Anda di halaman 1dari 3

Nama : Pande Komang Ayu Darmayanti

Fakultas : Kedokteran
Gugus/Absen : 27/052

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG


(Tokoh Inspirasiku)

Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati hari lahir sosok pahlawan nasional
pembela perempuan, Raden Ajeng Kartini. Sosok beliau merupakan salah stu sosok penting
dalam emansipasi perempuan di Indonesia. Itulah mengapa setiap tanggal 21 April ditetapkan
sebagi Hari Kartini untuk mengenang jasa-jasanya. Beliau lahir pada 21 April 1879, Jepara,
Jawa Tengah oleh pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroninrat dan M. A Ngasirah.
Keberadaan yang dulunya tidak dihargai karna wanita hanya diperbolehkan mengurus
urusan dapur dan anak tanpa perlu mengenyam pendidikan yang layak. Tradisi Jawa yang
mengharuskan anak perempuan berdiam dirumah sejang usia 12 tahun menyebabkan Kartini
hanya bisa bersekolah sampai pada usia 12 tahun. Namun, dengan kesungguhannya, Kartini
berjuang agar wanita yang ditindas bisa sederajat oleh pria. Beliau pun mulai belajar Bahasa
Belanda dan baca tulis dari surat kabar, majalah, serta buku-buku. Tak hanya itu, beliau juga
membaca karya berbahasa Belanda sehingga pengetahuannya semakin luas. Sebagai
keturunan Bangsa Jawa yang menempatkan pendidikan modern sebagai kunci kemajuan,
Kartini tumbuh sebagai warga dunia yang percaya bahwa pendidikan bagi kaum perempuan
adalah kunci penting emansipasi wanita.
Kartini dipersunting oleh Bupati Rembang, K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat pada 12 November 1903, yang sudah memiliki tiga istri. Kartini beruntung
dipersunting dengan seseorang yang memahami keinginannya. Untuk mewujudkan cita-
citanya untuk memajukan kaum wanita, Kartini diberi dukungan dan kebebasan untuk
membangun dan mendirikan sekolah khusus wanita di bagian timur pintu gerbang kompleks
kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung
Pramuka.
Kartini melahirkan anak pertama dan terakhirnya pada tanggal 13 September 1904
yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Empat hari kemudian atau lebih tepatnya pada
tanggal 17 September 1904, Kartini menghembuskan nafas terakhir pada usia 25 tahun.
Jenazah sang pelopor emansipasi wanita itu dimakamkan di Desa Bulu di Kota Rembang.
Berkat kegigihan Kartini yang selalu berpikiran maju mengenai emansipasi wanita, kemudian
didirikanlah sekolah wanita oleh Yayasan Kartini di Kota Semarang pada tahun 1912 dengan
nama Sekolah Kartini.
Dalam perjalanan hidupnya, Kartini banyak menulis surat-surat tentang kondisi sosial
di era Hindia Belanda, khususnya membahas kondisi wanita pribumi. Dia ingin wanita peri
bumi memiliki kebasan hidup sehingga banyak surat-surat yang ia tulis berisi gugatan dan
keluhan terutama yang berhubungan dengan budaya Jawa yang menurutnya sebagai faktor
penghambat kemajuan kaum perempuan peri bumi. Surat-suratnya itu berisi keinginan untuk
mendapatkan pertolongan dari luar. Ia berharap agar pemuda pemudi peri bumi bisa menjadi
pemuda pemudi seperti di bangsa Eropa.
Berbagai hambatan tentang keharusannya untuk menjadi wanita Jawa yang berpikiran
maju juga menjadi salah satu isi dari surat-surat yang Ia tulis. Meski memiliki seorang ayah
yang tergolong berpendidikan karena sudah memberi pendidikan pada anak-anak
perempuannya meskipun hanya sebatas umur dua belas tahun, tetap saja pintu untuk
kemajuan berpikir masih tertutup. Sebagai anak, tentu Kartini sangat mencintai sang ayah.
Tapi ternyata cinta kasih terhadap sang ayah menjadi hambatan atau kendala besar dalam
mewujudkan impian untuk membebaskan wanita Jawa dari kungkungan adat. Dalam surat,
sang ayah juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Sang Ayah juga memperbolehkan
Kartini untuk mengikuti pendidikan guru di Betawi. Meskipun sebelumnya tak
memperbolehkan Kartini untuk melanjutkan belajarnya ke Belanda atau untuk masuk ke
pendidikan kedokteran di Betawi. Semua surat-surat Kartini itu dikumpulkan dalam sebuah
buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Nili inspiratif yang dapat kita petik dri R. A. Kartini adalah berani dan optimis,
semasa hidupnya gagasan-gagasan Kartini kerap ditentang karena dianggap tidak sesuai
dengan norma adat Jaw. Namun, dengn kegigihannya Kartini tetap menyuarakan gagasannya
tentang hak kesetaraan antara laki-laki dan wanita. Selain itu, Beliau juga rela berkorban saat
Ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dan bersedia dipersunting oleh laki-laki yang sudah
memiliki tiga oreng istri.
Dari nilai inspiratif R. A. Kartini, saya dapat belajar bahwa perlu usaha dan
pengorbanan yang besar untuk meraih suatu cita-cita yang besar pula. Nilai inspiratif Beliau
sangat cocok dengan cita-cita saya dan membuat saya menjadi semakin terdorong untuk bisa
menjadi seorang wanita yang tangguh dan tidak pantang menyerah untuk meraih sebuah cita-
cita yang mulia.
"Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang
cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia
serupa alam."
-R. A. Kartini-

Anda mungkin juga menyukai