Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PROBLEMATIKA SERTA FAKTOR PENGHAMBAT KETERAMPILAN

MEMBACA MENULIS PERMULAAN (MMP) PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 41


AMPENAN TAHUN AJARAN 2022/2023
1
Drs. Hilmiati, M. Pd, 2Ismi Sabina
Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram
Email: 1hilmiati@uinmataram.ac.id, 2210106106.mhs@uinmataram.ac.id

ABSTRAK
Keterampilan membaca dan menulis bukanlah hal yang mudah bagi anak usia sekolah dasar di kelas
rendah, khususnya kelas 1 dan 2. Dalam proses pembelajaran membaca dan menulis itu pastinya ada
kesulitan atau masalah-masalah yang dialami siswa. Suatu masalah ada pastinya disebabkan oleh
faktor yang melatarbelakangi timbulnya masalah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui permasalahan dan faktor apa saja yang menghambat keterampilan membaca dan
menulis permulaan siswa kelas 1 SDN 41 Ampenan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Subjek dari
penelitian ini siswa kelas 1 SDN 41 Ampenan yang mengalami kesulitan membaca dan menulis. Hasil
penelitian menunjukkan problematika atau permasalahan yang dialami siswa dalam membaca
permulaan adalah masih ada yang belum mengenal huruf, kesulitan membedakan huruf yang hampir
mirip dan mengeja beberapa suku kata. Sedangkan permasalahan dalam menulis permulaan adalah
siswa masih kurang huruf atau tidak lengkap, jarak spasi antar huruf atau kata tak teratur dan
penulisan huruf kapital masih banyak yang tidak tepat. Permasalahan yang muncul pasti disebabkan
oleh beberapa faktor yang dapat menghambat keterampilan membaca dan menulis permulaan pada
siswa. Faktor yang timbul bisa karena faktor internal dari siswa itu sendiri ada juga faktor eksternal
yang berasal dari lingkungan sekitar siswa. Faktor internal bisa dari kemampuan motorik dan
intelektual siswa yang berbeda-beda, sedangkan dari faktor eksternal bisa karena kurangnya dukungan
dari orang tua dan juga kurangnya tenaga pengajar di sekolah tersebut.
Kata Kunci: Masalah, Faktor Penghambat, Membaca dan Menulis Permulaan
PENDAHULUAN

Bahasa menjadi salah satu alat utama untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, sehingga
terjadi sebuah interaksi. Keterampilan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting di dalam
pendidikan. Seorang siswa diharapkan mampu menguasai aspek tersebut dengan cara terus
dikembangkan dan memperhatikan hal-hal yang dapat menghambat perkembangan bahasa anak di
sekelilingnya. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa yang baik pasti ada prosesnya. Mulanya
saat kecil kita belajar mendengarkan atau menyimak bahasa yang terdengar di sekitar kita, kemudian
mulailah kita berbicara mengikuti kata per kata yang di dengar sesudah itu barulah kita belajar
membaca dan menulis. Keterampilan membaca menulis permulaan adalah bagian penting dalam
pembelajaran karena ini menjadi dasar dalam mencapai keterampilan lainnya.

Keterampilan membaca dan menulis permulaan ini didapatkan saat usia sekolah.
Pembelajaran ini menjadi pembelajaran awal dan utama bagi siswa di sekolah dasar pada kelas rendah
(kelas 1 dan 2). Keterampilan membaca menulis permulaan ini berada dalam satu pembelajaran
membaca menulis permulaan atau MMP. Tahap awal membaca permulaan di kelas rendah akan
diajarkan kegiatan mengenal huruf dan cara membacanya, mengenal ejaan per suku kata, kemudian
belajar membaca kata dan kalimat. Oleh karena itu seharusnya siswa kelas 2 SD sudah bisa lancar
membaca, hanya saja ketepatan intonasi kemudian mengenal huruf kapital, penggunaan simbol-
simbol tanda baca yang tepat.1 Mulyono Abdurrahman mengatakan jika pelajaran menulis memuat
menulis dengan tangan dan menulis ekspresif. Menulis dengan tangan ini disebut juga menulis
permulaan. Tahap awal di kelas 1 SD, siswa mulai dikenalkan dengan lambang-lambang bunyi. Agus
Badrudin juga menyatakan bahwa, dalam menulis permulaan harus dimulai dari hal yang sangat
sederhana.2

Dalam hal ini membaca permulaan tingkat awal yaitu kemampuan melek huruf, siswa
mengubah lambang-lambang tertulis menjadi sebuah bunyi-bunyi yang bermakna. Pada keterampilan
menulis permulaan hampir mirip dengan membaca permulaan. Saat fase awal, pembelajaran menulis
diutamakan pada kemampuan yang mempunyai sifat mekanik. Siswa dilatih mempunyai kemampuan
menulis (sama dengan kemampuan menggambar) lambang tulisan yang dirangkai menjadi sebuah
kata atau kalimat bermakna. Di usia awal sekolah dasar, siswa diharapkan sudah memiliki
kemampuan membaca menulis permulaan, agar tidak mengalami kesulitan di tingkat kelas
selanjutnya.

Problematika keterampilan membaca dan menulis sisa sering dianggap hal yang wajar ketika
awal tahun sekolah. Ketidaklancaran siswa dalam membaca menulis permulaan bukan masalah kecil.
Saat memasuki kelas satu, kebanyakan guru mengharapkan siswa sudah mampu membaca dan
menulis, Namun, kenyataan di lapangan pada jenjang TK (Taman Kanak-Kanak) siswa tidak dituntut
untuk lancar membaca dan menulis. Akibatnya, banyak problem terjadi dalam perkembangan proses
membaca menulis permulaan. Terlebih lagi membaca dan menulis merupakan keterampilan yang
kompleks karena melibatkan berbagai aspek kognitif pada anak. Oleh karena itu, pasti ada
problematika yang timbul serta faktor yang melatarbelakangi keterampilan membaca menulis
permulaan pada siswa.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SDN 41 Ampenan, menunjukkan bahwa


keterampilan membaca siswa sudah cukup baik meskipun masih ada yang belum bisa dan mengeja.
Ada 10 dari 36 siswa yang sudah lancar membaca, 21 masih mengeja dan 5 siswa belum bisa
membaca. Sedangkan untuk keterampilan menulis permulaan masih sangat kurang, ada 21 siswa yang
mampu menulis cukup baik dan 5 siswa lainnya bisa dikatakan sangat kurang atau bahkan belum bisa.
Ditemukan beberapa problem yang dialami siswa, salah satunya ada beberapa yang belum mengenal

1
Riska Septiana Soleha, “Analisis Kesulitan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas Sekolah Dasar”. Jurnal
Pembelajaran dan Pengembangan Diri, 2(1). 2022, hlm. 59
2
Apri Damai Sagita Krissandi. Sastra Anak Indonesia, (Yoyakarta: Sanata Dharma University Press), hlm. 90
huruf dengan baik, sulit mengeja suku kata dan membedakan beberapa huruf, sehingga keterampilan
membaca dan menulisnya kurang. Hal itu pun terjadi karena beberapa faktor internal dan juga
eksternal berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan wawancara dengan guru dan siswa yang
dilakukan peneliti. Penelitian ini penting dilakukan karena membaca dan menulis merupakan
kemampuan dasar bagi siswa kelas rendah. Agar nanti ketika memasuki jenjang kelas berikutnya
dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan lancar membaca sehingga akan mempermudah
mendapat informasi dengan baik.

KERANGKA TEORI

Membaca menulis permulaan merupakan suatu program yang difokuskan pada kemampuan
siswa membaca menulis permulaan pada kelas awal (kelas 1- 3). Membaca Menulis Permulaan
(MMP) menurut Solchan T. W adalah suatu pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan
membaca dan menulis permulaan di kelas awal saat memasuki bangku sekolah. Disebut permulaan
karena proses peralihan dari TK atau dunia rumah ke sekolah. Materi yang diajarkan dalam MMP,
meliputi: lafal dan intonasi kata baik yang dikenal maupun kata baru, menjiplak atau mengikuti
gambar serta menyalin huruf dan kata. Tujuan dari MMP supaya dapat memberikan bekal kepada
siswa berupa pengetahuan dan kemampuan dalam menguasai teknik membaca dan menulis serta
dapat menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.3

Hodgson mengutarakan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan dan digunakan
oleh pembaca untuk mendapatkan suatu pesan, yang ingin disampaikan oleh penulis melalui bahasa
tulis. Sedangkan membaca permulaan merupakan tahapan proses awal belajar membaca di jenjang SD
kelas 1 dan 2. Jadi, bagi mereka membaca adalah suatu kegiatan belajar untuk mengenal bahasa tulis.
Dan nantinya melalui tulisan tersebut, peserta didik dituntut mampu menyuarakan lambang-lambang
bunyi bahasa tersebut. Pada tingkat membaca permulaan siswa belum mampu membaca
sesungguhnya dan masih dalam tahap belajar agar memperoleh kemampuan membaca permulaan. 4
Menurut Tarigan membaca permulaan di sekolah dasar itu mencakup beberapa hal (1) pengenalan
bentuk huruf; (2) pengenalan unsur linguistik; (3) pengenalan hubungan ejaan dan bunyi
(menyuarakan tulisan); (4) melancarkan bacaan dalam taraf lambat.

Tujuan dari membaca permulaan itu adalah pemahaman dan menjadikan atau menghasilkan
peserta didik yang lancar membaca. Tujuan khususnya tergantung jenis kegiatan membaca yang
dilakukan. Tujuan utama dari membaca permulaan yaitu supaya anak-anak bisa mengenal tulisan
sebagai lambang atau simbol bahasa dan anak nantinya bisa menyuarakan tulisan tersebut. Dalam
membaca permulaan siswa diharapkan mampu mengenal huruf besar (kapital) dan kecil pada
alphabet. Kemudian mengucapkan atau melafalkan bunyi huruf, konsonan tunggal (b, d, f, g, h, j,…),
3
Fatkhan Amirul Huda, Pengertian Membaca Menulis Permulaan (MMP), fatkhan.web.id, diakses tanggal 20
Agustus 2017, https://fatkhan.web.id/pengertian-membaca-menulis-permulaan-mmp/
4
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2021), hlm. 7
konsonan ganda (kr, gr, tr, sy,…) dan vokal (a, i, u, e, o) dan diftong (ai, au, oi,…). Dan Siswa juga
diharapkan mampu menggabungkan bunyi bentuk kata.5

Menulis permulaan merupakan proses pembelajaran menulis di kelas rendah sekolah dasar.
Menulis permulaan ini lebih fokus kepada penulisan huruf dan kata, penggunaan kalimat sederhana
serta tanda baca (huruf kapital, koma, titik dan tanda tanya). 6 Menulis permulaan biasanya diawali
dengan mengenalkan cara memegang pensil yang benar kemudian mengenalkan huruf. Agus
Badrudin pun mengatakan jika dalam menulis permulaan harus dimulai dari hal-hal sederhana.
Mengajarkan siswa menulis permulaan pastinya dilakukan secara pembelajaran terpimpin. 7 M.
Subana dan Sunarti menyampaikan tujuan menulis permulaan adalah untuk mendidik siswa agar
mampu menulis. Sebelum nantinya sampai pada tingkat menulis, pada tingkat awal siswa harus di
mulai mengenal lambang-lambang bunyi dan berlatih memegang alat tulis. Pengetahuan dan juga
kemampuan dasar yang didapatkan siswa saat pembelajaran menulis permulaan akan menjadi dasar
untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan menulis siswa di jenjang selanjutnya. 8

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
deskriptif artinya penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan, menjelaskan, dan memaparkan
inti dari permasalahan yang sedang dibahas pada penelitian ini yang berkaitan dengan problematika
serta faktor penghambat keterampilan membaca dan menulis permulaan, kemudian diakhiri dengan
kesimpulan. Jadi, dalam penelitian kualitatif hasilnya tidak menggunakan angka, tetapi berupa
penjabaran dalam bentuk kalimat. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 41 Ampenan, dengan subjek
penelitian membaca dan menulis permulaan pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini juga bertujuan
untuk menganalisis problematika yang dialami siswa serta faktor penghambat keterampilan membaca
dan menulis permulaan pada siswa kelas 1 SDN 41 Ampenan. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi dan wawancara dengan siswa dan guru. Penggunaan metode
pengumpulan data melalui observasi ini, nantinya peneliti akan secara langsung mengamati hal-hal
yang ditemukan tentang masalah dan faktor yang dialami siswa dalam membaca dan menulis
permulaan. Kemudian pengumpulan data dengan wawancara, peneliti akan melakukan wawancara
dengan guru dan juga beberapa siswa agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian ini.
Kemudian saat data hasil observasi dan wawancara sudah terkumpul, dilanjutkan dengan menjabarkan

5
Muammar, Membaca Permulaan di Sekolah Dasar, (Mataram: Sanabil, 2020), hlm. 16
6
Nuraini Fauziah Zain, Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Permulaan untuk Anak Berkesulitan
Belajara Menulis di Kelas II di SD Bangunrejo 2 Yogyakarta, (Yogyakarta: UNY, 2017), hlm. 24
7
Apri Damai Sagita Krissandi, Sastra Anak Indonesia, (Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2020),
hlm. 91
8
Alvany Rufaida, Peningkatan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model quantum Learning pada Siswa
Kelas 2 SD Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, (Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2010).
data yang sudah direduksi ke bentuk kalimat, kemudian membuat kesimpulan dari data yang
dihasilkan sejak awal penelitian.

PAPARAN DATA

Dari hasil penelitian observasi dan wawancara yang peneliti lakukan. Diperoleh data-data
sebagai berikut:

1. Jumlah siswa kelas 1 SDN 41 Ampenan terdiri dari 36 siswa , 16 siswa perempuan dan 20 siswa
laki-laki.
2. Terdapat 10 siswa sudah lancar membaca, 6 siswa belum bisa membaca dan 20 siswa lainnya
masih mengeja.
3. Terdapat 6 siswa yang belum bisa menulis dan sisanya sudah cukup baik dalam menulis
permulaan.
4. Problematika atau permasalahan siswa kelas 1 SDN 41 Ampenan dalam membaca menulis
permulaan adalah belum mengenal huruf dengan baik, kesulitan membedakan huruf yang hampir
mirip dan mengeja beberapa suku kata, ketika menulis masih kurang huruf atau tidak lengkap,
jarak spasi antar huruf atau kata tak teratur dan penulisan huruf kapital masih banyak yang tidak
tepat.
5. Faktor yang mempengaruhi atau menghambat keterampilan siswa membaca menulis permulaan
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah kemampuan berpikir siswa ada
yang cepat dan lambat menangkap apa yang disampaikan guru, kemampuan daya ingat siswa
yang berbeda, rasa malas siswa disuruh menulis, ada juga yang harus ibu gurunya yang nulis di
buku mereka setelah itu dibawahnya mereka meniru. Sedangkan faktor eksternal berupa
kurangnya perhatian dari orang tua, pendidikan rendah orang tua, ada anak yang tidak sekolah
TK, kurangnya tenaga pengajar dan keadaan kelas kurang kondusif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SDN 41 Ampenan, dengan jumlah siswa 36 orang,
perempuan sebanyak 16 dan laki-laki 20 orang. Observasi ini dilakukan hanya satu hari saja dengan
mengamati dan mewawancarai siswa juga wali kelas sekaligus pengajar di kelas 1 pada tanggal 14
Oktober 2022. Berikut ini hasil penelitian analisis problematika dan faktor penghambat siswa pada
keterampilan membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SDN 41 Ampenan.

Analisis Problematika Keterampilan Siswa Membaca dan Menulis Permulaan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti menemukan beberapa problematika


yang dialami siswa dalam proses belajar membaca dan menulis. Beberapa diantaranya adalah masih
ada yang belum mengenal huruf, kesulitan membedakan huruf yang hampir mirip dan mengeja
beberapa suku kata. Hal ini peneliti lihat dari hasil observasi saat pembelajaran, ketika siswa disuruh
menulis apa yang guru tuliskan di papan. Saat itu, ada beberapa siswa yang masih meraba dalam
menulis atau terbata dan ketepatan huruf nya pun masih keliru. Peneliti pun mewawancarai beberapa
siswa kelas 1.

Narasumber F mengatakan: “Saya belum bisa baca Bu, belum hafal huruf jadinya nulis masih
salah-salah”. Apa yang dikatakan siswa F ini ternyata benar, ketika peneliti mengetes pengetahuannya
mengenai huruf masih sangat kurang, dia belum mengenal baik bentuk-bentuk huruf a-z. Selain siswa
F ada juga siswa lainnya yang sudah mengenal huruf, tetapi masih keliru membedakan huruf yang
hampir sama bentuknya, seperti b-d, m-n, u-v, p-q. Peneliti menemukan problem ini ketika siswa
kesulitan membaca huruf yang ditunjukkan, mereka kebingungan. Ketidak mampuan siswa
membedakan huruf yang hampir sama atau bahkan huruf besar dan kecil memang sering terjadi pada
tahap membaca menulis permulaan. Ketidakjelasan siswa ketika melafalkan huruf juga sering terjadi
khususnya pada huruf seperti p, b, d, t, c, v. kata yang mengandung huruf-huruf tersebut
memungkinkan siswa kurang mengenali huruf dan terjadi kesalahan dalam pengucapan kata seperti
Sabtu sering diucapkan sap[p]tu.9

Kemudian siswa M juga mengatakan permasalahannya ketika ditanyai, dia mengatakan:


“Saya sudah bisa baca bu tapi masih ngeja, belum terlalu lancar. Soalnya ada huruf-huruf yang susah
di baca kalo jadi satu. Tapi kalo nulis sudah bisa”. Maksud dari gabungan huruf yang susah di baca
adalah gabungan antara huruf konsonan. Saat peneliti coba mengetes kemampuan membaca siswa
tersebut ia kesulitan membaca gabungan huruf konsonan. Contohnya seperti “kreatif” gabungan “k”
dengan “r”; “ngeri” gabungan “n” dengan “g”; “syukur” gabungan “s” dengan “y” dan lain
sebagainya. Selain itu, ketika siswa disuruh menulis pun masih ada yang bermalas-malasan padahal
sudah lancar membaca dan menulis. Berdasarkan pengamatan peneliti saat siswa diberikan tugas
menulis oleh guru, peneliti mengamati dalam menulis siswa masih kurang huruf atau kurang lengkap
huruf. Selain itu, penulisan huruf kapital yang tidak tepat dan jarak spasi yang tidak teratur. Dari
pengamatan peneliti ini Berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa di atas, hal tersebut
dipertegas oleh hasil wawancara dengan Ibu SN selaku wali kelas 1, mengenai problematika dalam
keterampilan membaca menulis permulaan pada siswa.

Dari hasil wawancara bersama Ibu SH, ditemukan kecocokan antara hasil observasi peneliti
dengan wawancara siswa dan dipertegas kembali oleh hasil wawancara Ibu SN. Beliau memaparkan
terdapat 10 siswa yang lancar membaca, 6 siswa belum bisa membaca dan 20 siswa lainnya masih
mengeja. Sedangkan untuk kelancaran menulis 6 siswa yang belum bisa sama sekali dan sisanya
sudah cukup baik dalam menulis permulaan. Dari hasil observasi dan wawancara bersama siswa F, M
dan Ibu SN bahwa problematika keterampilan membaca menulis permulaan siswa kelas 1 SDN 41
Ampenan adalah belum mengenal huruf dengan baik, kesulitan membedakan huruf yang hampir mirip
9
Septy Nurfadhillah, Pendidikan Inklusi Pedoman bagi Penyelenggara Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, (Sukabumi: CV. Jejak, 2021), hlm. 157
dan mengeja beberapa suku kata, ketika menulis masih kurang huruf atau tidak lengkap, jarak spasi
antar huruf atau kata tak teratur dan penulisan huruf kapital masih banyak yang tidak tepat. Dari
problematika yang ada jelas itu semua merupakan hal-hal yang bisa dibilang kemampuan dasar dari
membaca menulis permulaan. Terlebih lagi ada siswa yang belum mengenal huruf dengan baik, hal itu
akan menjadikannya kesulitan untuk ke tahap membaca selanjutnya dan juga tahap menulis.

Analisis Faktor Penghambat Keterampilan Siswa Membaca Menulis Permulaan.

Faktor-faktor penghambat keterampilan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 1
SDN 41 Ampenan yang peneliti temui saat observasi dan wawancara bersama siswa dan guru ada
banyak faktor baik dari internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan
beberapa faktor yang menghambat keterampilan membaca dan menulis permulaan pada siswa.
Contohnya kondisi kelas yang tidak kondusif anak-anak tidak fokus mendengarkan dan mengerjakan
apa yang guru perintahkan. Hal ini mungkin terlihat sangat wajar, jika mengingat usia mereka yang
masih kecil dan pastinya belum terlalu mengerti apa yang guru perintahkan. Ada anak yang tidak bisa
diam, berlarian kesana kemari, ada juga yang mengganggu temannya belajar sehingga konsentrasi
siswa lain terganggu. Peneliti juga menemukan anak-anak yang tidak mau menulis, fokus mereka
teralihkan dengan hal lain.

Peneliti juga mewawancarai salah satu siswa yang belum mengenal huruf, yaitu siswa F saat
saya tanya mengenai kegiatannya di rumah dan tinggal bersama siapa. Dia mengatakan: “Pulang
sekolah langsung makan terus tidur siang, terus mandi habis mandi saya pergi ngaji. Malamnya
belajar sendiri. Ngga ada yang ngajarin soalnya cuma tinggal sama bapak, nenek, kakek. Ibu dia pergi
ke luar negeri kerja”. Dari pemaparan siswa F diatas peneliti menemukan lagi satu faktor timbul dari
keluarga yang mungkin juga memicu problematika proses membaca dan menulis anak, yaitu
kurangnya perhatian orangtua karena sibuk bekerja. Mungkin, karena orang tuanya sibuk bekerja
bahkan ibunya sampai ke luar negeri untuk membantu suaminya mencari nafkah, sehingga proses
belajar anaknya tidak terlalu diperhatikan.

Dari hasil observasi dan wawancara bersama siswa F, peneliti mempertegas kembali
mengenai faktor penghambat membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 1 SDN 41 Ampenan.
Setelah melakukan observasi dan wawancara bersama wali kelas satu Ibu SN, banyak ternyata faktor
yang menjadi penghambat keterampilan membaca menulis permulaan pada siswa kelas 1. Dalam hal
ini peneliti mengelompokkan nya ke dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal menurut Syah adalah faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Artinya faktor internal itu hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa bisa dari
hal psikologi dan juga fisiologis siswa yang bisa melatarbelakangi permasalahan keterampilan belajar
siswa. Sedangkan faktor eksternal menurut Rooijakkers adalah faktor yang berasal dari luar siswa,
bisa dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.10

Faktor internal penghambat keterampilan membaca dan menulis siswa adalah kemampuan
berpikir siswa ada yang cepat dan lambat menangkap apa yang disampaikan guru. Selain itu,
kemampuan daya ingat atau memori masing-masing anak juga berbeda. Hal ini menyebabkan ada
siswa yang masih belum mengenal huruf dan bingung membedakan huruf yang hampir sama. Faktor
internal lainnya ada siswa yang bermalas-malasan susah disuruh menulis, ada juga yang harus ibu
gurunya yang nulis di buku mereka setelah itu dibawahnya mereka meniru. Sedangkan faktor
eksternalnya, dari lingkungan keluarga terutama orang tua, karena orang tua sibuk bekerja anak
kurang diperhatikan apalagi kegiatan belajarnya. Hal ini juga di karenakan orang tua siswa dari
kampung di sekitar sekolah itu banyak yang berpendidikan rendah, sehingga tidak cukup ilmu atau
kurang wawasannya. Ada juga siswa yang tidak sekolah TK dan di TK tidak di wajibkan lancar
membaca dan menulis. Hal-hal ini yang menyebabkan siswa ada yang belum mengenal huruf dan juga
mengeja.

Faktor lainnya karena kurangnya tenaga pengajar, jumlah siswa kelas 1 itu ada 36 siswa hal
itu membuat Ibu SN kelabakan dan berusaha memaksimalkan waktu yang ada untuk mengajar. Waktu
dan ruangan juga menjadi faktor penghambat nya, mengapa demikian? Saat hari penelitian kelas 1
pulang lebih awal karena ruangan yang digunakan selalu bergantian dengan kelas 2. Suasana kelas
yang tidak kondusif juga menjadi faktor penghambat, banyak anak-anak yang tidak fokus. Mereka
bermain-main, berlarian kesana kemari dan ada juga yang mengganggu temannya belajar. Hal itu
menyebabkan konsentrasi siswa lain terganggu dan tidak fokus belajar. Hal ini sangat wajar terjadi
dikarenakan anak-anak kelas satu masih kecil, belum terlalu paham jika disuruh diam tidak sampai 5
menit sudah ribut lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problematika
keterampilan siswa membaca dan menulis permulaan kelas 1 SDN 41 Ampenan, yaitu masih ada yang
belum mengenal huruf, kesulitan membedakan huruf yang hampir mirip dan mengeja beberapa suku
kata. Dalam hal menulis siswa masih kurang huruf atau tidak lengkap, jarak spasi antar huruf atau
kata tak teratur dan penulisan huruf kapital masih banyak yang tidak tepat. Sedangkan faktor-faktor
penghambatnya dari faktor internalnya karena kemampuan berpikir siswa ada yang cepat dan lambat
menangkap apa yang disampaikan guru dan juga daya ingat siswa, dan faktor siswa yang bermalas-

10
Labora Sitinjak dan Apriyanus Umbu Kadu, “ Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kesulitan
Belajar Mahasiswa Semester IV Akper Husada Karya Jaya Tahun Akademik 2015/2016”. Jurnal Akademi
Keperawatan Husada Karya Jaya. 2(2). 2016, hlm.23-24
malasan susah disuruh menulis. Faktor eksternalnya adalah kurangnya perhatian dari orang tua,
pendidikan rendah orang tua siswa, ada siswa yang tidak sekolah TK, kurangnya tenaga pengajar,
waktu dan ruangan, serta suasana kelas yang tidak kondusif.

Saran yang dapat peneliti berikan untuk siswa sendiri untuk meningkatkan rasa ingin belajar
membaca dan menulis di jam-jam tambahan dan mengulang kembali di rumah apa yang sudah
dipelajari di Sekolah. Kemudian untuk guru diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas dan
inovasinya dalam menentukan strategi dan metode belajar yang tepat, supaya anak-anak lebih menarik
perhatian anak-anak dan fokus mereka tidak teralihkan. Untuk orang tua peserta didik hendaknya
lebih memperhatikan perkembangan belajar anaknya dan terus mendukung serta memotivasi mereka
agar terus semangat belajar.

DAFTAR TINJAUAN

Alvany Rufaida. (2010). Peningkatan Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model Quantum
Learning pada Siswa Kelas 2 SD Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Apri Damai Sagita Krissandi, (2020). Sastra Anak Indonesia. Yogyakarta: Sanata Dharma University
Press.
Fatkhan Amirul Huda. (2017). Pengertian Membaca Menulis Permulaan (MMP). fatkhan.web.id.
https://fatkhan.web.id/pengertian-membaca-menulis-permulaan-mmp/
Henry Guntur Tarigan. (2021). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Labora Sitinjak dan Apriyanus Umbu Kadu. (2016). “Faktor Internal dan Eksternal yang
Mempengaruhi Kesulitan Belajar Mahasiswa Semester IV Akper Husada Karya Jaya Tahun
Akademik 2015/2016”. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya. 2(2).

Muammar. (2020). Membaca Permulaan di Sekolah Dasar. Mataram: Sanabil.


Nuraini Fauziah Zain. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Permulaan untuk Anak
Berkesulitan Belajara Menulis di Kelas II di SD Bangunrejo 2 Yogyakarta. Yogyakarta: UNY.
Riska Septiana Soleha. (2022). “Analisis Kesulitan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas Sekolah
Dasar”. Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri. 2(1).
Septy Nurfadhillah. (2021). Pendidikan Inklusi Pedoman bagi Penyelenggara Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Sukabumi: CV. Jejak.

Anda mungkin juga menyukai