Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PATOFISIOLOGI

KELOMPOK 13
(FRAKTUR)
DI SUSUN OLEH : - NAGITA MIRANTI DEWI
- NANA SUPRIATNA
PRODI : D3 KEPERAWTAN
KELAS : 1A
Daftar Isi
A) PENGERTIAN FRAKTUR
Fraktur atau penyakit patah tulang adalah kondisi ketika tulang patah sehingga bentuk atau
bahkan posisinya berubah. Patah tulang dapat terjadi jika tulang menerima tekanan atau
benturan yang kekuatannya lebih besar daripada kekuatan tulang. Patah tulang bisa terjadi di
bagian tubuh mana pun, tetapi lebih sering terjadi di tulang kaki,tangan,pinggul rusuk. Meski
umumnya disebabkan oleh benturan yang kuat, patah tulang juga bisa terjadi akibat benturan
ringan bila tulang sudah mengalami pengeroposan, misalnya akibat osteopororosis.
Menurut Black & Hawks fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena stress akibat tahanan
yang datang lebih besar dari daya tahan yang dimiliki oleh tulang. Menurut Solomon et,al,
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan lempeng
pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya keretakan atau
terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering mengakibatkan kerusakan yang komplit dan
fragmen tulang terpisah. Tulang relatif rapuh, namun memiliki kekuatan dan kelenturan untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh cedera, stres yang berulang,kelemahan
tulang yang abnormal atau disebut juga fraktur patologis.
Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang dan jaringan disekitarnya, yang bersifat komplit atau inkomplit, karena stress atau
tahanan yang berlebihan pada tulang, yang mengakibatkan dislokasi sendi, kerusakan jaringan
lunak, saraf dan pembuluh darah.

B) ETIOLOGI/PENYEBAB
1. Cedera traumatic
Cedera traumatic pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patahan melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang yang jauh dari ditempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, seperti :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali atau progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit yang disebabkan difesiensi vitamin D
d. Sress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di
kemikiteran.
Tanda & Gejala Awal
Tanda dan gejala fraktur adalah sebagai
berikut.
1. Deformitas, Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti:
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak, edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan.
4. Pergerakan abnormal
5. Tenderness / keempukan.
6. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan).
8. Echumosis dari perdarahan subculaneous.
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
10. Krepitasi.
C) Jenis-jenis Fraktur Tulang
Fraktur sendiri terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat dan pola patahnya. Untuk
mengetahui jenis-jenis fraktur tulang, simak pembahasan lengkapnya berikut ini. Berikut jenis-
jenis fraktur yang wajib Anda ketahui:
1. Fraktur Segmental
Fraktur segmental adalah jenis patah tulang yang terjadi di dua tempat, namun meninggalkan
setidaknya satu bagian tulang “mengambang” atau tidak menempel pada bagian lainnya.
Biasanya, jenis faktur ini sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada kaki.
2. Fraktur Transversal
Ini adalah jenis fraktur yang garis patahannya berbentuk tegak lurus melintasi tulang. Fraktur
jenis ini dapat disebabkan akibat kecelakaan mobil atau terjatuh.
3. Fraktur Spiral
Seperti namanya, jenis fraktur ini memiliki bentuk melingkar di sekitar tulang yang
mengalaminya. Umumnya, patah tulang jenis ini disebabkan oleh cedera ketika sedang
berolahraga, kecelakaan, dan serangan fisik.
4. Fraktur Greenstick
Fraktur greenstick adalah jenis patah tulang yang paling sering dialami anak-anak. Kondisi ini
ditandai dengan tulang yang bengkok dan patah, namun tak terpisah menjadi dua bagian.
Tulang yang masih lunak dan fleksibel menjadi penyebab utama anak mengalami fraktur
greenstick.
5. Fraktur Kominutif
Fraktur kominutif ditandai dengan tulang yang patah menjadi tiga bagian atau lebih. Patah
tulang jenis ini umumnya terjadi akibat adanya peristiwa traumatis yang berdampak besar pada
tulang, misalnya saja kecelakaan mobil parah.
6. Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi terjadi ketika otot atau ligamen menarik tulang dengan sangat kuat sehingga
patah. Anak-anak, atlet, dan penari adalah kelompok-kelompok yang rentan mengalami patah
tulang jenis ini.
7. Fraktur Patologis
Fraktur patologis terjadi karena adanya suatu kondisi penyakit, seperti osteoporosis yang
menyebabkan terjadinya patah tulang. Orang yang memiliki kondisi tersebut biasanya akan jauh
lebih mudah untuk mengalami patah tulang dibandingkan dengan mereka yang tidak
mengalaminya.
8. Fraktur Stress (Fraktur Garis Rambut)

Fraktur jenis ini terjadi sebagai efek buruk dari gerakan atau tekanan berulang pada anggota
tubuh. Atlet menjadi kelompok yang paling rentan untuk mengalami fraktur stres.
9. Fraktur Tertutup
Sebaliknya, jika ujung tulang yang patah tidak menembus kulit, maka itu dinamakan fraktur
tertutup. Meski tidak menembus kulit, namun fraktur tertutup sangat sulit diidentifikasi.
10. Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka atau disebut juga dengan compound fracture adalah jenis fraktur yang ujung
patahan tulangnya menembus melewati kulit, sehingga dapat terlihat. Meski terdengar
menyeramkan, namun faktur terbuka ini sangat jarang terjadi. Kalaupun terjadi, dibutuhkan
penanganan segera agar tidak terjadi pendarahan dan infeksi.

Cara Mengobati Fraktur Tulang


Pengobatan fraktur bertujuan untuk mengembalikan tulang yang patah ke tempat semula,
meringankan rasa sakit, memberikan waktu tulang untuk sembuh, serta mencegah terjadinya
komplikasi. Untuk pengobatannya sendiri bisa berbeda-beda tiap orang, ini bergantung pada
jenis fraktur yang dialami, lokasi tulang yang terkena, serta kondisi kesehatan secara
keseluruhan. Bila merujuk ketiga hal tadi, berikut beberapa pengobatan yang umum diberikan
bagi mereka yang mengalami patah tulang. Macam-macam pengobatan patah tulang yaitu:
a) Pemasangan Gips
Pemasangan gips bertujuan untuk menjaga tulang yang patah untuk tetap berada pada posisi
yang tepat serta mengurangi gerakan selama dalam masa penyembuhan.
b) Fisioterapi
Terapi pendukung, seperti fisioterapi akan disarankan oleh dokter untuk mengembalikan
kemampuan gerak dan fungsi tubuh.
c) Traksi Ortopedi
Meski jarang, namun pemasangan traksi ortopedi juga mungkin diberikan oleh dokter kepada
pasiennya yang mengalami patah tulang. Pemasangan traksi ortopedi ini bertujuan untuk
meregangkan otot dan tendon yang ada di sekitar tulang yang mengalami fraktur agar kembali
sejajar dan stabil.
d) Fisioterapi
Terapi pendukung, seperti fisioterapi akan disarankan oleh dokter untuk mengembalikan
kemampuan gerak dan fungsi tubuh.
Mencegah Tulang dari Fraktur
Untuk meminimalisir tulang yang patah, langkah utama yang harus dilakukan adalah dengan
menjaga kesehatan tulang itu sendiri. Menjaga kesehatan tulang bisa dilakukan dengan
beberapa cara berikut:
1) Mengonsumsi makanan bergizi.
2) Berolahraga secara teratur.
3) Menggunakan pelindung diri ketika sedang sedang berolahraga, seperti helm dan bantalan
siku ataupun lutut.
4) Menghindari konsumsi alkohol.
5) Rutin cek ke dokter jika Anda sedang atau punya riwayat osteoporosis.

D) PATOFISIOLOGI
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh,yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik patologik. Kemampuan otot mendukung
tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu, dapat
mengenai tulang dan terjadi neurovascular neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan
jaringan lunak dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Sewaktu tulang patah, perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan kedalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Selsel darah putih dan sel mast
berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis
dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Ditempat patahan terbentuk fibrin (hematoma
fraktur) yang berfungsi sebagai jalajala untuk melakukan aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang
baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Jejak yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah sekitar,
yang akan menyebabkan perdarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah
kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokonstriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi viseral.
Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah
peningkatan detak jantung, pelepasan katekolamin endogen, yang akan meningkatkan tahanan
pembuluh perifer.
Hal ini akan meningkatkan pembuluh darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon lain yang bersifat
vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi saat terjadi syok, yaitu histamine, bradikinin beta-
endorphin, dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin. Pada syok perdarahan yang masih dini,
mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah didalam system vena sistemik. Bila syoknya berkepanjangan dan
penyampaian substrat untuk pembentukan ATP (adenosin triphospat) tidak memadai, maka
terjadi pembengkakan reticulum endoplasma dan diikuti cedera mitokondrial, lisosom pecah
dan melepas enzim yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus,
terjadilah pembengkakan sel dan terjadi penumpukan kalsium intraseluler, hingga penambahan
edema jaringan dan kematian sel. Ketika tulang rusak, periosteum dan pembuluh darah di
korteks, sumsum, dan jaringan lunak sekitarnya terganggu. Pendarahan terjadi dari ujung
tulang yang rusak dan dari jaringan lunak sekitarnya. Bekuan (hematoma) terbentuk di dalam
saluran meduler, di antara ujung tulang yang retak, dan di bawah periosteum. Tulang jaringan
berbatasan langsung dengan patah tulang mati. Jaringan nekrotik ini bersama dengan puing-
puing di daerah fraktur menstimulasi respon inflamasi intens yang ditandai oleh vasodilasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi oleh leukosit inflamasi dan sel mast. Dalam 48 jam
setelah cedera, jaringan vascular menyerang daerah fraktur dari jaringan lunak di sekitarnya
dan rongga sumsum, dan aliran darah ke seluruh tulang meningkat. Sel-sel pembentuk tulang
di periosteum, endosteum, dan sumsum diaktifkan untuk menghasilkan prosallus subperiosteal
di sepanjang permukaan luar batang dan di atas ujung tulang yang patah. Osteoblas dalam
procallus mensintesis kolagen dan matriks, yang menjadi termineralisasi untuk membentuk
kalus (tulang tenunan).
Fraktur tulang dengan cara tertentu secara maksimal mengaktifkan semua osteoblas periosteal
dan intraosseous yang terlibat dalam patahan. Juga, sebagian besar osteoblas baru, terbentuk
dari sel osteoprogenitor, yang merupakan sel-sel induk tulang di tulang jaringan lapisan
permukaan, yang disebut "membran tulang." Oleh karena itu, dalam waktu singkat, tonjolan
besar jaringan osteoblastik dan organik baru matriks tulang, diikuti segera oleh pengendapan
garam kalsium, berkembang di antara dua ujung tulang yang patah. Ini disebut kalus / callus.
E) PATHWAY PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Fraktur terjadi karena beberapa hal seperti adanya trauma pada tulang. Tulang yang telah
melemah oleh kondisi sebelumnya terjadi pada fraktur Patologis. Patah tulang yang tertutup
maupun terbuka akan mengenai serabut syaraf yang mengakibatkan nyeri. Selain itu fraktur
atau patah tulang adalah terputusnya kontunuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa, tulang tidak mampu digerakkan sehingga mobilitas fisik
terganggu.
F) KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi fraktur menurut Jong diantaranya yaitu :
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi,CRT (capillary refill
time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematom melebar dan dingin pada ekstremitas
yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit,
tindakan reduksi dan pembedahan.
2) Sindrome kompartemen
Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem atau perdarahan yang menekan otot, sraf, pembuluh
darah atau tekanan luar seperti gips, pembebatan dan penyangga. Perubahan fisiologis
sebagai akibat dari peningkatan tekanan kompartemen yang seringkali terjadi adalah iskemi
dan edema.
3) Infeksi
Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga pada penggunaan bahan
lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF dan OREF) dan plat yang tepasang didalam tulang.
Sehingga pada kasus fraktur resiko infeksi yang terjadi lebih besar baik karena penggunaan
alat bantu maupun prosedur invasif.
4) Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kepiler sehingga
menyebabkan oksigenasi menurun.
5) Nekrosis avaskuler
Aliran darah ketulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya
diawali dengan adanya iskemia volkman.
6) Fat embolism syndrome (FES)
Fat embolism syndrome merupakan suatu sindrom yang mengakibatkan komplikasi serius pada
fraktur tulang panjang, terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk
ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun. Ditandai dengan
adanya gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.
b. Komplikasi lama
1) Delayed union
Merupakan kegagalan fraktur terkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan ruang untuk
menyambung. Ini terjadi karena suplai darah ketulang menurun.

2) Non-union
Komplikasi ini terjadi karena adanya fraktur yang tidak sembuh antara 6 sampai 8 bulan dan
tidak di dapatkan konsolidasi sehingga terdapat infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama
infeksi yang disebut infected pseudoarthosis. Sehingga fraktur dapat menyebabkan infeksi.
3) Mal- union
Keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya tapi terdapat deformitas (perubahan bentuk
tulang) yang berbentuk angulasi.

Anda mungkin juga menyukai