Anda di halaman 1dari 17

Kegiatan Belajar 1

Pembelajaran Memba Menulis di Kelas Rendah

MODUL 6 : PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS


PERMULAAN (MMP)
KB 1. Pembelajaran Membaca Menulis di Kelas Rendah
Pada hari-hari pertama sekolah, pada pemulaan tahun ajaran baru, sekolah-sekolah
biasanya
disibukkan oleh keramaian murid-murid baru. Sekolah menjadi tambah ramai manakala
para
pengantar (mungkin ibu, bapak, kakak atau anggota keluarga yang lain) turut pula
menyaksikan
pengalaman pertama salah satu angota keluarganya bersekolah.
Pada awal-awal persekolahan murid-murid kelas1 SD, sajian pembelajaran yang utama
untuk
mereka adalah membaca dan menulis. Pembelajaran untuk kedua jenis keterampilan ini
dikemas
dalam satu paket yang disebut paket MMP, paket membaca, dan paket menulis
permulaan.
Melalui paket ini, untuk pertama kalinya para murid baru diperkenalkan dengan lambing-
lambang
tulis yang biasa digunakan untuk berkomunikasi. Sasaran utamanya adalah para murid kelas
1 SD
memiliki kemampuan membaca dan kemampuan menulis pada tingkat dasar. Kemampuan
dasar
dimaksud akan menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain, baik dalam
kehidupan
bermasyarakat.
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjagannya
itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan
membaca
dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah.
Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan
menu
utama.
Peralihan dari masa bermain di TK (bagi yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah
(bagi
anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.
Hal
pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan tersebut
adalah
kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi
pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya disekolah. Kemampuan membaca
permulaan lebih
diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf.
Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf
yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Kemampuan
melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan
membaca
tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud melek wacana adalah kemampuan
membaca
yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-
bunyi
bermakna yang disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut.Kemampuan
menulis
permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada
tingkat
dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang
bersifat
mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan lambang-lambang yang jika
dirangkaikan
dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjagannya
itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan
membaca
dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah.
Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan
menu
utama.
Peralihan dari masa bermain di TK (bagi yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah
(bagi
anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.
Hal
pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan tersebut
adalah
kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi
pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya disekolah. Kemampuan membaca
permulaan lebih
diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf.
Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf
yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Kemampuan
melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan
membaca
tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud melek wacana adalah kemampuan
membaca
yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-
bunyi
bermakna yang disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut.Kemampuan
menulis
permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada
tingkat
dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang
bersifat
mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan lambang-lambang yang jika
dirangkaikan
dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.
A. Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai
dengan kepanjagannyaitu, MMP merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membacadan menulis permulaan di kelas-kelas
awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah.Pada tahap awal anak
memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menuutama.
Peralihan dari masa bermain di TK (bagi yang mengalaminya) atau dari
lingkungan rumah (bagianak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah
merupakan hal baru bagi anak. Halpertama yang diajarkan kepada anak pada
awal-awal masa persekolahan tersebut adalah kemampuan membaca dan menulis.
Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagipemerolehan bidang-bidang
ilmu lainnya disekolah.
Kemampuan membaca permulaan lebihdiorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya
tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut. Kemampuan
melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan
membacatingkat lanjut, yakni melek wacana. Melek merupakan kemampuan
membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis
menjadi bunyi-bunyi bermakna yang disertai pemahaman akan lambang-
lambang tersebut.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan
kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran
menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifatmekanik. Anak-
anak dilatih untuk dapat menuliskan lambang-lambang yang jika
dirangkaikandalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MMP


Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan
kurikulum terkini yangyang digunakan disekolah-sekolah sebagai pengganti atas
kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1994. Penyempurnaan kurikulum ini
mengacu pada Undang-Undang N0.20 Tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya
standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan dengan standar isi,
proses,dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum
pemerintah.
Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Ir. Indra
Jati Sidi dalam katapengantar untuk kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan
untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansipendidikan yang harus
dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia
seutuhnya. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya
memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi social, media
pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa.Standar kompetensi mata pelajaran
bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca, untuk SD dan MI adalah “membaca
huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraph, berbagai teks bacaan, denah,petunjuk, tata
tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasika dan berekspresi
sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita
rakyat,cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
Kompetensi membaca jugadiarahkan menumbuhkan budaya baca”. Standar
kompetensi aspek membaca dikelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca dan
memahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara) dan membaca
nyaring beberapa kalimat sederhana.
Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah kompetensi dasar, yakni :
1. Membiasakan bersikap membaca yang benar
2. Membaca nyaring
3. Membaca bersuara (lancar)
4. Membacakan penggalan cerita

Untuk keterampilan menulis di kelas 1 (kelas rendah), kurikulum 2004


menetapkan standar kompetensi sebagai berikut:
siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan
huruf sambung, menulis kalimat yang didektekan guru, dan menulis rapi
menggunakan huruf sambung.
Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh buah kompetensi dasar,
yakni:
1. Membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat
tulis)
2. Menjiplak dan Menebalkan
3. Menyalin
4. Menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas
5. Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3- 5 kata ) dengan huruf
sambung
6. Menulis kalimat yang didektekan guru menggunakan huruf sambung dan
menuliskanya dengan benar
7. Menulis rapi kalimat dengan huruf sambung
Kegiatan Belajar 2
Strategi Pembelajaran MMP
A. Metode Pembelajaran MMP
Berdasarkan ilustrasi pencakapan yang diketengahkan pada awal modul ini,
dapatkah andamenunjukkan dan membedakan bermacam-macam metode MMP yang
digunakan oleh Bu Imam, Bu Sigit, Mbak Yanti, dan Bu Mimim dalam mengajari
putra atau adik mereka membaca? Keempat orang itu menggunakan metode
MMP yang berbeda, bukan? Coba anda temukan perbedaan-perbedaan tersebut
dengan jalan mempelajari hakikat dari berbagai macam metode MMP dalam uraian
berikut.
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini
memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara
alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan
bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e,F/f, dan
seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan seterusnya.Setelah
melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan
cara merangkai kan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya:
B, a, d, u, menjadi b-a à ba (dibaca atau dieja /be-a/ à (ba)
d-u à du (dibaca atau dieja /de-u) à (du)
ba-du à dilafalkan à /badu/
b, u, k, u, menjadi b-u à bu (dibaca atau dieja /be-u/ à (bu)
k-u à ku (dibaca atau dieja /ke-u/ à (ku)
proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan
huruf-huruf
lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa
suku kata.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.
Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami kesukaran dalam
memahami
system pelafalan bunyi /b/, dan /a/ menjadi (ba) bukan (bea). Bukankah huruf /b/ dilafalkan
(be)
dan huruf /a/ dilafalkan (a). mengapa kelompok huruf /ba/ dilafalkan (ba) bukan
(bea).
Penanaman konsep hafalan abjad dengan menirukan bunyi pelafalannya secara mandiri,
terlepas
dari konteksnya, menyebabkan anak mengalami kebingungan manakala menghadapi
bentukan-
B, a, d, u, menjadi b-a (dibaca atau dieja /be-a/ [ba] )
d-u (dibaca atau dieja /de-u/ [du])
ba-du dilafalkan /badu/
B, u, k, u, menjadi b-u bu (dibaca atau dieja /be-u/ [bu])
k-u ku (dibaca atau dieja /ke-u/ [ku])
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa
menuliskan huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis
rangkaian huruf yang berupa suku kata. Proses pembelajaran selanjutnya
adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Anak yang baru mulai belajar
membaca, mungkin akan mengalami kesukaran dalam memahami sistem
pelafalan bunyi /b/, dan /a/ menjadi (ba) bukan (bea). Bukankah huruf /b/
dilafalkan (be) dan huruf /a/ dilafalkan (a). Mengapa kelompok huruf
/ba/ dilafalkan (ba) bukan (bea).Penanaman konsep hafalan abjad dengan
menirukan bunyi pelafalannya secara mandiri, terlepas dari konteksnya,
menyebabkan anak mengalami kebingungan manakala menghadapi bentukan-
bentukan baru, seperti bentuk kata tadi. Disamping hal tersebut, hal lain yang
dipandang sebagai kelemahan dari penggunaan metode ini adalah dalam pelafalan
diftog dan fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/, /kh/, /ai/, /au/, /oi/,dan
sebagainya. Bertolak dan kedua kelemahan tersebut, tampaknya proses
pembajaran melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses
pembelajaran MMP dengan metode ini.
2. Metode Bunyi
Proses pembelajaran terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca: betapa
huruf konsonan). Sebagai berikut
Huruf /b/ dilafalkan [eb]
/d/ dilafalkan [ed]
/e/ dilafalkan [e]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
Metode Bunyi merupakan bagian dari Metode Eja. Prinsip dasar proses
pembelajarannya tidak jauh beda dengan Metode Eja / Abjad. Demikian
jugadengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaanya terletak hanya pada
cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).

3. Metode Suku Kata


Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/: /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku,
ke, ko/, dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi
kata-kata bermakna. Kata-kata yang dimaksud, misalnya;
bo – bi cu – ci da – da ka – ki
bi – bu ca – ci di – di ku – ku
da - ka – ku
ba – ca ka – ca du
du – ku – da
ka
setelah ini dapat dilanjutkan proses perangkaian kata menjadi kelompok kata atau
kalimat sederhana. Contohnya perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud,
seperti tampak pada contoh berikut ini.

ka – ki ku – da
ba – ca bu – ku
cu – ci ka – ki

proses perangkaian suku kata menjadi kata, menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan proses pengupasan atau penguraian
bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan Bahasa terkecil di bawahnya, yakni
dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata. Proses
pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas,
kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni Metode Rangkai –
Kupas.
Metode Suku Kata dapat dilakukan dengan langkah – langkah :
a. Tahap pertama, pengenalan suku- suku kata
b. Tahap kedua, perangkaian suku – suku kata menjadi kata;
c. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana;
d. Tahap keempat, pengintergrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan;
(kalimat – kata- kata – suku-suku kata ).

4. Metode Kata
Proses pembelajaran metode kata pada MMP diawali dengan pengenalan
sebuah kata tertentu. Kata tersbut, kemudian dijadikan Lembaga sebagai dasar
untuk pengenalan suku kata dan huruf. Kata yang dimaksud diuraikan (dikupas)
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya dilakukan proses
perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Pengupasan
dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata Lembaga (kata semula).
Proses dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan dan
perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai Metode Kupas- Rangkai
(sebagai lawan dari metode suku kata yang biasa juga disebut Metode Rangkai-
Kupas). Sebagain orang menyebutnya Metode kata dan Metode Kata Lembaga.

5. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai metode kalimat. Dikatakan
demikian karena alur proses pembelajaran MMP yang diperhatikan melalui
metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk
membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar.
Dibawah gambar tersebut, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada
makna gambar tersebut. Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa
kalimat, barulah proses pembelajaranMMP dimulai
Melalui proses deglobalisasi (proses pengurai kalimat menjadi satuan-satuan
yang lebih kecil,yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf), selanjutnya anak
menjalani proses belajar MMP. Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf,tidak disertai dengan proses
sintesisi (perangkai kembali). Artinya, huruf-huruf yang telah teruarai itu tidak
dikembalikan lagi pada satuan diatasnya, yakni suku kata.
a. Memperlihatkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata;
suku kata menjadi huruf-huruf

6. Metode SAS
Sebagian orang menyebutnya metode kata atau metode kata lambing .Metode
Global Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai metode kalimat.
Dikatakan demikian karena alur proses pembelajaran MMP yang diperhatikan
melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global.
Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan
gambar. Dibawah gambar tersebut, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira
merujuk pada makna gambar tersebut.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah
proses pembelajaran MMP dimulai. Melalui proses deglobalisasi (proses pengurai
kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil,yakni menjadi kata, suku kata,
dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP. Proses penguraian
kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf,
tidak disertai dengan proses sintesisi (perangkai kembali). Artinya, huruf-huruf
yang telah teruaraiitu tidak dikembalikan lagi pada satuan diatasnya, yakni suku
kata.Metode SAS, SAS merupakan singkatan dari struktural analitik sintetik.
Motode SAS merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan untuk
proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.
Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya
dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat yang utuh. Mula-
mula anak diperkenalkan sebuah struktur yang member makna lengkap, yakni
struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep
kebermaknaan pada diri anak.
Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan
metode SAS, meliputi:
Kalimat menjadi kata – kata
Kata menjadi suku – suku
Suku kata menjadi huruf-huruf
Melihat prosesnya, tampaknya metode ini merupakan campuran dari metode-
metode membaca permulaan. Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan
dari metode ini, diantaranya sebagai berikut:
a. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang
memandang satuan bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat.
b. Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak.
c. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).
Uraian ini ditutup dengan dengan sebuah simpulan bahwa tidak ada metode
yang terbaik dan juga tidak ada metode yang terburuk. Masing-masing
metode mempunyai kelebihan dankekurangan. Metode yang terbaik adalah
metode yang cocok dengan pemakaiannya.

7. Metode Eja
8. Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini
memulai pengajarannya
9. dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan
10. dilafalakan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b,
C/c, D/d, E/e,
11. F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan
seterusnya.
12. Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalban dengan suku kata
dengan cara
13. merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya:
14. Metode Eja
15. Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini
memulai pengajarannya
16. dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan
17. dilafalakan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b,
C/c, D/d, E/e,
18. F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan
seterusnya.
19. Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalban dengan suku kata
dengan cara
20. merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya:
B. Model Pembelajaran MMP
Model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu
adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri dalam
mengajar. Yang perlu anda pahami disini, bukanlah persoalan teknik dan
strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran
MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu. Mengenai
pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru
bagi pembelajaran pemula tidaklah begitu penting.
Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok
sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Namun, penggunaan pendekatan
CBSA (cara belajar siswa aktif), pendekatan komunikatif-integratif, dan CTL
(contextual teaching and learning) hendaknya benar-benar dilaksanakan oleh setiap
guru. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP terbagi kedalam dua tahapan
sebagai berikut:
1. Langkah-Langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal
anak bersekolahpada minggu-minggu pertama mereka duduk dibangku sekolah.
Hal ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 mingu. Jika memungkinkan tenggang
waktu tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat. Pengajaran menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan
melalui pelatihan mekanik untuk melemaskan otot-otot tangan, misalnya
berlatih membuat telur atau lingkaran diudara, membuat pagar udara, menirukan
gambar huruf diudara, dan sejenisnya.
2. Langkah-Langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan Buku
Langkah awal yang paling penting didalam pembelajaran MMP dengan buku
adalah bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan
buku (bacaan) dan mau belajar sendiri yang dilandasi motivasi instrinsik.
Kondisi belajar terpaksa atau dipaksakan harus dihindari. Ada beberapa
tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan
buku. Kegiatan pembelajaran pada fase ini merupakan tindak lanjut dari
kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian,
diasumsikan anak-anak tidak berangkat darikondisi nol. Berikut beberapa
alternatif pembelajaran yang ditawarkan.
a. Membaca Buku Pelajaran (Buku Paket)
b. Membaca Buku dan Majalah Anak yang Sudah Dipilih
c. Membaca bacaan bersma guru- siswa
d. Membaca bacaan susunan siswa (kelompok perseorangan)

e. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Permulaan


f. Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi kedadalam dua
kelompok, yakni:
g. Pengenalan huruf
h. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaa dengan kegiatan pembelajaran
membaca permulaan.
i. Pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta
pelafalannya dengan
j. benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra
siswa dalam menganal dan
k. membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Proses pemberian
latihan dilaksanakan
l. dengan mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan
sederhana menuju latihan
m. yang kompleks
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi kedadalam dua kelompok,
yakni:
a. Pengenalan huruf
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaa dengan kegiatan pembelajaran
membaca permulaan.Pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pengenalan
bentuk tulisan serta pelafalannya denganbenar. Fungsi pengenalan ini
dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam menganal
danmembedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Proses
pemberian latihan dilaksanakandengan mengikuti prinsip dari yang mudah
ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju latihan yang kompleks.
b. Latihan
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan,
seperti berikut ini.
1. Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
2. Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakkan tangan diudara dengan telunjuk sendiri
atau dengan bantuan alatseperti pensil, kemudian dilanjutkan dengan
latihan.
3. Latihan mengeblat
Latihan mengeblat yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan
menindas tulisan yang telah ada.
4. Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan dalam buku-buku yang secara khusus menyajikan
latihan semacam ini.
5. Latihan menatap bentuk tulisanLatihan ini dimaksudkan untuk
melatih koordinasi antara mata, ingatan dan jari anak ketikamenulis
sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf dalam
benaknnya danmemindahkannya ke jari tangannya.
6. Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada
papan tulis.
7. Latihan menulis halus indah
Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk
latihan menulis atau bukukotak. Ada petunjuk berharga yang dapat ada
ikuti jika murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti ini
a. Untuk tulisan huruf cetak, bagilah setiap baris pada halaman buku
menjadi dua. Untuk ukuran dan bentuk tulisan, lihat pedoman yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
b. Untuk tulisan tegak bersambung. Bagilah setiap baris pada
halaman buku menjadi tiga bagian. Untuk ukuran dan bentuk
tulisan lihat pedoman dari Depdiknas.
8. .Latihan dikte/imla’
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengkoordinasikan antara ucapan,pendengaran, ingatan, dan jari-
jarinya ketika menulis sehingga ucapan seseorang itu
dapatdidengar, diingat,dan dipindahkan kedalam wujud tulisan dengan
benar.
9. Latihan melengkapi tulisanMenuliskan nama-nama benda yang terdapat
dalam gambar.
a. Melengkapi huruf
B … l a

… o l a
b. Melengkapan suku kata adik bermain

A dik ber ma …

A … ber ma in

… … ber ma in

… …. … ma in

10. Menentukan nama-nama benda yang terdapat dalam gambar

11. Mengarang sederhana dengan bantuan gambar


Ikuti langkah-langkah berikut ini :
a. Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri.
b. Guru menceritakan dan bertanya jawab tentang tema, isi , dan maksud
gambar.
c. Siswa diberi tugas menulis karangan sederhana sesuai dengan
penafsirannya mengenai gambar tadi atau sesuai dengan cerita
gurunya dengan menggunakan kata-kata sendiri.

KB 3. Penilaian Dalam Pembelajaran MMP


A. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan
memperhatikan aktivitas, respon,kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut,
perkembangan dan kemajuan belajar siswa akan diketahui. Bukanhanya itu,
masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar juga
akanterdeteksi. Demikian juga dengan respon dan tanggapan siswa terhadap kemajuan
belajar yangdicapainya atau terhadap masalah yang dihadapinya akan dapat
diketahui.Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab, pernyataan yangharus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee
(peserta tes). Dalam pembelajaranMMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui
dan menilai sejauh mana kemampuan danpenguasaan siswa dalam hal
kemelekhurufan (kemampuan membaca tingkat dasar) dankemampuan menulis
secara teknis.Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat
dilakukan secara tertulis, lisan,dan perbuatan.
1. Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun
pengerjaannya dilakukan dalambentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa
dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan,baik atas pernyataan
maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2. Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun
pengerjaannya dilakukan dalambentuk lisan. Dalam cara ini pun,
pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban ataspertanyaan
atau tanggapan atas pernyataan.
3. Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat
dismpaikan secara tertulisatau lisan dan pengerjaannya oleh siswa
dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.

Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh


gambaran mengenaikarakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini
pada umumnya digunakan untukmemperoleh informasi tentang hal-hal yang
tengah terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Dengankata lain, teknik nontes lebih
cocok digunakan dalam penilaian proses. Sedangkan untukpenilaian hasil
dapat dilakukan dengan kedua-duanya, baik teknik tes maupun teknik nontes.

B. Penilaian Hasil Penilaian


Penilaian hasil yang dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil
belajar siswa. Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes.
Untuk menilai pencapaian hasil belajarsiswa dalam pembelajaran MMP di kelas
rendah dimaksudkan untuk menilai kemampuan siswadalam hal
“kemelekhurufan” yang dicapainya. Kemampuan-kemampuan dimaksud
meliputipengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku
kata, kata, dan kalimatsederhana.
1. Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut
ini.Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik
berupa lambang yangberupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
Melalui tes ini, guru akan dapat menilai kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi lambang-lambang bunyi, melafalkannya, dan
memaknainya.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai
dengan pemokusanpembelajaran yang diberikan.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana)
Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks
sederhana, guru dapatmengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk
menilai kemampuan siswa dalam memahamilambang-lambang tertulis.
Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk mengajukanpertanyaan
sehubungan dengan teks yang dibacanya
INDONESIA DI SD/MI
KEGIATAN BELAJAR I
FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN BERBAHASA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN
BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas 3 komponen,
yaitu :
1. Kebahasaan
2. Kemampuan berbahasa
3. Kesastraan
Kompetensi kebahasaan terdiri dari 2 aspek,yaitu :
1. Struktur kebahasaan yang meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,semantic dan kewacanaan.
2. Kosakata
Sedangkan kemampuan berbahasa terdiri atas 4 aspek, yaitu :
1. Kemampuan mendengarkan / menyimak
2. Kemampuan membaca
3. Kemampuan berbicara
4. Dan kemampuan menulis
Praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan tersebut tidak berdiri sendiri
melainkan merupakan perpaduan dari keempatnya. Tidak mungkin di dalam kelas guru hanya
melatih pengembangan kompetensi berbicara saja tanpa diikuti oleh keterampilan berbahasa
yang lain, namun karena materi pembelajaran bahasa Indonesia itu meliputi beberapa aspek,
maka pembelajaran bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek tersebut. Dengan demikian ada
pembelajaran bahasa dengan focus keterampilan berbahasa, dan adapula pembelajaran bahasa
dengan fokus sastra. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa
adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu
kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada. Dengan demikian, dalam
langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar tertumpu atau berfokus pada
satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA.


Disamping difokuskan pada keterampilan berbahasa,pembelajaranbahasa Indonesia dapat
pula difokuskan pada sastra,tetapi tetap diintegrasikan dengan kompetensi dasar yang lain
misalkan pada pembelajaran mendengarkan dongeng,mendeklamasikan puisi,mengubah puisi
ke dalam bentuk prosa.
Pada saaat ini pembelajaran sastra ditekankan pada apresiasi sastra. Oleh karena itu,teori-
teori sastra diajarkan dengan persentase yang sangat kecil,dan tentu saja semakin tinggi
jenjang pendidikan siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan
untuk mengapresiasi karya sastra.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra berarti dalam langkah-langkah
pembelajarannya semua kegiatan belajar mengajar difokuskan untuk mengapresiasi sastra apa
lewat pembacaan puisi,mendengarkan cerita rakyat atau yang lainnya yang disesuiakan
dengan tingkat kelas siswa.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN
BERBAGAI FOKUS.
Adapun tujuan dan manffat pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus
tersebut adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang
ditekankan,misalnya yang ditekankan adalah kompetensi dasar rmendengarkan maka porsi
untuk pembelajaran mendengarkan lebih banyak daripada keterampilan yang lain.
Kalau dilihat dari segi guru, pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai focus ini
bertujuan untuk memudahkan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran di kelas.
KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendirinyang harus dikuasai
guru. Sebagai guru yang professional,dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri
(karakter) setiap pembelajaran keterampilan berbahasa,kompetensi berbahasa, dan juga
sastra. Hal yang tak kalah penting bagi guru bahasa adalah : 1 ) memahami betul
karakteristik pembelajaran untuk masing-masing kompetensi :2) memahami tuntutan
kurikulum dan masyarakat; 3) menafsirkan secara kritis dan kreatif isi kurikulum;
4)memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran BI.
Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang
dapat dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi.
Pembelajaran mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak
siswa,daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan
pengetahuan,kemampuan dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua keterampilan
berbahasa,yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan
yang resiprokal,artinya,kegiatan tersebut saling mengisi.Adanya kegiatan berbicara jika ada
yang mendengarkan dan sebaliknya.
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan
huruf,kata,kalimat sederhana pada anak,system pembelajarannya dikenal dengan istilah
membaca awal (membaca permulaaan),sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak
memahami apa yang dibaca (membaca pemahaman).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai
metode dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat
dilakukan dengan metode langsung,metode eklektik, ataupun metode linguistic sedangkan
untuk pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan teknik membaca sekilas
(skimming), 2)teknik membaca memindai (scanning);3) Teknik SQ3R.
Untuk pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum
berhasil. Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak disini. Agar memiliki
keterampilan menulis,seseorang dituntut : 1)memiliki kemampuan mendengarkan (daya
simak) yang tinggi ;2) gemar membaca ; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak
dan dibaca; dan 4) menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah
(menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan
(huruf);2) penulisan kata; 3) penulisan kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan
pada kelas tinggi pembelajaran menulis menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis,
2) menuangkan ide ke dalam tulisan; 3)mengembangkan ide yang dimilikinya; 4)mampu
memilih kata,kalimat dan gaya dalam menulis.
Menulis itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu
dilakukan secara bertahap,yaitu perencanaan menulis (prapenulis),penulisan, dan revisi
( Mc.Crimmon,1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5). Perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran menulis untuk kelas tinggi dapat dilakukan dengan teknik 1) Diagram pohon,
2) Diagram lingkaran, 3) Diagram piramida terbalik dan Tabel. ( diagram-diagramnya dapat
dilihat pada modul 7 hal 7.18-7.20)
A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN BERBAHASA
Model pembelajaran Bi dengan focus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya
mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja,akan tetapi keterampilan yang
menjadi focus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari
keterampilan lain yang tidak menjadi fokus . setiap keterampilan berbahasa yang menjadi
focus merupakan kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat,tertuju,
dan berakhir pada keterampilan yang menjadi focus pembelajaran. Di samping pembelajaran
difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang
lain,didalamnya juga terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.
Contoh model-model pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa dapat
kita lihat pada modul 7 halaman 7.22 – 7.36 )
B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA
Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra
diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil,tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan
siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan sisw tentang sastra.
Karena dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan,
teknologi, dan ragam budaya.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang
dibacakan anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat
dapat merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya..Dengan membaca
sastra anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat
menolong anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari
hubungan yang manusiawi.
Contoh model pembelajaran menulis berikut dapat dilihat pada modul halaman 7.38 –
7. 39.

Untuk keterampilan menulis di kelas 1 (kelas rendah), kurikulum 2004


menetapkan standar
kompetensi sebagai berikut: siswa mampu menulis beberapa kalimat yang dibuat sendiri
dengan
huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang didektekan guru, dan
menulis rapi
menggunakan huruf sambung. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh
buah
kompetensi dasar, yakni:
membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis)n
menjiplak dan menebalkan

Anda mungkin juga menyukai