Anda di halaman 1dari 13

JPSD Vol. 4 No.

1, Maret 2018
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558

METODE PEMBELAJARAN MEMBACA DAN


MENULIS PERMULAAN DI KELAS AWAL
Asep Muhyidin, Odin Rosidin, Erwin Salpariansi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
muhyidin21@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai
metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan bahasa Indonesia di kelas I Sekolah Dasar
Negeri Serang 2 Kota Serang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
etnografi. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi berupa catatan lapangan, dan
studi dokumen. Data yang telah terkumpulkan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Ada dua
temuan dalam penelitian ini. Pertama adalah temuan tentang metode dalam pembelajaran
membaca permulaan yaitu: 1) metode bunyi; 2) metode abjad; 3) metode suku kata; dan 4) metode
kata lembaga; kedua adalah temuan tentang metode dalam pembelajaran menulis permulaan yaitu:
1) metode struktural analitik sintetik (SAS), 2) metode kupas rangkai suku kata (KRSK), dan 3)
metode abjad.

Kata Kunci: pembelajaran membaca dan menulis permulaan, penelitian kualitatif

Abstract. The objective of the research was to gain comprehensively understanding of the early
reading and writing learning processes at grade I Public Elementary School Serang 2, Serang
City at Banten Province. The methods in this research is qualitative research. The data were
collected through participant observation using interview, observation, and document study. The
data were analyzed based on Spradley’s. There are two findings in this study. The first is the
finding of methods in learning of early reading, such as: 1) sounds methods; 2) alphabet methods,
3) syllablemethods, and 4) word institution methods. Then the second is the finding of methods in
learning of early writing, such as: 1) and techniques in learning early of writing, such as: 1)
Structural Analytical Synthetic (SAS) method; 2) stripping the syllables methods; and 3) alphabet
methods.

Keywords: learning of early reading and writing, qualitative methods.

30
A. Pendahuluan
Perubahan paradigma pendidikan Hasil penelitian yang dirilis oleh
menuju abad 21 telah mengubah PIRLS (Progress in International
eskalasi dalam proses pembelajaran Reading Literacy Study) yang berada di
secara signifikan. Perubahan itu antara bawah koordinasi IEA (The
lain dari pembelajaran satu arah International Association for The
menjadi interaktif, dari pasif menuju Evaluation Achievement) pada tahun
aktif, dari terpusat pada guru menjadi 2011 menunjukkan anak-anak sekolah
terpusat pada siswa (Usmaedi, 2017). dasar memiliki kemampuan membaca
Pembelajaran di sekolah dasar kelas yang rendah, yaitu di bawah rata-rata
awal bertujuan untuk memberikan internasional (Akbar, 2017). Menurut
bekal kemampuan dasar baca-tulis- data tersebut, literasi belum menjadi
hitung (calistung), pengetahuan, dan budaya di kalangan pelajar Indonesia
keterampilan dasar yang bermanfaat terutama tingkat sekolah dasar
dagi siswa sesuai dengan tingkat Pembelajaran Bahasa Indonesia
perkembangannya. Arends (2012: 5) memiliki peranan yang sangat penting
mengatakan keterampilan baca-tulis bukan hanya untuk membina
dan numerasi dasar merupakan tujuan keterampilan komunikasi melainkan
utama kurikulum pendidikan abad 21. juga untuk kepentingan penguasaan
Kemampuan membaca dan memahami ilmu pengetahuan. Mengingat fungsi
teks pada anak-anak sekolah dasar penting pembelajaran bahasa, sudah
merupakan sarana yang sangat selayaknya pembelajaran bahasa di
mendasar dan penting bagi sekolah dilaksanakan dengan sebaik-
perkembangan di masa mendatang baiknya. Dalam penyelenggaraan
untuk memburu, menyerap, dan pendidikan di sekolah dasar secara
memanfaatkan informasi guna realitas dapat dikelompokkan ke dalam
pengembangan ilmu dan teknologi dua kelompok kelas, yaitu kelas-kelas
ketika kelak mereka sudah mencapai awal dan kelas-kelas lanjutan/tinggi
pendidikan yang lebih tinggi. (Yarmi, 2009). Kelas awal meliputi
kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kemudian

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
31
kelas tinggi meliputi kelas 4, kelas 5, atasnya sampai perguruan tinggi,
dan kelas 6. Pengelompokkan kelas bahkan sepanjang hayat (Tukiran,
tersebut memiliki implikasi yang luas 2007)
baik dalam tataran pertimbangan usia, Membaca permulaan menurut
muatan materi, maupun pendekatan Slamet (Hasanudin, 2016) mempunyai
pembelajaran. kedudukan yang sangat penting,
Pembelajaran bahasa Indonesia di keterampilan membaca permulaan akan
SD meliputi empat aspek yaitu sangat berpengaruh terhadap
keterampilan menyimak, keterampilan keterampilan membaca selanjutnya.
berbicara, keterampilan membaca dan Sebagai keterampilan yang mendasari
keterampilan menulis (Zulela, 2014). keterampilan berikutnya maka
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas keterampilan membaca permulaan
awalsekolah dasar dikenaldengan istiah benar-benar memerlukan perhatian
membaca dan menulis permulaan. guru, sebab jika dasar itu tidak kuat,
Pembelajaran membaca dan menulis pada tahap membaca permulaan anak
permulaan yang merupakan bagian akan mengalami kesulitan untuk dapat
pembelajaran keterampilan berbahasa memiliki keterampilan membaca
Indonesia menjadi dasar utama dalam permulaan yang memadai.
usaha meningkatkan kompetensi Meskipun membaca dan menulis
budaya membaca dan melulis, serta merupakan kemampuan dasar
kompetensi penguasaan ilmu akademis yang penting, ternyata cukup
pengetahuan teknologi ekonomi seni banyak siswa sekolah dasar di
budaya, kompetensi kepribadiarr Indonesia yang belum menguasainya.
mental spiritual, sosial, dan karya Beberapa penelitian menunjukkan
peserta didik. Kegagalan penguasaan bahwa kemampuan membaca siswa
membaca menulis permulaan sekolah di tingkat sekolah dasar saat ini
menyebabkan kesulitan dan hambatan memiliki kecenderungan rendah. Hasil
proses belajar siswa. Kemampuan survei yang dilakukan Widyana (2006,
membaca menulis permulaan menjadi dalam Ruhaena, 2008; Dewi 2015)
pondasi penguasaan ilmu-ilmu di kelas terhadap 17 sekolah dasar di wilayah

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093 E-ISSN
2503-0558
32
kota Yogyakarta dan kabupaten Sleman merupakan kegiatan yang sulit
DIY didapatkan 12% dari 170 siswa dilakukan. Apalagi untuk mengajar
sekolah dasar kelas satu dan dua belum MMP pada anak-anak usia kelas awal
dapat membaca kalimat sederhana yang masih berada dalam usia bermain
dengan lancar. Selain itu, dari dan belum memungkinkan untuk
penelitian yang dilakukan oleh menghadapkan mereka pada situasi
Balitbang Depdiknas 2005-2006 (Noor, pembelajaran yang serius. Dari
2008; Dewi, 2015), ditemukan penelitian yang telah dilakukan
beberapa permasalahan berkaitan terhadap pembelajaran MMP, Nisrina
dengan kemampuan baca tulis siswa (Sukartiningsih, 2004) telah
seperti untuk siswa kelas satu masih membuktikan bahwa secara umum
sulit membedakan ng dan ny, serta penguasaan membaca dan menulis
masih sulit untuk membaca lancar dan permulaan siswa SD belum maksimal.
untuk siswa kelas dua masih kesulitan Penelitian semacam juga dilakukan
mengenali suku kata dan merangkainya oleh Anwar. Berdasarkan hasil
menjadi kata. Penelitian awal yang penelitiannya, Anwar (Sukartiningsih,
dilakukan penulis di salah satu Sekolah 2004) menyimpulkan bahwa terdapat
Dasar Negeri diSurabaya juga perbedaan bentuk latihan membaca
menghasilkan temuan adanya sebagian permulaan karena disebabkan faktor
siswa kelas satu yang belum mampu guru, lingkungan sosial, latar belakang,
membaca dan menulis dengan lancar. serta sarana penunjang.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Untuk mengetahui apakah
membaca dan menulis permulaan, guru pembelajaran bahasa Indonesia
sering dihadapkan pada siswa yang khususnya bagaimana penggunaan
mengalami kesulitan, baik yang metode pembelajaran membaca dan
berkenaan dengan hubungan bunyi menulis permulaan bahasa Indonesia di
huruf, suku kata, kalimat sederhana, kelas I SDN Serang 2 Kota Serang,
maupun ketidakmampuan siswa maka diakukan penelitian tentang
memahami isi bacaan. Mengajar anak metode pembelajaran membaca dan
untuk dapat membaca dan menulis

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
33
menulis permulaan bahasa Indonesia di kelas I SDN Serang 2 Kota Serang.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan etnografi menggunakan teknik
pendekatan kualitatif dengan metode observasi, observasi partisipan dan
etnografi. Spradley (2007) wawancara, wawancara formal dan
mengemukakan bahwa etnografi informal. Wawancara dengan informan
merupakan pekerjaan mendeskripsikan merupakan sumber utama. Teknik
suatu kebudayaan. Penelitian etnografi pengumpulan data yang digunakan
berdasar pada observasi, deskripsi, dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif atau interpretasi pengamatan, wawancara, catanan
dari fenomena apa saja yang sedang lapangan, merekam data, dan analisis
diteliti. Penelitian ini berlangsung dokumen. Pengumpulan data penelitian
secara alamiah dan difokuskan pada difokuskan kepada tiga sumber, yakni
proses dalam suatu usaha memperolah dokumen, informan, dan proses
gambaran yang menyeluruh. Penelitian pembelajaran di kelas. Pengumpulan
ini secara mendalam mengkaji upaya- data dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya pembelajaran membaca dan instrumen utama penelitian. Selama
menulis permulaan di kelas I SDN pengumpulan data, peneliti
Serang 2 Kota Serang. menggunakan pedoman pengamatan,
Merriam (2002) mengemukakan pedoman wawancara, dan analisis
bahwa prosedur pengumpulan data dokumen.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Hasil Penelitian Sekolah Dasar Negeri Serang 2 Kota
Penelitian ini dilakukan untuk Serang. Berdasarkan hasil wawancara
memperoleh pemahaman yang dengan guru, analisis dokumen, dan
mendalam mengenai proses catatan lapangan, diperoleh hasil
pembelajaran membaca dan menulis bahwa gambaran pembelajaran
permulaan bahasa Indonesia di kelas I membaca dan menulis permulaan di
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin
ISSN 2540-9093 E-ISSN
2503-0558
34
kelas I SDN Serang 2 Kota Serang berbeda pada kartu abjad. Kemudian
sebagai berikut. dilatih secara berulang-ulang sampai
a. Metode Pembelajaran Membaca mengerti.
Permulaan Metode suku kata ini diawali
Pembelajaran membaca dengan langkah guru mengenalkan
permulaan di kelas I SDN Serang 2 suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca,
Kota Serang menggunakan beberapa ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan
metode diantaranya adalah 1) metode seterusnya. Kemudian suku-suku kata
bunyi, 2) metode abjad, 3) metode suku tersebut dirangkaikan menjadi kata-
kata, dan 4) metode kata lembaga kata yang bermakna, misalnya: /ba –
Metode bunyi digunakan oleh bi/, /cu – ci/, /da – da/. Lalu, dari suku
guru untuk mengenal huruf a sampai kata tersebut dirangkaikan menjadi
dengan z serta cara pengucapannya. kalimat sederhana yang dimaksud
Dalam pelaksanaannya, metode bunyi dengan proses perangkaian kata
melalui proses latihan terus menerus menjadi kalimat sederhana.
(drill). Contoh metode bunyi: huruf /p/ Metode kata lembaga merupakan
dilafalkan [ep] /d/ dilafalkan [ed]. metode peralihan antara metode bunyi
Dengan demikian. Kata padi dieja dengan metode global. Guru memulai
menjadi: /ep-a/ [pa]/ed-i/ [di] dibaca materi ajar dari kata yang dekat dengan
[pa-di]. anak, dipahami, dan sering didengar.
Pembelajaran membaca Karena dalam konsep seperti ini, maka
permulaan dengan metode abjad materi ajar itu dalam bentuk gambar
dimulai dengan mengenalkan huruf- dan nama gambar di bawahnya.
huruf secara alfabetis. Huruf-huruf Misalnya gambar seorang anak laki-
tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak laki bernama Didi atau gambar bola
sesuai dengan bunyinya menurut abjad. dan gambar-gambar yang lain. Di
Pada huruf-huruf tertentu yang ada bawah gambar anak tersebut tersebut
kemiripan bentuk, guru membedakan ditulis nama Didi. Di bawah gambar
huruf-huruf /b-d/, /p-q/, /n-u/, dan /m- bola ditulis kata bola. Langkah-
w-v/ dengan cara memberi warna yang langkahnya sebagai berikut: 1) kata

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093 E-ISSN
2503-0558
35
yang telah dipilih diuraikan menjadi Metode Kupas Rangkai Suku
suku kata; 2) suku kata diuraikan Kata (KRSK) adalah metode yang
menjadi huruf-huruf; 3) huruf-huruf itu mendasarkan kepada pendekatan harfiah.
kemudian dirangkaikan menjadi suku Guru mengajarkan menulis dimulai dari
kata kembali; 4) suku kata itu mengenalkan huruf-huruf yang
dirangkaikan menjadi kata; dan 5) kata dirankaikan menjadi suku kata kemudian
dirangkaikan menjadi kalimat. menjadi kata. Langkah-langkah dimulai
b. Metode Pembelajaran Menulis dari guru mengenalkan huruf lepas,
Permulaan kemudian merangkaikan huruf lepas
Metode yang digunakan dalam menjadi suku kata. Lalu, merangkaikan
pembelajaran menulis permulaan di suku kata menjadi kata.
kelas I SD adalah 1) metode struktural Metode abjad disebut juga
analitik sintetik (SAS), 2) metode metode sintetis karena mempelajari
kupas rangkai suku kata (KRSK), dan aksara dengan cara merangkai huruf-
3) metode abjad. huruf yang dilafalkan dalam abjad.
Metode Struktural Analitik Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Sintetik (SAS) pembelajarannya guru dalam melaksanakan
dimulai dengan menampilkan struktur pembelajaran menulis permulaan
kalimat secara utuh dahulu. Hal inilah dengan metode abjad sebagai
yang menjadi landasan utama metode berikut:1) guru mengenalkan bentuk
ini, kalimat utuh itu kemudian huruf dari a sampai z satu persatu; 2)
dianalisis menjadi kata. Kata dianalisis guru secara berulang-ulang menuliskan
menjadi suku kata. Selanjutnya suku abjad secara berurutan sampai siswa
kata dianalisis menjadi huruf atau mengenal abjad demi abjad; dan 3)
bunyi. Bunyi disintesiskan menjadi setelah siswa mengenal semua abjad
suku kata. Suku kata disintesiskan tersebut, kemudian guru
menjadi kata. Kata disintesiskan merangkaikannya menjadi suku kata.
menjadi kalimat kembali bentuk
semula.

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
36
2. Pembahasan simbol tertulis menjadi suara.
a. Metode Pembelajaran Membaca Berdasarkan pendekatan bunyi ini,
Permulaan guru menggunakan metode suara atau
Kemampuan membaca pemulaan metode bunyi, yaitu siswa
bagi siswa di kelas rendah bermanfaat mengucapkan huruf sesuai dengan
untuk memiliki kemampuan memahami bunyinya, misalnya huruf “b” tidak
dan menyuarakan tulisan dengan dilafal “be”, tetapi “beh”, “t” tidak
intonasi yang wajar, sebagai dasar dilafal “te”, tetapi “teh". Kemudian
untuk dapat membaca lanjut. bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia
Pembelajaran membaca permulaan digabungkan, misalnya k-a (keh dan a)
merupakan tingkatan proses sama dengan ka; k-i (keh dan i) sama
pembelajaran membaca untuk dengan ki. Pendekatan fonik
menguasai sistem tulisan sebagai menekankan pembelajaran membaca
representasi visual bahasa. Tingkatan berfokus pada fonik atau suara untuk
ini sering disebut dengan tingkatan menerjemahkan simbol tertulis menjadi
belajar membaca (learning to read) suara. Pembelajaran membaca pada
(Hasanudin, 2016). tahap awal harus melibatkan materi
Pembelajaran membaca yang sederhana. Setelah mereka
permulaan di kelas I SDN Serang 2 mempelajari aturan yang
Kota Serang menggunakan beberapa menghubungkan fonem terucap dengan
metode diantaranya adalah metode huruf alfabet yang mewakilinya,
bunyi, metode abjad metode suku kata, barulah anak diberi materi bacaan yang
dan metode kata lembaga. Kemampuan kompleks, seperti buku dan puisi
membaca permulaan lebih (Phajane, 2014). Kemudian Purwanto
diorientasikan pada kemampuan dan Alim (1997) mengatakan metode
membaca tingkat dasar, yakni bunyi memandang bahwa pemaduan
kemampuan melek huruf. bunyi merupakan cara terbaik dalam
Dalam metode bunyi mengajarkan membaca permulaan.
pembelajaran membaca berfokus pada Dalam hubungan dengan ini fonem-
fonik atau suara untuk menerjemahkan fonem yang ada dalam bahasa

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093 E-ISSN
2503-0558
37
Indonesia tidak dilafalkan sebagaimana digabung menjadi kata. Metode suku
lafal abjad, melainkan bunyinya. kata dimulai dengan pengenalan
Metode abjad digunakan untuk beberapa suku kata. Setelah siswa
mengenal huruf a sampai dengan z mampu membacanya, suku-suku kata
serta cara pengucapannya. Anak-anak itu dirangkapkan menjadi kata-kata
mulai mengenal alphabet dalam rangka dengan menggunakan tanda
belajar membaca (Karimkhanlooei dan penghubung. Tanda penghubung itu
Seifiniya, 2015). Dalam metode abjad digunakan untuk beberapa lamanya;
ini, siswa mengenal huruf dan belajar sesudah siswa itu belajar membaca
mengucapkan bunyi sesuai dengan lafal kalimat. Dengan metode ini, anak
abjad. Menurut Marcia S.Popp, (Popp, belajar mengenali huruf dengan
2008) pertimbangan lain untuk belajar mengupas/menguraikan suku kata yang
abjad adalah membiasakan siswa diperkenalkan ke dalam unsur-unsur
dengan nama-nama huruf dari abjad, hurufnya (Mustikowati, et all., 2016).
anak-anak akan belajar untuk Menurut Slamet (2014) Karena metode
membedakan antara bentuk-bentuk ini mulai dengan suku kata maka
simbolis dan memperoleh suatu seringkali juga disebut metode kupas
perbedaan antara letter-shapes, antara rangkai suku kata. Menurut Supriyadi
d, p, w dan n, c, o, dan a, dan pada (Lestary, 2004; Sundari, 2013) metode
akhirnya secara berangsur-angsur suku kata yang digunakan dalam
memahami sifat simbolis dari bacaan. pengajaran membaca awal, yaitu
Pembelajaran membaca diawali dengan menyajikan suku kata,
permulaan menggunakan metode suku kemudian dirangkai menjadi kata,
kata, yaitu pembelajaran membaca merangkai kata dengan kata
permulaan dimulai dengan pengenalan menggunakan kata sambung, suku kata
beberapa suku kata. Langkah kemudian dilepas menjadi huruf, dan
pembelajaran dalam metode suku kata, mensintesiskan kembali huruf menjadi
yakni siswa diperkenalkan beberapa suku kata.
suku kata. Setelah siswa mampu
membaca suku kata, suku kata tersebut

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
38
Pembelajaran membaca menulis kata-kata dengan tepat. Pada
permulaan menggunakan metode kata menulis permulaan siswa diharapkan
lembaga, yaitu anak langsung untuk dapat memproduksi tulisan yang
diperkenalkan dengan kata-kata. dapat dimulai dengan tulisan eja
Berdasarkan metode ini, pembelajaran (Mustikowati dkk., 2016). Contoh
dimulai dengan pengenalan beberapa tulisan e, d, f, k, j, dan dapat berupa
kata yang dikenal oleh siswa. Kata suku kata seperti su-ka, ma-ta, ha-rus,
tersebut diuraikan menjadi suku kata; lu-ka serta dalam bentuk kalimat
suku kata diuraikan menjadi huruf. sederhana.
setelah siswa mengenal huruf-huruf itu, Metode yang digunakan dalam
guru merangkaikannya kembali pembelajaran menulis permulaan di
menjadi suku kata, dan akhirnya kelas I SD adalah metode Struktural
menjadi kata, misalnya: sapi – sa-pi, Analitik Sintetik (SAS), metode Kupas
sa-pi – s-a-p-i. kemudian dirangkaikan Rangkai Suku Kata (KRSK), dan
kembali menjadi kata sapi. Menurut metode abjad.
Slamet (2014) metode kata lembaga, Dalam metode SAS ini,
kepada siswa disajikan kata-kata: salah pembelajaran menulis permulaan
satu diantaranya merupakan kata diawali dengan cerita yang disertai
lembaga, yaitu kata yang sudah dikenal sebuah gambar. Kemudian guru
oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menguraikan kalimat yang diambil dari
menjadi satu suku, suku kata diuraikan sebuah cerita menjadi kata-kata, suku
menjadi huruf, setelah itu dirangkai lagi kata, maupun huruf kemudian disusun
menjadi suku kata, dan suku kata kembali dari huruf menjadi suku kata,
dirangkaikan lagi menjadi kata, kata-kata, kembali menjadi kalimat.
misalnya: Baju -- b-a-j-u -- ba- ju -- Berkaitan dengan pendekatan
baju, dst. struktural, Slamet (2014) mengatakan
b. Metode Pembelajaran Menulis pendekatan struktural yakni pendekatan
Permulaan yang berasumsi bahasa seperangkat
Dalam menulis permulaan, kaidah. Oleh karena itu, pembelajaran
tujuannya adalah agar siswa dapat bahasa perlu menitikberatkan struktur
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin
ISSN 2540-9093 E-ISSN
2503-0558
39
bahasa. Dalam hal ini pola kalimat, huruf secara terpisah, anak dimulai
kata, dan suku kata menjadi sangat menulis huruf yang paling mudah.
penting. Tujuan metode SAS ini adalah Setelah anak-anak dapat menulis huruf
agar anak berusaha menggunakan secara terpisah, mereka diajarkan untuk
bahasa Indonesia dengan baik. Hal ini merangkai huruf tersebut menjadi suku
dimaksudkan untuk membangun kata, lalu menjadi kata. Menurut
konsep-konsep “kebermaknaan” pada Subana dan Sunarti (Halimah, 2014)
diri anak (Halimah, 2014). setelah anak-anak dapat menulis huruf
Berdasarkan pendekatan suku secara terpisah, mereka diajarkan untuk
kata, guru menggunakan metode Kupas merangkaikan huruf tersebut menjadi
Rangkai Suku Kata (KRSK), yakni suku kata, lalu menjadi kata. Dalam
siswa diperkenalkan beberapa suku kalimat rangkaian huruf yang
kata kemudian menjadikan sebuah kata. merupakan kata dengan huruf
Setelah siswa mampu membaca suku dirangkaikan menjadi kalimat.
kata, suku kata tersebut anak-anak Penelitian ini bersandar pada
langsung menulis suku kata yang ada paradigma kualitatif dengan metode
dalam rangkaian kata menjadi sebuah etnografi seperti yang disarankan
kata. Menurut Slamet (2014) metode Spradley tentu membutuhkan
KRSK adalah metode untuk ketekunan yang mendalam, dalam hal
memperkenalkan huruf kepada siswa, ini peneliti mengalami keterbatasan
lalu suku kata yang sudah dikenal oleh berkaitan harus membagi tugas antara
siswa diuraikan menjadi huruf, meneliti dan bekerja. Kemudian, dalam
kemudian huruf dirangkaikan lagi kajian teoretis terdapat keterbatasan
menjadi suku kata, misalnya: kaki – ka- berkaitan dengan pustaka-pustaka baik
ki; ka-ki – k a k i. buku maupun jurnal internasional yang
Metode selanjutnya adalah berbahasa asing sekaitan dengan
metode abjad. Dakam metode ini, siswa penguasaan bahasa asing penulis yang
mulai belajar abjad dengan membaca kurang memadai. Penelitian ini hanya
beberapa huruf, misalnya a-z setelah terbatas mengkaji pembelajaran
anak dapat membaca beberapa membaca dan menulis permulaan di

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093 E-ISSN
2503-0558
40
kelas I sekolah dasar saja, sedangkan mampu terbahas dalam penelitian ini.
pembelajaran di kelas II dan III belum
D. Simpulan dan Saran

Tujuan penelitian ini adalah Kota Serang menggunakan beberapa


untuk memperoleh pemahaman yang metode diantaranya adalah metode
mendalam mengenai proses bunyi, metode abjad metode suku
pembelajaran membaca dan menulis kata, dan metode kata lembaga.
permulaan bahasa Indonesia di kelas Metode yang digunakan dalam
I Sekolah Dasar Negeri Serang 2 pembelajaran menulis permulaan di
Kota Serang, khususnya mengenai kelas I SD adalah metode Struktural
bagaimana metode pembelajaran Analitik Sintetik (SAS), metode
membaca dan menulis permulaan di Kupas Rangkai Suku Kata (KRSK),
sekolah dasar kelas I. dan metode abjad.
Pembelajaran membaca
permulaan di kelas I SDN Serang 2
Daftar Pustaka

Arends, Richard I. 2012. Learning to Jurnal Program Studi PGMI, 3


Teach. New York: McGraw-Hill. (1), 1-13.
Akbar, Aulia. 2017. Membudayakan Halimah, Andi. 2014. Metode
Literasi dengan Program 6M di Pembelajaran Membaca dan
Sekolah Dasar. Jurnal Menulis Permulaan di SD/MI.
Pendidikan Sekolah Dasar, 3 (1), Jurnal Aladuna, 1 (2), 190-200.
42-52. Hasanudin, Cahyo. 2016. Pembelajaran
Aulina, Choirun Nisak. 2012. Pengaruh Membaca Permulaan Dengan
Permainandan Penguasaan Menggunakan Media Aplikasi
Kosakata Terhadap Kemampuan Bamboo Media GM Games
Membaca Permulaan Anak Usia APPS Pintar Membaca Sebagai
5-6 Tahun. Jurnal Pedagogia, 1 Upaya Pembentukan Karakter
(2), 131-143. Siswa SD Menghadapi MEA.
Dewi, Sri Utami Soraya. 2015. Pengaruh Jurnal Pedagogia, 5 (1), 1-12.
Metode Multisensori Dalam Karimkhanlooei, Giti & Hadis, Seifiniya.
Meningkatkan Kemampuan 2015. Teaching Alphabet,
Membaca Permulaan pada Anak Reading and Writing for Kids
Kelas Awal Sekolah Dasar. between 3-6 Years Old as a
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
41
Second Language. Procedia: Sundari, Erna. 2013. Pengaruh Metode
Social and Behavioral Sciences. Pola Permainan Suku Kata dan
19 (2), 769-177. Kartu Kata Bergambar terhadap
Merriam, Sharan B. and Associates. Kemampuan Membaca Awal
2002. Qualitativ Research in Siswa. Jurnal Psikologi Terapan
e
Practice. San Francisco: Jossey dan Pendidikan, 2 (2), 1-12.
Bass. Suparti. 2007. Strategi Pembelajaran
Mustikowati, Dewi. 2016. Meningkatkan Menulis di Sekolah dasar Kelas
Semangat Membaca dan Menulis IV. Jurnal Didaktika, 2 (1), 259-
Siswa Sekolah Dasar dengan 271.
Permainan Kata Bersambut. Sukartiningsih, Wahyu. 2004.
Jurnal Riset dan Konseptual, 1 Peningkatan Kualitas
(1), 39-42. Pembelajaran Membacadan
Rahim, Farida. 2009. Pengajaran Menulis Permulaan di Kelas I
Membaca di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar Melalui Media
Jakarta: Bumi Aksara. Kata Bergambar. Jurnal
Phajane, Hellen Masello. 2014. Pendidikan Dasar, 5 (2), 75-89.
Introducing Beginning Reading Usmaedi. 2017. Menggagas
Using Phonics Approach. Pembelajaran HOTS pada Anak
Mediterranean. Journal of Social Usia Sekolah Dasar. Jurnal
Sciences, 5 (10), 477-483. Pendidikan Sekolah Dasar, 3 (1),
Popp, Marcia S. 2008. Teaching 82-95.
Languages and Literatures in Yarmi, Gusti. 2008. Pendekatan dan
Elementary Classrooms. London, Strategi Pembelajaran Bahasa
Lawrence Erlbaum Associates Indonesia di SD. Jurnal
Inc. Pendidikan Penabur, 7 (11), 9-
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah Alim. 22.
1997. Metodologi Pengajaran Zuchdi, Darmiyati. 1997. Pendidikan
Bahasa Indonesia di Sekolah Bahasa dan Sastra Indonesia di
Dasar. Jakarta: Rosda Jayaputra. Kelas Rendah. Jakarta:
Slamet, St. Y. 2014. Pembelajaran Depdikbud.
Bahasa dan Sastra Indonesia di Zulela, M.S. 2014. Pendekatan
Kelas Rendah dan Kelas Tinggi. Kontekstual dalam Pembelajaran
Surakarta: UNS Press. Menulis di Sekolah Dasar. Jurnal
Spradley,JamesP.2007.The Mimbar Sekolah Dasar, 1 (1),
Etnographic Interview. 83-91.
Yogyakarta: Tiara Wacana.

JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Asep, Odin & Erwin


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
42

Anda mungkin juga menyukai