Anda di halaman 1dari 10

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. Latar Belakang

Remaja pada umumnya menghadapi permasalahan yang sama untuk memahami tentang
seksualitas, yaitu minimnya pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi yang
disebabkan oleh terbatasnya akses informasi dan advokasi remaja, tidak adanya akses
pelayanan yang ramah terhadap remaja, belum adanya kurikulum kesehatan reproduksi
remaja di sekolah, serta masih terbatasnya institusi di pemerintah yang menangani remaja
secara khusus dan belum ada undang-undang yang mengakomodir hak-hak remaja
Besarnya proporsi penduduk berusia muda, secara teoritis mempunyai dua makna, Pertama,
besarnya penduduk usia muda merupakan modal pembangunan yaitu sebagai faktor produksi
tenaga manusia (human resources), apabila merekadapat dimanfaatkan secara tepat dan baik.
Memanfaatkan mereka secara tepat dan baik diperlukan beberapa persyaratan. Di antaranya
adalah kemampuan keakhlian, kemampuan keterampilan dan kesempatan untuk berkarya.
Kedua, apabila persyaratan tersebut tidak dapat dimiliki oleh penduduk usia muda, yang
terjadi adalah sebaliknya, yaitu penduduk usia muda justru menjadi beban pembangunan.
Remaja memiliki dua nilai yaitu nilai harapan (idelisme) dan kemampuan. Apabila kedua
nilai tersebut tidak terjadi keselarasan maka akan muncul bentuk-bentuk frustasi. Macam-
macam frustasi. Macam-macam frustasi ini pada gilirannya akan merangsang generasi muda
untuk melakukan tindakan-tindakan abnormal ( menyimpang).
Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan adalah
masalah yang berkaitan dengan seks bebas ( unprotected sexuality ), penyebaran penyakit
kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki ( adolecent
unwanted pragnancy ) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat
menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda.
Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang
telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional .
Dari beberapa penelitian tentang perilaku reproduksi remaja yang telah dilakukan,
menunjukkan tingkat permisivitas remaja di Indonesia cukup memprihatinkan. Faturochman
(1992) merujuk beberapa penelitian yang hasilnya dianggap mengejutkan, seperti penelitian
Eko seorang remaja di Yogyakarta (1983). Penelitian SAHAJA di Medan (1985) dan di
Kupang (1987), dan penelitian yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dengan
Perguruan Ilmu Kepolisian. Semua penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja di daerah
penelitian yang bersangkutan telah melakukan hubungan seksual. Penelitian-penelitian
tentang kesehatan reproduksi remaja yang pernah dilakukan di Bali memberikan gambaran
yang tidak jauh berbeda dengan penelitian di daerah lainnya. Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan di Bali di antaranya oleh Faturochman dan Sutjipto (1989), Mahaputera dan
Yama Diputera (1993), Tjitarsa (1994), dan Alit Laksmiwati (1999).
Regulasi perundangan dan budaya juga menyebabkan remaja semakin kesulitansecaraterbuka
mendapatkan pengetahuan mengenai seksualitas dan reproduksi. Undang-Undang masih
membatasi dan menyebutkan melarang pemberian informasi seksual dan pelayanan bagi
orang yang belum menikah. Hal itu telah membatasi ruang pendidikan dan sosial untuk
memberikan pengetahuan pada remaja mengenai seksualitas. Selain itu, budaya telah
menyebabkan remaja tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan
reproduksinya. Ketika itu terjadi, akhirnya jalan lain yang berdampak negatif terhadap
perkembangan remaja di pilih. Dan yang terjadi akhirnya banyak remaja yang memuaskan
rasa keingintahuannya melalui berbagai macam sumber informasi mengenai seksualitas
media massa dan internet.
Keingintahuan remaja mengenai seksualitas serta dorongan seksual telah menyebabkan
remaja untuk melakukan aktivitas seksual remaja, yang akhirnya menimbulkan persoalan
pada remaja yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Seperti kasus-kasus kekerasan seksual,
kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja, aborsi remaja, pernikahan usia muda dan
lain sebagainya.

B. Perilaku seksual remaja


Dari hasil survey yang dilakukan oleh LKTS (Lembaga Kajian untuk Trasformasi Sosial)
Boyolali mengenai Kekerasan dan Perilaku seksual pada kalangan pelajar di Klaten
menunjukkan hasil yang memprihatinkan, perilaku seks bebas sudah mulai berkembang di
kalangan remaja. Survey menunjukkan bahwa hambatan informasi tentang seks dan
kesehatan reproduksi berasal dari orang tua akibat minimnya pengetahuan mereka tentang
kesehatan reproduksi dan seksualitas. Kondisi ini tercermin dari tingkat pendidikan orang tua
siswa, terutama ibu yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah) sebanyak 61%. Padahal ibu
memiliki peran penting dalam memberikan informasi tentang seks pada anak-anaknya.
Sedangkan ayah yang berpendidikan di bawah SMP sebanyak 49,6% dan di SMA ke atas
sebanyak 50,5%. Hal lain yang menjadi kendala adalah faktor budaya yang masih menabukan
segala topik yang berkaitan dengan seks dan seksualitas bagi mereka orang yang belum
menikah.
Minimnya pengetahuan seks membuat remaja mencari sumber informasi di luar rumah.
Sayangnya, media yag diakses justru hanya mengarah pada pornografi dan bukan pendidikan
seks yang bertanggung jawab. Handphone merupakan sarana favorit remaja untuk bertukar
gambar porno (26%), internet juga menjadi media yang cukup banyak diakses oleh responden
(20%), peredaran blue film yang longgar juga menyebabkan responden bisa dengan bebas
mengaksesnya (13%).
Perilaku seksual responden dalam berpacaran telah menjurus pada hubungan seks bebas.
Aktifitas berpacaran responden dimulai dari ngobrol (24%), pegang tangan (16%), pelukan
(13%), cium pipi (12%). Sedangkan perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal
(foreplay) adalah cium pipi (9%), necking (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2 %)
dan hubungan seksual (1%). Kondisi ini menunjukkan betapa sudah sangat
mengkhawatirkannya perilaku remaja saat ini.
Dalam aktifitas pacaran, responden tidak segan melakukannya di sekolah (14%) meskipun
rumah masih merupakan tempat yang sering digunakan oleh responden untuk berpacaran
(26%). Tetapi berpacaran di tempat umum, tempat rekreasi bahkan hotel pun sudah bukan
barang baru bagi remaja (23%).
Arus informasi melalui media masa dengan segala perangkatnya, surat kabar, tabloid media
elektronik, televisi, dan internet telah menyebabkan mempercepat terjadinya perubahan.
Remaja merupakan salah satu kelompok yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik
yang negatif maupun yang positif. Sebagaimana tercermin dalam survey tersebut, Hal ini
mempengaruhi remaja untuk berperilaku berisiko antara lain menjalin hubungan seksual
pranikah, dan perilaku seksual lainya hingga kekerasan seksual yang dapat mengakibatkan
kehamilan tidak diinginkan, resiko reproduksi lainnya, serta tertular infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
Untuk itu, hubungan sinergis pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat harus
dikuatkan untuk menanggulangi permasalahan tersebut, upaya penyadaran remaja mengenai
pendidikan seks dan kesehatan reproduksinya harus dilakukan. Harus dikembangkan seluas-
luasnya pusat informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi, tersedianya
pelayanan remaja yang ramah pada remaja termasuk konsultasi remaja, mengembangkan
media informasi dan pendidikan, mengintegrasikan program remaja ke dalam program
pencegahan HIV/AIDS dan IMS, memperkuat jaringan dan sistem rujukan ke pusat
pelayanan kesehatan yang relevan, memperkuat pelayanan dan informasi bagi remaja
termasuk meningkatkan perlindungan bagi remaja untuk menghindari segala upaya
eksploitasi dan kekerasan pada remaja
C. Persepsi Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Pentingnya informasi tentang kesehatan reproduksi’ remaja perlu mendapatkan informasi
yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan perlunya
mendapatkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya. Remaja mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi
tersebut juga berasal dari sumber yang terpercaya pula sehingga dapat berguna bagi remaja
itu sendiri dan bukannya menyesatkan. Perlu diberikan di sekolah dan di keluarga Agar
remaja mendapatkan informasi yang benar, Kesehatan reproduksi remaja hendaknya juga
diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Dengan mengetahui tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja secara benar kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal
negatif oleh remaja. Apalagi bagi remaja di kota-kota besar, yang berbagai informasi dapat
masuk dengan mudahnya, tetapi informasi dapat masuk dengan mudahnya, terutama di era
globalisasi sekarang.
D. Kebijakan Depkes dalam kesehatan reproduksi remaja
a) Pembinaan KRR meliputi remaja awal, remaja tengah, remaja akhir.
b) Dilaksanakan terpadu, lintas program dan lintas sektoral
c) Dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukannya
d) Dilakukan pada 4 daerah tangkapan, yaitu rumah, sekolah, masyarakat, dan semua
pelayanan kesehatan
e) Peningkatan peran serta ortu, unsur potensial di keluarga, serta remaja sendiri

Landasan hukum yang dipakai sebagai dasarpembinaan kesehatan remaja


1. UU No 4 tahun 1979 ttg kesejahteraan anak
2. UU No 10 th 1992 ttg pengembangan nkependudukan dan klg sejahtera
3. UU No 23 th 1992 tentang kesehatan
4. InPres 1997 ttg penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan kualitas anak
5. Permenkes No 433/menkes/SK/1998 ttg pembentukan komisi kesehatan reproduksi
E. Apa itu Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi
International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24
tahun.
Menurut Erikson masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha
untuk mencari identitas diri (Search for self – Identity) (Dariyo, 2004). Menurut Stanley Hall
(dalam Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun. WHO (1965)
mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, perlihan
biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun. Hasil Sensus (SP)
1990 dan SP 2000 menunjukkan proporsi remaja berusia 10 sampai 24 tahun di Bali sebesar
32,12 persen dan 26,29 persen.
Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :
1. Mulai menstruasi.
2. Payudara dan pantat membesar.
3. Indung telur membesar.
4. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
5. Vagina mengeluarkan cairan.
6. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
7. Tubuh bertambah tinggi.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
1. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
2. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
3. Tumbuh kumis.
4. Mengalami mimpi basah.
5. Tumbuh jakun.
6. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
7. Penis dan buah zakar membesar.
F. Organ Reproduksi Dan Fungsinya
I. Wanita
Organ reproduksi yang tampak dari luar :
1. Vulva
2. Labia Majora dan Rambut Pubis
3. Payudara dan Papila Mamae
Organ reproduksi bagian dalam :
1. Labia Minora : merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan
klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin, yang kemudian
mengalami atrofi. Dibagian tengah klitoris terdapat lubang uretrang uretra u untuk keluarnya
air kemih saja.
2. Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya, berlubang teratur ditengah,
sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah
wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
3. Vagina, berupa tabung bulat memanjang terdiri otot-otot melingkar yang di kanan kirinya
terdapat kelenjar ( Bartolini ) menghasilkan cairan, sebagai pelumas waktu aktifitas seksual.
4. Uterus (Rahim) , berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan berakhir
sebagai leher rahim/ cerviks uteri. Terdiri dari lapisan otot tebal, sebagai tempat pembuahan,
berkembangnya janin, dinding sebelah dalam selalu mengelupas sewaktu menstruasi.
5. Tuba uterina (fallopi) ;/ saluran di sebelah kanan dan kiri uterus, untuk lewat sel telur/
ovum.
6. Ovarium, dua buah dan merupakan kelenjar yang menghasilkan sel telur dan menghasilkan
hormon estrogen dan progesterone.
Payudara/ kelenjar mamae. Organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat akil baliq yang
ditandai menstruasi pertama kali (Menarche ) pada usia 10-14 tahun dan itu sangat bervariasi.
Saat itu kelenjar hipofisa mulai berpengaruh, kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron.Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding
sebelah dalam dan terjadilah proses menstruasi. Setiap bulan pada masa subur (sekali) terjadi
ovulasi dengan dihasilkan sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina.
Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak
berproduksi lagi. Tentunya semua aktifitas yang dipengaruhi hormon ini akan berhenti pula.
Periode ini bervariasi antara 45-50 tahun, dengan ditandai berbagai tanda dan keluhan yang
dialami seorang wanita.Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini, sehingga
hormon estrogen dan progesteron dikatakan mempengaruhi organ kelamin sekunder, seperti
membesarnya ukuran uterus, tumbuhnya rambeperti membesarnya ukuran uterus, tumbuhnya
rambut di daerah pubis.
Menstruasi. Proses pengeluaran darah dari uterus disertai serpihan selaput dinding uterus
pada wanita dewasa yang terjadi secara periodik. Keadaan ini dibutuhkan keseimbangan
antara hormdaan ini dibutuhkan keseimbangan antara hormon estrogen dan progesterone
secara bergantian.
Ovulasi. Pelepasan sel telur/ ovum dari ovarium, yang siap dibuahi/ matang terjadi sebulan
sekali, yang dipengaruhi oleh hormon estrogen.
Kehamilan. Suatu proses pertemuan/ fertilasi, menempelnya/ nidasi dan berkembangnya sel
ovum dan sel spermatozoa menjadi janin dalam uterus selama 9 bulan 10 hari. Keadaan
kehamilan ini dipertahankan dengan pengaruh hormon progesteron. Hormon estrogen pada
masa ini mempengaruhi kelenjar mamae untuk persiapan laktasi. Pada masa ini tidak terjadi
ovulasi dan menstruasi.
Melahirkan. Suatu proses pengeluaran janin dari uterus, dengan timbulnya konstraksi uterus
dipengaruhi oleh hormone oksitosin, dan kekuatan kontraksi otot-otot perut. Fase - fase nya :
pembukaan cerviks uteri, pengeluaran janin, pengeluaran placenta (ari-ari
Menyusui / Laktasi. Setelah melahirkan, seorang wanita masih harus bertugas menyusui
bayinya, dengan pengeluaran ASI (yang pertama colustrum) yang sangatbermanfaat untuk
bayi. Pada masa ini hormon prolaktin berpengaruh, dan juga progesteron masih cukup
banyak, sehingga menstruasi belum terjadi. Tetapi adang-kadang bisa terjadi ovulasi.
Sehingga pada masa ini wanita sudah menggunakan kontrasepsi guna mencegah erjadinya
kehamilan berikutnya.
II. Pria
Alat kelamin bagian luar
1. Penis, berbentuk bulat panjang yang berubah besarnya saat aktifitas seksual. Bagian dalam
penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Ditengahnya terdapat saluran air kemih
dan juga sebagai saluran cairan sperma yang disebut uretra.
2. Skrotum, terdapat dua buah kanan dan kiri, berbentuk bulat, tampak luar berupa kulit yang
berkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
Alat kelamin bagian dalam meliputi :
1. Testis, Jumlahnya dua buah, merupakan isi skrotum, yang terdiri dari saluran kecil –kecil
membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
2. Vas-deferens, dua buah, ini merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa.
3. Kelenjar prostat, satu buah menghasilkan cairan kental yang fungsinya untuk memberi
makanan sel spermoatozoa, serta enzim – enzim.
4. Kelenjar vesikula seminalis, satu buah, juga menghasilkan cairan untuk kehidupan sel
spermatozoa, secara bersama – sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi
produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi
Fungsi organ reproduksi pria :
a) Organ tersebut mulai berfungsi sebagai system reproduksi dimulai saat akil balig sekitar
usia 11 -14 tahun.
b) Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
c) Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh
hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel – sel Interstital Leydig dalam testis. Keadaan ini
dibawah perintah organ yang berada diotak, yaitu : kelenjar hipofisa dan juga hipothalamus.
d) Pada aktifias seksual, organ tersebut akan bekerja sesuai dengan rangsang yang diperoleh.
e) Bila dilakukan dengan pasangan sampai tingkat coitus, maka penis berpenetrasi masuk
kedalam vagina dan berakhir dengan keluarnya semen.
f) Cairan semen dihasilkan kira-kira 3-5 cc setiap ejakulasi, yang didalamnya terdapat sel
spermatozoa 35 juta – 100 juta,dengan berbagai sifatnya, misalnya motilitasnya, bentuknya,
kecepatan dan arah berjalan, kemampuan penetrasi, dll.
g) Hormon TESTOSTERON ini akan mempengaruhi tanda kelamin sekunder, misalnya
kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, suara parau, otot-otot membesar, dll
h) Aktifitas seksual : Dimulai adanya rangsangan fisik (diraba) atau psikis (membaca,
membayangkan, menonton) yang mengakibatkan perubahan bentuk organ kelamin.
Ada beberapa fase :
Ereksi
Lubrikasi
Emisi
orgamus – ejakulasi
Faktor yang berpengaruh
organic (saraf, pembuluh darah, hormonal, usia)
psikis/ emosi/ suasana lingkungan
G. Mengapa remaja perlu mengetahui kespro ?
Agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai factor yang
ada disekitarnya sehingga remaja memiliki sikap dan tingkah laku yg bertujuan mengenai
proses reproduksi.
H. Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik?
1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi dan hak – hak reproduksi
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasangannya
3. PMS, HIV / AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kespro
4. Bahaya narkoba dan miras pada kespro
5. Pengaruh sosial & media thdp perilaku sexual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal hal yang bersifat negative

Pembinaan kespro pd remaja remaja, berupa p’bekalan ilmu pengetahuan diantaranya


diantaranya :
a. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
b. Proses reproduksi yang bertanggung jawab
c. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempua
d. Persiapan pra nikah
e. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya

I. Peran bidan dalam menanggulangi masalah seksual remaja


Ikut serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan misalnya :
pengajian remaja & karang taruna. Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Secara umum dlm penanggulangan masalah pada remaja, peran bidan adalah sebagai
fasilitator dan konselor yang bisa dijadikan tempat mencari jawaban dari suatu permasalahan
yang dihadapi oleh remaja, bidan harus memiliki pengetahuan dan wawasan yg cukup.
Contoh peran yang bisa dilakukan oleh bidan adalah:
a. Mendengarkan keluhan remaja yang bermasalah, dengan tetap menjaga kerahasiaan
kliennya.
b. Membangun komunikasi dengan remaja.
c. Ikut serta dalam kelompok remaja
d. Melakukan penyuluhan pada remaja berkaitan dg kespro
e. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada remaja sesuai dengan
kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA
Tjitarsa, I.B. 1995. “Pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual beresiko terhadap AIDS pada
remaja dengan kehamilan yangtidak dikehendaki,” dalam Muinjaya, ed. AIDS dan Remaja.
Jakarta: kerjasama Jaringan Epidemiologi Nasional dengan Ford Foundation.

Anda mungkin juga menyukai