Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HEMATOCHEZIA (BAB DARAH)

Disusun oleh
Abdul Aziz Muji
04416020001

AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON


Jl. Buntet pesantren kec. Astanajapura kab. Cirebon
Telp/fax : (0231)635747/636985

2020/2021
A.Definisi
Hematochezia adalah bab berdarah yang menyebabkan tinja menjadi berwarna merah
terang akibat darah. Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan
hematochezia. Bab darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah
berwarna merah terang dari anus dapat berupa gumpalan atau telah bercampur dengan tinja
(Agustin, putri sella. 2019)
Hematochezia adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematochezia adalah feses
yang berwarna hitam dan berbau busuk karena bercampur produk darah dari saluran cerna.
Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan hematochezia penyebab dari
hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang
mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang
berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab penyakit autoimun
(inflammatory bowel disease) bab darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang dari anus dapat berbentuk gumpalan atau telah
bercampur dengan tinja sebagai bab darah berasal dari luka usus besar, rektum, atau anus.
Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber
perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan
dianus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan
perdarahan dikolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah
gelap atau merah tua(SULISTYOWATI, Sulistyowati,2019)

B.Etiologi
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama
penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus,
disertai yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh penyakit autoimun
(inflammatory bowel disease).
Upper GI saluran (biasanya kotoran hitam)
- Perdarahan lambung atau ulkus duodenum
- Gastritis
- Varises esophageal
- Mallory weiss air mata (air mata di kerongkongan dari muntah kekerasan)
- Trauma atau asing tubuh
- Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
- Vascular malformasi
GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah, berdarah) :
- Wasir
- Anal fissures
- Divertikular pendarahan
- Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)
- Vascular malformasi
- Radang usus
- Tumor
- Colon polip atau kanker usus besar
- Trauma atau asing tubuh
- Usus iskemia (Kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
(SULISTYOWATI, sulistyowati. 2019)

C. Manifestasi Klinis
- Syok (denyut jantung, suhu tubuh)
- Penyakit hati kronis (Sirosis hepatis)
- Demam ringan 38-39ºC
- Nyeri di perut
- Hiperperistaltik
- Penurunan hb dan hmt yang terlihat setelah beberapa jam
- Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah
-bakteri usus
D. Pathaway

Sumber dari : Hendra Saputra Januari 2020


E. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa
esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepat. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut (varises). Varises
dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena kejantung, dan
penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebiha, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal
Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler sel-sel akan berubah menjadi metabolisme anaerobi, dan terbentuk asam
laktat penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa
suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
(SULISTYOWATI, sulistyowati. 2019)

F. Pemeriksaan Penunjang
a.Laboratorium (pemeriksaan darah)
 Hitung darah lengkap : penurunan hb,hmt, peningkatan leukosit
 Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat
b. Radiologi
 Barrium foloow through
 Barrium enema
c. Colonoscopy
pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon

G. Penatalaksanaan Medis
a. pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat
Dianjurkan untuk menghindari susu
b. Pengaturan obat-obatan

H. Komplikasi
a. Encelofati
b. Asites
c. Sirosis hepatis

I. Data fokus pengkajian


- Identitas klien dan keluarga meliputi nama, umur, ttl, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah
atau ibu, agama, pendidikan dan alamat
- keluhan utama
Feses semakin cair, mual, bila kehilangn banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,
berat badan menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir, mulut dan bibir kering
Frekuensi bab lebih dari 4x dengan konsistensi necer
-Riwayat kesehatan dahulu
-Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi
-Riwayat psikologis keluarga
-Riwayat kebutuhan dasar
- Riwayat penyakit-penyakit seperti kanker, jantung, hepatitis, dm, asma, penyakit-penyakit
infeksi saluran pernafasan
- pola eliminasi
Perubahan bab lebih dari 4x sehari, bak sedikit atau jarang
- pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien
-Pola istirahat
Terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman
- pola hygine
Kebiasaan mandi setiap harinya
- pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen
- pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan psikologis
Keadaan umum nampak lemah, kesadaran composmetis sampai koma, suhu tubuh tinggi,
nadi cepat dan lemah pernafasan agak cepat
2) Pemeriksaan sistemik
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan
- Perkusi : Adanya distensi abdomen
- Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
- Auskultasi : Terdengarnya bising usus
3) Tb & BB

4) Kulit
Apakah kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan dibawah
kulir
5)Mata
Apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sclera, terdapat perdarahan
subkonjungtiv, keadaan pupil, patebra, dan reflex cahaya
6) Hidung
Apakah ada klainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung atau gangguan
fungsi penciuman
7) Telinga
Apakah ada klainan bentuk, fungsi pendengaran
8) Mulut
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-
pecah, atau perdarahan
9) Leher
Apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid membesar, dan kondisi
distensivena jugularis
10) Thorax
Periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama nafas tidak teratur
11) Abdomen
Periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri bising usus, dan bisa dibawah normal ini
12) Genetalia
Pada laki-laki apakah ada testis sudah turun kedalam, scrotum, dan pada perempuan apakah
ada labia minora dan labia mayora
13) Ekstermitas
Apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot kurang
J.Diagnosa Keperawatan (SDKI)
-Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan
-Ansietas b.d kurang terpapar informsai
-Nyeri akut b.d agen cidera fisik
-Risiko ketidak seimbangan cairan b.d trauma / perdarahan

K. Perencanaan keperawatan (SIKI,SLKI)


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
tindakan keperawatan -Identifikasi status -untuk mengetahui status
selama 3x24 jam nutrisi nutrisi klien
diharapkan masalah -Identifikasi -Agar nafsu makan klien
defisit nutrisi dapat makanan yang dapat meningkat dengan
terpenuhi dengan kriteria disukai baik
hasil : -Monitor asupan -Mengidentifikasi asupan
- Nafsu makan meningkat makanan makanan
- Frekuensi makan -Monitor berat -Mengidentifikasi berat
membaik (3x hari) badan badan
- Membran mukosa
membaik Teurapeutik : Teurapeutik :
-Sajikan makanan -Agar klien lebih
secara menarik semangat untuk
-Berikan makanan memakannya
tinggi serat, kalori, -Agar status nutrisi klien
dan protein dapat membaik

Edukasi : Edukasi:
-Ajarkan diet yang -Agar dapat mengatur
diprogramkan pola makan klien
-Anjurkan posisi -Agar klien merasa lebih
duduk, jika mampu nyaman

Kolaborasi : Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan -Membantu dalam proses
ahli gizi untuk penyembuhan
menentukan jumlah
kalori

2. Ansietas Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


tindakan keperawatan -identifikasi saat -Untuk mengetahui
selama 3x24 jam tingkat ansietas perubahan tingkat ansietas
diharapkan ansietas dapat berubah -Untuk mengetahui tanda-
teratasi dengan kriteria -Monitor tanda- tanda ansietas
hasil : tanda ansietas
- Pucat menurun Teurapeutik :
- Pola tidur membaik Terapeutik : -Agar klien dapat merasa
- perilaku gelisah -Dengarkan dengan lebih nyaman
menurun penuh perhatian -Agar klien dapat lebih
- Gunakan percaya
pendekatan yang
tenang dan Edukasi :
meyakinkan -Agar klien tidak merasa
takut
Edukasi : -Agar klien lebih rileks
-Anjurkan keluarga
tetap bersama Kolaborasi :
pasien -latih teknik -Agar klien bisa menjadi
relaksasi lebih tenang dan tidak
merasakan kecemasan
Kolaborasi : yang hebat
-Kolaborasi
pembeberian obat
ansietas, jika perlu

3. Nyeri Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


tindakan keperawatan -Identifikasi skala -Mengidentifikasi skla
selama 3x24 jam nyeri nyeri
diharapkan nyeri dapat -Identifikasi -Mengidentifikasi
teratasi dengan kriteria pengaruh budaya pengaruh budaya terhadap
hasil : terhadap respon respon nyeri
- keluhan nyeri menurun nyeri -Mengidentifikasi faktor
- gelisah menurun -Identifikasi faktor yang memperberat dan
- kesulitan tidur menurun yang memperingan memperingan nyeri
nyeri
Terapeutik :
Terapeutik : -Agar nyeri yang
-Berikan teknik non dirasakan oleh klien dapat
farmakologi berkurang
- Fasilitasi istrahat -Agar klien merasa
dan tidur nyaman

Edukasi : Edukasi :
-Jelaskan strategi -Agar keluarga klien
meredakan nyeri dapat memahami jika
-Anjurkan klien merasa nyeri
memonitor nyeri -Agar klien lebih paham
secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi : -Untuk membantu
-Kolaborasi meredakan nyeri
pemberian
analgetik, jika perlu

4. Risiko ketidak Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


seimbangan tindakan keperawatan -Monitor berat -Mengidentifikasi berat
cairan selama 3x24 jam badan sebelum dan badan sebelum dan
diharapakan defisit sesudah dialisis sesudah dialisis
volume cairan dapat -Monitor status -Mengidentifikasi status
teratasi dengan kriteria hidrasi hidrasi
hasil :
- Turgor kulit membaik Terapeutik : Terapeutik :
- dehidrasi menurun -Berikan asupan -Agar dapat mengetahui
- kelembaban membran cairan sesuai jumlah cairan
mukosa meningkat kebutuhan
Edukasi :
Kolaborasi : Agar kebutuhan cairan
-Kolaborasi klien dapat terpenuhi
pemberian
diuretik,jika perlu Kolaborasi :
-Untuk mengeluarkan
urine yang berada dalam
tubuh
5. Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi Observasi
nafas tindakan keperawatan -Monitor pola nafas -mengindentifikasi adanya
selama 3 x 24 jam - Monitor bunyi edema di pary paru
diharapkan pola nafas nafas
teratasi dengan kriteria - Montor sputum Teraupetik
hasil ; -Agar dapat mengetahui
- Penggunaan otot bantu Teraupetik pola nafas efektif
nafas dari skala nyeri 5 -Berikan minum
menjadi 1 hangat Edukasi
- Dispnea dari skala nyeri - Lakukan -Agar kebutuhan pola
5 menjadi 1 fisioterapi dada nafas klien stabil
- Pernapasan cuping - Posisikan semi
hidung menurun fowler Kolaborasi
-Untuk mengeluarkan
Edukasi secret yang ada didalam
- Ajarkan Teknik paru paru
batuk efektif

Ko;aborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator
6. Gangguan Setelah dilakukan Obervasi Observasi
ferkusi jaringan tindakan keperawatan - Identifikasi faktor -Mengindentifikasi
selama 3 x 24 jam resiko jaringan adanya sirkulasi perifer
diharapkan ferkusi - Priksa sirkulasi
jaringan meningkat denga perifer Teraupetik
kriteria hasil; -Agar mengetahui adanya
- pasien tidak tergantung Teraupetik infeksi
total dengan kriteria hasil - Lakukan
- klien meningkat pada pencegaan infeksi Edukasi
resiko perfusi jaringan -Agar klien memahami
serebral Edukasi gangguan ferkusi jaringan
-mengerti tujuan dan - Edukasi proses
peningkatan perfusi penyakit Kolaborasi
-Membantu kerusakan
jaringan Kolaborasi ferkusi jaringan
- Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu

Implementasi
Adalah ketika perawat tahap mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kemampuan komunikasi yang efektif. Kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan observasi sistemik,kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, keamanan avokasi, dan kemampuan evaluasi (Heri,2026
dalam putri A,2018)

Evaluasi
Adalah tingkat intelektual, untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan dan pelaksanaan hasil dicapai.
Evaluasi bisa bersifat formatif yaitu dilakukan terus menerus untuk menentukan setiap hasil
yang telah di capai dan bersifat sumatif yaitu dilakukan sekaligus pada akhir dari semua
tindakan keperawatan yang telah dilakukan melalui siap kita akan mengevaluasi kembali .
(putri A,2018).

L. Daftar Pustaka
Agustin, putri sella. “Pengaruh kondisi lingkungan tidak sehat terhadap diare bagi anak
anak.” (2019)
MAHDIYAH, Durrotul. Universitas islam negri alauddin makassar.
SULISTYOWATI, sulistyowati.2019
SRI PUJI, A. S. T. U. T. I. APLIKASI PEMBERIAN MINYAK ZAITUN UNTUK
MENURUNKAN DERAJAT DIAPERS DERMATITIS PADA ANAK DIARE USIA 0-36
BULAN DIRUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG. Diss.
Universitas muhammadiyah semarang, 2018
Agustin, P.S (2019). Pengaruh kondisi lingkungan tidak sehat terhadap diare bagi anak
anak
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosa keperawatan indonesia
Jakarta. Dewan pengurus pusat persatuan nasional indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNi. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia
Jakarta. Dewan pengurus pusat persatuan nasional indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luar keperawatan indonesia
Jakarta. Dewan pengurus pusat persatuan nasional indonesia

Anda mungkin juga menyukai