Anda di halaman 1dari 49

MODUL

PRAKTIKUM FISIKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan berkahNya sehingga Praktikum Fisika
untuk Jurusan Teknik Sipil ini dapat terselesaikan.
Modul Praktikum Fisika ini merupakan acuan bagi
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya dalam melaksanakan praktikum berdasarkan mata
kuliah Fisika yang sedang ditempuh.
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
sempurna sehingga segala bentuk masukan dan saran yang
membangun sangat diharapkan dalam pengembangan dan
perbaikan Modul Praktikum Fisika ini di masa yang akan datang.

Malang, Oktober 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM V

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM VI

PERCOBAAN 1 1

1.1 TUJUAN 1
1.2 DASAR TEORI 1
1.3 BAHAN DAN PERALATAN 2
1.4 PROSEDUR PELAKSANAAN 3
1.5 HASIL PENGAMATAN 3
1.6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3
1.7 KESIMPULAN 4
1.8 SARAN 4

PERCOBAAN 2 5

2.1 TUJUAN 5
2.2 DASAR TEORI 5
2.3 BAHAN DAN PERALATAN 9
2.4 PROSEDUR PELAKSANAAN 9
2.5 HASIL PENGAMATAN 10
2.6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 11
2.7 KESIMPULAN 15

ii
2.8 SARAN 15

PERCOBAAN 3 16

3.1 TUJUAN 16
3.2 DASAR TEORI 16
3.3 BAHAN DAN PERALATAN 18
3.4 PROSEDUR PELAKSANAAN 19
3.5 HASIL PENGAMATAN 21
TABEL HUBUNGAN PERCEPATAN DENGAN MASSA JIKA GAYA TETAP (BERAT
BENDA KETIKA DITIMBANG = W, SEHINGGA M = W/G, JARAK S TENTUKAN
SENDIRI) 21
3.6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 22
3.7 KESIMPULAN 22
3.8 SARAN 22

PERCOBAAN 4 23

4.1 TUJUAN 23
4.2 DASAR TEORI 23
4.3 BAHAN DAN PERALATAN 25
4.4 PROSEDUR PELAKSANAAN 25
4.5 HASIL PENGAMATAN 26
4.6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 26
4.7 KESIMPULAN 26
4.8 SARAN 26

PERCOBAAN 5 28

5.1 TUJUAN 28
5.2 DASAR TEORI 28

iii
5.3 BAHAN DAN PERALATAN 30
5.4 PROSEDUR PELAKSANAAN 30
5.5 HASIL PENGAMATAN 31
5.6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 32
5.7 KESIMPULAN 32
5.8 SARAN 32

PERCOBAAN 6 33

6.1 TUJUAN 33
6.2 DASAR TEORI 33
6.3 BAHAN DAN PERALATAN 39
6.4 PROSEDUR PELAKSANAAN 39
6.5 HASIL PENGAMATAN 39
6.6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 40
6.7 KESIMPULAN 40
6.8 SARAN 40

LAMPIRAN 1. CONTOH COVER 41

iv
PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Praktikan adalah mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas


Teknik Universitas Brawijaya yang sedang menempuh mata
kuliah Fisika Dasar.
2. Kelompok praktikum terdiri dari 5 orang mahasiswa (atau
sesuai dengan arahan dari dosen pengampu pada masing-
masing kelas).
3. Pelaksanaan praktikum dapat dimulai sejak mahasiswa
menerima Modul Praktikum Fisika.
4. Pengumpulan Laporan untuk diserahkan kepada dosen
paling lambat adalah pada minggu terakhir perkuliahan.

v
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Halaman sampul/cover laporan diketik dan dicetak.


2. Isi laporan ditulis tangan rapi menggunakan bolpoint tinta
biru pada kertas putih berukuran A4 – 80 gram.
(Margin kiri 4 cm, atas – kanan – bawah 3 cm)
3. Penomoran halaman diletakkan di bawah (bottom – center).
4. Dokumentasi masing-masing kegiatan (dengan
menampilkan anggota kelompok) harus dicantumkan dalam
sub bab Analisis Perhitungan dan Pembahasan pada
setiap percobaan.
5. Data hasil praktikum disertakan sebagai Lampiran yang
dijilid pada bagian akhir laporan praktikum.
6. Laporan dijilid terusan dengan warna sampul Biru Teknik.

Sistematika Penulisan Laporan

 Halaman Sampul Laporan/Cover (lihat Lampiran 1)


 Kata Pengantar
 Daftar Isi
 PERCOBAAN 1: ……
1.1. Tujuan Praktikum
1.2. Dasar Teori
1.3. Bahan dan Peralatan
1.4. Prosedur Pelaksanaan

vi
1.5. Hasil Pengamatan
1.6. Analisis Perhitungan dan Pembahasan
1.8. Kesimpulan
1.9. Saran
 PERCOBAAN 2: ……
2.1. Tujuan Praktikum
2.2. Dasar Teori
2.3. Bahan dan Peralatan
2.4. Prosedur Pelaksanaan
2.5. Hasil Pengamatan
2.6. Analisis Perhitungan dan Pembahasan
2.8. Kesimpulan
2.9. Saran
Dan seterusnya sampai dengan Percobaan 8
 Daftar Pustaka
 Lampiran

vii
PERCOBAAN 1
GERAK 1 DIMENSI
(GERAK LURUS BERATURAN)

1.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa


dapat:
- Menentukan kecepatan benda/objek pada gerak lurus
beraturan
- Menjelaskan karakteristik gerak lurus berdasarkan
besaran-besaran kinematisnya

1.2 Dasar Teori

Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu objek,


dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa
percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus
beraturan adalah kelajuan kali waktu.

s  v .t
Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)

1
Berdasarkan Hukum Newton I, jika tidak ada gaya
apapun yang beraksi untuk mengubah gerak benda, maka
kecepatan benda tersebut tidak akan berubah. Sehingga dapat
diketahui bahwa setiap benda yang terisolasi (yang tidak
berinteraksi dengan lingkungannya) akan berada dalam
kondisi diam atau bergerak dengan kecepatan tetap (Serway
dan Jeweet, 2009: 173).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri gerak lurus beraturan (GLB) adalah:
1. Kecepatan tetap (setiap detik menempuh jarak yang
sama)
2. Percepatan nol (tidak ada pertambahan kecepatan tiap
satuan waktu)

1.3 Bahan dan Peralatan

- Mobil-mobilan (berbaterai)
- Papan halus/lantai rumah
- Kapur tulis warna
- Alat tulis
- Stopwatch

2
1.4 Prosedur Pelaksanaan

1. Ukur lantai/papan dengan panjang 120 cm. Kemudian


beri tanda berupa garis pada jarak 20cm, 40cm, 60cm,
80cm, 100cm, dan 120cm.
2. Hidupkan tombol “ON” pada mobil mainan, kemudian
letakkan mobil-mobilan pada garis 0 atau start.
3. Tekan stopwatch setiap melintasi garis 20cm, 40cm,
60cm, 80cm, 100cm, dan 120cm.
4. Catat angka waktu yang dihasilkan oleh stopwatch ke
dalam tabel pengamatan.

1.5 Hasil Pengamatan


Tabel 1.1 Hasil Pengamatan
No. Jarak (cm) Waktu (s) ∆t (s)
1 20
2 40
3 60
4 80
5 100
6 120

1.6 Analisis dan Pembahasan

a) Menghitung kecepatan rata-rata


b) Menghitung standar deviasi (SD)
c) Grafik hubungan antara jarak (cm) dan waktu (s)

3
d) Grafik hubungan waktu (s) dan kecepatan (cm/s)

1.7 Kesimpulan

Buatlah kesimpulan mengenai hasil percobaan tersebut.

1.8 Saran

Tuliskan saran atau perbaikan yang harus dilakukan terkait


dengan pelaksanaan percobaan.

4
PERCOBAAN 2
GERAK 2 DIMENSI
(GERAK PELURU)

2.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa


dapat:
- Menentukan kecepatan awal
- Menentukan tinggi maksimum
- Menentukan dan menjelaskan grafik hubungan antara:
a) x – Vo
b) x – y

2.2 Dasar Teori

Gerak peluru atau parabola pada dasarnya merupakan


perpaduan antara gerak horizontal (searah dengan sumbu x)
dengan vertikal (searah sumbu y). Pada gerak horizontal
bersifat GLB (Gerak Lurus Beraturan) karena gesekan udara
diabaikan. Sedangkan pada serak vertikal bersifat GLBB
(Gerak Lurus Berubah Beraturan) karena pengaruh
percepatan gravitasi bumi (g).
Gambar 2.1 menunjukkan proyeksi gerak peluru pada sumbu
horizontal (sumbu x) dan sumbu vertikal (sumbu y), dengan
titik pangkal koordinatnya ada pada titik dimana peluru

5
tersebut mulai terbang bebas. Pada titik pangkal tersebut
ditetapkan t = 0 dengan kecepatan awal yang digambarkan
dengan vektor v0 yang membentuk sudut elevasi θ0 terhadap
sumbu x.

Gambar 2.1 Proyeksi gerak peluru pada sumbu x dan y


2.2.1 Persamaan -Persamaan Gerak Peluru

Kecepatan awal diuraikan menjadi komponen horizontal v 0x


dan voy yang besarnya :
v0x = v0 cos θ , dan
v0y = v0 sin θ

Karena komponen kecepatan horizontal konstan, maka pada


setiap saat t akan diperoleh :
vtx = v0x + at = v0x + (0)t = vox = v0 cos θ
dan
x = v0xt + ½at2 = voxt + ½(0)t2 = v0xt

6
Sementara itu, percepatan vertikal adalah –g sehingga
komponen kecepatan vertikal pada saat t adalah :
vty = voy – gt = vo sin θ – gt
y = voyt – ½gt2
v2ty =v20y – 2gy

Persamaan di atas berlaku jika peluru ditembakkan tepat pada


titik awal dari sistem koordinat xy sehingga x 0=y0= 0. Tetapi
jika peluru tidak ditembakkan tepat pada titik awal koordinat
(x0 ≠ 0 dan y0 ≠ 0), maka kedua persmaan tersebut menjadi :
x = x0 +v0xt = x0 + (v0 cos θ)t
y = y0 +voyt – ½gt2

Pada titik tertinggi artinya pada posisi y maksimum, maka


kecepatannya adalah horizontal sehingga vty = 0. Sehingga
persamaan diatas menjadi :
vty = voy -gt
0 = voy – gt

t=

t=

7
Persamaan di atas menunjukkan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai ketinggian maksimum. Kemudian
subtitusikan ke persamaan (y) sehingga diperoleh persamaan
ketinggian maksimum sebagai berikut :

Subtitusi persamaan (t) ke persamaan (x) akan menghasilkan


posisi x pada saat y maksimum, yaitu :

Sedangkan pada titik terjauh dari titik awal artinya posisi x


maksimum, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai x
maksimum adalah :

8
t=
Dan posisi terjauh atau x maksimum adalah :

xm = =

2.3 Bahan dan Peralatan

- Pistol air
- Air berwarna
- Mistar/meteran
- Busur derajat
- Stopwatch

2.4 Prosedur Pelaksanaan

1. Isikan air berwarna ke dalam pistol air.


Percobaan pertama
2. Letakkan pistol air menempel di tanah. Arahkan pistol
air sehingga membentuk sudut 30° (selanjutnya disebut
sudut elevasi). Gunakan busur derajat untuk mengukur
sudut tersebut.
3. Tariklah pelatuk pistol air agar air melesat saat air jatuh
ke tanah. Tembakan air sebanyak tiga kali dengan
kecepatan yang berbeda pada setiap tembakan.

9
(kecepatan ditentukan sendiri berdasarkan tekanan pada
pistol air).
4. Ukurlah jarak maksimum yang dicapai oleh air.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 dengan mengubah sudut
elevasi menjadi 45o dan 60o.

Percobaan kedua
6. lakukan langkah di atas namun posisi pistol terletak
dengan ketinggian tertentu (misal: 100 cm – ketinggian
ditentukan sendiri)

2.5 Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Hasil Percobaan Pertama
No. Sudut Xterjauh tterjauh Vo Hmaks
(o) (cm) (s) (m/s) (cm)
1 a) 30
b) 30
c) 30
2 a) 45
b) 45
c) 45
3 a) 60
b) 60
c) 60

Tabel 2.2 Hasil Percobaan Kedua


No. Sudut Xterjauh tterjauh Vo Hmaks
(o) (cm) (s) (m/s) (cm)
1 a) 30

10
No. Sudut Xterjauh tterjauh Vo Hmaks
(o) (cm) (s) (m/s) (cm)
b) 30
c) 30
2 a) 45
b) 45
c) 45
3 a) 60
b) 60
c) 60

2.6 Analisis dan Pembahasan


2.6.1 Percobaan pertama (menempel di tanah)

a) Hitung untuk ketiga kecepatan (a, b, dan c) penembakan


pada sudut 30o

Pada sudut elevasi 30o didapatkan data sebagai berikut:


Xterjauh = … m
Tterjauh = … s
X = Vo . cos 30o . t
X
Vo = = … m/s
cos 30o . t

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan antara:


 x – Vo
 x–y

11
b) Hitung untuk ketiga kecepatan (a, b, dan c) penembakan
pada sudut 45o

Pada sudut elevasi 45o didapatkan data sebagai berikut:


Xterjauh = … m
Tterjauh = … s
X = Vo . cos 45o . t
X
Vo = = … m/s
cos 45o .t

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan antara:


 x – Vo
 x–y

c) Hitung untuk ketiga kecepatan (a, b, dan c) penembakan


pada sudut 60o

Pada sudut elevasi 60o didapatkan data sebagai berikut:


Xterjauh = … m
Tterjauh = … s
X = Vo . cos 60o . t
X
Vo = = … m/s
cos 60o .t

12
Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan antara:
 x – Vo
 x–y

2.6.2 Percobaan kedua (y = … cm dari permukaan tanah)

a) Hitung untuk ketiga kecepatan (a, b, dan c) penembakan


pada sudut 30o

Pada sudut elevasi 30o didapatkan data sebagai berikut:


Xterjauh = … m
Tterjauh = … s
X = Vo . cos 30o . t
X
Vo = = … m/s
cos 30o . t

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan antara:


 x – Vo
 x–y

b) Hitung untuk ketiga kecepatan (a, b, dan c) penembakan


pada sudut 45o

Pada sudut elevasi 45o didapatkan data sebagai berikut:

13
Xterjauh = … m
Tterjauh = … s
X = Vo . cos 45o . t
X
Vo = = … m/s
cos 45o .t

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan antara:


 x – Vo
 x–y

c) Hitung untuk ketiga kecepatan (a, b, dan c) penembakan


pada sudut 60o
Pada sudut elevasi 60o didapatkan data sebagai berikut:
Xterjauh = … m
Tterjauh = … s
X = Vo . cos 60o . t
X
Vo = = … m/s
cos 60o .t

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan antara:


 x – Vo
 x–y

14
2.7 Kesimpulan

Buatlah kesimpulan mengenai hasil percobaan tersebut.

2.8 Saran

Tuliskan saran atau perbaikan yang harus dilakukan terkait


dengan pelaksanaan percobaan.

15
2.9

PERCOBAAN 3
HUKUM NEWTON

3.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa


dapat:
- Memahami konsep Hukum I Newton
- Memahami konsep Hukum II Newton
(Mencari hubungan antara percepatan dengan gaya,
mencari hubungan antara percepatan dengan massa)
- Memahami konsep Hukum III Newton

3.2 Dasar Teori

Hukum I Newton menjelakan bahwa sebuah benda


cenderung mempertahankan keadaannya, yaitu jika dia diam
akan tetap diam dan jika jika bergerak lurus beraturan dia
akan tetap bergerak lurus beraturan. Hukum pertama
Newton dapat dinyatakan dengan persamaan berikut,

F 0
Kecenderungan benda untuk mempertahankan gerak (malas
untuk diam) dan kecenderungan benda untuk
mempertahankan diam (malas untuk bergerak) berhubungan
dengan sifat kelembaman (inersia) atau kemalasan suatu

16
benda. Oleh karena itu, hukum I Newton juga disebut dengan
hukum kelembaman.
Hukum II Newton menjelaskan bahwa benda bekerja sebuah
gaya saja atau beberapa gaya yang resultannya tidak nol.
Kecepatan benda selalu berubah dengan demikian benda
mengalami percepatan. Maka dari itu ada kaitan antara
resultan gaya dengan percepatan yang ditimbulkannya. Kaitan
ini diselidiki oleh Newton, sehingga ia berhasil mencetuskan
hukum keduannya tentang gerak, yang dikenal sebagai hukum
II Newton. Bunyi Hukum II Newton sebagai berikut.
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja
pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya,
searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik
dengan massa benda.
Secara matematis hukum II Newton dinyatakan sebagai

 F  ma
Hukum III Newton ini menjelaskan bahwa gaya tunggal
yang hanya melibatkan satu benda tak mungkin ada. Gaya
hanya hadir jika sedikitnya ada dua benda yang berinteraksi.
Pada interaksi ini gaya-gaya selalu berpasangan. Jika A
mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya
pada A. Gaya pertama dapat disebut sebagai aksi dan gaya
kedua sebagai reaksi. Ini tak berarti bahwa aksi bekerja lebih

17
dahulu baru timbul reaksi. Akan tetapi, kedua gaya ini terjadi
bersamaan. Dengan demikian, tidak jadi masalah, gaya mana
yang dianggap sebagai aksi dan gaya mana yang dianggap
sebagai reaksi. Maka dari itu hukum III Newton dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan
mengerjakan gaya pada A, yang besarnya sama tetapi
arahnya berlawanan.
Hukum ini kadang-kadang dinyatakan sebagai berikut.
Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar tetapi
berlawanan arah.
Secara matematis hukum III Newton dinyatakan sebagai:
aksi = - reaksi

3.3 Bahan dan Peralatan


Kegiatan 1:
- 10 buah uang logam
- Penggaris besi

Kegiatan 2:
No Alat dan Bahan Jumlah
1 Mobil-mobilan 1 buah
2 Beban 4 buah
3 Stopwatch 1 buah

18
4 Balok Kayu 1 buah
5 Benang 3 meter
6 Kertas Grafik 2 lembar

Kegiatan 3
- 2 buah neraca pegas dengan skala yang sama

3.4 Prosedur Pelaksanaan

Kegiatan 1:
1. Tumpuklah uang logam diatas meja.
2. Dengan cepat gerakkan penggaris besi sepanjang
permukaan meja dan pukulah uang logam terbawah
keluar dari tumpukannya.
3. Pukullah setiap uang logam terbawah keluar dari
tumpukannya, dengan menggunakan gerakan maju
mundur yang sangat cepat dan tepat.
4. Amati yang terjadi.

Kegiatan 2:
1. Menyusun alat seperti gambar di bawah ini
2. Menimbang beban mobil-mobilan dan beban
penggantung dengan menggunakan neraca
3. Mencatat beban mobil-mobilan dan beban penggantung

19
4. Menarik mobil-mobilan (berat tetap) dari A ke B,
sejarak s dengan beban penggantung yang berbeda
5. Mencatat hasil percobaan dalam tabel pengamatan

Balok
penghalang

s
Beban
penggantung

Kegiatan 3

1. Susunlah dua neraca pegas seperti pada gambar atas!


2. Beri pemisalan penamaan neraca (yang satu P dan
satunya lagi Q)!
3. Tariklah neraca Q sedangkan neraca P tetap!
4. Gaya oleh P dan Q dapat dibaca pada neraca tersebut.
Kemana arah jarum tanda penunjuk neraca P dan Q?
5. Catat data dalam tabel berikut!

20
3.5 Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Data hasil pengamatan percobaan Hukum 1 Newton
Keadaan uang logam yang di
Perlakuan atas setelah uang logam di
bawah di pukul
Uang logam dipukul dengan
cepat
Uang logam dipukul dengan
lambat

Tabel 3.2 Data hasil pengamatan percobaan 2 Hukum II Newton


Tabel hubungan percepatan dengan massa jika gaya tetap
(berat benda ketika ditimbang = w, sehingga m = w/g, jarak s
tentukan sendiri)
No Massa Waktu a=s/t2 F=m*a
1 m
2 2m
3 3m
4 4m

Tabel 3.3 Data hasil pengamatan percobaan 3 Hukum III Newton


No FP (N) FQ (N)
1
2
3
4
5

21
3.6 Analisis dan Pembahasan
Buatlah analisis berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan.
Percobaan 1
Bagaimana keadaan uang logam yang di atas setelah uang
logam di bawah di pukul?
Percobaan 2
Untuk pembahasan terhadap Hukum Newton II, buat grafik
hubungan antara gaya dan percepatan, dan grafik hubungan
antara massa dan percepatan.
Percobaan 3
a. Jika gaya oleh P disebut gaya aksi dan gaya oleh Q disebut
gaya reaksi, bagaimana besar dan arah kedua gaya tsb?
b. Dari poin no. 1, artinya FP = ….FQ

3.7 Kesimpulan

Buatlah kesimpulan mengenai hasil percobaan tersebut.


3.8 Saran

Tuliskan saran atau perbaikan yang harus dilakukan terkait


dengan pelaksanaan percobaan.

22
PERCOBAAN 4
USAHA DAN ENERGI

4.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa


dapat:
- Menentukan besar energi kinetik
- Menentukan besar energi potensial
- Mengetahui faktor yang mempengaruhi energi kinetik,
energi potensial dan energi mekanik

4.2 Dasar Teori

Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena
geraknya misalnya anak panah yang lepas dari busur
memiliki kecepatan dan massa tertentu maka anak panah
tersebut memiliki energi kinetik yang besarnya berbanding
lurus dengan massa serta kecepatan kuadrat. Dalam
persamaan :
1 2
Ek  mv
2
s
v
t

23
Keterangan :
Ek = energi kinetik (Joule)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)

Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena
kedudukannya. Energi ini tersembunyi pada benda tetapi bila
diberi kesempatan energi ini bisa dimanfaatkan, misalnya
energi potensial pada pegas yang ditarik terjadi juga pada
karet atau busur panah. Contoh yang kedua adalah energi
potensial gravitasi yaitu energi yang dimiliki benda yang
disebabkan oleh ketinggian terhadap suatu titik acuan
tertentu. Besar energi potensial gravitasi sebanding dengan
massa, percepatan gravitasi dan ketinggian.
Ep = m.g.h
Keterangan :
m = massa (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian (m)

Energi Mekanik
Energi mekanik adalah jumlah total dari energi potensial dan
energi kinetik.

24
Em = Ep + Ek
Menurut hukum kekekalan energi mekanik, bahwa jumlah
energi mekanik selalu tetap dengan syarat tidak ada gaya luar
yang bekerja pada sistem.
Em1 = Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
mgh1 + ½ mv12 = mgh2 + ½ mv22

4.3 Bahan dan Peralatan

- Bola bekel
- Bola tenis
- Bola pingpong
- Papan luncur
- Stopwatch
- Penggaris

4.4 Prosedur Pelaksanaan

1. Timbang bola bekel, bola tenis, bola pingpog


2. Tentukan panjang papan luncur (bebas)
3. Letakkan papan luncur di dinding secara miring dengan
ketinggian yang telah ditentukan ( 50, 40 dan 30 cm)
4. Luncurkan masing-masing bola dan catat waktu (t), dan
jarak (s) pada masing-masing ketinggian, ulangi
percobaan sebanyak 3 kali

25
5. Catat hasil pada tabel
6. Hitung Ep, Ek dan Em
7. Buatlah kesimpulan

4.5 Hasil Pengamatan

Isikan hasil percobaan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel
4.3.

4.6 Analisis dan Pembahasan

a) Pengamatan pada Bola Pingpong


b) Pengamatan pada Bola Tenis
c) Pengamatan pada Bola Bekel

4.7 Kesimpulan
Buatlah kesimpulan mengenai hasil percobaan tersebut serta
sampaikan faktor apa saja yang mempengaruhi energi
potensial, energi kinetik dan energi mekanik.

4.8 Saran
Tuliskan saran atau perbaikan yang harus dilakukan terkait
dengan pelaksanaan percobaan.

26
Tabel 4.1 Pengamatan bola pingpong (massa bola pingpong =............)
No. h (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s) t rata-rata s1 s2 s3 s rata-rata V Ek Ep Em
Balok (s) (m) (m) (m) (s) (m/s) (J) (J) (J)
I
II
III

Tabel 4.2 Pengamatan bola tenis (massa bola tenis =............)


No. h (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s) t rata-rata s1 s2 s3 s rata-rata V Ek Ep Em
Balok (s) (m) (m) (m) (s) (m/s) (J) (J) (J)
I
II
III

Tabel 4.3 Pengamatan bola bekel (massa bola bekel =............)


No. h (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s) t rata-rata s1 s2 s3 s rata-rata V Ek Ep Em
Balok (s) (m) (m) (m) (s) (m/s) (J) (J) (J)
I
II
III

27
PERCOBAAN 5
TUMBUKAN

5.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa


dapat:
- Menentukan koefisien restitusi antara:
 Kelereng dengan lantai.
 Bola pingpong dengan lantai.
 Bola bekel dengan lantai.
 Bola kasti dengan lantai.
- Menyebutkan jenis tumbukan pada percobaan ini.
- Memberi alasan mengapa nilai koefisien restitusi = 1
pada percobaan ini.

5.2 Dasar Teori

Ketika dua benda bertumbukan maka respon tumbukan


tersebut dapat ditampilkan berupa koefisien restitusi. Nilai
koefisien restitusi ini menunjukkan jenis tumbukan dua
benda, yaitu:
- Tumbukan lenting sempurna dengan nilai koefisien
restitusi sama dengan satu (e = 1),

28
- Tumbukan lenting sebagian dengan nilai koefisien
restitusi lebih kecil dari satu dan lebih besar dari nol (0
< e < 1),
- Tumbukan tidak lenting sama sekali dengan nilai
koefisien restitusi sama dengan nol (e = 0).

Besar nilai koefisien suatu benda sangat bergantung pada


kecepatan dua benda sebelum dan sesudah tumbukan.

Untuk benda jatuh bebas, koefisien tergantung pada


ketinggian benda ketika dijatuhkan. Hal tersebut
dikarenakan kecepatan benda yang jatuh bebas sangat
ditentukan oleh ketinggian benda dan percepatan gravitasi
bumi. Sebuah benda yang dijatuhkan dari ketinggian h1,
ketika sampai di tanah kecepatan benda adalah v1. Sesaat
setelah memantul, benda mempunyai kecepatan v2 dan
memantul sampai ketinggian h2. Jadi, benda yang
dijatuhkan dari ketinggian h1 sehingga dipantulkan dengan
ketinggian h2 akan mempunyai koefisien restitusi, dengan
rumus:

E = √h2 / h1

dimana: 0 < e < 1

29
5.3 Bahan dan Peralatan

- Meteran bangunan
- Kelereng
- Bola pingpong
- Bola bekel
- Bola kasti

5.4 Prosedur Pelaksanaan

a) Pengamatan Kelereng
- Menjatuhkan kelereng dari ketinggian 1,2 meter.
- Mengukur tinggi pantulan pertama kelereng.
- Mencatat hasil pengukuran pada tabel
pengamatan.

b) Pengamatan Bola Pingpong


- Menjatuhkan bola pingpong dari ketinggian 1,2
meter.

30
- Mengukur tinggi pantulan pertama bola
pingpong.
- Mencatat hasil pengukuran pada tabel
pengamatan.

c) Pengamatan Bola Bekel


- Menjatuhkan bola bekel dari ketinggian 1,2
meter.
- Mengukur tinggi pantulan pertama bola bekel.
- Mencatat hasil pengukuran pada tabel
pengamatan.

d) Pengamatan Bola Kasti


- Menjatuhkan bola kasti dari ketinggian 1,2 meter.
- Mengukur tinggi pantulan pertama bola kasti.
- Mencatat hasil pengukuran pada tabel
pengamatan.

5.5 Hasil Pengamatan


Tabel 5.1 Hasil Pengamatan
No. Nama Benda h0 h1 e
1 Kelereng 1,2 m
2 Bola Pingpong 1,2 m
3 Bola Bekel 1,2 m
4 Bola Kasti 1,2 m

31
5.6 Analisis dan Pembahasan

Buatlah analisis berdasarkan hasil pengamatan yang telah


dilakukan.

5.7 Kesimpulan

Buatlah kesimpulan mengenai hasil percobaan tersebut


dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Dari percobaan, berapakah koefisien restitusi masing-


masing benda?
2. Sebutkan jenis tumbukan pada percobaan tersebut!
3. Mungkinkah nilai koefisien restitusi = 1 pada
percobaan tersebut?

5.8 Saran

Tuliskan saran atau perbaikan yang harus dilakukan terkait


dengan pelaksanaan percobaan.

32
PERCOBAAN 6
HUKUM HOOKE DAN KEKAKUAN

6.1 Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa


dapat:
- Mempelajari Hukum Hooke
- Menentukan konstanta pegas

6.2 Dasar Teori

Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. Elastis


atau elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk
kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan
pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya
diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk
benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang
dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah
pertambahan panjang. Perlu diketahui bahwa gaya yang
diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet
bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar,
melawati batas elastisitasnya.
Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke
bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat
besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas

33
elastisitas. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada
pegas tersebut tidak diberikan gaya.
Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik
dengan luas penampang benda.
F

A
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara
pertambahan panjang benda ketika diberi gaya dengan
panjang awal benda.
L

L0
Getaran (oscillation) merupakan salah satu bentuk
gerak benda yang cukup banyak dijumpai gejalanya. Dalam
getaran, sebuah benda melakukan gerak bolak-balik
menurut lintasan tertentu melalui titik setimbangnya.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gerakan
bolak-balik dinamakan periode (dilambangkan dengan T,
satuannya sekon (s). Simpangan maksimum getaran
dinamakan amplitudo.
Hukum Hooke menjelaskan tentang batas elastisitas.
“Elastisitas benda hanya berlaku sampai suatu batas yaitu
batas elastisitas.” Grafik tegangan terhadap regangan untuk
menjelaskan hukum Hooke: Titik O ke titik B adalah masa
deformasi elastis, yaitu perubahan bentuk yang dapat

34
kembali ke bentuk semula. Titik A adalah batas hukum
Hooke yang grafiknya merupakan garis lurus. Titik B
adalah batas elastis, dan grafik selanjutnya merupakan
masa deformasi plastis, yaitu perubahan bentuk yang tidak
dapat kembali ke bentuk semula. Titik C adalah titik tekuk
(yield point), dimana hanya dibutuhkan gaya yang kecil
untuk memperbesar pertambahan panjang. Titik D adalah
tegangan maksimum (ultimate stress), dimana benda benar-
benar mengalami perubahan bentuk secara permanen. Titik
E adalah titik patah, dimana benda akan patah/putus bila
gaya yang diberikan sampai ke titik tersebut.

Gambar 6.1 Hubungan antara tegangan dan regangan

Gaya elastisitas/pegas adalah gaya yang


mengembalikan pegas agar kembali ke bentuk semula
setelah meregang/menekan. Gaya pegas berlawanan arah
dengan gaya berat dan pertambahan panjang.

35
Gambar 6.2 Hukum Hooke

Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara


vertikal. Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan
mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi
karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya
gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus
dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya.
Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang
meregangkan pegas dan pertambahan panjang (x), di
daerah yang ada dalam batas kelentingan pegas.
F = k . Δx
Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang.
Satuannya dalam SI adalah N/m.

36
Persamaan gerak getaran dapat diturunkan dari dua
buah hukum gerak, yaitu Hukum II Newton dan Hukum
Hooke. Jika gaya pegas adalah satu-satunya gaya luar yang
bekerja pada benda, maka pada benda berlaku Hukum II
Newton.
F = m.a, atau
–kx = m.a
Persamaan di atas merupakan persamaan gerak getaran
selaras (simple harmonic motion). Dalam getaran selaras,
benda berosilasi diantara dua posisi dalam waktu (periode)
tertentu dengan asumsi tanpa kehilangan tenaga
mekaniknya. Dengan kata lain, simpangan maksimum
(amplitudo) getaran tetap. Dapat ditulis menjadi

2 x k
 x 0
dt 2 m
Persamaan di atas disebut persamaan diferensial, karena
mengandung suku yang berupa diferensial. Penyelesaian
dari Persamaan tersebut dapat berbentuk
x( t )  A sin(t   )
Fungsi x periodik dan berulang pada simpangan yang sama
dengan keanikan sebesar 2. Periode getaran T adalah
waktu yang diperlukan benda untuk menjalani gerakan satu

37
putaran (cycle). Ini berarti nilai x pada saat t sama dengan
nilai x pada saat t + T.
2
T

Gambar 6.3 simpangan getaran selaras sederhana

Kebalikan dari periode dinamakan f. Frekuensi


menyatakan jumlah getaran per satuan waktu. Satuannya
adalah hertz (Hz).
1 
f  
T 2
Dengan demikian, frekuensi sudutnya adalah
2
  2f 
T
Persamaan gerak getaran di atas dapat juga dinyatakan
dalam cosinus, yaitu
x(t) = A cos (t + ’)

Suatu getaran memiliki persamaan simpangan unik yang


bentuk definitifnya ditentukan oleh posisi awal dan

38
kecepatan awal (keduanya sering disebut sebagai syarat
awal).

6.3 Bahan dan Peralatan

- Pegas
- Mistar
- Statif dan Penjepitnya
- Stopwatch atau jam
- Beban

6.4 Prosedur Pelaksanaan

1. Mengukur masa beban yang akan digunakan.


2. Mengukur panjang pegas sebelum diberi beban
3. Mengukur panjang pegas setelah diberi beban.
4. Mengalikan masa beban dengan besar gaya gravitasi.
5. Mencari nilai kontanta dengan cara membagi nilai
gaya yang bekerja pada pegas dengan masa beban
pada pegas tersebut.

6.5 Hasil Pengamatan

Ketika pegas ditarik 10 cm, dan sampai 20 getaran dengan


massa berbeda-beda, isilah tabel berikut dari hasil

39
pengamatan dan perhitungan, dimana x0 = panjang mula-
mula pegas sebelum dibebani

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan


Massa Waktu Δ X = x-x0 F= m.g K = F/ Δ X
No X (m)
(kg) (s) (m) (N) (N/m)
1. 0.10 kg
2. 0.15 kg
3. 0.20 kgr
4. 0.22 kg
5. 0.25 kg

6.6 Analisis dan Pembahasan

Buatlah analisis berdasarkan hasil pengamatan yang telah


dilakukan.

6.7 Kesimpulan

Buatlah kesimpulan mengenai hasil percobaan tersebut.

6.8 Saran

Tuliskan saran atau perbaikan yang harus dilakukan terkait


dengan pelaksanaan percobaan.

40
Lampiran 1. Contoh Cover

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA

Disusun Oleh:
Nama / NIM
Nama / NIM
Nama / NIM
Nama / NIM
Nama / NIM

Dosen Pembimbing:
Nama / NIP

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Universitas Brawijaya
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Tahun Ajaran …/…

41

Anda mungkin juga menyukai