Nim : 0701213080 Kelas : Ilmu Komputer-1/Semester-3
Sahabat Yang Sejati
Winda. Ya, itu namaku. Kini aku duduk di bangku kelas 3 SMK, ku jalani hari-hari di sekolah dengan ketiga sahabat ya itu Elman, Toni, dan Dara. Di suatu hari ketika kami berempat menulis surat perjanjian persahabatan di sesobek kertas dan dimasukan ke dalam botol kemudian dikubur di bawah pohon asem yang nantinya surat itu akan kami buka pada saat kami menerima hasil ujian kelulusan. Hari yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba juga, setelah kami menerima hasil uljian dan hasilnya kami berempat lulus dengan nilai terbaik. Kami pun langsung berlari ke bawah pohon asam yang dulu pernah kami datangi, kami berempat membuka isi tulisan dari surat yang kami buat yang berisi. “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selama lamanya” Teriak kami bersamaan. Keesokan harinya Toni membuat rencana untuk merayakan kelulusan kami dan malamnya kami pun pergi bersama-sama ke suatu tempat. Ternyata disitulah saat-saat yang gak bisa aku lupakan, Tony nembak aku dan akhirnya kita berpacaran karena aku juga menyukai, Tony. Setelah itu Elman dan Dara pun juga berpacaran , malam itu sungguh malam yang paling istimewa. Pada saat perjalanan pulang perasaanku mendadak tidak enak. “Perasaanku kenapa gak enak banget ya, gays?” Ucapku khawatir “Gak enak bagaimana? Santai aja kita gak bakalan aman aja." Sahut Dara dengan santai. Tak lama kemudian ternyata hal yang dikhawatirkan aku khawatirkan dengan perasaan tidak enak terjadi, dan.... “Toni, awwass! Di depan ada mobil truk sedang melaju!” teriakku “Aaaaa!" Brukkk. Mobil kami akhirnya terpental jauh, sungguh aku tak kuasa menahan air mata yang terus- menerus mengalir, dan akhirnya pun aku tak sadarkan diri. Perlahan-lahan ku buka mata sedikit demi sedikit aku melihat ibu berada di sampingku. “Winda? Kamu sudah sadar, nak?” tanya ibu dengan nada cemas. “I-ibu, aku dimana? Dara, Toni dan Elman... Di mana mereka bu?” Aku bertanya sambil mata mencari mereka karena tidak ada di ruangan serba putih ini. "Kamu di rumah sakit nak, kamu yang sabar ya." "Ketiga temanmh tidak tertolong saat di lokasi kecelakaan, kondisi mereka sangat parah, nak.” Jelas ibu sambil menitihkan air mata lalu mendekapku. Aku hanya terdiam mendengar ucapan ibu, tiba-tiba air mata ku menetes, tangisku tiada hentinya mendengar semua ucapan itu. Sesak rasanya dada ini menerima kenyataan pahit. “Toni… kenapa kamu tinggalin aku, aku sayang banget sama kamu, aku cinta sama kamu tapi apa? Tapi kamu malah ninggalin aku begitu cepat. Kalian semua pergi ninggalin aku, ya allah, kenapa engkau ambil mereka semua dari ku ya allah aku sungguh menyayangi mereka…” ucapku dalam hati. Tiga hari sudah berlalu, aku berkunjung ke makam mereka di situ aku berharap kami bisa seperti dulu dimana kita selalu bersama pahit manisnya persahabatan kita lalui bersama, aku berjanji akan selalu mengingat kalian di dalam hati ini. TAMAT