Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH PEMBELAJARAN PKN DI SD

KESETARAAN GENDER DALAM LINGKUNGAN


SEKOLAH DAN KELUARGA

OLEH : EMMA SHOFIA PUTRI

NIM : 858861148

POKJAR : KEPANJEN

PGSD S1 (MASUKAN SARJANA) KURIKULUM BARU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh
perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan proses sosial budaya yang
panjang. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh
faktor biologis sebagian besar justru terbentuk melalu proses sosial dan kultural.
Kesetaraan gender merupakan suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan
dalam hak secara hukum dan kondisi atau kualitas hidupnya sama.
Kesetaraan dapat diartikan sebagai keadilan. Keadilan gender tersebut harus
terwujud dalam lingkup sekolah maupun keluarga. Keadilan secara umum
didefinisikan sebagai “menempatkan sesuatu secara proporsional” dan “memberikan
hak kepada pemiliknya”. Definisi ini memperlihatkan, bahwa kata ini selalu berkaitan
dengan pemenuhan hak seseorang atas orang lain yang seharusnya dia terima tanpa
diminta karena hak itu ada dan menjadi miliknya. Kesetaraan gender sendiri dapat
diartikan sebagai keadilan atau persamaan antara hak kaum perempuan dengan laki-
laki, baik di bidang pendidikan, sosial dan agama. Mereka tidak diberi tempat atau
kesempatan di area publik. Perempuan ingin mengapresiasi hak-haknya dengan jalan
menempuh pendidikan yang tinggi.
Permasalahan yang banyak terjadi disekitar yaitu banyak anak perempuan di
tingkat SD yang tidak boleh melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Biasanya
perempuan-perempuan yang dilarang tersebut dari keluarga yang tidak lengkap dan
menengah kebawah.
Padahal di zaman modernisasi ini tidak dapat dipungkiri perempuan banyak
berjasa dalam lingkungan masyarakat baik mereka yang berjasa dijajaran
pemerintahan, baik mereka yang duduk diperkantoran dan mereka yang hanya
dirumah saja, mereka secara langsung berjasa didalam lingkungan masyarakat.
Artinya perempuan bukanlah hanya menjadi pelengkap laki-laki yang hanya bisa
mengurus urusan keluarga semata. Perempuan yang dapat berperan penting dalam hal
tersebut adalah perempuan yang benar-benar terdidik dan memiliki intelektual yang
mumpuni sehingga pemikirannya dan kinerjanya dapat membantu bangsa secara
umum dan keluarga secara umumnya. Bila mungkin masih adanya batasan untuk
perempuan dalam bidang pendidikan dan perempuan hanya bisa hidup di dapur dan
mengurus keluarga saja maka bukan hal yag tidak mungkin kehidupan diserba maju
ini akan mengalami ketimpangan dan kaum laki-laki akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi zaman. Akan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini, perempuan
seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap. Terlebih lagi adanya
pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur, sumur,
mengurus keluarga dan anak, sehingga pada akhirnya peran di luar itu menjadi tidak
penting. Istilah kesetaraan gender sering terkait dengan istilah diskriminasi terhadap
perempuan, subordinasi, penindasan, perilaku tidak adil dan semacamnya.
Oleh karena itu, saling menghargai dan memberikan kesempatan yang sama
kepada semua individu untuk menempuh pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
keharmonisan dan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Hak perempuan untuk
meningkatkan kualitas dirinya dan mengembangkan kemampuannya akan semakin
mudah tercapai. Dengan cara tersebut juga para perempuan dapat mengangkat
ekonomi kelaurganya.

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang banyak terjadi disekitar yaitu banyak anak perempuan di
tingkat SD yang tidak boleh melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Biasanya
perempuan-perempuan yang dilarang tersebut dari keluarga yang tidak lengkap dan
menengah kebawah. Mereka hanya hidup dengan kakek neneknya sedangkan salah
satu orang tuanya bekerja menjadi TKW di luar negeri. Sehingga mereka tidak
memiliki kendali atas dirinya dan tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi. Mereka harus merawat kakek neneknya, dan membantu
mencari nafkah untuk keluarganya. Tidak ada yang memperhatikan pendidikan
mereka. Biasanya yang memegang kendali adalah kakek neneknya ataupun pamanya,
mereka hanya memiliki pilihan menikah atau bekerja selepas lulus sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisa tentang Permasalahan Gender


Masih banyak masalah tentang kesetaraan gender yang ada di lingkungan kita
baik disekolah maupun keluarga , diantaranya :
Diskriminasi dalam Kesempatan Memperoleh Pendidikan
Seringkali perempuan dinomorduakan dalam keluarga, misalnya dalam hal
pendidikan. Bagi keluarga yang ekonominya lemah, tentu akan berdampak pada nasib
perempuan. Ketika kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan, pihak orang tua
akan lebih mendahulukan anak laki-lakinya untuk melanjutkan sekolah daripada anak
perempuannya. Kaum laki-laki dianggap kelak akan menjadi kepala rumah tangga dan
bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya, sehingga pendidikan lebih diutamakan
untuk mendukung perannya. Sedangkan perempuan dianggap hanya akan menjadi ibu
rumah tangga yang bekerja di dalam rumah untuk mengurus anak, suami, dan rumahnya.
Permasalahan yang banyak terjadi disekitar kita yaitu banyak anak perempuan di
tingkat SD yang tidak boleh melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Biasanya
perempuan-perempuan yang dilarang tersebut dari keluarga yang tidak lengkap dan
menengah kebawah. Mereka hanya hidup dengan kakek neneknya sedangkan salah satu
orang tuanya bekerja menjadi TKW di luar negeri. Sehingga mereka tidak memiliki
kendali atas dirinya dan tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang
tinggi. Mereka harus merawat kakek neneknya, dan membantu mencari nafkah untuk
keluarganya. Tidak ada yang memperhatikan pendidikan mereka. Biasanya yang
memegang kendali adalah kakek neneknya ataupun pamanya, mereka hanya memiliki
pilihan menikah atau bekerja selepas lulus sekolah dasar.
Permasalahan tersebut banyak sekali terjadi di lingkungan pedesaan yang
masih terpencil dan kurangnya sosialisasi serta pemahaman tentang pentingnya
pendidikan. Jika kurangnya pendidikan, individu juga akan mudah ditipu dan dibodohi
orang. Tidak dapat mempertahankan dan menyuarakan pendapatnya sendiri. Semakin
kurangnya pendidikan juga akan semakin terpuruknya ekonomi dalam keluarga. Karena
pendidikan tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi juga cara berinteraksi
dengan orang lain.
2.2 Cara mengatasi Permasalah Gender di Lingkungan Sekolah Dan Keluarga

Sekolah merupakan lembaga yang berperan penting untuk merubah pola pikir peserta
didik termasuk perilaku –perilaku yang dianggap bias gender. Oleh karena itu, sekolah
adil gender memegang peran dan Sekolah Berwawasan Gender (Dwi Edi Wibowo) 193
fungsi yang strategis dalam mempersiapkan peserta didik agar dapat mengembangkan
multi intelegensianya secara optimal tanpa terkendala oleh nilai-nilai sosial budaya yang
kadang bias gender. Cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sekolah yang
responsive gender adalah :

1. Adanya pembelajaran responsif gender. Tidak membebeda-membedakan gender


dalam segala hal. Pembelajaran yang responsive gender yaitu dalam proses
pembelajarannya pendidik harus memperhatikan kebutuhan laki-laki dan perempuan
karena dalam proses pembelajaran ada internalisasi nilai tentang baik dan buruk suatu
perbuatan. Sehingga sebagai pendidik juga harus mencontohkan mana yang baik dan
mana yang buruk, apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang sebaiknya dilakukan dan
tidak dilakukan.
2. Guru harus memperhatikan apakah pembelajarannya mengandung diskriminasi
gender atau tidak. Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran
adalah :a. materi atau konten pembelajaran apakah materi mengandung stereotip
gender b. Guru harus memilih metode belajar mengajar yang dapat memastikan
partisipasi yang setara dan seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan.
3. Guru yang inovatif perlu tetap mencari cara untuk mengelola tata letak ruang kelas
untuk menjadi lebih kondusif bagi tumbuhnya partispasi belajar peserta didik laki-laki
maupun perempuan. Tidak membeda-bedakan kelas menurut gendernya.
4. Tidak memebda-bedakan gender menggunakan kata-kata. Sebagai contoh, apabila
guru yang secara terus-menerus mengatakan pada seorang siswa “bahwa anak laki-
laki lebih malas dan anak perempuan lebih rajin”, siswa tersebut mungkin menjadi
percaya bahwa hal tersebut memang benar dan hal ini akan berdampak buruk pada
kinerja akademiknya. Siswa tersebut mungkin tidak akan belajar maksimal mengingat
semua usahanya akan dianggap sia-sia. Bahasa juga dapat mendorong terjadinya
ketidaksetaraan. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan di kelas seringkali
merefleksikan dominasi siswa laki-laki di kelas dan melemahkan perempuan untuk
memiliki posisi yang lebih rendah. Guru merefleksikan bias gender yang dimilikinya
melalui bahasa yang sesuai kepercayaannya bahwa anak laki-laki tidak sepandai atau
setekun anak perempuan, anak perempuan tidak seberani anak laki-laki dan
sebagainya.
2.3 Penerapan Gender dalam Lingkungan Keluarga
Pendidikan adil gender dalam keluarga adalah memberikan kesempatan yang
adil kepada ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan untuk menjalankan
perannya dalam keluarga dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
perannya tersebut secara adil dan bijaksana. Bentuk pendidikan adil gender dalam
keluarga adalah:
1. Memberikan sosialisasi kepada seluruh orang tua bahwa pendidikan bagi anak
perempuan pun adalah hal yang penting dan wajib disediakan oleh orang tua.
Ekonomi dan pandangan bahawa perempuan hanya bisa menjadi ibu rumah
tangga bukan hal yang bisa menghalangi anak perempuan untuk menempuh
pendidikan karena zaman sekarang sudah banyak bantuan untuk siswa yang
tidak mampu. Semua tergantung perhatian keluarga terhadap anak dan kemauan
orang tua untuk mencari informasi yang diperlukan mengenai pendidikan anak.
2. Mendidik anak berdasarkan asas keadilan gender berarti memberikan
kesempatan yang sama pada anak dalam memperoleh akses, manfaat,
partisipasi, kontrol terhadap semua sumberdaya keluarga. Setiap anak diberikan
kesempatan untuk berpendapat, memilih jalannya sendiri.
3. Anak laki-laki dan perempuan adalah berbeda, namun jangan dibeda-bedakan.
4. Setiap anggota keluarga terbuka untuk berkomunikasi, dapat mendengarkan
keluhan anggota keluarga, memecahkan masalah keluarga secara bersama,
komunikasi terbuka dan jelas, saling berbagi dan empati, saling percaya dan
menghargai.
5. Ayah & Ibu harus memperhatikan personalitas masing-masing anak yang unik
6. Orangtua memberi contoh bagaimana kemitraan laki-laki dan perempuan di
dalam keluarga dan masyarakat.

2.4 Manfaat dari adanya Kesetaraan Gender


Kesetaraan gender dalam keluarga setidaknya akan membawa tiga manfaat: 
1. Pertama, membantu finansial keluarga. Adanya dukungan istri yang
berpendidikan dan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga, sudah tentu
akan menguatkan ekonomi keluarga sehingga lebih mandiri. Selama ini persoalan
ekonomi seringkali menjadi pemicu dan pemacu pertengkaran dalam keluarga
yang berujung pada perceraian. Dengan demikian, kesetaraan gender membawa
makna positif dalam mewujudkan keluarga mandiri secara ekonomi.
2. Kedua, menumbuhkan keharmonisan. Penerapan kesetaraan gender dalam
keluarga dengan berbagi peran dan menghargai satu sama lain tentu akan
membuat keluarga lebih harmonis dan bahagia. Hal ini tentu tidak akan
didapatkan manakala kesetaraan gender tidak diterapkan dalam keluarga, di mana
salah satu pasangan merasa tertekan, mendapat beban terlalu banyak dan
mendapat perlakuan kasar yang menyebabkan tidak nyaman.
3. Dalam sekolah, akan menumbuhkan kerukunana antar siswa dan setiap siswa akan
merasa dihargai.
4. Setiap siswa dapat mengembangkan potensi dan kemampuannnya semaksimal
mungkin tanpa takut akan diskriminasi dari pihak manapun.

Anda mungkin juga menyukai