Anda di halaman 1dari 4

NAMA KELOMPOK 3 :

Helena DaSilva Seneng

Jihan Fahira Nurmasari

Primus Rafbendicts Buga Watun

Wandi Fina

Dokter Akmal Taher

Akmal Taher lahir di Jakarta, pada 27 Juli 1955. Ia merupakan professor kedokteran lulusan
Hannover Medical School and Institute for Peptide Research, Hannover, German pada tahun 1990.
Profesor Akmal merupakan Direktur Utama Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Akmal merupakan alumni dari SMA Kanisius Jakarta tahun 1974. Setelah tamat dari bangku SMA, ia
memutuskan untuk mengambil jalur pendidikan Kedokteran. Akmal memutuskan untuk berkuliah di
Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran, dan mengambil program Pendidikan Dokter Umum.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran, Akmal menjalani wajib kerja di Puskesmas, ia menjalani
program training residen Urologi di Universitas Indonesia, dan lulus sebagai Urolog pada tahun 1988.

Akmal menjadi research fellow di Hannover Medical School and Institute for Peptide Research,
Hannover, German hingga 1992.  Gelar Doktor Medikus dan PhD beliau raih dari institusi tersebut
pada tahun 1993, sedangkan gelar Doktor beliau peroleh dari FKUI Jakarta di tahun yang sama.

Sebagai Profesor, ia telah menghasilkan dan mempublikasikan sejumlah penelitian atau percobaan.
Penelitian dan percobaannya rata-rata bertemakan Clynic Nucleotide Phosphodiesterase Activity
dan Erectile Dysfunction. Akmal juga menjadi peneliti utama dalam beberapa penelitian kimia
multinasional terhadap obat-obat untuk disfungsi ereksi.

Mantan Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) periode 2006-2009 ini telah memperoleh berbagai
macam penghargaan sepanjang karirnya. Ia telah memperoleh penghargaan seperti Satyalancana
Karya Satya (2004), Pemenang terbaik kedua pada “Medika Award” dalam artikel ilmiah dalam
majalah Medika (2002), Hasil terbaik pada “Riset Unggulan Terpadu” dari Menteri Riset dan
Teknologi (1997), All Star Award Galamedika (1996), Grosshardener Innovationpreis, Jerman (1994),
dan “Peneliti Muda Terbaik” di Bidang Kesehatan LIPI Indonesia (1993).

Pendidikan

 SMA Kanisius Jakarta tahun (1974)


 Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (1980)
 Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (1993)
 Hannover Medical School and Institute for Peptide Research, Hannover, German
(1992-1993)

Karir

 Direktur Utama Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta


 Staf pengajar departemen Urologi, FKUI
 Anggota internasional American Urological Association (AUA)
 Anggota koresponden European Urological Association (EUA)
 Anggota penuh Societe Internationale d’Urologie; Asian Society for the Study of Aging Male;
dan Asian Surgical Association;

Penghargaan

 Mantan Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) periode 2006-2009


 Satyalancana Karya Satya 20 tahun (2004)
 Pemenang terbaik kedua pada “Medika Award” dalam artikel ilmiah dalam majalah Medika
(2002)
 Hasil terbaik pada “Riset Unggulan Terpadu” dari Menteri Riset dan Teknologi (1997)
 All Star Award Galamedika (1996)
 Grosshardener Innovationpreis, Jerman (1994)
 “Peneliti Muda Terbaik” di Bidang Kesehatan LIPI Indonesia (1993)
 Beliau juga pemilik hak paten: use of inhibitor of Phosphodiesterase IV di Jerman, USA,
Eropa, Kanada dan Jepang.

Staf Ahli Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Prof. Dr. dr. Med. Akmal Taher, Sp.U(K) menamatkan pendidikan dokter umumnya di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1980. Setelah itu beliau menyelesaikan Pendidikan
Dokter Spesialis Urologi di FKUI pada tahun 1988 dan mendapatkan kesempatan meneliti sebagai
research fellow di Hannover Medical School and Institute for Peptide Research, Jerman (1990-1992)
serta mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1993.

Prof. Akmal adalah Guru Besar di FKUI sejak tahun 2006. Beliau adalah pemegang hak paten di
Jerman, Amerika Serikat, dan Kanada untuk penggunaan Inhibitor of Phosphodiesterase IV.

Prof Akmal Taher tiba-tiba membuat surat pernyataan penunduran diri sebagai Kabid Penanganan
Kesehatan Satgas Covid-19. Ada apa ? Prof Akmal Taher sempat mengungkapkan kekecewaannya
karena pola kerja penanganan Covid-19 yang dianggapnya kurang pas. Akmal Taher kecewa karena
tracing dan testing belum diutamakan

Menurut dia, pemerintah harus pro aktif mencari masyarakat yang positif Covid-19 kemudian
mencari siapa-siapa saja yang pernah kontak langsung dengan pasien positif Covid-19, sehingga bisa
ditangani secara cepat dan bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Apa yang disampaikan Prof Akmal Taher dianggapnya sangat penting. Karena merasa kurang
nyaman, Prof Akmal Taher kemudian memutuskan untuk kembali ke kampus di Universitas
Indonesia.

Bagaimana sosok Prof Akmal Taher ? Ternyata menarik untuk disimak.

Akmal Taher merupakan seorang Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Akmal
Taher lahir di Jakarta pada 27 Juli 1955. Alumnus SMA Kanisius Jakarta tahun 1974 ini melanjutkan
ke Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1980.

Kemudian, Akmal melanjutkan pendidikan S2 degan mengambil jurusan Spesialis Urologi FK UI tahun
1988. Tak berhenti di gelar Master, ia juga meraih gelar Doktor Medikus Hannover Medical School,
Hannover, Jerman (1993) dan Doktor FK UI Jakarta (1993).

Akmal juga aktif mengikuti kegiatan pelatihan, salah satu nya adalah pelatihan teknik baru tentang
operasi Epididimovasostomi Cornell Medical Center, New York, Amerika Serikat (2003).

Akmal meraih beberapa tanda penghargaan, antara lain Satyalancana Karya Satya 20 tahun (2004),
pemenang terbaik kedua pada “Medika Award” dalam artikel ilmiah dalam majalah Medika (2002)
dan hasil terbaik pada “Riset Unggulan Terpadu” dari Meneteri Riset dan Teknologi (1997).

Kemudian, All Star Award Galamedika (1996), Grosshardener Innovationpreis, Jerman (1994), dan
“Peneliti Muda Terbaik” di Bidang Kesehatan LIPI Indonesia (1993).

Akmal diketahui juga pemilik hak paten Use of inhibitor of Phosphodiesterase IV di Jerman, USA,
Eropa, Kanada dan Jepang.

Sebelum bertugas di Satgas Penanganan Covid-19, Akmal juga bergabung dengan tim pemerintah
sebagai anggota tim pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Publik selama ini mengenalnya sebagai Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
seorang dokter spesialis urologi.

Akmal pernah menjabat sebagai direktur utama Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan
Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia.

Para seniornya yang berwawasan, kemudian mengirimnya untuk melakukan penelitian di Hannover,
Jerman, 1990. Di sinilah ia mulai berkenalan dengan ilmu dasar. Di bawah bimbingan Prof
Forssmann, mulailah Akmal meneliti berbagai zat penghambat aktivitas enzim fosfodiestrase
nukleotida siklik pada otot polos korpus kavernosum.

Otot polos ini adalah jaringan pendukung ereksi pada penis, sementara aktivitas enzim
fosfodiestrase akan mengganggu proses relaksasinya. Bila otot polos gagal berelaksasi, terganggulah
fungsi ereksi seorang. Jadilah penderitanya impoten.

Akmal menemukan, dari lima tipe enzim fosfodiestrase, pada penis ada tiga tipe yaitu III, IV, V.
Fosfodiestrase sendiri merupakan enzim yang bisa ditemukan pada setiap organ tubuh dengan
kombinasi tipe yang berbeda-beda.

Hasil inilah yang kemudian mengantarkannya menjadi doktor tahun 1993 dengan predikat cum
laude. Penelitian Akmal ini kemudian dikembangkan para peneliti di Inggris tanpa sengaja, ketika
mereka sedang mengobati para pasien gangguan jantung. Obat yang diberikan pada pasien jantung
itu, ternyata begitu ditelan menimbulkan ereksi.
Setelah diteliti, diketahuilah bahwa obat ini bekerja memengaruhi enzim fosfodiestrase tipe V. Maka
hebohlah para ilmuwan yang mendalami impotensi.

Ketika tahun 1978 meletus aksi mahasiswa menggugat kepemimpinan Orde Baru, Akmal termasuk
tokoh mahasiswa yang ditangkap Kopkamtib. Kopkamtib sendiri adalah kepanjangan dari Komando
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban dan memiliki dua tugas pokok. Di antaranya yakni,
memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa pemberontakan G-30-S serta
kegiatan-kegiatan ekstrim dan subversi lainnya.

“Kebetulan saya Ketua Dewan Mahasiswa FKUI. Akibatnya, selama empat bulan lebih saya ditahan di
Kampus Kuning, sampai akhirnya dibebaskan begitu saja tanpa pernah diajukan ke pengadilan,
hanya terbatas sebagai saksi,” ujarnya seperti dikutip Harian Kompas, Senin 3 April 2006.

Pertengahan April 1998, setelah melakukan lawatan ke luar negeri, Presiden Soeharto jatuh sakit
dan terpaksa dilarikan ke RSCM. Akmal yang masa itu sudah jadi dokter bedah di RSCM direkrut
untuk menangani pasien very very important person (VVIP) tersebut.

Namun saat itu dia merasa tidak ada dendam kepada penguasa Orde Baru tersebut. “Yang selalu
saya tanamkan, saya dokter, beliau pasien. Ingatan pengalaman pribadi semuanya saya hilangkan.
Yang ada di depan saya adalah pasien. Sesuai sumpah dokter serta tuntutan profesi, semua talenta
harus saya upayakan untuk mengusahakan sembuh,” kata Akmal. Sekitar dua bulan sesudah ikut
menyembuhkan Pak Harto, Akmal bersama rekan dan sejawatnya datang ke Gedung MPR/DPR. Kali
ini, lewat para wakil rakyat, dia meminta Pak Harto lengser. (mad/berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai