1
Tim
Anggota:
Amira P. Tarigan
Ana Rima Setijadi
Anna Febriani
Anwar Jusuf
Faisal Yunus
Fanny Fachrucha
Fathiyah Isbaniah
Feni Fitiriani Taufik
Ihsan Hamdani
Irmi Syafa’ah
Irvan Medison
Jamal Zaini
Muhammad Amin
Oea Khairsyaf
Prasenohadi
Sita Andarini
Suradi
Susanty Djajalaksana
Teguh Sartono
Ungky Setiawan
2
DAFTAR ISI
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
3
BAB 1
VISI, MISI, PROFIL DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN
4
Di CB dan bangsal perawatan inilah para dokter pulmonologi, yang pada awalnya
belajar dengan bimbingan radiolog, kemudian secara mandiri mengembangkan kemampuan
masing-masing serta selanjutnya mendidik dokter-dokter yang lebih muda, sehingga
semakin lama semakin bertambahlah jumlah dokter pulmonologi di berbagai kota di
Indonesia. Pada masa ini dikenal tokoh dr.R. Soeroso di Medan, dr. Kapitan di Surabaya
dan dr. Oey Tjin Siang di Jakarta, yang telah mendidik dokter pulmonologi di rumah sakit
umum di kota tersebut. Dari generasi berikutnya tercatat antara lain dr. Ilyas H. Datuk
Batuah, yang belajar di Surabaya, lalu bertugas di Rumah Sakit Tentara di Jogja, kemudian
menetap di Bukit Tinggi; serta dr. Afloes dan dr. Rasmin Rasjid di Centraale Burgerlijk
Ziekenhuis (CBZ, sekarang RSUPN Cipto Mangunkusumo).
Pada tahun 1957, para longarts seluruh Indonesia berkumpul di Lawang, suatu kota di
dekat Malang, Jawa Timur memutuskan:
1. Ilmu penyakit paru (Pulmonologi) harus dikembangkan sebagai cabang ilmu kedokteran
sebagaimana cabang-cabang ilmu kedokteran lain.
2. Pulmonologi merupakan cabang ilmu yang mandiri di institusi pendidikan kedokteran.
Selepas pertemuan di Lawang tersebut, para peserta kembali ke kota asal masing-
masing dan segera menjalankan kedua keputusan tersebut. Di Medan, segera terbentuk
Bagian Pulmonologi di Universitas Sumatra Utara di bawah pimpinan dr. R. Soeroso;
demikian pula di Bukit Tinggi, dibentuk Bagian Pulmonologi di Universitas Andalas, yang
dipimpin oleh dr. Ilyas H. Datuk Batuah. Di Universitas Airlangga, Surabaya, didirikan pula
Bagian Pulmonologi yang dipimpin oleh dr. Kapitan. Belakangan ketiga dokter tersebut
diangkat sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Penyakit Pulmonologi, bahkan Prof. R. Soeroso
dan Prof. Ilyas H. Datuk Batuah sempat memangku jabatan Dekan pada masing-masing
universitas.
Di Jakarta 10 Agustus 1978 Pulmonologi dinyatakan resmi sebagai Bagian
Pulmonologi dikukuhkan dengan Surat Keputusan Dekan no 1599/ II.A/ FK/ 1978 tanggal
1 September 1978. Dokter Rasmin Rasjid adalah Kepala Bagian pertama yang memimpin
Bagian Pulmonologi /RS Persahabatan. Banyak kemajuan yang dicapai dalam masa
kepemimpinannya, antara lain terbentuknya Program Pendidikan Dokter Spesialis untuk
Program Studi Ilmu Penyakit Pulmonologi di Universitas Indonesia. Pembentukan Program
Studi ini amat erat dengan berdirinya Ikatan Dokter Pulmonologi Indonesia pada tahun 1973.
5
Pada tahun tersebut, dr. Rasmin Rasjid yang pada pertemuan para longarts di Lawang tahun
1957 bertindak sebagai Sekretaris, kembali berinisiatif mengumpulkan para dokter
pulmonologi seluruh Indonesia, untuk bergabung dalam suatu organisasi profesi. Langkah
ke arah ini dimulai dengan pertemuan tokoh-tokoh dokter pulmonologi dari beberapa kota,
yang menghasilkan konsep Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perkumpulan
yang akan dibentuk tersebut. Pertemuan ini disusul dengan pertemuan yang lebih besar,
yakni Konferensi Kerja (Konker) pertama di Jakarta, disusul dengan Kongres pertama Ikatan
Dokter Pulmonologi Indonesia. Dokter Rasmin Rasjid dan dr. Erwin Peetosutan dari Bagian
Pulmonologi ditunjuk menjadi Ketua Umum pertama dan Sekretaris Umum Ikatan Dokter
Pulmonologi Indonesia.
Berdirinya IDPI membawa pengaruh yang bermakna kepada perkembangan
pendidikan dokter pulmonologi di Indonesia. Bersama perhimpunan dokter spesialis lain,
IDPI diundang dan hadir pada rapat-rapat Consortium for Health Sciences Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Republik Indonesia untuk mulai menata
pelaksanaan pendidikan dokter spesialis di Indonesia pada tahun 1978. Hasil pertemuan
beberapa hari di Hotel Sahid ini ialah terbitnya Katalog Program Pendidikan Dokter
Spesialis I. Menurut Katalog ini, pendidikan dokter spesialis diselenggarakan oleh Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Indonesia, dilaksanakan oleh staf dokter spesialis yang terkait
dengan bidang studi masing-masing, dipimpin oleh seorang Ketua Program Studi (KPS).
Dengan terbitnya Katalog ini, maka pendidikan dokter spesialis pulmonologi di Indonesia
secara resmi diakui.
6
menjadi usul perubahan nama Bagian Pulmonologi menjadi Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi.
Saat ini Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
telah mempunyai 6 pusat yaitu Universitas Sumatera Utara (Medan), Universitas Andalas
(Padang), Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Sebelas Maret (Solo), Universitas
Airlangga (Surabaya) dan Universitas Brawijaya (Malang). Selain itu saat ini telah lahir
pusat pendidikan lainnya seperti Universitas Udayana (Denpasar), Universitas Hasanuddin
(Makassar), Universitas Syiah Kuala (Banda Aceh), Universitas Riau (Pekan Baru),
Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin). Hal ini dimaksudkan agar penyebaran
lulusan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran Respirasi di seluruh Indonesia dapat
lebih merata, selain dari bertambahnya minat dokter untuk mengikuti pendidikan ini.
Ujian akhir diselenggarakan oleh Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Indonesia sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dengan pusat
pendidikan dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan cara bergiliran tempat
serta pelaksanaannya di pusat pusat pendidikan setiap 2 kali setahun.
1.1.3. Landasan Hukum Program Studi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi
Pengembangan program studi merujuk pada :
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal
60 dan 61).
3. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 47).
7
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Pasal 86, 87 dan 88).
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 Tahun 2005 tentang Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi(Pasal 26, 28, 29, 42, 43, 44, 55).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Pasal 84 dan 85).
7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 178/U/2001 tentang Gelar dan Lulusan
Perguruan Tinggi.
8. Undang-undang Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri yang terkait dengan
Dokter Spesiali dan Dokter Gigi Spesialis.
9. Undang-Undang Dasar 1945 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Nasional sebagai
berikut:
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem. Pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
Pasal 60:
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan nonformal setiap jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau
lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 61
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
8
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara dan lembaga pelatihan kepada
peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-undang R.I Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah sebagai berikut:
Pasal 47
(1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diberikan
setelah memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
b. Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan
c. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan
oleh pemerintah.
(2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi adalah sebagai berikut :
Pasal 86
9
(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk
menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.
(2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh
lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 87
(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) dilakukan
oleh :
a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) terhadap program
dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah;
b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadap program dan/atau
satuan pendidian jenjang pendidikan Tinggi; dan,
c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF) terhadap program
dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal.
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-S/M
dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat mandiri.
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 88
(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat melakukan
fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri.
10
(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga mandiri
wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:
a. Berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.
b. Memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang
berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
Pasal 26
(1) Gelar akademik diberikan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik.
(2) Gelar akademik terdiri atas:
a. Sarjana;
b. Magister; dan
c. Doktor.
(3) Gelar profesi diberikan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesi.
(4) Gelar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Perguruan
a. Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau
b. Organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi.
(5) Gelar profesi terdiri atas:
a. Profesi; dan
b. Spesialis
11
Pasal 28
(1) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya digunakan oleh lulusan dari
Perguruan Tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, gelar vokasi,
atau gelar profesi.
(2) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya dibenarkan dalam bentuk dan
inisial atau singkatan yang diterima dari Perguruan Tinggi.
(3) Gelar akademik dan gelar vokasi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila
dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau
b. Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
mengeluarkan gelar akademik dan gelar vokasi.
(4) Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau
b. Perseorangan, organisasi, atau lembaga lain yang tanpa hak mengeluarkan gelar
profesi.
(5) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh
Perguruan Tinggi apabila karya ilmiah yang digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat.
(6) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi.
(7) Perseorangan yang tanpa hak dilarang menggunakan gelar akademik, gelar vokasi,
dan/atau gelar profesi.
Pasal 29
(1) Kerangka Kualifikasi Nasional merupakan penjenjangan capaian pembelajaran yang
menyetarakan luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman
kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan
diberbagai sektor.
(2) Kerangka Kualifikasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan
pokok dalam penetapan kompetensi lulusan pendidikan akademik, pendidikan vokasi,
dan pendidikan profesi.
12
(3) Penetapan kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 42
(1) Ijazah diberikan kepada lulusan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu program studi
terakreditasi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.
(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi yang
memuat Program Studi dan gelar yang berhak dipakai oleh lulusan Pendidikan Tinggi.
(3) Lulusan Pendidikan Tinggi yang menggunakan karya ilmiah untuk memperoleh ijazah
dan gelar, yang terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat, ijazahnya dinyatakan
tidak sah dan gelarnya dicabut oleh Perguruan Tinggi.
(4) Perseorangan, organisasi atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan ijazah.
Pasal 43
(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi
profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi, dan/atau badan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Perseorangan, organisasi atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan sertifikat profesi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 44
13
(1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang
sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar
program studinya.
(2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga
sertifikasi yang terakreditasi kepada lulusan yang lulus uji kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan sebagai
syarat untuk memperoleh pekerjaan tertentu.
(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan sertifikat kompetensi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 55
(1) Akreditasi merupakan kegiatan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan kelayakan
Program Studi dan Perguruan Tinggi atas dasar kriteria yang mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
(3) Pemerintah membentuk Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi untuk
mengembangkan sistem akreditasi.
(4) Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi.
(5) Akreditasi Program Studi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga
akreditasi mandiri.
(6) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan lembaga
mandiri bentukan Pemerintah atau lembaga mandiri bentukan Masyarakat yang diakui
oleh Pemerintah atas rekomendasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
(7) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibentuk berdasarkan
rumpun ilmu dan/atau cabang ilmu serta dapat berdasarkan kewilayahan.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan
14
lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan
Menteri.
1.1.4. Landasan Filosofis Profesi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Seorang dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mempunyai landasan
kepribadian yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, berbudi mulia dan luhur, beretika,
menguasai ilmu dan ketrampilan di bidangnya, mampu berkarya, bersikap, berperilaku serta
berperan sebagai pendidik menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan serta
ketrampilan yang sudah dikuasai dan mempunyai pemahaman kaidah berkehidupan
bermasyarakat, serta senantiasa belajar, mengembangkan diri dan keilmuannya sepanjang
hayat.
Seorang dokter spesialis Pulmonologi dan kedokteran Respirasi menjunjung tinggi
kode etik kedokteran Indonesia, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mengatasi
masalah kesehatan pulmonologi dan Respirasi yang banyak terdapat di Indonesia. Seorang
dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mampu mengembangkan
pengetahuan, riset dan ketrampilan sebagai ahli sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pelayanan kesehatan paru serta mampu
mengembangkan pengalaman belajar tertinggi.
1.1.5. Landasan Sosiologis Profesi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Seorang dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mempunyai rasa
tanggung jawab dalam pengamalan ilmu kesehatan pulmonologi dan Respirasi sesuai
dengan kebijakan pemerintah. Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta
mempunyai ketrampilan dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan
memecahkan masalah kesehatan paru dan pernapasan secara ilmiah dan dapat mengamalkan
ilmu kepada masyarakat yang sesuai dengan bidang keahliannya secara optimal. Mampu
menentukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan, penelitian secara mandiri dan
mengembangkan ilmu ke tingkat akademik yang lebih tinggi. Mampu mengembangkan
sikap pribadi sesuai dengan etik ilmu dan etika kehidupan.
15
1.1.6. Upaya Peningkatan Profesionalisme dan Mutu Pendidikan Dokter Spesialis
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasimaka Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi membangun
satu kerjasama dan aliansi strategis dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan
mutu pendidikan.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kompetensi Dokter Spesialis
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, secara berkala dilaksanakan pertemuan ilmiah yang
dilaksanakan baik di pusat maupun di daerah dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia serta
Kolegium Pulmonologi dan Respirasi Indonesia selalu mengundang pakar-pakar baik dari
dalam maupun luar negeri sesuai dengan bidang keseminatannya sehingga Dokter Spesialis
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi serta peserta didik dapat mengikuti perkembangan
terbaru.
1.1.7. Baku Mutu Program Studi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Pencapaian kesehatan yang optimal sebagai hak asasi manusia masyarakat perlu
mendapat perhatian. Pelayanan yang baik dan bermutu merupakan dambaan masyarakat
Indonesia. Untuk mendapatkan itu perlu dihasilkan pelayan kesehatan yang baik termasuk
perawat, dokter umum dan juga dokter spesialis. Dokter sebagai salah satu komponen utama
pemberi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peran yang sangat penting sehingga
pendidikan kedokteran akan menjadi penting.
16
pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan
kesehatan paripurna.
Isi kurikulum meliputi prinsip-prinsip metode ilmiah, biomedik, ilmu kedokteran
klinik dalam hal ini Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, dan ilmu humaniora yang
disesuaikan dengan Standar Kompetensi yang ditetapkan. Prinsip-prinsip metode ilmiah
meliputi metodologi penelitian, filsafat ilmu, berpikir kritis, biostatistik dan kedokteran
berbasis bukti (evidence-based medicine). Ilmu biomedik meliputi anatomi, biokimia,
histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, patologi dan
farmakologi, dan ilmu humaniora meliputi etika kedokteran dan profesionalisme.
Kurikulum program pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi
disusun untuk mendapatkan kompetensi dokter spesialis paru dan pernapasan. Kompetensi
yang diharapkan dicapai meliputi: 1. Bidang kognitif (Applied Clinical Knowledge Syllabus)
2. Psikomotor (Applied Clinical Procedure Syllabus) 3. Afektif (Professional and
Management and Good Clinical Practice).
Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia menetapkan lama
pendidikan program pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi
adalah 8 semester sesuai dengan tercapainya kompetensi klinis.
Standar pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi ini
merupakan standar umum dan dapat digunakan sebagai penjaga mutu dan sebagai landasan
pengembangan berkesinambungan bagi semua penyelenggara Program Pendidikan Dokter
Spesialis pulmonologi dan kedokteran Respirasi di Indonesia. Penerapan standar ini
diharapkan dapat menyeragamkan luaran pendidikan masing-masing Program Pendidikan
Dokter Spesialis pulmonologi dan kedokteran Respirasi. Hal ini menjadi penting karena
sesuai dengan harapan semua penduduk Indonesia mendapat pelayanan yang memenuhi
standar dan berkualitas.
Program studi yang bermutu memiliki sistem pengelolaan lulusan yang baik sehingga
mampu menjadikannya sebagai human capital bagi Program Pendidikan Dokter Spesialis
pulmonologi dan Kedokteran Respirasi yang bersangkutan.
1.2. VISI
17
Menghasilkan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan yang beretika dan berbudi luhur
yang kompeten dalam bidang kesehatan paru dan pernapasan, sesuai dengan standar
Nasional dan internasional.
1.3. MISI
1. Membina penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi yang beretika dan berbudi luhur serta berorientasi pada Sistem
Kesehatan Nasional.
2. Membina pengembangan dan kemajuan pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi untuk mencapai kesetaraan Nasional.
3. Membina pengembangan dan kemajuan pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi untuk mencapai kesetaraan internasional.
2. Komunikator
• Membina hubungan dengan pasien dan sejawat dalam rangka pengobatan pasien.
• Menghasilkan dan mensintesis riwayat penykait yang relevan dari pasien / kolega
/ lingkungan, dengan mendengar dan melakukan wawancara yang efektif.
• Memberikan informasi yang sesuai kepada pasien / tim keluarga dan tim
pelayanan.
18
• Mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan unsur-unsur yang
bertugas di rawat inap dan rawat jalan.
4. Manager
• Menggunakan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif guna perawatan
pasien, kebutuhan belajar, dan aktifitas diluar, secara seimbang.
• Mengalokasikan sarana pemeliharaan kesehatan yang terbatas secara bijaksana.
• Bekerja secara efektif dan efisien dalam suatu organisasi kesehatan.
• Menggunakan teknologi informasi untuk mengoptimalkan tatalaksana pasien,
pembelajaran yang berkesinambungan dan kegiatan-kegiatan lain.
5. Advokator kesehatan
• Mengidentifikasi faktor-faktor kesehatan yang penting yang mempengaruhi
pasien.
• Memberikan kontribusi yang efektif untuk memperbaiki kesehatan pasien dan
masyarakat.
• Mengenal dan menjawab permasalahan yang tepat dan dapat dilaksanakan
6. Ilmuwan (Scholar)
• Mengembangkan, mengimplementasikan dan memantau strategi pendidikan untuk
diri sendiri yang berkelanjutan.
• Menilai secara kritis sumber-sumber informasi medik.
• Memfasilitasi pembelajaran pasien, mahasiswa kedokteran dan tenaga
professional lain.
• Berkontribusi terhadap pengembangan ilmu baru.
19
7. Professional
• Memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dengan integritas, kejujuran, dan rasa
kasih.
• Memperlihatkan perilaku personal dan interpersonal yang baik.
• Menjalankan praktik kedokteran yang etis dan sesuai dengan kewajiban seorang
dokter.
1. Sikap
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious;
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama,moral dan etika;
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan;
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
h. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
20
i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan; dan
2. Ketrampilan Umum
Lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
wajib memiliki keterampilan umum sebagai berikut:
a. Mampu bekerja di bidang penyakit paru dan pernapasan untuk permasalahan
penyakit paru dan pernapasan yang kompleks, serta memiliki kompetensi sesuai
standar kompetensi dokter paru Indonesia
b. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan di bidang
penyakit paru dan pernapasan berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis,
kreatif, berbasis bukti (evidence-based) dan komprehensif
c. Mampu menyusun laporan hasil studi secara tesis yang hasilnya disusun dalam
publikasi pada jurnal ilmiah profesi paru dan pernapasan yang terakreditasi yang
diakui secara nasional
d. Mampu mengkomunikasikan hasil kajian yang bermanfaat bagi pengembangan
profesi paru dan pernapasan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
etika profesi kepada masyarakat umum melalui bentuk media
e. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang
dibuat dalam melaksanakan pelayanan di bidang paru dan pernapaan baik oleh
dirinya, sejawat atau sistem institusi
f. Mampu meningkatkan keahlian di bidang paru dan pernapasan melalui pelatihan
dan pengalaman kerja dengan mempertimbangkan kemuktahiran bidang profesinya
di tingkat nasional, regional dan internasional
g. Mampu meningkatkan mutu sumber daya bidang paru dan pernapasan untuk
pengembangan program strategis organisasi
h. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah baik pada bidang
penyakit paru dan pernapasan, maupun masalah yang lebih luas dari bidang tersebut
21
i. Mampu bekerjasama dengan profesi lain yang sebidang maupun yang tidak
sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang kompleks yang terkait
dengan bidang penyakit paru dan pernapasan
j. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat
profesi terkait dengan permasalahan paru dan pernapasan
k. Mampu bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang paru dan pernapasan sesuai
dengan kode etik profesinya
l. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran di bidang paru dan pernpasan
secara mandiri
m. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan mutu
pendidikan profesi atau pengembangan kebijakan nasional pada bidang paru dan
pernapasan
n. Mampu mendokumentasikan, menyimpan dan mengaudit, mengamankan dan
menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan pelayanan
di bidang paru dan pernapasan
3. Ketrampilan Khusus
Keterampilan khusus merupakan keterampilan yang akan dicapai oleh peserta didik
Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi agar dapat menjalankan peran
lulusan yang tercakup dalam profil lulusan Spesialis Paru dan Pernapasan. Area
Kompetensi yang akan dicapai mengacu pada Accreditation Council of Graduate
Medical Education (ACGME) 2007 dan ditambah dengan area kompetensi
pembelajaran dan pengajaran (learning and teaching) dan keterampilan melakukan
penelitian.
22
5. Keterampilan hubungan interpersonal dan komunikasi (Interpersonal and
communication skill)
6. Profesionalisme (Profesionalism)
7. Praktik berbasis sistem (System-based practice)
8. Pengajaran dan pembelajaran (Teaching and learning)
9. Riset dan teknologi informasi
23
3. Pembelajaran dan pengembangan baerbasis praktik
- Mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada maupun ilmu
pengetahuan yang baru melalui praktik langsung terhadap pasien.
- Mempelajari segala jenis kasus penyakit paru yang ada selama menjalani pendidikan
untuk dijadikan pengalaman.
- Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
- Mengembangkan pengetahuan baru
- Menciptakan dan mempertahankan hubungan antar dokter dan pasien sesuai etika untuk
mencapai pemecahan masalah kesehatan yang terbaik demi kepentingan pasien,
- Memahami fungsi wawancara, penggunaan data untuk menegakkan diagnosis dan
penentuan terapi,
- Menggunakan ketrampilan menganalisis data secara efektif dan mengambil kesimpulan,
serta mempunyai ketrampilan melakukan konsultasi,
- Melibatkan pasien/keluarga pasien dalam menentukan pemilihan jenis pemeriksaan atau
rencana terapi,
- Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain, baik sebagai anggota atau
pimpinan pelayanan kesehatan atau kelompok profesional lain.
- Menerapkan mawas diri
- Memperaktikkan belajar sepanjang hayat
- Mengembangkan pengetahuan baru
5. Profesionalime
- Memiliki sikap profesional
- Berperilaku profesional dalam bekerjasama dalam Tim Pelayanan Kesehatan
- Melakukan praktek kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
- Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
- Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.
24
6. Praktik berbasis sistem (Practice-based Learning and Improvement)
- Mampu bekerjasama dengan pengelola dan pemberi pelayanan kesehatan lain untuk
menilai, mengkoordinasi, memperbaiki pelayanan kesehatan di bidang pulmonologi dan
ilmu kedokteran respirasi.
- Memberikan usulan pemilihan pemeriksaan penunjang lanjutan yang paling tepat
berdasarkan prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaan pasien.
- Merujuk ke pusat pelayanan yang memiliki fasilitas lebih baik bila diperlukan
- Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi
kesehatan dalam bidang paru dan kedokteran respirasi khususnya deteksi dini penyakit
di tingkat individu, keluarga dan masyarakat.
- Bekerjasama dengan profesi dan sektor lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan
dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan pemerintah, termasuk antisipasi
terhadap timbulnya new emerging, emerging and re-emerging diseases.
- Menjalankan fungsi manajerial (berperan sebagai pemimpim, pemberi informasi dan
pengambilan keputusan khususnya di bidang paru dan kedokteran respirasi);
- Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana bidang paru dan kedokteran respirasi yang
tersedia.
25
4. Pengetahuan
Area kompetensi dalam pengetahuan meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi,
menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah ilmiah berdasarkan pada ilmu
kedokteran mutakhir untuk memperoleh hasil yang optimal.
Rincian komponen kompetensi meliputi
a. Mampu melakukan investigasi dan pendekatan klinis secara ilmiah sesuai dengan
kebutuhan dan berhubungan dengan hasil pemeriksaan.
b. Mampu menerapkan prinsip ilmu biomedik, epidemiologi klinik, farmakologi
klinik, dan pulmonologi sosial secara ilmiah serta aplikasinya dalam pemeriksaan
maupun terapi.
c. Mampu menganalisis hasil pemeriksaan klinis dan penunjang medis di bidang
pulmonologi dan kedokteran respirasi.
26
Tabel 1.6.1 Hubungan Capaian Pembelajaran dengan Mata Ajar
Capaian pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang didistribusikan dalam setiap mata kuliah yaitu mata kuliah utama, mata
kuliah pendukung, dan mata kuliah penciri yang merupakan ciri khusus dari setiap program studi di institusi masing-masing.
Mata Kuliah Utama merupakan kelompok mata kuliah wajib, yang diampu oleh setiap divisi Program Studi yaitu divisi asma-PPOK,
intervensi dan gawat napas, onkologi toraks, infeksi dan paru kerja. Mata kuliah pendukung merupakan sekelompok mata kuliah yang
diampu oleh departemen/program studi di luar program studi pulmonologi dan kedokteran respirasi, ditujukan untuk mendukung
kompetensi utama, dan dilaksanakan dengan atau tanpa mengikuti ‘stase’ di prodi terkait. Mata kuliah penciri merupakan mata kuliah
yang khusus atau spesifik tiap program studi.
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
1. SIKAP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;
b. menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dalam menjalankan
tugas berdasarkan agama,moral dan
etika;
27
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
c. berkontribusi dalam peningkatan
mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila;
d. berperan sebagai warga negara yang
bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa
tanggungjawab pada negara dan
bangsa;
e. menghargai keanekaragaman
budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau
temuan orisinal orang lain;
f. bekerja sama dan memiliki
kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan
lingkungan;
g. taat hukum dan disiplin dalam
kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;
28
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
h. menginternalisasi nilai, norma, dan
etika akademik;
i. menunjukkan sikap
bertanggungjawab atas pekerjaan di
bidang keahliannya secara mandiri
j. menginternalisasi semangat
kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.
2. KETRAMPILAN UMUM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
a. Mampu bekerja di bidang penyakit
paru dan pernapasan untuk
permasalahan penyakit paru dan
pernapasan yang kompleks, serta
memiliki kompetensi sesuai standar
kompetensi dokter paru Indonesia
b. Mampu membuat keputusan yang
independen dalam menjalankan di
bidang penyakit paru dan pernapasan
berdasarkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, kreatif, berbasis bukti
(evidence-based) dan komprehensif
29
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
c. Mampu mengkomunikasikan hasil
kajian yang bermanfaat bagi
pengembangan profesi paru dan
pernapasan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan etika profesi kepada
masyarakat umum melalui bentuk
media
d. Mampu melakukan evaluasi secara
kritis terhadap hasil kerja dan
keputusan yang dibuat dalam
melaksanakan pelayanan di bidang
paru dan pernapaan baik oleh
dirinya, sejawat atau sistem institusi
e. Mampu meningkatkan keahlian di
bidang paru dan pernapasan melalui
pelatihan dan pengalaman kerja
dengan mempertimbangkan
kemuktahiran bidang profesinya di
tingkat nasional, regional dan
internasional
30
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
f. Mampu meningkatkan mutu sumber
daya bidang paru dan pernapasan
untuk pengembangan program
strategis organisasi
g. Mampu memimpin suatu tim kerja
untuk memecahkan masalah baik
pada bidang penyakit paru dan
pernapasan, maupun masalah yang
lebih luas dari bidang tersebut
h. Mampu bekerjasama dengan profesi
lain yang sebidang maupun yang
tidak sebidang dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan yang kompleks
yang terkait dengan bidang penyakit
paru dan pernapasan
i. Mampu mengembangkan dan
memelihara jaringan kerja dengan
masyarakat profesi terkait dengan
permasalahan paru dan pernapasan
j. Mampu bertanggungjawab atas
pekerjaan dibidang paru dan
31
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
pernapasan sesuai dengan kode etik
profesinya
k. Mampu meningkatkan kapasitas
pembelajaran di bidang paru dan
pernpasan secara mandiri
l. Mampu berkontribusi dalam
evaluasi atau pengembangan
kebijakan mutu pendidikan profesi
atau pengembangan kebijakan
nasional pada bidang paru dan
pernapasan
m. Mampu mendokumentasikan,
menyimpan dan mengaudit,
mengamankan dan menemukan
kembali data dan informasi untuk
keperluan pengembangan pelayanan
di bidang paru dan pernapasan
3. KETRAMPILAN KHUSUS
a. Profesionalism (profesionalisme) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
b. Interpersonal & communication
skill (keterampilan hubungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
interpersonal dan komunikasi)
32
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-
Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)
Mikrobiologi
Asma-PPOK
Intervensi &
Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja
Ilmu dasar
Kardiologi
Anestesi &
& terapan
Imunologi
Radiologi
Onkologi
Anatomi
Pediatri
Patologi
Interna
Toraks
Infeksi
Medik
Gawat
BTKV
Napas
c. Medical procedural skill
√ √ √ √ √ √ √
(keterampilan prosedur medis)
d. Practice-based learning &
improvement (pembelajaran dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pengembangan berbasis praktik)
e. Patient care (pelayanan medis √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien)
f. System-based practice (praktik √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berbasis sistem)
g. Teaching (Pengajaran dan √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pembelajaran)
h. Riset dan Teknologi Informasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4. PENGETAHUAN √
Medical knowledge (pengetahuan √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
medis)
Catatan: 1. Kolom mata kuliah, cukup diberi tanda centang (√) saja.
2. Dibuat untuk masing-masing semester
33
Tabel 1.6.2. Materi Kajian dan Pokok Bahasan
Tingkat kompetensi disusun berdasarkan pada Standar Nasional Dokter Indonesia dengan modifikasi yang sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai oleh lulusan Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
34
• Mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
Tingkat kemampuan • Mampu membuat diagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara
4A: mandiri dan tuntas maupun rawat bersama.
Mendiagnosis,
melakukan
penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Tingkat Kemampuan Kemahiran yang diperoleh setelah mendapatkan pelatihan yang tersertifikasi oleh kolegium.
4B (Mastery)
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
35
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
Asma
Asma Stabil 4A
Asma Eksaserbasi 4A
Uji Kortikosteroid 4A
PPOK
PPOK Stabil 4A
PPOK Eksaserbasi 4A
Cor Pulmonale 4A
Hipertensi Pulmoner 4A
Uji Faal Paru
APE 4A
Spirometri 4A
Uji Bronkodilator 4A
Oksimetri dan Kapnografi 4A
Step Test 4A
6 Minute Walking Test 4A
Uji Latih Jantung Paru 4A
Kapasitas Difusi/DLCO 4A
Pemeriksaan Volume Statik dan 4A
Dinamik Paru
Uji Provokasi Bronkus 4A
Body Pletysmography 3A
Terapi Inhalasi 4A
36
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
2 Mata Infeksi
Kuliah Infeksi non
Utama Tuberkulosis
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 4A
CAP 4A
HAP dan VAP 4A
Pneumonia Atipik 4A
Pneumonia Imunokompromais 4A
Pneumonia Viral 4A
Pneumonia Viral Berat (Avian 4A
Influenza, Swine Flu, MERS CoV,
SARS)
Abses paru 4A
Mikosis / Penyakit Jamur Paru 4A
Penyakit Parasit di Paru 4A
MOTT 4A
37
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
38
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
39
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
Radioterapi 2
Penatalaksanaan Efek Samping 4A
Kemoterapi
Penatalaksanaan efek samping 4A
radioterapi
Kegawatan pada Kanker Paru 4A
(VCSS, Tumor Lisis Sindrom,
Kompresi Spinalcord.
Transfusi Darah 4A
4 Mata Intervensi & Penyakit Kritis
Kuliah Gawat Napas Respirasi
Utama (Respiratory
Critical Care) Perawatan pasca trakeostomi 4A
Gagal napas 4A
ARDS 4A
Hemoptisis 4A
Edema Paru Non Kardiogenik 4A
Emboli Paru 4A
Pneumotoraks 4A
Pneumotoraks Anak 4A
Pneumomediastinum 4A
Efusi Pleura 4A
Hematotoraks 4A
Drowning 4A
Trauma Inhalasi 4A
40
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
Contusio Paru 4A
Aspirasi 4A
Aspirasi Benda Asing 4A
Chylothorax 4A
Obstruksi Jalan Napas 4A
Sepsis Dan Syok Septik 4A
Koagulopati 4A
DVT 3B
Tindakan Paru
Terapi Oksigen 4A
Ventilasi Non invasif 4A
Prinsip-Prinsip Pembedahan 4A
Tindakan Intervensi Paru 4A
Torasentesis (Punksi Pleura dengan 4A
Mini, Pig-Tail, Seldinger)
Torakostomi (Pemasangan Toraks 4A
Drain)
Indwelling Cathether 4A
Spoeling Rongga Pleura 4A
Pleurodesis 4A
Biopsi Pleura 4A
41
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
42
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
TBLB 4A
Autofluoresens 4A
Bronkoskopi
Elektrokauter 4A
Bronkoskopi Laser 4A
Intubasi Trakea 4A
Pemasangan Stent 4A
LVRS by 4A
Bronchoscopy
Mediastinoskopi 3A
Aspirasi benda Asing 4A
Pemasangan Balon 3A
Fogarty
Cryotherapy 4A
Laser 4A
Bronkoskopi Navigasi 4A
Trakeostomi (PDT) 3A
Pemasangan CVC 3A
5 Mata Imunologi Imunologi dasar
Kuliah penyakit paru
Utama
Imunologi Infeksi 4
Imunologi Tumor 4
Imunologi Asma PPOK 4
43
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
44
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
Tindakan
Uji imulonogi
Uji Tuberkulin 4A
Uji Alergi 3
Vaksinasi 4A
45
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
8 Penyakit Paru
Kongenital
Penyakit Paru Kongenital 4A
Sekuester Paru 4A
Atelektasis Kongenital 4A
Pulmonary Congenital Rare Disease 4A
Sindrom Kartagener 4A
46
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
9 Penyakit Vaskuler
paru
Penyakit Tromboemboli Kronik 4A
Penyakit Veno Oklusif Pulmoner 2
Malformasi Arterio Venosa Pulmoner 2
10 Asuhan Paliatif
Asuhan Respirasi di Rumah 4A
Pendekatan Nyeri 4A
End-Life Care 4A
47
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
48
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi
49
1.7.ANALISIS KOMPETENSI
Capaian pembelajaran terbagi dalam tahapan pendidikan dengan tujuan akhir tercapainya seluruh kompetensi.
Tahapan pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dilaksanakan dalam waktu
8 (delapan ) semester, terbagi dalam 3 (tiga tahap) yaitu tahap-1, tahap-2 dan tahap-3. Analisis kompetensi peserta didik spesialis-
1 program studi pulmonologi dan kedokteran respirasi dijelaskan dalam bagan 1.
50
Bagan 1. Analisis Kompetensi
SPESIALIS PARU DAN PERNAPASAN
Ujian Penelitian
Mampu memimpin suatu tim kerja untuk Mampu melakukan Mampu melakukan
memecahkan masalah baik pada bidang penatalaksanaan prosedur tindakan
Tahap 3
penyakit paru dan pernapasan maupun penyakit paru secara terkait penyakit paru
masalah yang lebih luas dari bidang paripurna dengan secara paripurna dengan
tersebut. oversight supervision. oversight supervision.
Tahap 2
supervision
Mampu melakukan prosedur tindakan Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat
terkait penyakit paru dengan benar di bagi masyarakat dan keilmuannya serta mampu mendapatkan
bawah indirect supervision. pengakuan nasional maupun internasional.
Ujian Tahap 1
Mampu memahami dan menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggungjawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan professional serta melakukan
pembelajaran sepanjang hayat.
.professionalnya hingga
Mampu melakukan Mampu menjelaskan teori dasar Mampu melakukan
komunikasi efektif, penyakit paru dengan benar dan penatalaksanaan penyakit paru
menyampaikan menerapkannya dalam dengan tingkat kompetensi 4 tanpa
informasi dan edukasi penatalaksanaan penyakit komplikasi dan penyulit dengan
terkait penyakit. (termasuk clinical reasoning). direct supervision.
51
BAB 2
STRUKTUR KURIKULUM DAN BEBAN STUDI
52
Sub Jumlah Beban Studi Tahap 3
Jumlah Beban Studi Prodi 72-192
Beban studi yang ditetapkan (SKS) adalah berkisar antara 72-192 SKS. Program studi
dapat menetapkan sendiri beban studi (SKS) untuk masing-masing program studi.
Pembagian persentase beban studi per kegiatan pembelajaran juga dapat ditentunkan
oleh masing-masing program studi disesuaikan dengan kondisi dari program studi
masing-masing. Jumlah beban studi (SKS) per mata ajar ditetapkan dalam rentang SKS
(tabel 2.2.2). Program studi juga dapat menentukan beban studi (SKS) per mata ajar di
masing-masing program studi.
53
Tabel 2.2.2 Jumlah Beban Studi (SKS) untuk masing-masing mata ajar
54
BAB 3
ISI KURIKULUM, DESKRIPSI MATA AJAR
55
Tabel 3.2. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Intervensi & Gawat
Napas
56
8. Atribut Soft Skills Navigasi), Trakeostomi (PDT),
Pemasangan CVC
9. Metode Pembelajaran : Etika, professionalism, komunikasi skill,
empati, dll
10. Media Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)
: LCD, textbook, buku ajar, alat
bronchoscopy, ventilator invasive dan non
11. Penilaian Hasil Belajar invasive, thoraks cateter set, manekin
12. Dosen dll………..
: pengetahuan, psikomotor, sikap
13. Referensi Wajib : PJMK:
(harus ada di perpustakaan atau Anggota:
web.) : Murray and Nadel, Fishman
57
Tabel 3.3. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Imunologi
58
Anggota
13. Referensi Wajib
(harus ada di perpustakaan atau web.) • Fishman’s Manuel of Pulmonary
Diseases and Disorders, 5 th Ed.,
McGraw-Hill
• Murray & Nadel’s Text Book of
Respiratory Medicine, 6 th Ed.,
Saunders, Elsevier
• Abbas A.K., Lichtman A.H., 2015,
Cellular and Molecular Immunology, 8
th Ed., WB Saunders Co., Philadelphia
• Kenneth Murphy, 2012. Janeway's
immunobiology, 8th, Garland Science,
Taylor & Francis Group, New York,
59
Tabel 3.4. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Penyakit Dalam
60
Tabel 3.5. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Penyakit Vaskuler Paru
61
Tabel 3.6. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Radiologi
:PJMK: ........................................
12. Dosen Anggota ......................................
62
Tabel 3.7. Deskripsi Mata Ajar Penyakit Paru Kongenital
1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Penyakit Paru Kongenital
63
Tabel 3.8. Deskripsi Mata Ajar Paru Kerja
Anggota
64
13. Referensi Wajib • Occupational and environmental lung
disease
(harus ada di perpustakaan atau web.) • Air pollutants and the respiratory tract,
Asthma in the world place
• Occupational Health
• Guidelines for the use of the ILO
international classification of radiographs
of pneumoconiosis
• International Union Againts Tuberculosis
and Lung Disease.
• Smoking cessation and smoke
environment for tuberculosis patients.
• International classification of HRCT for
occupational and environmental
respiratory disease
• Bunga rampai penyakit Paru kerja dan
lingkungan
• Berhenti Merokok
65
Tabel 3.9. Deskripsi Mata Ajar Anestesia
4. Semester/Tahap : Tahap II
9. Metode Pembelajaran
: Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)
Anggota
66
13. Referensi Wajib :
67
Tabel 3.10. Deskripsi Mata Ajar Infeksi
6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan pada : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta didik
mata kuliah ini mampu mengidentifikasi masalah medis,
menentukan pemeriksaan penunjang dan
menegakkan diagnosis serta menentukan terapi dan
pengelolaan komprehensif berdasarkan keadaan
pasien terkait penyakit infeksi paru. (lihat modul
pada tabel bahan kajian)
Anggota .............................................
68
Tabel 3.11. Deskripsi Mata Ajar Etika Profesi
4. Semester/Tahap : Tahap I
6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan pada : Setelah melewati mata kuliah ini peserta didik
mata kuliah ini memahami dan mempraktekkan etika profesi
kedokteran dalam praktik klinis. (lihat modul pada
tabel bahan kajian)
Anggota
:
13. Referensi Wajib
69
Tabel 3.12. Deskripsi Mata Ajar Riset
6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta mampu
pada mata kuliah ini melakukan penelitian sampai menghasilkan karya
ilmiah
12.Dosen : PJMK:
Anggota
13. Referensi Wajib
:
(harus ada di perpustakaan atau web.)
70
Tabel 3.13.Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah RehabilitasiParu
71
5. American Thoracic Society Documents.
American Thoracic Society/European
Respiratory Society Statment on Pulmonary
Rehabilitation [online]. 2006. Available from:
http://ajrccm.atsjournal.org.
72
BAB 4
STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merupakan strategi yang disusun untuk menetapkan langkah-langkah proses
pengajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada strategi pembelajaran
terdapat serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi
pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara
spesifik. Strategi pembelajaran meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran.
Metode pembelajaran dapat dipilih oleh pengelola program studi dan disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalan satu mata ajar yang diajarkan dapat
menggunakan lebih dari satu metode pembelajaran. Metode Pembelajaran yang diterapkan di
program studi pulmonologi dan Kedokteran Respirasi terdiri dari, antara lain:
4.1.2 Tutorial: diskusi kasus, morning report, death case report, diskusi kasus sulit
(difficult case)
Tutorial adalah bentuk diskusi dalam kelompok baik itu kelompok kecil atau besar
mengenai kasus penyakit yang ditangani oleh peserta didik. Kasus penyakit yang
dibawakan bisa dari laporan jaga, laporan kasus kematian, laporan kasus sulit atau
laporan kasus di ruangan. Pada diskusi ini dapat dinilai clinical reasoning peserta
73
didik saat melakukan penatalaksanaan kepada pasien. Staf pengajar berperan
sebagai tutor, yaitu yang memberikan umpan balik serta memberikan koreksi
kepada peserta didik jika terdapat hal yang perlu diperbaiki.
Metode ini sangat baik dan umumnya digunakan untuk menyelesaikan masalah
kompleks yang membutuhkan pengetahuan tentang subyek yang beragam sehingga
meningkatkan capaian pembelajaran. Metode ini dirasa praktis karena peserta didik
dapat menerapkan baik pengetahuan yang telah dimiliki maupun pengetahuan baru
yang mereka dapat secara langsung saat proses pembelajaran berlangsung.
74
pembelajaran ini peserta didik belajar bagaimana mempresentasikan suatu karya
ilmiah dengan baik dan benar.
4.1.6 Perawatan pasien di ruang rawat inap, rawat jalan, intensif paru, gawat darurat
Metode pembelajaran ini merupakan praktik klinik peserta didik dalam
penatalaksanaan pasien, yaitu di ruang rawat inap, rawat jalan, ruang intensif paru
dan di gawat darurat. Peserta didik dapat langsung mempraktikkan ilmu yang sudah
didapat sebelumnya dalam penatalaksaan pasien. Peserta didik dalam menjalankan
praktiknya di bawah supervisi dari supervisor.
4.1.7 Bedside teaching, ronde ruangan
Bedside teaching merupakan metode pengajaran dan pembelajaran klinik sangat
penting. Metode ini berorientasikan pada pasien dan dilaksanakan pada
lingkungan yang sesungguhnya.
Keuntungan metode ini adalah siswa mempunyai pengalaman dalam melakukan
ketrampilan komunikasi dan history taking, pemeriksaan fisik, kerjasama tim
dan dapat sebagai pembelajaran dalam hal profesionalisme. Dengan metode ini
pengajar sebagai role model dapat pula menunjukkan bagaimana melakukan
pendekatan kepada pasien, bagaimana menghadapi masalah klinik dan etik,
bagaimana berinteraksi dengan pasien. Bedside teaching merupakan tempat
yang ideal untuk mendapatkan keterampilan yang dipelukan oleh profesi
kesehatan. Adanya kontak langsung dengan pasien adalah penting untuk
mengembangkan clinical reasoning, perilaku professional dan empati.
4.1.8 Tatalaksana pasien di laboratorium invasif (bronkoskopi, pemasangan WSD), USG
toraks, fluoroskopi, faal respirasi
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk melatih teknik melakukan prosedur peserta
didik. Peserta didik mendapat bimbingan langsung dari staf pengajar mengenai
langkah melakukan tindakan prosedur kepada pasien. Peserta didik dapat
melakukan langsung tindakan prosedur kepada pasien setelah dinyatakan lulus dan
kompeten di manekin. Pada metode pembelajaran ini dapat melatih dan melihat
kemampuan peserta didik dalam melakukan tindakan prosedur.
75
4.1.9 Belajar mandiri: library searching, e-library e-library, portofolio
Belajar mandiri ditujukan kepada peserta didik untuk lebih mandiri dalam mencari
literature dan membuat portofolio mengenai kasus apa saja yang telah dilakukan
oleh peserta didik
4.1.10 Tugas jaga malam
Tugas jaga malam merupakan salah satu metode pembelajaran peserta didik dalam
penatalaksanaan pasien yang dilakukan di luar jam kerja. Pada saat tugas jaga,
peserta didik tetap mendapatkan supervise dari staf pengajar yang bertugas sebagai
DPJP pasien.
Sebagaimana strategi pembelajaran, maka pemanfaatan media sebagai alat bantu dalam
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pencapaian learning outcome atau capaian
pembelajaran. Beberapa media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di program studi
diantaranya:
76
BAB 5
SISTEM EVALUASI HASIL BELAJAR
Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui peserta didik telah mencapai
kompetensi akademik dan profesional sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Paru
dan Pernapasan. Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan berdasarkan
pada prinsip edukatif, transparan, obyektif, dan akuntabel
Pada hakikatnya pada program studi yang bercirikan akademik profesional, kemampuan yang
dinilai adalah pencapaian performa profesional (professional performance) dalam tiga bidang/
domain yaitu: kognitif, keterampilan dan afektif.
Evaluasi akhir hasil belajar terdiri dari evaluasi lokal / institusional (ujian lokal) dan evaluasi
nasional (ujian nasional). Ujian akhir lokal dilaksanakan di masing-masing institusi
77
pendidikan sebagai syarat mengikuti ujian nasional yang dilaksanakan oleh kolegium untuk
mendapatkan ijazah dan sertifikat kompetensi.
1. Evaluasi formatif
- Evaluasi formatif dilaksanakan secara berkala sesuai dengan tahap pendidikan. Tiap
program melaksanan minimal ujian tulis, mini CEx, Case-based discussion, DOPS,
Logbook. Metode lainnya adalah 360° evaluation, dan metode lainnya.
3. Evaluasi sumatif
- Evaluasi sumatif bertujuan untuk menentukan setiap tahap pendidikan. Metode yang
dapat digunakan adalah ujian tulis, ujian lisan, ujian keterampilan dan metode lainnya.
1. Evaluasi akhir
Pada tahap akhir pendidikan, dilaksanakan evaluasi akhir secara komprehensif di tiap
program studi, dan ujian nasional yang dilaksanakan oleh Kolegium Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. Metode yang dapat digunakan adalah ujian tulis, ujian lisan, dan
OSCE
Jenis evaluasi yang dilaksanakan adalah, ujian tulis (MCQ, Essay), ujian lisan, ujian
keterampilan, ujian praktik pasien, observasi, Mini CEx, Case-based discussion, DOPS, Log
book, 360° evaluation, OSCE, presentasi kasus, presentasi kajian jurnal, presentasi tinjauan
kepustakaan/referat, proposal penelitian, ujian tesis
Penjelasan masing-masing jenis evaluasi sebagai berikut:
i. Essay evaluation
Merupakan ujian tulis untuk menguji keterampilan kognitif (pengetahuan dasar,
diagnosis, pengelolaan pasien) peserta didik.
ii. MCQ-vignette
Merupakan ujian tulis multiple choice dengan kasus untuk menguji keterampilan
kognitif.
78
iii. Ujian Praktik Pasien
Ujian Praktik Pasien merupakan metode ujian dengan adanya pasien, untuk menguji
keterampilan menatalaksana kasus, komunikasi interpersonal dan profesionalisme.
iv. OSCE
Ujian OSCE menguji kompetensi kognitif, skill, dan afektif. Kandidat diuji pada
beberapa stasiun yang telah ditetapkan, dan diuji oleh 2 orang penguji nasional. Metode
ini digunakan pada Ujian Nasional
v. Ujian lisan
Ujian lisan menguji keterampilan kognitif tentang kemampuan teoritis, dpenalaran
klinis, dan memutuskan masalah berdasarkan pada pertanyaan lisan yang diajukan
penguji.
vii. DOPS
DOPS merupakan metode penilaian untuk menilai kompetensi melakukan prosedur
seperti evakuasi cairan pleura, pemasangan drain toraks, dan bronkoskopi.
ix. Portofolio
79
Portofolio merupakan kumpulan data hasil pembelajaran dan penilaian peserta didik
beserta data-data hasil kegiatan/tugas. Portofolio tidak digunakan sebagai materi ujian
tetapi merupakan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran.
x. Observasi
Observasi adalah metode evaluasi berdasarkan observasi oleh staf pengajar.
80
Ujian Nasional diselenggarakan oleh Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Indonesia.
81
Berhubung dengan keterbatasan dana kolegium maka untuk beberapa waktu ujian
nasional diselenggarakan di Jakarta dan Surabaya. Institusi pendidikan di kota lain dapat
melaksanakn ujian nasional dengan menanggung biaya pelaksanaan ujan diluar dari
yang dianggarkan oleh kolegium.
Ujian OSCE dilaksanakan dengan menggunakan objek bisa berupa alat seperti
spirometer, bronkoskopi dan manekin, bisa berupa hewan seperti kambing atau orang.
Penguji hanya mengisi daftar tilik yang sudah disediakan dan tidak boleh berkomunikasi
(menjelaskan atau mengoreksi) peserta yang mengikuti ujian.
Ujian lisan terdiri atas tiga bagian yaitu topik infeksi dan imunologi, onkologi dan gawat
napas, serta asma/ PPOK dan penyakit paru kerja. Tiap bagian terdiri dari dua penguji
masing-masing seorang dari divisi yang diuji. Diberikan kasus secara tertulis sebagai
bahan kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 20 menit, yaitu 10 menit
untuk masing-masing penguji. Diusahakan agar pertanyaan berupa analisis bukan
merupakan pertanyaan recall. Nilai antara kedua penguji tidak boleh berbeda lebih dari
20 angka.
82
kesukaran dalam mengadakan peralatan untuk ujian pada waktu yang lain, maka
dilakukan ujian ulangan hari itu juga. Apabla ujian ulangan tetap tidak lulus, maka harus
mengulang pada hari ang lain.
Bila ujian lisan tidak lulus maka ujian ulangan diadakan pada hari yang lain. Apabila
ketiga bentuk ujian tidak lulus (tulis, OSCE dan lisan) maka peserta ujian dinyatakan
tidak lulus ujian nasional periode tersebut dan harus mengulang ujian nasional pada
periode berikutnya.
Ulangan ujian nasional dilaksanakan paling cepat 2 minggu dan paling lambat 3 bulan
sesudah pelaksanaan ujian nasional. Dilaksanakan di tempat peserta yang tidak lulus atau
di tempat lain yang disepakati oleh KPS dari institusi peserta ang tidak lulus. Untuk ujian
tulis, soal diberikan oleh kolegium, terdiri dari 100 soal dengan lama waktu ujian 100
menit dan nilai lulus adalah di atas NBL. Untuk ujian OSCE dilaksanakan untuk topik
yang tidak lulus saja oleh dua penguji, salah satu penguji adalah staf dari institusi yang
lain. Lama ujian 15 menit. Nilai batas lulus adalah 70. Untuk ujian lisan, yang diuji hanya
topik yang tidak lulus saja. Diuji oleh dua penguji sesuai dengan topik yang diuji, salah
satu penguji berasal dari institusi lain. Lama ujian untuk setiap topik 20 menit, yaitu
masing-masing 10 menit untuk setiap penguji. Nilai batas lulus adalah 70.
83