstrak heksana, etanol

kunyit, serta kurkuminoid terhadap 24 tenis patogen bakteri yang diisolasi

menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol mempunyai aktivitas antimikroba

tertinggi (Lawhavinit, 2010).

Dan sebagai antibakteri kurkuminoids juga menimbulkan aktivitas

penghambatan terhadap 8 bakteri, yaitu Str. agalactiae, Staph. intermedius,

Staph. epidermidis, Staph. aureus, A. hydrophila, B. subtilis, B. cereus, dan

Ed.Tarda (Lawhavinit et al., 2010).

19
kurkumin yang merupakan salah satu senyawa dalam kunyit memiliki

manfaat sebagai antibakteri terbukti mampu melawan bakteri penyebab diare

baik sebagai agen inhibitor maupun agen baktericidal bergantung dosis yang

digunakan, makin besar konsentrasi ekstrak kunyit yang digunakan maka

makin baik juga efek nya dalam memengaruhi pertumbuhan bakteri

penyebab diare khususnya E. coli.

Berdasarkan Hasil review penelitian Suarni (2017) pada pasien diare bayi

usia 1 bulan sampai dengan anak usia 12 tahun di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang menunjukkan bahwa eksplorasi khasiat

antibakteri dari ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap bakteri

genus Escherichia coli, Salmonella sp dan Shigella sp menunjukkan aktivitas

antibakteri dengan adanya zona hambat. Ada korelasi positif semakin besar

konsentrasi, maka zona hambat makin besar pada semua aktivitas antibakteri

ekstrak kunyit. Hasil uji aktivitas ekstrak etanol rimpang kunyit mampu

menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Semakin tinggi konsentrasi

ekstrak etanol kunyit maka kandungan antibakteri pada ekstrak kunyit

semakin tinggi (Rahmawati et al, 2013).

2.3.2 Ekstrak Kunyit

ekstrak kunyit adalah salah satu bahan baku jamu tradisional dan modern

yang dipakai dalam pengobatan herbal di Indonesia. Ekstrak kunyit berupa

bubuk kering berwarna kuning cerah atau orange yang mengandung

polyphenol. Konsentrat bubuk ini dapat larut dalam minyak, tidak berasa,

atau pun beraroma.


20
Ekstrak kunyit dapat dipakai sebagai pewarna makanan apabila dicampur

dengan minyak. Selama ini, ekstrak kunyit telah dimanfaatkan dalam ilmu

pengobatan herbal yang berguna sebagai sumber antioksidan dan anti radang.

Untuk mendapatkan ekstrak kunyit, rimpang tanaman kunyit harus direbus

dan dikeringkan terlebih dahulu. Setelah benar-benar kering, barulah kunyit

digiling hingga menjadi bubuk. Bubuk kunyit ini kemudian diekstraksi untuk

mendapatkan bahan-bahan aktifnya. Tahukah anda, setelah menjadi ekstrak,

kandungan bahan aktif curcuminoid pada ekstrak kunyit menjadi 18 kali lebih

banyak daripada pada kunyit segar atau kunyit kering biasa. Biasanya,

konsentrat kunyit disebut juga dengan Curcumin.

Ekstrak kunyit telah diteliti oleh banyak ilmuwan yang ingin mengetahui

kehebatannya dalam mengatasi penyakit Alzheimer, pikun, kanker (termasuk

kanker payudara), infeksi , dan juga diabetes. Dalam istilah ilmiah, ekstrak

kunyit atau Curcumin disebut juga pewarna makanan E100 atau

diferuloylmethane. Saat dijual di pasaran, ekstrak kunyit dijual sebagai

turmeric extract atau turmeric extract. Di negara-negara lain, ekstrak kunyit

disebut juga Haldi (bahasa Hindi, India Utara), Manjal (bahasa Tamil, India

Selatan), Al-kurkum (bahasa Arab), Jiang Huang (bahasa Cina), dan Curcuma

(bahasa Perancis, Spanyol, Portugis, Italia dan Romawi).

Minuman ekstrak kunyit merupakan suatu produk inovasi yang ingin

peneliti kembangkan untuk pengobatan Home Made sebagai antidiare. Seperti

yang kita ketahui bersama, ekstrak kunyit juga memiliki ekonomi yang tinggi.

21
Hal ini mendukung salah satu program pemerintah terkait dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Beberapa alasan mengapa produk ekstrak

kunyit dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah

kecamatan Medan Amplas kota medan, antara lain :

1. Produk ini berbahan dasar lokal yang bisa dibeli dengan harga yang

relatif murah.

2. Pembuatan nya mudah, sehingga semua masyarakat dapat menerapkan

nya.

3. Membuka peluang usaha dan meningkatkan pendapatan keluarga.

4. Produk esktrak temulawak ini dapat memberikan solusi antidiare pada

anak usia prasekolah.

5. Merubah perilaku produktif masyarakat untuk menanam tanaman

Herbal di penangkaran rumahnya.

2.3.3 Pengolahan
Pembuatan minuman ramuan ekstrak rimpang kunyit sebagai

produk olahan kunyit diolah guna pengobatan tradisional Home Made bagi

anak usia prasekolah penderita diare. ramuan ekstrak rimpang kunyit

adalah minuman yang mengandung rimpang kunyit, gula merah, gula

putih, air dan tanpa bahan pengawet. Minuman ini berasa manis dan

beraroma kunyit, dipercaya akan disukai anak – anak. Minuman ini

bermanfaaat untuk menjaga kesehatan hati dan membantu pencernaan

minyak dan lemak. Ada pun cara dalam membuat minuman ekstrak

rimpang temulawak adalah sebagai berikut :

22
1. Satu kg kunyit segar dicuci dengan air bersih sampai tanah dan kotoran

lainnya yang menempel tidak ada lagi (bila perlu dikupas agar lebih

bersih).

2. kunyit dipotong dengan pisau lalu di haluskan menggunakan alat

blender.

3. Masukkan kunyit yang telah halus kedalam panci untuk merebus.

4. Lalu tambahkan 4 liter air bersih, gula merah ½ kg dan gula putih ½ kg

dan rebus dengan api sedang sampai mendidih, dan biarkan sampai

suhu menurun selama satu jam.

5. Selanjutnya cairan disaring dengan saringan nilon dan diamkan selama

semalam untuk memisahkan bahan yang tidak larut.

6. Setelah semalam pisahkan endapan nya, panaskan lagi cairan ini

dengan api kecil sampai kira kira tersisa lebih kurang 1,5 liter.

7. Biarkan panasnya menurun sampai kira – kira 50 derjat celcius.

8. Tambahkan peningkat rasa seperti minyak tumerik, vanili, atau perasa

caramel secukupnya.

23
2.4 Pengaruh

2.4.1. Definisi

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan

seseorang”. Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul

dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada

di alam sehingga mempengaruhi apapun yang ada disekitarnya.

2.4.2 Pengolahan

2.5 Kerangka penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan Pengaruh

Konsumsi Minuman Ekstrak Rimpang Kunyit Terhadap Tinggi Badan dan

Berat Badan Untuk Mencegah Stunting Pada Anak Usia Prasekolah Kec.

Medan Amplas, Kota Medan Tahun 2022, seperti berikut ini :

Independent (X) Dependent(Y)

Pengaruh Konsumsi Anak Usia


Minuman Ekstrak Rimpang Prasekolah Yang
Kunyit Mengalami Diare

Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian

24
2.6 Hipotesis

Berdasarkn hasil kajian teori dan kerangka berfikir, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Ada Pengaruh dari Ekstrak Minuman Rimpang Kunyit Terhadap

Pengobatan pada anak usia prasekolah yang mengalami diare.

2. Ditemukan dan dan ditanggulangin penyebab utama kasus diare pada

anak usia prasekolah di Jl.Garu Kec.Medan amplas

25
1. Klasifikasi penelitian berdasrkan PENDEKATAN YANG DIPAKAI

Penelitian ini merupakan penelitian KUANTITATIF. Karena perbandingan

hasil peneltian akan dipaparkan dengan angka dan dianalisis dengan teknik

statistik

2. Klasifikasi penelitian berdasarkan TEMPAT PELAKSANAAN\

Penelitian ini merupakan penelitian LAPANGAN (Field Research) karena

dilakukan lapangan yaitu di Jl. Garu Medan Amplas.

3. Klasifikasi penelitian berdasarkan PEMAKAIANNYA

Penelitian ini merupakan penelitian TERAPAN (Applied Research) karena

membutuhkan upaya pemecahan masalah dan evaluasi.

4. Klasifikasi penelitian berdasarkan TUJUAN UMUMNYA

Penelitian ini merupakan penelitian VERIFIKATIF karena dilakukan dengan

tujuan membuktikan kebenaran anatar teori pada waktu dan tempat tertentu.

5. Klasifikasi penelitian berdasarkan METODE

Penelitian ini merupakan peneltian CROSS-SECTIONAL karena dilakukan

dengan waktu tertentu yang reltive pendek dan tempat tertentu.

6. Klasifikasi penelitian berdasarkan INTERVENSI TERHADAP

VARIABEL NYA

Penelitian ini merupakan penelitian EKSPERIMEN.

7. Klasifikasi penelitian berdasarkan TARAFNYA

Penelitian ini merupakan peneltian ANALITIK karena dilakukan bukan

sekedar mendeskripsikan variabel penelitian tapi dibutuhkan analisis

hubungan nya dengan variabel – variabel lainnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdullatif. 2016. Efektivitas kunyit pada Staphylococcus aureus. Jurnal


Mikrobiologi. 2 (3): 137-154.

Abdurrahman, D. 2011. Ilmu kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan


Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Achmad, Lisiana, D.I., dan Monica. 2007. Sensitivitas Escherichia coli


Terhadap Ekstrak R Rimpang Kunyit. Skripsi. Departemen Biologi
FKIP Universitas Lambung mangkurat, Bandung.

Ambo Lau, S. H. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Rimpang
Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus Resisten Antibiotik. Skripsi. Jurusan Farmasi
Unhas (Dipublikasikan), (Http://www.repository.unhas.ac.id Diakses pada
1 Juni 2020).

Cobra, L.S., Amini, H.W., dan Putri. 2008. Skrining Fitokimia Ekstrak
sokhletisasi Rimpang Kunyit (Curcuma longa) dengan pelarut
etanol 96%. Jurnal ilmiah ningkesehatan KPB. 1(1): 12-17.

Departemen Kesehatan R.I. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat


Tradisional. Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral PPM & PL. 2011. Buku


Saku Petugas Kesehatan. "Lintas Diare". Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.

Dewi, N.P.S., Darmayasa, dan Sudatri. 2017. Daya Hambat Infusa


Rimpang Kunyit (Curcuma Longa Linn) Terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli Dan Vibrio Sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur
(Epinephelus Tauvina) Di Pasar Kedonganan Kabupaten Badung,
Bali. (2): 52-57.

Dicky, M.S., dan April. 2016. Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-
Sifat dan Penggunaannya. Pusat Studi Obat Tradisional. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

27
Hartati, S.Y. dan Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional
dan Manfaat Lainnya. Warta yasnPenelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19: 5- 9.

Hudayani, M. 2008. Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit


(Curcuma domestica Val.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss
Webste. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Nurhalimah, H., Wijayanti, N., dan D. Widyaningsih. 2015. Efek
Antidiare Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) terhadap
Mencit Jantan yang Diinduksi Bakteri Salmonella thypimurium.
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3): 1083- 1094..

Partomuan, S. 2009. Studi Kimia dan Farmakologi Tanaman Kunyit


Sebagai Tumbuhan Obat Serbaguna. Agrium. 17 : 103 - 107.

28

Anda mungkin juga menyukai