Anda di halaman 1dari 83

BUKU KURIKULUM, STANDAR PENDIDIKAN DAN

STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS


PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI

Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia


2018

1
Tim

Ketua: Helmia Hasan

Anggota:
Amira P. Tarigan
Ana Rima Setijadi
Anna Febriani
Anwar Jusuf
Faisal Yunus
Fanny Fachrucha
Fathiyah Isbaniah
Feni Fitiriani Taufik
Ihsan Hamdani
Irmi Syafa’ah
Irvan Medison
Jamal Zaini
Muhammad Amin
Oea Khairsyaf
Prasenohadi
Sita Andarini
Suradi
Susanty Djajalaksana
Teguh Sartono
Ungky Setiawan

2
DAFTAR ISI

Kata sambutan .................................................................................................................... i

BAB 1

Visi, Misi, Profil dan Capaian Pembelajaran ...................................................................... 1

BAB 2

Struktur Kurikulum dan Beban Studi .................................................................................. 49

BAB 3

Isi Kurikulum dan Deskripsi Mata Ajar .............................................................................. 52

BAB 4

Strategi Pembelajaran ......................................................................................................... 70

3
BAB 1
VISI, MISI, PROFIL DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN

1.1. LATAR BELAKANG PENDIRIAN PROGRAM STUDI


1.1.1. Sejarah Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Pulmonologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berkembang di Indonesia sejak
zaman penjajahan Belanda. Perkembangan cabang ilmu ini dirintis oleh dokter-dokter
Indonesia yang bergerak dalam penemuan dan pengobatan penyakit tuberkulosis. Pada
sekitar tahun 1930an pemerintah Hindia Belanda memulai upaya pemberantasan penyakit
tuberkulosis pulmonologi yang jumlahnya banyak di Indonesia. Pada waktu itu sudah ada
dokter-dokter Indonesia yang dihasilkan dari pendidikan dokter sebelumnya. Sebagian dari
mereka dilatih mendeteksi penyakit ini oleh para ahli radiologi dengan menggunakan
pemeriksaan doorlichting atau pemeriksaan sinar tembus.
Dengan pertolongan pemeriksaan doorlichting ini dapatlah ditegakkan diagnosis
tuberkulosis pulmonologi, sehingga pengobatan dapat dimulai. Selanjutnya para dokter
inilah yang mengobati pasien serta melakukan pemantauan pengobatan secara klinis,
laboratorik dan radiologis. Dengan jumlah pasien yang amat banyak, tidak heran jika para
dokter ini menjadi amat berpengalaman dengan cepat sehingga setelah beberapa tahun
mereka sudah mendapat kemampuan yang memadai sebagai dokter ahli. Mereka kemudian
menyebut diri sebagai Longarts atau Dokter Pulmonologi (long berarti pulmonologi, arts
berarti dokter). Penamaan diri ini tidak berlebihan, mengingat, selain ahli tuberkulosis,
mereka juga mampu menemukan berbagai penyakit pulmonologi lain, bahkan hampir semua
penyakit di dalam rongga toraks.
Pada masa tersebut, pemerintah Belanda telah pula mendirikan pusat-pusat pelayanan
tuberkulosis di berbagai tempat, berupa sanatorium untuk perawatan pasien, terutama yang
penyakitnya sudah parah. Di samping sanatorium, juga dibangun consultatie bureau voor
longlijders (CB), yakni tempat berobat bagi pasien yang tidak dirawat. CB ini berlokasi di
rumah sakit di kota-kota besar sebagai unit rawat jalan yang dilengkapi dengan alat sinar
tembus. Bagi sebagian pasien yang membutuhkan perawatan, di rumah-rumah sakit ini
tersedia bangsal rawat yang terpisah dari bangsal perawatan penyakit lain.

4
Di CB dan bangsal perawatan inilah para dokter pulmonologi, yang pada awalnya
belajar dengan bimbingan radiolog, kemudian secara mandiri mengembangkan kemampuan
masing-masing serta selanjutnya mendidik dokter-dokter yang lebih muda, sehingga
semakin lama semakin bertambahlah jumlah dokter pulmonologi di berbagai kota di
Indonesia. Pada masa ini dikenal tokoh dr.R. Soeroso di Medan, dr. Kapitan di Surabaya
dan dr. Oey Tjin Siang di Jakarta, yang telah mendidik dokter pulmonologi di rumah sakit
umum di kota tersebut. Dari generasi berikutnya tercatat antara lain dr. Ilyas H. Datuk
Batuah, yang belajar di Surabaya, lalu bertugas di Rumah Sakit Tentara di Jogja, kemudian
menetap di Bukit Tinggi; serta dr. Afloes dan dr. Rasmin Rasjid di Centraale Burgerlijk
Ziekenhuis (CBZ, sekarang RSUPN Cipto Mangunkusumo).
Pada tahun 1957, para longarts seluruh Indonesia berkumpul di Lawang, suatu kota di
dekat Malang, Jawa Timur memutuskan:
1. Ilmu penyakit paru (Pulmonologi) harus dikembangkan sebagai cabang ilmu kedokteran
sebagaimana cabang-cabang ilmu kedokteran lain.
2. Pulmonologi merupakan cabang ilmu yang mandiri di institusi pendidikan kedokteran.
Selepas pertemuan di Lawang tersebut, para peserta kembali ke kota asal masing-
masing dan segera menjalankan kedua keputusan tersebut. Di Medan, segera terbentuk
Bagian Pulmonologi di Universitas Sumatra Utara di bawah pimpinan dr. R. Soeroso;
demikian pula di Bukit Tinggi, dibentuk Bagian Pulmonologi di Universitas Andalas, yang
dipimpin oleh dr. Ilyas H. Datuk Batuah. Di Universitas Airlangga, Surabaya, didirikan pula
Bagian Pulmonologi yang dipimpin oleh dr. Kapitan. Belakangan ketiga dokter tersebut
diangkat sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Penyakit Pulmonologi, bahkan Prof. R. Soeroso
dan Prof. Ilyas H. Datuk Batuah sempat memangku jabatan Dekan pada masing-masing
universitas.
Di Jakarta 10 Agustus 1978 Pulmonologi dinyatakan resmi sebagai Bagian
Pulmonologi dikukuhkan dengan Surat Keputusan Dekan no 1599/ II.A/ FK/ 1978 tanggal
1 September 1978. Dokter Rasmin Rasjid adalah Kepala Bagian pertama yang memimpin
Bagian Pulmonologi /RS Persahabatan. Banyak kemajuan yang dicapai dalam masa
kepemimpinannya, antara lain terbentuknya Program Pendidikan Dokter Spesialis untuk
Program Studi Ilmu Penyakit Pulmonologi di Universitas Indonesia. Pembentukan Program
Studi ini amat erat dengan berdirinya Ikatan Dokter Pulmonologi Indonesia pada tahun 1973.

5
Pada tahun tersebut, dr. Rasmin Rasjid yang pada pertemuan para longarts di Lawang tahun
1957 bertindak sebagai Sekretaris, kembali berinisiatif mengumpulkan para dokter
pulmonologi seluruh Indonesia, untuk bergabung dalam suatu organisasi profesi. Langkah
ke arah ini dimulai dengan pertemuan tokoh-tokoh dokter pulmonologi dari beberapa kota,
yang menghasilkan konsep Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perkumpulan
yang akan dibentuk tersebut. Pertemuan ini disusul dengan pertemuan yang lebih besar,
yakni Konferensi Kerja (Konker) pertama di Jakarta, disusul dengan Kongres pertama Ikatan
Dokter Pulmonologi Indonesia. Dokter Rasmin Rasjid dan dr. Erwin Peetosutan dari Bagian
Pulmonologi ditunjuk menjadi Ketua Umum pertama dan Sekretaris Umum Ikatan Dokter
Pulmonologi Indonesia.
Berdirinya IDPI membawa pengaruh yang bermakna kepada perkembangan
pendidikan dokter pulmonologi di Indonesia. Bersama perhimpunan dokter spesialis lain,
IDPI diundang dan hadir pada rapat-rapat Consortium for Health Sciences Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Republik Indonesia untuk mulai menata
pelaksanaan pendidikan dokter spesialis di Indonesia pada tahun 1978. Hasil pertemuan
beberapa hari di Hotel Sahid ini ialah terbitnya Katalog Program Pendidikan Dokter
Spesialis I. Menurut Katalog ini, pendidikan dokter spesialis diselenggarakan oleh Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Indonesia, dilaksanakan oleh staf dokter spesialis yang terkait
dengan bidang studi masing-masing, dipimpin oleh seorang Ketua Program Studi (KPS).
Dengan terbitnya Katalog ini, maka pendidikan dokter spesialis pulmonologi di Indonesia
secara resmi diakui.

Dari Pulmonologi ke Ilmu Kedokteran Respirasi


Pada tahun 1983, terjadi peristiwa yang amat penting, yakni pengukuhan Guru Besar
pertama di bidang Pulmonologi, Prof. dr. Rasmin Rasjid. Pada tahun1987 beliau memasuki
masa pensiun dan meninggal dunia pada tahun 1989. Dokter Hadiarto yang pada tahun 1987
menjabat Ketua Program Studi Pulmonologi diangkat menjadi Kepala Bagian kedua Bagian
Pulmonologi FKUI, memimpin bagian ini selama 11 tahun, dalam 3 masa jabatan. Hadiarto
adalah orang pertama yang mengemukakan konsep ilmu kedokteran respirasi, sebagai
pengembangan bidang kajian bagi dokter spesialis paru dan pernapasan. Ide ini dituangkan

6
menjadi usul perubahan nama Bagian Pulmonologi menjadi Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi.
Saat ini Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
telah mempunyai 6 pusat yaitu Universitas Sumatera Utara (Medan), Universitas Andalas
(Padang), Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Sebelas Maret (Solo), Universitas
Airlangga (Surabaya) dan Universitas Brawijaya (Malang). Selain itu saat ini telah lahir
pusat pendidikan lainnya seperti Universitas Udayana (Denpasar), Universitas Hasanuddin
(Makassar), Universitas Syiah Kuala (Banda Aceh), Universitas Riau (Pekan Baru),
Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin). Hal ini dimaksudkan agar penyebaran
lulusan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran Respirasi di seluruh Indonesia dapat
lebih merata, selain dari bertambahnya minat dokter untuk mengikuti pendidikan ini.
Ujian akhir diselenggarakan oleh Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Indonesia sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dengan pusat
pendidikan dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dengan cara bergiliran tempat
serta pelaksanaannya di pusat pusat pendidikan setiap 2 kali setahun.

1.1.2. Program Studi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
mempunyai visi, misi dan tujuan yang terprogram, reliable dan visible untuk menjadi
landasan sistem penyelenggaraan pendidikan spesialis. Secara umum memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kompetensi dokter di Indonesia sehingga memiliki
kompetensi yang lebih khusus, dalam hal ini dalam pengetahuan dan ketrampilan di bidang
pulmonologi dan Respirasi.

1.1.3. Landasan Hukum Program Studi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi
Pengembangan program studi merujuk pada :
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal
60 dan 61).
3. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 47).

7
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Pasal 86, 87 dan 88).
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 Tahun 2005 tentang Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi(Pasal 26, 28, 29, 42, 43, 44, 55).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Pasal 84 dan 85).
7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 178/U/2001 tentang Gelar dan Lulusan
Perguruan Tinggi.
8. Undang-undang Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri yang terkait dengan
Dokter Spesiali dan Dokter Gigi Spesialis.
9. Undang-Undang Dasar 1945 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Nasional sebagai
berikut:

Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem. Pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.

Pasal-pasal dalam Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
Pasal 60:
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan nonformal setiap jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau
lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 61
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.

8
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara dan lembaga pelatihan kepada
peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Undang-undang R.I Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah sebagai berikut:
Pasal 47
(1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diberikan
setelah memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
b. Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan
c. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan
oleh pemerintah.
(2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi adalah sebagai berikut :
Pasal 86

9
(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk
menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.
(2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh
lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan.

Pasal 87
(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) dilakukan
oleh :
a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) terhadap program
dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah;
b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadap program dan/atau
satuan pendidian jenjang pendidikan Tinggi; dan,
c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF) terhadap program
dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal.
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-S/M
dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat mandiri.
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 88
(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat melakukan
fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri.

10
(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga mandiri
wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:
a. Berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.
b. Memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang
berkenaan dengan sistem akreditasi perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
Pasal 26
(1) Gelar akademik diberikan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik.
(2) Gelar akademik terdiri atas:
a. Sarjana;
b. Magister; dan
c. Doktor.
(3) Gelar profesi diberikan oleh Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesi.
(4) Gelar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Perguruan
a. Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau
b. Organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi.
(5) Gelar profesi terdiri atas:
a. Profesi; dan
b. Spesialis

11
Pasal 28
(1) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya digunakan oleh lulusan dari
Perguruan Tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, gelar vokasi,
atau gelar profesi.
(2) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi hanya dibenarkan dalam bentuk dan
inisial atau singkatan yang diterima dari Perguruan Tinggi.
(3) Gelar akademik dan gelar vokasi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila
dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau
b. Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
mengeluarkan gelar akademik dan gelar vokasi.
(4) Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau
b. Perseorangan, organisasi, atau lembaga lain yang tanpa hak mengeluarkan gelar
profesi.
(5) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh
Perguruan Tinggi apabila karya ilmiah yang digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat.
(6) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi.
(7) Perseorangan yang tanpa hak dilarang menggunakan gelar akademik, gelar vokasi,
dan/atau gelar profesi.

Pasal 29
(1) Kerangka Kualifikasi Nasional merupakan penjenjangan capaian pembelajaran yang
menyetarakan luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman
kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan
diberbagai sektor.
(2) Kerangka Kualifikasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan
pokok dalam penetapan kompetensi lulusan pendidikan akademik, pendidikan vokasi,
dan pendidikan profesi.

12
(3) Penetapan kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.

Pasal 42
(1) Ijazah diberikan kepada lulusan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu program studi
terakreditasi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.
(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi yang
memuat Program Studi dan gelar yang berhak dipakai oleh lulusan Pendidikan Tinggi.
(3) Lulusan Pendidikan Tinggi yang menggunakan karya ilmiah untuk memperoleh ijazah
dan gelar, yang terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat, ijazahnya dinyatakan
tidak sah dan gelarnya dicabut oleh Perguruan Tinggi.
(4) Perseorangan, organisasi atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan ijazah.

Pasal 43
(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi
profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi, dan/atau badan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Perseorangan, organisasi atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan sertifikat profesi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 44

13
(1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang
sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar
program studinya.
(2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga
sertifikasi yang terakreditasi kepada lulusan yang lulus uji kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan sebagai
syarat untuk memperoleh pekerjaan tertentu.
(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak
dilarang memberikan sertifikat kompetensi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 55
(1) Akreditasi merupakan kegiatan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan kelayakan
Program Studi dan Perguruan Tinggi atas dasar kriteria yang mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
(3) Pemerintah membentuk Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi untuk
mengembangkan sistem akreditasi.
(4) Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi.
(5) Akreditasi Program Studi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan oleh lembaga
akreditasi mandiri.
(6) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan lembaga
mandiri bentukan Pemerintah atau lembaga mandiri bentukan Masyarakat yang diakui
oleh Pemerintah atas rekomendasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
(7) Lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dibentuk berdasarkan
rumpun ilmu dan/atau cabang ilmu serta dapat berdasarkan kewilayahan.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan

14
lembaga akreditasi mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan
Menteri.

1.1.4. Landasan Filosofis Profesi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Seorang dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mempunyai landasan
kepribadian yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, berbudi mulia dan luhur, beretika,
menguasai ilmu dan ketrampilan di bidangnya, mampu berkarya, bersikap, berperilaku serta
berperan sebagai pendidik menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan serta
ketrampilan yang sudah dikuasai dan mempunyai pemahaman kaidah berkehidupan
bermasyarakat, serta senantiasa belajar, mengembangkan diri dan keilmuannya sepanjang
hayat.
Seorang dokter spesialis Pulmonologi dan kedokteran Respirasi menjunjung tinggi
kode etik kedokteran Indonesia, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mengatasi
masalah kesehatan pulmonologi dan Respirasi yang banyak terdapat di Indonesia. Seorang
dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mampu mengembangkan
pengetahuan, riset dan ketrampilan sebagai ahli sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pelayanan kesehatan paru serta mampu
mengembangkan pengalaman belajar tertinggi.

1.1.5. Landasan Sosiologis Profesi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Seorang dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mempunyai rasa
tanggung jawab dalam pengamalan ilmu kesehatan pulmonologi dan Respirasi sesuai
dengan kebijakan pemerintah. Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta
mempunyai ketrampilan dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan
memecahkan masalah kesehatan paru dan pernapasan secara ilmiah dan dapat mengamalkan
ilmu kepada masyarakat yang sesuai dengan bidang keahliannya secara optimal. Mampu
menentukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan, penelitian secara mandiri dan
mengembangkan ilmu ke tingkat akademik yang lebih tinggi. Mampu mengembangkan
sikap pribadi sesuai dengan etik ilmu dan etika kehidupan.

15
1.1.6. Upaya Peningkatan Profesionalisme dan Mutu Pendidikan Dokter Spesialis
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasimaka Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi membangun
satu kerjasama dan aliansi strategis dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan
mutu pendidikan.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kompetensi Dokter Spesialis
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, secara berkala dilaksanakan pertemuan ilmiah yang
dilaksanakan baik di pusat maupun di daerah dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia serta
Kolegium Pulmonologi dan Respirasi Indonesia selalu mengundang pakar-pakar baik dari
dalam maupun luar negeri sesuai dengan bidang keseminatannya sehingga Dokter Spesialis
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi serta peserta didik dapat mengikuti perkembangan
terbaru.

1.1.7. Baku Mutu Program Studi Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Pencapaian kesehatan yang optimal sebagai hak asasi manusia masyarakat perlu
mendapat perhatian. Pelayanan yang baik dan bermutu merupakan dambaan masyarakat
Indonesia. Untuk mendapatkan itu perlu dihasilkan pelayan kesehatan yang baik termasuk
perawat, dokter umum dan juga dokter spesialis. Dokter sebagai salah satu komponen utama
pemberi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peran yang sangat penting sehingga
pendidikan kedokteran akan menjadi penting.

Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran


Respirasi di Indonesia mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh Kolegium
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia. Keseluruhan hal tersebut menjadi sebuah
kurikulum pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Kurikulum Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, isi, bahan pelajaran,
cara pencapaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan pulmonologi dan kedokteran Respirasi. Model kurikulum berbasis kompetensi
dilakukan dengan pendekatan terintegrasi baik horizontal maupun vertikal, serta berorientasi

16
pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan
kesehatan paripurna.
Isi kurikulum meliputi prinsip-prinsip metode ilmiah, biomedik, ilmu kedokteran
klinik dalam hal ini Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, dan ilmu humaniora yang
disesuaikan dengan Standar Kompetensi yang ditetapkan. Prinsip-prinsip metode ilmiah
meliputi metodologi penelitian, filsafat ilmu, berpikir kritis, biostatistik dan kedokteran
berbasis bukti (evidence-based medicine). Ilmu biomedik meliputi anatomi, biokimia,
histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, patologi dan
farmakologi, dan ilmu humaniora meliputi etika kedokteran dan profesionalisme.
Kurikulum program pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi
disusun untuk mendapatkan kompetensi dokter spesialis paru dan pernapasan. Kompetensi
yang diharapkan dicapai meliputi: 1. Bidang kognitif (Applied Clinical Knowledge Syllabus)
2. Psikomotor (Applied Clinical Procedure Syllabus) 3. Afektif (Professional and
Management and Good Clinical Practice).
Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia menetapkan lama
pendidikan program pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi
adalah 8 semester sesuai dengan tercapainya kompetensi klinis.
Standar pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi ini
merupakan standar umum dan dapat digunakan sebagai penjaga mutu dan sebagai landasan
pengembangan berkesinambungan bagi semua penyelenggara Program Pendidikan Dokter
Spesialis pulmonologi dan kedokteran Respirasi di Indonesia. Penerapan standar ini
diharapkan dapat menyeragamkan luaran pendidikan masing-masing Program Pendidikan
Dokter Spesialis pulmonologi dan kedokteran Respirasi. Hal ini menjadi penting karena
sesuai dengan harapan semua penduduk Indonesia mendapat pelayanan yang memenuhi
standar dan berkualitas.
Program studi yang bermutu memiliki sistem pengelolaan lulusan yang baik sehingga
mampu menjadikannya sebagai human capital bagi Program Pendidikan Dokter Spesialis
pulmonologi dan Kedokteran Respirasi yang bersangkutan.

1.2. VISI

17
Menghasilkan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan yang beretika dan berbudi luhur
yang kompeten dalam bidang kesehatan paru dan pernapasan, sesuai dengan standar
Nasional dan internasional.

1.3. MISI
1. Membina penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi yang beretika dan berbudi luhur serta berorientasi pada Sistem
Kesehatan Nasional.
2. Membina pengembangan dan kemajuan pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi untuk mencapai kesetaraan Nasional.
3. Membina pengembangan dan kemajuan pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi untuk mencapai kesetaraan internasional.

1.4. PROFIL LULUSAN DAN DESKRIPSI PROFIL


Lulusan program studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi memiliki peran yaitu
sebagai :
1. Kepakaran Klinik (Clinical Expertise)
• Memperlihatkan keterampilan diagnostik dan terapeutik dalam tatalaksana yang
efektif dan etis pada pasien.
• Mencari dan mengikuti kemajuan informasi yang tepat dan relevan untuk praktik
klinik.
• Memberikan pelayanan konsultatif yang efektif sehubungan dengan tatalaksana
pasien, edukasi dan pendapat legal.

2. Komunikator
• Membina hubungan dengan pasien dan sejawat dalam rangka pengobatan pasien.
• Menghasilkan dan mensintesis riwayat penykait yang relevan dari pasien / kolega
/ lingkungan, dengan mendengar dan melakukan wawancara yang efektif.
• Memberikan informasi yang sesuai kepada pasien / tim keluarga dan tim
pelayanan.

18
• Mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan unsur-unsur yang
bertugas di rawat inap dan rawat jalan.

3. Kemampuan bekerja sama (Kolaborator)


• Berkonsultasi dengan efektif dengan dokter-dokter dan profesi kesehatan lain.
• Memberikan kontribusi yang efektif terhadap kegiatan-kegiatan tim interdisiplin.

4. Manager
• Menggunakan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif guna perawatan
pasien, kebutuhan belajar, dan aktifitas diluar, secara seimbang.
• Mengalokasikan sarana pemeliharaan kesehatan yang terbatas secara bijaksana.
• Bekerja secara efektif dan efisien dalam suatu organisasi kesehatan.
• Menggunakan teknologi informasi untuk mengoptimalkan tatalaksana pasien,
pembelajaran yang berkesinambungan dan kegiatan-kegiatan lain.

5. Advokator kesehatan
• Mengidentifikasi faktor-faktor kesehatan yang penting yang mempengaruhi
pasien.
• Memberikan kontribusi yang efektif untuk memperbaiki kesehatan pasien dan
masyarakat.
• Mengenal dan menjawab permasalahan yang tepat dan dapat dilaksanakan
6. Ilmuwan (Scholar)
• Mengembangkan, mengimplementasikan dan memantau strategi pendidikan untuk
diri sendiri yang berkelanjutan.
• Menilai secara kritis sumber-sumber informasi medik.
• Memfasilitasi pembelajaran pasien, mahasiswa kedokteran dan tenaga
professional lain.
• Berkontribusi terhadap pengembangan ilmu baru.

19
7. Professional
• Memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dengan integritas, kejujuran, dan rasa
kasih.
• Memperlihatkan perilaku personal dan interpersonal yang baik.
• Menjalankan praktik kedokteran yang etis dan sesuai dengan kewajiban seorang
dokter.

1.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN


Capaian pembelajaran (Learning outcome) mengacu pada profil, area kompetensi dan
memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) level 8. Berdasarkan pada pada lampiran Permenristekdikti No.44 tahun
2015, kompetensi atau rumusan capaian pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta
program pendidikan dokter spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi meliputi
komponen sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus dan pengetahuan dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Sikap
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious;
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama,moral dan etika;
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan;
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
h. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;

20
i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan; dan

2. Ketrampilan Umum
Lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
wajib memiliki keterampilan umum sebagai berikut:
a. Mampu bekerja di bidang penyakit paru dan pernapasan untuk permasalahan
penyakit paru dan pernapasan yang kompleks, serta memiliki kompetensi sesuai
standar kompetensi dokter paru Indonesia
b. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan di bidang
penyakit paru dan pernapasan berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis,
kreatif, berbasis bukti (evidence-based) dan komprehensif
c. Mampu menyusun laporan hasil studi secara tesis yang hasilnya disusun dalam
publikasi pada jurnal ilmiah profesi paru dan pernapasan yang terakreditasi yang
diakui secara nasional
d. Mampu mengkomunikasikan hasil kajian yang bermanfaat bagi pengembangan
profesi paru dan pernapasan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
etika profesi kepada masyarakat umum melalui bentuk media
e. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang
dibuat dalam melaksanakan pelayanan di bidang paru dan pernapaan baik oleh
dirinya, sejawat atau sistem institusi
f. Mampu meningkatkan keahlian di bidang paru dan pernapasan melalui pelatihan
dan pengalaman kerja dengan mempertimbangkan kemuktahiran bidang profesinya
di tingkat nasional, regional dan internasional
g. Mampu meningkatkan mutu sumber daya bidang paru dan pernapasan untuk
pengembangan program strategis organisasi
h. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah baik pada bidang
penyakit paru dan pernapasan, maupun masalah yang lebih luas dari bidang tersebut

21
i. Mampu bekerjasama dengan profesi lain yang sebidang maupun yang tidak
sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang kompleks yang terkait
dengan bidang penyakit paru dan pernapasan
j. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat
profesi terkait dengan permasalahan paru dan pernapasan
k. Mampu bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang paru dan pernapasan sesuai
dengan kode etik profesinya
l. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran di bidang paru dan pernpasan
secara mandiri
m. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan mutu
pendidikan profesi atau pengembangan kebijakan nasional pada bidang paru dan
pernapasan
n. Mampu mendokumentasikan, menyimpan dan mengaudit, mengamankan dan
menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan pelayanan
di bidang paru dan pernapasan
3. Ketrampilan Khusus
Keterampilan khusus merupakan keterampilan yang akan dicapai oleh peserta didik
Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi agar dapat menjalankan peran
lulusan yang tercakup dalam profil lulusan Spesialis Paru dan Pernapasan. Area
Kompetensi yang akan dicapai mengacu pada Accreditation Council of Graduate
Medical Education (ACGME) 2007 dan ditambah dengan area kompetensi
pembelajaran dan pengajaran (learning and teaching) dan keterampilan melakukan
penelitian.

Dengan demikian, terdapat 9 area kompetensi yang merupakan standar minimal


kompetensi lulusan yaitu kemampuan dalam:

1. Pelayanan pasien (Patient care)


2. Pengetahuan medis (Medical knowledge)
3. Keterampilan prosedur medis (Medical procedural skill)
4. Pembelajaran dan pengembangan berbasis praktik (Practice-based learning and
improvement)

22
5. Keterampilan hubungan interpersonal dan komunikasi (Interpersonal and
communication skill)
6. Profesionalisme (Profesionalism)
7. Praktik berbasis sistem (System-based practice)
8. Pengajaran dan pembelajaran (Teaching and learning)
9. Riset dan teknologi informasi

Penjabaran kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pelayanan medis pasien (Patient care)


- Mampu melakukan diagnosis dan prosedur diagnosis yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien.
- Mampu melakukan prosedur penatalaksanaan kesehatan secara komprehensif sesuai
dengan standar operasional.
- Mampu melakukan edukasi terhadap pasien tentang penyakitnya, talaksana dan
prognosis terhadap penyakit yang diderita pasien.
- Mampu melakukan tidakan preventif dan rehabilitatif terhadap penyakit.

2. Keterampilan prosedur medis (Medical procedural skills)


- Mengetahui prinsip kerja alat diagnostik dan terapiutik yang digunakan dan mengetahui
pengoperasian alat tersebut
- Mengetahui indikasi dan kontraindikasi suatu pemeriksaan, sehingga dapat membuat
keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan pemeriksaan
- Melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar operasional pemeriksaan
- Mengatasi penyulit/ komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan maupun terapi, serta
dapat mengatasinya baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan profesi lain terkait
- Memonitor dan mengevaluasi hasil terapi
- Membuat laporan hasil pemeriksaan sesuai standar
- Mengajurkan langkah-langkah tindak lanjut atau pemeriksaan lain guna membuat
penatalaksanaan selanjutnya.

23
3. Pembelajaran dan pengembangan baerbasis praktik
- Mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada maupun ilmu
pengetahuan yang baru melalui praktik langsung terhadap pasien.
- Mempelajari segala jenis kasus penyakit paru yang ada selama menjalani pendidikan
untuk dijadikan pengalaman.
- Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
- Mengembangkan pengetahuan baru

4. Keterampilan hubungan interpersonal dan komunikasi (interpersonal and communication


skills)

- Menciptakan dan mempertahankan hubungan antar dokter dan pasien sesuai etika untuk
mencapai pemecahan masalah kesehatan yang terbaik demi kepentingan pasien,
- Memahami fungsi wawancara, penggunaan data untuk menegakkan diagnosis dan
penentuan terapi,
- Menggunakan ketrampilan menganalisis data secara efektif dan mengambil kesimpulan,
serta mempunyai ketrampilan melakukan konsultasi,
- Melibatkan pasien/keluarga pasien dalam menentukan pemilihan jenis pemeriksaan atau
rencana terapi,
- Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain, baik sebagai anggota atau
pimpinan pelayanan kesehatan atau kelompok profesional lain.
- Menerapkan mawas diri
- Memperaktikkan belajar sepanjang hayat
- Mengembangkan pengetahuan baru

5. Profesionalime
- Memiliki sikap profesional
- Berperilaku profesional dalam bekerjasama dalam Tim Pelayanan Kesehatan
- Melakukan praktek kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
- Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
- Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.

24
6. Praktik berbasis sistem (Practice-based Learning and Improvement)
- Mampu bekerjasama dengan pengelola dan pemberi pelayanan kesehatan lain untuk
menilai, mengkoordinasi, memperbaiki pelayanan kesehatan di bidang pulmonologi dan
ilmu kedokteran respirasi.
- Memberikan usulan pemilihan pemeriksaan penunjang lanjutan yang paling tepat
berdasarkan prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaan pasien.
- Merujuk ke pusat pelayanan yang memiliki fasilitas lebih baik bila diperlukan
- Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi
kesehatan dalam bidang paru dan kedokteran respirasi khususnya deteksi dini penyakit
di tingkat individu, keluarga dan masyarakat.
- Bekerjasama dengan profesi dan sektor lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan
dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan pemerintah, termasuk antisipasi
terhadap timbulnya new emerging, emerging and re-emerging diseases.
- Menjalankan fungsi manajerial (berperan sebagai pemimpim, pemberi informasi dan
pengambilan keputusan khususnya di bidang paru dan kedokteran respirasi);
- Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana bidang paru dan kedokteran respirasi yang
tersedia.

7. Pembelajaran dan pengajaran (learning and teaching)


- Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan seni di dalam bidang keilmuannya
atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
- Mampu memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam
bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner.
- Mampu berperan sebagai pembimbing
8. Riset dan teknologi informasi
- Mampu mengembangkan rencana riset atau solusi untuk mengatasi masalah di bidang
pulmonologi dan kedokteran respirasi.
- Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam
bidang keilmuannya melaui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.
- Mampu mengelola, memimpin dan mengembangkan riset yang mendapat pengakuan
nasional dan/atau internasional.

25
4. Pengetahuan
Area kompetensi dalam pengetahuan meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi,
menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah ilmiah berdasarkan pada ilmu
kedokteran mutakhir untuk memperoleh hasil yang optimal.
Rincian komponen kompetensi meliputi
a. Mampu melakukan investigasi dan pendekatan klinis secara ilmiah sesuai dengan
kebutuhan dan berhubungan dengan hasil pemeriksaan.
b. Mampu menerapkan prinsip ilmu biomedik, epidemiologi klinik, farmakologi
klinik, dan pulmonologi sosial secara ilmiah serta aplikasinya dalam pemeriksaan
maupun terapi.
c. Mampu menganalisis hasil pemeriksaan klinis dan penunjang medis di bidang
pulmonologi dan kedokteran respirasi.

1.6. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI LEVEL 8


Berdasarkan deskripsi jenjang kualifikasi KKNI yang dikutip dari buku panduan penyusunan
kurikulum pendidikan tinggi (KPT) 2012, jenjang kualifikasi program pendidikan dokter spesialis
pulmonologi dan kedokteran respirasi adalah 8 dengan deskripsi kemampuan sebagai berikut:
• Mampu 1) mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang
keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya
inovatif dan teruji
• Mampu 2) memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di bidang
keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner
• Mampu 3) mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
keilmuan, serta mampu 4) mendapat pengakuan nasional maupun internasional
Kata Kunci: 1) mengembangkan, 2) memecahkan permasalahan, 3) mengelola riset, dan
4) mendapat pengakuan.

26
Tabel 1.6.1 Hubungan Capaian Pembelajaran dengan Mata Ajar

Capaian pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang didistribusikan dalam setiap mata kuliah yaitu mata kuliah utama, mata
kuliah pendukung, dan mata kuliah penciri yang merupakan ciri khusus dari setiap program studi di institusi masing-masing.

Mata Kuliah Utama merupakan kelompok mata kuliah wajib, yang diampu oleh setiap divisi Program Studi yaitu divisi asma-PPOK,
intervensi dan gawat napas, onkologi toraks, infeksi dan paru kerja. Mata kuliah pendukung merupakan sekelompok mata kuliah yang
diampu oleh departemen/program studi di luar program studi pulmonologi dan kedokteran respirasi, ditujukan untuk mendukung
kompetensi utama, dan dilaksanakan dengan atau tanpa mengikuti ‘stase’ di prodi terkait. Mata kuliah penciri merupakan mata kuliah
yang khusus atau spesifik tiap program studi.

Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas

1. SIKAP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;
b. menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dalam menjalankan
tugas berdasarkan agama,moral dan
etika;

27
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas
c. berkontribusi dalam peningkatan
mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila;
d. berperan sebagai warga negara yang
bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa
tanggungjawab pada negara dan
bangsa;
e. menghargai keanekaragaman
budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau
temuan orisinal orang lain;
f. bekerja sama dan memiliki
kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan
lingkungan;
g. taat hukum dan disiplin dalam
kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;

28
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas
h. menginternalisasi nilai, norma, dan
etika akademik;
i. menunjukkan sikap
bertanggungjawab atas pekerjaan di
bidang keahliannya secara mandiri
j. menginternalisasi semangat
kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.

2. KETRAMPILAN UMUM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
a. Mampu bekerja di bidang penyakit
paru dan pernapasan untuk
permasalahan penyakit paru dan
pernapasan yang kompleks, serta
memiliki kompetensi sesuai standar
kompetensi dokter paru Indonesia
b. Mampu membuat keputusan yang
independen dalam menjalankan di
bidang penyakit paru dan pernapasan
berdasarkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, kreatif, berbasis bukti
(evidence-based) dan komprehensif

29
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas
c. Mampu mengkomunikasikan hasil
kajian yang bermanfaat bagi
pengembangan profesi paru dan
pernapasan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan etika profesi kepada
masyarakat umum melalui bentuk
media
d. Mampu melakukan evaluasi secara
kritis terhadap hasil kerja dan
keputusan yang dibuat dalam
melaksanakan pelayanan di bidang
paru dan pernapaan baik oleh
dirinya, sejawat atau sistem institusi
e. Mampu meningkatkan keahlian di
bidang paru dan pernapasan melalui
pelatihan dan pengalaman kerja
dengan mempertimbangkan
kemuktahiran bidang profesinya di
tingkat nasional, regional dan
internasional

30
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas
f. Mampu meningkatkan mutu sumber
daya bidang paru dan pernapasan
untuk pengembangan program
strategis organisasi
g. Mampu memimpin suatu tim kerja
untuk memecahkan masalah baik
pada bidang penyakit paru dan
pernapasan, maupun masalah yang
lebih luas dari bidang tersebut
h. Mampu bekerjasama dengan profesi
lain yang sebidang maupun yang
tidak sebidang dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan yang kompleks
yang terkait dengan bidang penyakit
paru dan pernapasan
i. Mampu mengembangkan dan
memelihara jaringan kerja dengan
masyarakat profesi terkait dengan
permasalahan paru dan pernapasan
j. Mampu bertanggungjawab atas
pekerjaan dibidang paru dan

31
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas
pernapasan sesuai dengan kode etik
profesinya
k. Mampu meningkatkan kapasitas
pembelajaran di bidang paru dan
pernpasan secara mandiri
l. Mampu berkontribusi dalam
evaluasi atau pengembangan
kebijakan mutu pendidikan profesi
atau pengembangan kebijakan
nasional pada bidang paru dan
pernapasan
m. Mampu mendokumentasikan,
menyimpan dan mengaudit,
mengamankan dan menemukan
kembali data dan informasi untuk
keperluan pengembangan pelayanan
di bidang paru dan pernapasan
3. KETRAMPILAN KHUSUS
a. Profesionalism (profesionalisme) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
b. Interpersonal & communication
skill (keterampilan hubungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
interpersonal dan komunikasi)

32
Mata Kuliah
Penciri
(sesuai
masing
Utama Pendukung
-

Lainnya
masing
Capaian Pembelajaran
prodi)

Mikrobiologi
Asma-PPOK

Intervensi &

Rehabilitasi
Reanuimasi
Paru Kerja

Ilmu dasar

Kardiologi

Anestesi &
& terapan
Imunologi

Radiologi
Onkologi

Anatomi
Pediatri

Patologi
Interna
Toraks
Infeksi

Medik
Gawat

BTKV
Napas
c. Medical procedural skill
√ √ √ √ √ √ √
(keterampilan prosedur medis)
d. Practice-based learning &
improvement (pembelajaran dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pengembangan berbasis praktik)
e. Patient care (pelayanan medis √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien)
f. System-based practice (praktik √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berbasis sistem)
g. Teaching (Pengajaran dan √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pembelajaran)
h. Riset dan Teknologi Informasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. PENGETAHUAN √
Medical knowledge (pengetahuan √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
medis)

Catatan: 1. Kolom mata kuliah, cukup diberi tanda centang (√) saja.
2. Dibuat untuk masing-masing semester

33
Tabel 1.6.2. Materi Kajian dan Pokok Bahasan

Tingkat kompetensi disusun berdasarkan pada Standar Nasional Dokter Indonesia dengan modifikasi yang sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai oleh lulusan Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.

Tingkat Kompetensi Definisi


Tingkat kemampuan 1: • Mampu menjelaskan, menganalisis, merumuskan dan mengevaluasi penyakit, gambaran klinik
Mengenali dan penyakit, dan tatalaksananya, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan
Menjelaskan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling
tepat bagi pasien.
Tingkat kemampuan 2: • Mampu membuat diagnosis klinis (diagnosis kerja) terhadap penyakit tersebut dan
Mendiagnosis dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
merujuk • Dokter spesialis paru juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
Tingkat kemampuan 3: 3A. Bukan gawat darurat
• Mampu membuat diagnosis klinis dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang
Mendiagnosis, bukan gawat darurat
melakukan • Mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
penatalaksanaan awal • Mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
dan merujuk 3B. Gawat Darurat
• Mampu membuat diagnosis klinis dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat
darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada
pasien.
• Mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya

34
• Mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
Tingkat kemampuan • Mampu membuat diagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara
4A: mandiri dan tuntas maupun rawat bersama.
Mendiagnosis,
melakukan
penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Tingkat Kemampuan Kemahiran yang diperoleh setelah mendapatkan pelatihan yang tersertifikasi oleh kolegium.
4B (Mastery)

Tabel 1.6.3 Tingkat kompetensi pencapaian peserta didik saat lulus

Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

1 Mata Asma PPOK Penyakit Saluran


Kuliah Napas (Airway
Utama Diseases)
Asthma COPD Overlap 4A
Obstruksi Saluran Napas 4A
Bronkiektasis 4A
Small Airway Disease 4A
Sindrom obstruksi pasca TB 4A
Sleep-related Breathing Disorder 4A
Bronkiolitis 4A

35
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Asma
Asma Stabil 4A
Asma Eksaserbasi 4A
Uji Kortikosteroid 4A
PPOK
PPOK Stabil 4A
PPOK Eksaserbasi 4A
Cor Pulmonale 4A
Hipertensi Pulmoner 4A
Uji Faal Paru
APE 4A
Spirometri 4A
Uji Bronkodilator 4A
Oksimetri dan Kapnografi 4A
Step Test 4A
6 Minute Walking Test 4A
Uji Latih Jantung Paru 4A
Kapasitas Difusi/DLCO 4A
Pemeriksaan Volume Statik dan 4A
Dinamik Paru
Uji Provokasi Bronkus 4A
Body Pletysmography 3A
Terapi Inhalasi 4A

36
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Polysomnography dan Sleep Study 3A


Perasat Batuk 4A
NOX Analysis Test 4A
Exhaled Breath Condensate 3A
Skintigrafi Ventilasi 3A
Skintigrafi Perfusi 3A
Kebugaran Paru 4A

2 Mata Infeksi
Kuliah Infeksi non
Utama Tuberkulosis
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 4A
CAP 4A
HAP dan VAP 4A
Pneumonia Atipik 4A
Pneumonia Imunokompromais 4A
Pneumonia Viral 4A
Pneumonia Viral Berat (Avian 4A
Influenza, Swine Flu, MERS CoV,
SARS)
Abses paru 4A
Mikosis / Penyakit Jamur Paru 4A
Penyakit Parasit di Paru 4A
MOTT 4A

37
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

HIV dan Infeksi Oportunistik 4A


Trakeitis 4A
Bronkhitis 4A
Bronkiolitis 4A
Bronkiektasis terinfeksi 4A
Mediastinitis 4A
Empyema 4A
Parapneumonia 4A
Tuberkulosis
TB ekstra paru 4A
TB Sensitive Obat dengan atau tanpa 4A
Komorbid
TB Mono, Poliresisten dengan atau 4A
tanpa Komorbid
TB MDR, Pre XDR, XDR dengan 4A
atau tanpa Komorbid
Tatalaksana Efek Samping 4A
Pengobatan TB
Pleuritis TB 4A
Empiema 4A
Chylothorax 4A
Diagnostik
Kultur dan Uji Resistensi kuman 4A
Interpretasi Pengecatan Gram 4A

38
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Interpretasi Pengecatan BTA 4A


Interpretasi Tes Cepat Molekuler 4A
Uji

3 Mata Onkologi Onkologi Dasar 4A


Kuliah Toraks
Utama
Tumor Rongga
Toraks
Nodul Paru Soliter 4A
Tumor Paru Jinak 4A
Tumor Paru Ganas (Kanker Paru 4A
Primer)
Kanker Paru Sekunder 4A
Tumor Mediastinum 4A
Tumor Pleura Jinak 4A
Keganasan Pleura 4A
Tumor Dinding Dada 4A
Tindakan
Kemoterapi &
Radioterapi
Kemoterapi Sistemik 4A
Kemoterapi Intrapleura 4A
Targeted Terapi 4A
Imunoterapi 4A

39
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Radioterapi 2
Penatalaksanaan Efek Samping 4A
Kemoterapi
Penatalaksanaan efek samping 4A
radioterapi
Kegawatan pada Kanker Paru 4A
(VCSS, Tumor Lisis Sindrom,
Kompresi Spinalcord.
Transfusi Darah 4A
4 Mata Intervensi & Penyakit Kritis
Kuliah Gawat Napas Respirasi
Utama (Respiratory
Critical Care) Perawatan pasca trakeostomi 4A
Gagal napas 4A
ARDS 4A
Hemoptisis 4A
Edema Paru Non Kardiogenik 4A
Emboli Paru 4A
Pneumotoraks 4A
Pneumotoraks Anak 4A
Pneumomediastinum 4A
Efusi Pleura 4A
Hematotoraks 4A
Drowning 4A
Trauma Inhalasi 4A

40
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Contusio Paru 4A
Aspirasi 4A
Aspirasi Benda Asing 4A
Chylothorax 4A
Obstruksi Jalan Napas 4A
Sepsis Dan Syok Septik 4A
Koagulopati 4A
DVT 3B
Tindakan Paru
Terapi Oksigen 4A
Ventilasi Non invasif 4A

Ventilasi Mekanis Invasif 4A

Prinsip-Prinsip Pembedahan 4A
Tindakan Intervensi Paru 4A
Torasentesis (Punksi Pleura dengan 4A
Mini, Pig-Tail, Seldinger)
Torakostomi (Pemasangan Toraks 4A
Drain)
Indwelling Cathether 4A
Spoeling Rongga Pleura 4A
Pleurodesis 4A
Biopsi Pleura 4A

41
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Transthoracal Needle Aspiration 4A


(TTNA/TTB)
Blind 4A
Fluoroscopy 4A
CT-guided 4A
USG-guided 4A
BJH Kelenjar Getah Bening 4A
Core Biopsy 4A
Biopsy Daniel 4A
Pleuroscopy (Torakoskopi Medik) 4A
EBUS Bronkoskopi 4A
Bronkoskopi 4A
Bronkial Toilet 4A
Uji Metilen Biru 4A
Bronkoskopi 4A
Perioperatif
Injeksi Intrabronkus 4A
Bilasan Bronkus 4A
Sikatan Bronkus 4A
Biopsi Forseps 4A
Biopsi Aspirasi Jarum 4A
Kurasan 4A
Bronkoalveolar (BAL)
TBNA 4A

42
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

TBLB 4A
Autofluoresens 4A
Bronkoskopi
Elektrokauter 4A
Bronkoskopi Laser 4A
Intubasi Trakea 4A
Pemasangan Stent 4A
LVRS by 4A
Bronchoscopy
Mediastinoskopi 3A
Aspirasi benda Asing 4A
Pemasangan Balon 3A
Fogarty
Cryotherapy 4A
Laser 4A
Bronkoskopi Navigasi 4A
Trakeostomi (PDT) 3A
Pemasangan CVC 3A
5 Mata Imunologi Imunologi dasar
Kuliah penyakit paru
Utama
Imunologi Infeksi 4
Imunologi Tumor 4
Imunologi Asma PPOK 4

43
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Imunologi Gawat Napas 4


Imunologi Paru Kerja 4
Stem Cells 2
Penyakit Paru
Interstisial
Penyakit Paru Interstisial 4
Idiopathic Pulmonary Fibrosis 4
Non Specific Interstitial Pneumonia 4
Acute Interstitial Pneumonia 4
Penyakit Paru Granulomatosis 4
Cryptogenic Organizing Pneumonia 4
Pneumonia Obliterans 4
Pneumonia Hipersensitif 4
Collagen Vascular Disease 4
Pulmonary Alveolar Proteinosis 4
Cystic Fibrosis 4
Pulmonary Langerhans Cell 4
Histiocytosis 4
Lymphangioleiomyomatosis 4
Penyakit Paru Langka (Rare Lung 4
Disease)
Diffuse Panbronchiolitis 4
Pneumonitis Akibat Yang Diketahui 4
(Obat, Radiasi, Kemoterapi)

44
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Tindakan
Uji imulonogi
Uji Tuberkulin 4A
Uji Alergi 3
Vaksinasi 4A

6 Mata Paru Kerja Penyakit Paru


Kuliah Akibat Kerja dan
Utama Lingkungan
Penyakit Paru Akibat Polusi Udara 4A
Asma Akibat Kerja 4A
Pneumonia Hipersensitif 4A
Bronkitis Industry 4A
Indoor dan Outdoor Pollution 4A
Penyakit Paru pada Ketinggian (High 4A
Altitude)
Penyakit Paru pada Kedalaman 4A
(Diving
Terapi Hiperbarik 2
Pneumokoniosis 4A
APD 4A
Masalah Merokok dan Nicotine 4A
Withdrawal Syndrome/ Program
berhenti merokk

45
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

7 Mata Ilmu Dasar dan Modul ilmu dasar


Kuliah Terapan Paru
Pendukun
g
Embriologi Paru 4A
Anatomi Paru 4A
Fisiologi Paru 4A
Biologi Molekuler dan Genetik 4A
Mikrobiologi, Mikologi dan Virologi 4A
Parasitologi 4A
Farmakologi Dasar 4A
Anestesi dan Analgesi 4A
Keseimbangan Asam Basa 4A
Nutrisi 4A
Patologi Anatomik 4A
Transfusi Darah 4A

8 Penyakit Paru
Kongenital
Penyakit Paru Kongenital 4A
Sekuester Paru 4A
Atelektasis Kongenital 4A
Pulmonary Congenital Rare Disease 4A
Sindrom Kartagener 4A

46
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Polycystic Lung Disease 4A


Hernia Diafragma 3A

9 Penyakit Vaskuler
paru
Penyakit Tromboemboli Kronik 4A
Penyakit Veno Oklusif Pulmoner 2
Malformasi Arterio Venosa Pulmoner 2

10 Asuhan Paliatif
Asuhan Respirasi di Rumah 4A
Pendekatan Nyeri 4A
End-Life Care 4A

11 Penyakit Penyakit Dalam


Dalam (terkait paru)
Gastroenterologi dan Hepatologi 4A
Hematologi 4A
Metabolik dan Endokrin 4A
Nefrologi 4A
12 Radiologi Radiologi Toraks
Pembacaan Foto Polos Dada 4A
Pembacaan CT Scan Toraks 4A

47
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

Pembacaan Perkembangan Radiologi 2


Mutakhir
Melakukan dan Pembacaan USG 4A
Toraks
Fluoroskopi 2
13 Kardiologi Jantung dan Gagal Jantung Kronik 3A
Pembuluh Darah Kor Pulmonale 3A
(terkait paru) Edema Paru Kardiogenik 3B
Sindroma Koroner Akut 3B
14 Pediatri Paru Anak TB Anak 4A
Asma Anak 4A
15 Intensive Care Intensive Care Respiratory Care 4A
Terapi cairan dan asam basa 4A
16 BTKV BTKV Persiapan Pra dan Pascabedah Toraks 4A
Indikasi dan kontraindikasi bedah
pada bidang respirasi
17 Rehabilitasi Rehabilitasi Paru Fisioterapi Dada 4A
Medik Postural Drainage 4A
Patologi Sample handling 4A
Anatomi Interpretasi Hasil Pemeriksaan 4A
Hapusan BTA
Mikrobiologi Interpretasi Hasil Pemeriksaan 4A
Hapusan Gram
Interpretasi Hasil Kultur MTB 4A
Interpretasi Hasil Kultur Aerob 4A

48
Tingkat
No Jenis Mata Ajar Modul Bahan Kajian (Kompetensi) Sub-Pokok Bahasan
Kompetensi

18 Mata Etika Profesi Profesionalisme,


kuliah etika, komunikasi
Penciri efektif Profesionalisme 4A
Komunikasi Efektif 4A
Etika 4A
Humaniora 4A
Kesejawatan 4A
Keselamatan Pasien 4A

19 Riset Riset dan


Teknologi
Informasi
Filsafat Ilmu 4A
Metodologi Penelitian 4A
Statistik 4A
EBM 4A
Proposal Penelitian 4A
Tesis 4A
Penulisan Ilmiah 4A
Presentasi Ilmiah 4A

49
1.7.ANALISIS KOMPETENSI

Capaian pembelajaran terbagi dalam tahapan pendidikan dengan tujuan akhir tercapainya seluruh kompetensi.
Tahapan pendidikan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dilaksanakan dalam waktu
8 (delapan ) semester, terbagi dalam 3 (tiga tahap) yaitu tahap-1, tahap-2 dan tahap-3. Analisis kompetensi peserta didik spesialis-
1 program studi pulmonologi dan kedokteran respirasi dijelaskan dalam bagan 1.

50
Bagan 1. Analisis Kompetensi
SPESIALIS PARU DAN PERNAPASAN

Ujian Nasional Spesialis Paru dan Pernapasan

Ujian Akhir Lokal

Ujian Penelitian

Mampu memimpin suatu tim kerja untuk Mampu melakukan Mampu melakukan
memecahkan masalah baik pada bidang penatalaksanaan prosedur tindakan

Tahap 3
penyakit paru dan pernapasan maupun penyakit paru secara terkait penyakit paru
masalah yang lebih luas dari bidang paripurna dengan secara paripurna dengan
tersebut. oversight supervision. oversight supervision.

Mampu memecahkan permasalahan sains Mampu melakukan penatalaksanaan penyakit


teknologi dan atau seni di dalam bidang ilmu paru dengan tingkat kompetensi 4 dengan
penyakit paru serta praktek profesionalnya komplikasi dan penyulit dengan indirect
melalui pendekatan inter atau multidisipliner

Tahap 2
supervision
Mampu melakukan prosedur tindakan Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat
terkait penyakit paru dengan benar di bagi masyarakat dan keilmuannya serta mampu mendapatkan
bawah indirect supervision. pengakuan nasional maupun internasional.

Ujian Tahap 1

Mampu memahami dan menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggungjawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan professional serta melakukan
pembelajaran sepanjang hayat.

Mampu menjelaskan proses pembelajaran klinis multidisiplin dengan Mampu mengembangkan


benar, filsafat ilmu dengan benar, metodologi riset dan statistik dengan pengetahuan, teknologi
benar, epidemiologi klinik dengan benar, biologi molekuler dengan dan/atau seni dalam bidang
benar dan imunologi dengan benar. ilmu penyakit paru dan praktek
Tahap 1

.professionalnya hingga
Mampu melakukan Mampu menjelaskan teori dasar Mampu melakukan
komunikasi efektif, penyakit paru dengan benar dan penatalaksanaan penyakit paru
menyampaikan menerapkannya dalam dengan tingkat kompetensi 4 tanpa
informasi dan edukasi penatalaksanaan penyakit komplikasi dan penyulit dengan
terkait penyakit. (termasuk clinical reasoning). direct supervision.

Mampu melakukan prosedur Mampu mendokumentasikan, menyimpan dan


tindakan terkait penyakit paru mengaudit, mengamankan dan menemukan kembali
dengan benar di bawah direct data dan informasi untuk keperluan pengembangan
supervision. pelayanan di bidang paru dan pernapasan.

51
BAB 2
STRUKTUR KURIKULUM DAN BEBAN STUDI

2.1. STRUKTUR KURIKULUM

Struktur kurikulum Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi mengikuti


peraturan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No 44 tahun 2015
mengenai pendidikan dokter spesialis-1. Minimal jumlah SKS yang disyaratkan oleh
Kemristekdikti untuk pendidikan dokter spesialis-1 adalah 36 sks dalam 4 semester atau
72 sks selama masa studi.

Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi menetapkan beban SKS Program


Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi adalah 72 – 192. Berdasarkan syarat dari
kolegium ini, masing-masing program studi berhak menentukan jumlah beban SKS
yang akan dipakai di masing-masing program studi. Program studi juga dapat 80%
wajib, 20% lokal

Tabel 2.1.1 Struktur Kurikulum Program Studi Pulmonologi dan


Kedokteran Respirasi

Mata Ajar: Perkuliahan Beban


No. Studi
Kode Nama
(sks)
(1) (2) (3) (4)
Tahap 1 (2-3 semester) Minimal
18-27
Maksimal
48-72
1
2
3
Sub Jumlah Beban Studi Tahap 1
Tahap 2 (2-3 semester) Minimal
18-27
Maksimal
48-72

Sub Jumlah Beban Studi Tahap 2


Tahap 3 (2-3 semester) Minimal
18-27
Maksimal
48-72

52
Sub Jumlah Beban Studi Tahap 3
Jumlah Beban Studi Prodi 72-192

2.2 PERSENTASE BEBAN STUDI

Beban studi yang ditetapkan (SKS) adalah berkisar antara 72-192 SKS. Program studi
dapat menetapkan sendiri beban studi (SKS) untuk masing-masing program studi.
Pembagian persentase beban studi per kegiatan pembelajaran juga dapat ditentunkan
oleh masing-masing program studi disesuaikan dengan kondisi dari program studi
masing-masing. Jumlah beban studi (SKS) per mata ajar ditetapkan dalam rentang SKS
(tabel 2.2.2). Program studi juga dapat menentukan beban studi (SKS) per mata ajar di
masing-masing program studi.

Tabel 2.2.1 Persentase Beban Studi (SKS) pada Kegiatan Pembelajaran

N Beban studi (sks) pada kompetensi Jumlah


Semester
o Kuliah Tutorial Praktikum sks
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
72-192
Jumlah

53
Tabel 2.2.2 Jumlah Beban Studi (SKS) untuk masing-masing mata ajar

No. Mata ajar Jumlah SKS


1 Asma – PPOK 9 -14
2 Infeksi 12-18
3 Onkologi Toraks 12-15
4 Intervensi dan Gawat 15-18
Napas
5 Imunologi 4-6
6 Paru Kerja & 3-9
Lingkungan dan
Pulmonologi sosial
7 Ilmu dasar dan terapan 4-6
paru
8 Penyakit dalam 1-8
9 Jantung 1-3
10 Radiologi Toraks 1-2
11 Pediatri (Pulmonologi 1-3
Anak)
12 Anestesi 1-3
13 BTKV 1-2
14 Rehab Medik 1-2
15 Patologi Anatomi 1
16 Mikrobiologi 1-2
17 Patologi Klinik 1
18 Riset 7-11
TOTAL 79-124

54
BAB 3
ISI KURIKULUM, DESKRIPSI MATA AJAR

Tabel 3.1. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Asma – PPOK

1 Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Asma - PPOK


2 Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)
3 Beban Studi : minimal 9 SKS
4 Semester/Tahap : Tahap I, II dan III
5 Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)
6 Capaian Pembelajaran yang : Setelah melewati mata kuliah ini,
dibebankan pada mata kuliah ini peserta didik mampu menatalaksanan
airway diseases, asma, PPOK serta
mampu melakukan dan
menginterpretasi uji faal paru (lihat
modul pada tabel bahan kajian)
7 Deskripsi Mata Ajaran/Silabus : Mata ajar ini membahas tentang
ACO, Obstruksi Saluran Napas,
Bronkiektasis, Small Airway Disease,
SOPT, Sleep-related Breathing
Disorder, Bronkiolitis, Asma Stabil,
Asma Eksaserbasi, Uji Kortikosteroid,
PPOK Stabil, PPOK Eksaserbasi, Cor
Pulmonale, Hipertensi Pulmoner, APE,
Spirometri, Uji Bronkodilator,
Oksimetri dan Kapnografi, Step Test, 6
Minute WT, Uji Latih Jantung Paru,
Kapasitas Difusi, Pemeriksaan Volume
Statik dan Dinamik Paru, Uji
Provokasi Bronkus, Body
Pletysmography, NOX Analysis Test,
Exhaled Breath Condensate,
Skintigrafi Ventilasi, Skintigrafi
Perfusi, Kebugaran Paru, Terapi
Inhalasi, Polysomnography dan Sleep
Study, Perasat Batuk
8 Atribut Soft Skills : Etika, professionalism, komunikasi
skill, empati, dll
9 Metode Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)
10 Media Pembelajaran : LCD, textbook, buku ajar, alat
spirometry, body plethysmograph,
peak flow meter, astograph, dll
11 Penilaian Hasil Belajar : pengetahuan, psikomotor, sikap
12 Dosen PJMK:
Anggota:
13. Referensi Wajib : GINA, GOLD, Murray and Nadel,
(harus ada di perpustakaan Fishman, PDPI Asma, PDPI PPOK
atau web.)

55
Tabel 3.2. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Intervensi & Gawat
Napas

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Intervensi & Gawat Napas


2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)
3. Beban Studi : minimal 15 SKS
4. Semester/Tahap : Tahap I, II dan III
5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)
6. Capaian Pembelajaran yang : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta
dibebankan pada mata kuliah didik mampu menatalaksanan kasus-kasus
ini intervensi dan gawat napas antara lain
penyakit kritis respirasi (Respiratory
Critical Care), dan tindakan-tindakan Paru
(lihat modul pada tabel bahan kajian)

7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus : Mata ajar ini membahas tentang Gagal


napas, ARDS, Hemoptisis, Edema Paru,
Emboli Paru, Pneumotoraks,
Pneumotoraks Anak, Pneumomediastinum,
Efusi Pleura, Hematotoraks, Drowning,
Trauma Inhalasi, Contusio Paru, Aspirasi,
Aspirasi Benda Asing, Chylothorax,
Obstruksi Jalan Napas, Sepsis Dan Syok
Septik, Koagulopati, DVT, Terapi Oksigen,
Ventilasi Mekanis (Invasif dan Non
Invasif), Prinsip-Prinsip Pembedahan,
Tindakan Intervensi Paru, Torasentesis
(Punksi Pleura dengan Mini, Pig-Tail,
Seldinger), Torakostomi (Pemasangan
Toraks Drain), Indwelling Cathether,
Spoeling Rongga Pleura, Pleurodesis,
Biopsi Pleura, Transthoracal Needle
Aspiration (TTNA/TTB) (Blind,
Fluoroscopy, CT-guided, USG-guided),
BJH Kelenjar Getah Bening, Core Biopsy,
Biopsy Daniel, Pleuroscopy (Torakoskopi
Medik), EBUS Bronkoskopi, Bronkoskopi
(Bronkial Toilet, Uji Metilen Biru,
Bronkoskopi Perioperatif, Injeksi
Intrabronkus, Bilasan Bronkus, Sikatan
Bronkus, Biopsi Forseps, Biopsi Aspirasi
Jarum, Kurasan Bronkoalveolar (BAL),
TBNA, TBLB, Autofluoresens
Bronkoskopi, Elektrokauter, Bronkoskopi
Laser, Intubasi Trakea, Pemasangan Stent,
LVRS by Bronchoscopy, Mediastinoskopi,
Aspirasi benda Asing, Pemasangan Balon
Fogarty, Cryotherapy, Laser, Bronkoskopi

56
8. Atribut Soft Skills Navigasi), Trakeostomi (PDT),
Pemasangan CVC
9. Metode Pembelajaran : Etika, professionalism, komunikasi skill,
empati, dll
10. Media Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)
: LCD, textbook, buku ajar, alat
bronchoscopy, ventilator invasive dan non
11. Penilaian Hasil Belajar invasive, thoraks cateter set, manekin
12. Dosen dll………..
: pengetahuan, psikomotor, sikap
13. Referensi Wajib : PJMK:
(harus ada di perpustakaan atau Anggota:
web.) : Murray and Nadel, Fishman

57
Tabel 3.3. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Imunologi

1 Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Imunologi


2 Kode Mata Ajar/Mata Kuliah : (disesuaikan dengan universitas)
3 Beban Studi : minimal 4 sks
4 Semester/Tahap : Tahap I, II dan III
5 Prasyarat : Lulus MKDU dan mengikuti Pradik
6 Capaian Pembelajaran yang dibebankan :
pada mata kuliah ini • Peserta didik mampu memahami
imunologi dasar penyakit paru sebagai
dasar dalam menatalaksana penyakit
paru,
• Peserta didik mampu menatalaksanan
penyakit Paru Interstisial
• Peserta didik mampu melakukan dan
menginterpretasi hasi uji alergi
• Peserta didik mampu melakukan dan
menginterpretasi hasi uji tuberkulin

: Mata ajar ini membahas tentang Imunologi


7 Deskripsi Mata Ajaran/Silabus Infeksi, Imunologi Tumor, Imunologi Asma
PPOK, Imunologi Gawat Napas, Imunologi
Paru Kerja, Stem Cell, Penyakit Paru
Interstisial,Idiopathic Pulmonary Fibrosis, Non
Specific Interstitial Pneumonia, Acute
Interstitial Pneumonia, Penyakit Paru
Granulomatosis, Cryptogenic Organizing
Pneumonia, Pneumonia Obliterans,
Pneumonia Hipersensitif, Collagen Vascular
Disease, Pulmonary Alveolar Proteinosis,
Cystic Fibrosis, Pulmonary Langerhans Cell,
Histiocytosis, Lymphangioleiomyomatosis,
Penyakit Paru Langka (Rare Lung Disease),
Diffuse Panbronchiolitis, Pneumonitis Akibat
Yang Diketahui (Obat, Radiasi, Kemoterapi),
Uji Tuberkulin, Uji Alergi, Vaksinasi
: Etika, professionalism, komunikasi skill,
8 Atribut Soft Skills empati

: Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas


9 Metode Pembelajaran terstruktur, pelayanan medis pasien (Patient
care)

: LCD, textbook, buku ajar, video, alat peraga,


10 Media Pembelajaran alat dan ekstrak allergen umtuk uji alergi, alat
dan reagen PPD 5 TU untuk uji tuberculin

11 Penilaian Hasil Belajar : pengetahuan, psikomotor, sikap


12 Dosen : PJMK:

58
Anggota
13. Referensi Wajib
(harus ada di perpustakaan atau web.) • Fishman’s Manuel of Pulmonary
Diseases and Disorders, 5 th Ed.,
McGraw-Hill
• Murray & Nadel’s Text Book of
Respiratory Medicine, 6 th Ed.,
Saunders, Elsevier
• Abbas A.K., Lichtman A.H., 2015,
Cellular and Molecular Immunology, 8
th Ed., WB Saunders Co., Philadelphia
• Kenneth Murphy, 2012. Janeway's
immunobiology, 8th, Garland Science,
Taylor & Francis Group, New York,

59
Tabel 3.4. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Penyakit Dalam

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Penyakit Dalam


2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah : (disesuaikan dengan universitas)
3. Beban Studi : minimal 1 SKS
4. Semester/Tahap : Tahap II
5. Prasyarat : Menyelesaikan tugas ilmiah dan ujian tahap I
6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta didik
pada mata kuliah ini mampu menatalaksana kasus Penyakit Dalam
terkait paru

7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus : Mata ajar ini membahas tentang


Gastroenterologi dan Hepatologi, Hematologi,
Metabolik dan Endokrin, Nefrologi
8. Atribut Soft Skills : Etika, professionalism, komunikasi skill,
empati,
9. Metode Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, pelayanan medis pasien (Patient
care)

10. Media Pembelajaran : LCD, textbook, buku ajar


: pengetahuan, psikomotor, sikap
11. Penilaian Hasil Belajar : PJMK:
12. Dosen Anggota:

13. Referensi Wajib • Fishman’s Manuel of Pulmonary


(harus ada di perpustakaan atau web.) Diseases and Disorders, 5 th Ed.,
McGraw-Hill
• Murray & Nadel’s Text Book of
Respiratory Medicine, 6 th Ed.,
Saunders, Elsevier

60
Tabel 3.5. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Penyakit Vaskuler Paru

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Penyakit Vaskuler Paru

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)


3. Beban Studi : sks
4. Semester/Tahap : Tahap I, II dan III
5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)
6. Capaian Pembelajaran yang : Setelah melewati mata kuliah ini,
dibebankan pada mata kuliah peserta didik mampu
ini menatalaksanan Penyakit
Vaskuler Paru (lihat modul pada
tabel bahan kajian)
7. Deskripsi Mata : Mata ajar ini membahas tentang
Ajaran/Silabus Penyakit Tromboemboli Kronik,
Penyakit Veno Oklusif Pulmoner,
Malformasi Arterio Venosa
Pulmoner (lihat bahan kajian,
8. Atribut Soft Skills ditulis lengkap)
: Etika, professionalism,
9. Metode Pembelajaran komunikasi skill, empati, dll
: Kuliah, praktikum, baca jurnal,
10. Media Pembelajaran tugas terstruktur, dll (sesuai prodi)
: LCD, textbook, buku ajar, alat
11. Penilaian Hasil Belajar peraga, video, dll………..
: Pengetahuan, psikomotor, sikap
12. Dosen PJMK:
Anggota:
13. Referensi Wajib : Murray and Nadel, Fishman
(harus ada di perpustakaan
atau web.)

61
Tabel 3.6. Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah Radiologi

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Radiologi

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)


3. Beban Studi : minimal 1 SKS
4. Semester/Tahap : Tahap I, II dan III
5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)
6. Capaian Pembelajaran yang : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta
dibebankan pada mata kuliah didik mampu melakukan interpretasi dan
ini pemeriksaan penunjang Radiologi Toraks
(lihat modul pada tabel bahan kajian)

7. Deskripsi Mata : Mata ajar ini membahas tentang pembacaan


Ajaran/Silabus foto polos dada, pembacaan CT Scan toraks,
pembacaan perkembangan radiologi mutakhir,
melakukan dan pembacaan USG toraks,
fluoroskopi (lihat bahan kajian, ditulis
lengkap)
8. Atribut Soft Skills : Etika, professionalism, komunikasi skill,
empati, dll
9. Metode Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)
10. Media Pembelajaran : LCD, textbook, buku ajar, video, alat USG,
dll
11. Penilaian Hasil Belajar : pengetahuan, psikomotor, sikap

:PJMK: ........................................
12. Dosen Anggota ......................................

: Murray and Nadel, Fishman


13. Referensi Wajib
(harus ada di perpustakaan
atau web.)

62
Tabel 3.7. Deskripsi Mata Ajar Penyakit Paru Kongenital
1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Penyakit Paru Kongenital

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah : (disesuaikan dengan universitas)


3. Beban Studi : (disesuaikan dengan universitas)
4. Semester/Tahap : Tahap I, II dan III
5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)
telah lulus MKDU
telah mengikuti PRADIK

6. Capaian Pembelajaran yang : setelah melewati mata kuliah ini,


dibebankan pada mata kuliah peserta didik mampu
ini menatalaksana berbagai penyakit
paru kongenital, sekuester paru,
atelektasis kongenital, pulmonary
congenital rare disease, sindrom
kartagener, polycystic lung
disease, hernia diafragma
7. Deskripsi Mata : mata ajar ini membahas tentang
Ajaran/Silabus penyakit paru kongenital,
sekuester paru, atelektasis
kongenital, pulmonary congenital
rare disease, sindrom kartagener,
polycystic lung disease, hernia
diafragma

8. Atribut Soft Skills :etika, professionalism,


komunikasi, skill, empati

9. Metode Pembelajaran : kuliah, laporan kasus (jika ada) ,


baca jurnal, tugas terstruktur
(tinjauan kepustakaan), text book
reading

10. Media Pembelajaran : LCD, textbook, buku ajar,


bronkoskopi, chest imaging: foto
toraks, CT scan toraks

11. Penilaian Hasil Belajar : pengetahuan, psikomotor, sikap

12. Dosen : PJMK:


Anggota:

13. Referensi Wajib : Text book of Respiratory


(harus ada di perpustakaan atau Medicine Murray and Nadel,
web.) Fishman’s Pulmonary Diseases
and disorders, Felson’s Principles
of Chest Roentgenology,
Pulmonary circulation: Disease
and their treatment

63
Tabel 3.8. Deskripsi Mata Ajar Paru Kerja

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Paru Kerja

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)

3. Beban Studi : minimal 3 SKS

4. Semester/Tahap : Tahap II dan III

: (disesuaikan dengan prodi)


5. Prasyarat
: Setelah melewati mata kuliah ini, peserta
6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan
didik mampu mengidentifikasi dan
pada mata kuliah ini
menatalaksana penyakit paru yang
berhubungan pekerjaan serta mampu
melakukan pencegahan terhadap penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan. (lihat
modul pada tabel bahan kajian)

7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus


Mata ajar ini membahas tentang: dasar-dasar
penyakit paru akibat kerja dan lingkungan,
Asma Kerja, TB Paru di tempat kerja
(penilaian kecacatan dan penentuan
kesempatan kerja), Pneumoconiosis, Indoor
dan outdoor air pollution, trauma inhalasi,
karsinogen paru di tempat kerja, smoking
cessation, pencegahan penyakit paru akibat
kerja, dissability dan impairment, pembacaan
foto toraks ILO

8. Atribut Soft Skills : Etika, professionalisme, komunikasi skill,


empati, dll
9. Metode Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)
10. Media Pembelajaran
: LCD, textbook, buku ajar, foto standar ILO
dll
11. Penilaian Hasil Belajar
: pengetahuan, psikomotor, sikap
12. Dosen
: PJMK:

Anggota

64
13. Referensi Wajib • Occupational and environmental lung
disease
(harus ada di perpustakaan atau web.) • Air pollutants and the respiratory tract,
Asthma in the world place
• Occupational Health
• Guidelines for the use of the ILO
international classification of radiographs
of pneumoconiosis
• International Union Againts Tuberculosis
and Lung Disease.
• Smoking cessation and smoke
environment for tuberculosis patients.
• International classification of HRCT for
occupational and environmental
respiratory disease
• Bunga rampai penyakit Paru kerja dan
lingkungan
• Berhenti Merokok

65
Tabel 3.9. Deskripsi Mata Ajar Anestesia

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Anestesia

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)

3. Beban Studi : minimal 1 sks

4. Semester/Tahap : Tahap II

: (disesuaikan dengan prodi)


5. Prasyarat
: Setelah melewati mata kuliah ini, peserta
6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan
didik mampu menjelaskan persiapan anestesia
pada mata kuliah ini
sebelum tindakan bedah di bidang paru,
asuhan anestesia pasca tindakan bedah,
perawatan intensif pasien paru (lihat modul
pada tabel bahan kajian)

: Mata ajar ini membahas tentang


7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus
prosedur anestesia (persiapan dan asuhan pasca
tindakan) untuk tindakan di bidang paru,
perawatan intensif pasien paru dan bantuan
ventilasi mekanis, terapi cairan, resusitasi
jantung paru, penanganan sepsis, tindakan
intubasi dan pemasangan CVP

8. Atribut Soft Skills : Etika, professionalisme, skill, empati, dll

9. Metode Pembelajaran
: Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas
terstruktur, dll (sesuai prodi)

10. Media Pembelajaran


: LCD, textbook, buku ajar, ventilator, ruang
perawatan intensif dan ruang bedah umum

11. Penilaian Hasil Belajar : pengetahuan, psikomotor, sikap


12. Dosen
: PJMK

Anggota

66
13. Referensi Wajib :

(harus ada di perpustakaan atau web.)

67
Tabel 3.10. Deskripsi Mata Ajar Infeksi

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Infeksi

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)

3. Beban Studi : 12 SKS

4. Semester/Tahap : Tahap I/II/III

5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)

6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan pada : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta didik
mata kuliah ini mampu mengidentifikasi masalah medis,
menentukan pemeriksaan penunjang dan
menegakkan diagnosis serta menentukan terapi dan
pengelolaan komprehensif berdasarkan keadaan
pasien terkait penyakit infeksi paru. (lihat modul
pada tabel bahan kajian)

: Mata ajar ini membahas tentang TB paru, TB paru


7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus resisten obat, TB ekstra paru, Bronkiektasis,
Trakeitis, Bronkitis akut, Bronkitis kronik
eksaserbasi akut, Mikosis paru, Abses paru, Infeksi
Pernapasan karena virus (SARS, Avian influenza),
Empiema, HIV dan infeksi oportunistik, Infeksi
parasit, Mediastinitis, Bronkiolitis, Pneumonia
(CAP,HAP,VAP), Mycobacterium other than
tuberkulosis.

: Etika, professionalisme, kemampuan komunikasi,


8. Atribut Soft Skills empati, dll
9. Metode Pembelajaran : Kuliah, praktikum, baca jurnal, tugas terstruktur,
dll (sesuai prodi)
10. Media Pembelajaran
: LCD, textbook, buku ajar, praktik klinis, bedside
teaching
11. Penilaian Hasil Belajar
: pengetahuan, psikomotor, sikap
12. Dosen
: PJMK: ...............................................

Anggota .............................................

: Pedoman tuberkulosis PDPI, pedoman pneumonia


13. Referensi Wajib
komunitas PDPI, pedoman hospital acquired
(harus ada di perpustakaan atau web.) pneumonia PDPI, pedoman mikosis paru PDPI

68
Tabel 3.11. Deskripsi Mata Ajar Etika Profesi

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Etika Profesi

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)

3. Beban Studi : sks

4. Semester/Tahap : Tahap I

5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)

6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan pada : Setelah melewati mata kuliah ini peserta didik
mata kuliah ini memahami dan mempraktekkan etika profesi
kedokteran dalam praktik klinis. (lihat modul pada
tabel bahan kajian)

: Mata ajar ini membahas tentang etika profesi,


7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus aspek profesionalisme, kemanusiaan, moral, etika,
komunikasi efektif serta hukum-hukum yang
berlaku dalam praktik kedokteran

8. Atribut Soft Skills : Etika, professionalisme, komunikasi skill, empati,


dll

9. Metode Pembelajaran : Kuliah, diskusi, tugas terstruktur, dll (sesuai


prodi)

10. Media Pembelajaran : LCD, diskusi, textbook, roleplay, dll

11. Penilaian Hasil Belajar


: pengetahuan, psikomotor, sikap

12. Dosen : PJMK:

Anggota

:
13. Referensi Wajib

(harus ada di perpustakaan atau web.)

69
Tabel 3.12. Deskripsi Mata Ajar Riset

1. Nama Mata Ajar/Mata Kuliah : Riset

2. Kode Mata Ajar/Mata Kuliah (disesuaikan dengan universitas)

3. Beban Studi : minimal 7 SKS

4. Semester/Tahap : Tahap I/II/III

5. Prasyarat : (disesuaikan dengan prodi)

6. Capaian Pembelajaran yang dibebankan : Setelah melewati mata kuliah ini, peserta mampu
pada mata kuliah ini melakukan penelitian sampai menghasilkan karya
ilmiah

7. Deskripsi Mata Ajaran/Silabus (lihat modul pada tabel bahan kajian)

: Mata ajar ini membahas tentang introduksi


metodologi penelitian kedokteran, menentukan
tema penelitian, melakukan pengambilan data,
melakukan analisis data, menyusun laporan
penelitian, presentasi akhir laporan penelitian,
publikasi ilmiah

: Etika, professionalisme, komunikasi skill, empati,


8. Atribut Soft Skills dll

: Kuliah, praktikum, tugas terstruktur, dll (sesuai


9. Metode Pembelajaran prodi)

: LCD, textbook, buku ajar, komputer, dll


10.Media Pembelajaran

11.Penilaian Hasil Belajar : pengetahuan, psikomotor, sikap

12.Dosen : PJMK:

Anggota
13. Referensi Wajib
:
(harus ada di perpustakaan atau web.)

70
Tabel 3.13.Deskripsi Mata Ajar/ Mata Kuliah RehabilitasiParu

1 Nama Mata Ajar/Mata Kuliah :RehabilitasiParu


2 Kode Mata Ajar/Mata Kuliah
3 Beban Studi : minimal 1 SKS
4 Semester/Tahap : Tahap I, II, III
5 Prasyarat :
6 CapaianPembelajaran yang : Setelahmelewatimatakuliahini,
dibebankanpadamatakuliahini pesertadidikmampumenjelaskan dan
melakukan prosedur rehabilitasi paru pada
penyakit paru atau saluran napas tertentu.
(lihatmodulpadatabelbahankajian)
7 Deskripsi Mata Ajaran/Silabus : Mata ajar inimembahastentangindikasi dan
kontraindikasi rehabilitasi paru, tehnik
rehabilitasi paru yaitu pursed lip breathing,
pernapasan diafragma, batuk efektif atau force
expiratory technique (huffing), latihan
pengembangan paru (Chest Expansion
Exercise), Drainase postural, tapping,
clapping, vibrasi,

8 Atribut Soft Skills : Etika, professionalism, komunikasi skill,


empati, dll
9 MetodePembelajaran : Kuliah, praktikum, bacajurnal,
tugasterstruktur, dll (sesuaiprodi)
10 Media Pembelajaran : LCD, textbook, buku ajar

11 PenilaianHasilBelajar : pengetahuan, psikomotor, sikap


12 Dosen : PJMK:
Anggota
13. ReferensiWajib : 1. Casaburi R, ZuWallack R. Pulmonary
(harusada di perpustakaanatau web.) rehabilitation for management of chronic
obstructive pulmonary disease: clinical
therapeutics. 2009;360: 1329-1335.
2. American Thoracic Society. Pulmonary
rehabilitation [online]. May 1999. Available
from: http://ajrccm.atsjournal.org
3. Garrod R. The effectiveness of pulmonary
rehabilitation: evidence and implication for
physioterapist. March 2003. Available from:
http://www.csp.org.uk.
4. Pryor JA, Webber BA. Physiotherapy
Technique. In: Physiotherapy for Respiratory
and Cardiac Problems. 2nd. Edinburgh:
Churchill Livingstone; p. 137-203.

71
5. American Thoracic Society Documents.
American Thoracic Society/European
Respiratory Society Statment on Pulmonary
Rehabilitation [online]. 2006. Available from:
http://ajrccm.atsjournal.org.

72
BAB 4
STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran merupakan strategi yang disusun untuk menetapkan langkah-langkah proses
pengajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada strategi pembelajaran
terdapat serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi
pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara
spesifik. Strategi pembelajaran meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran.

4.1. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran dapat dipilih oleh pengelola program studi dan disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalan satu mata ajar yang diajarkan dapat
menggunakan lebih dari satu metode pembelajaran. Metode Pembelajaran yang diterapkan di
program studi pulmonologi dan Kedokteran Respirasi terdiri dari, antara lain:

4.1.1 Kuliah interaktif


Kuliah interaktif ada metode pembelajaran penyampaian bahan pembelajaran dari
staf pengajar dengan metode ceramah. Biasanya kuliah interaktif dilakukan pada saat
penyampaian kuliah pendahuluan mengenai suatu topik pembelajaran. Kuliah dibuat
interaktif sehingga terdapat aktivitas dua arah antara staf pengajar dan peserta didik.

4.1.2 Tutorial: diskusi kasus, morning report, death case report, diskusi kasus sulit
(difficult case)
Tutorial adalah bentuk diskusi dalam kelompok baik itu kelompok kecil atau besar
mengenai kasus penyakit yang ditangani oleh peserta didik. Kasus penyakit yang
dibawakan bisa dari laporan jaga, laporan kasus kematian, laporan kasus sulit atau
laporan kasus di ruangan. Pada diskusi ini dapat dinilai clinical reasoning peserta

73
didik saat melakukan penatalaksanaan kepada pasien. Staf pengajar berperan
sebagai tutor, yaitu yang memberikan umpan balik serta memberikan koreksi
kepada peserta didik jika terdapat hal yang perlu diperbaiki.

4.1.3 Multi Discipline Team (chest conference, tumor board, dll)

Disebut juga sebagai pembelajaran interdisiplin (Interdisciplinary Learning), yaitu


metode komprehensif yang meliputi ide, topik atau tulisan dengan menggabungkan
berbagai aspek pengetahuan. Metode pembelajaran ini dapat berupa kombinasi dari
beragam topik dalam suatu kegiatan perkuliahan atau proyek. Bahkan, dapat berupa
pembelajaran kelompok dengan beberapa tim ahli di bidang lain.

Metode ini sangat baik dan umumnya digunakan untuk menyelesaikan masalah
kompleks yang membutuhkan pengetahuan tentang subyek yang beragam sehingga
meningkatkan capaian pembelajaran. Metode ini dirasa praktis karena peserta didik
dapat menerapkan baik pengetahuan yang telah dimiliki maupun pengetahuan baru
yang mereka dapat secara langsung saat proses pembelajaran berlangsung.

4.1.4 Journal Reading (critical appraisal) dan textbook reading


Pada metode pembelajaran journal reading atau textbook reading, peserta didik
diminta untuk menelaah (critical appraisal) jurnal atau buku ajar yang telah
ditetapkan sesuai dengan mata ajar yang sedang diajarkan. Hasil telaah
dipresentasikan dan didiskusikan dengan peserta didik yang lain sehingga
mendapatkan satu pembelajaran dari jurnal atau buku ajar yang dibaca. Staf pengajar
bersifat sebagai narasumber untuk klarifikasi dan penjelasan mengenai jurnal dan
buku ajar tersebut.

4.1.5 Seminar: presentasi tinjauan pustaka, laporan kasus, poster/oral presentation


Bentuk metode pembelajaran ini adalah presentasi mengenai literature review, case
report atau hasil penelitian yang dilakukan peserta didik. Peserta didik dapat
melakukan presentasi di pertemuan ilmiah baik tingkat nasional, regional maupun
internasional. Dalam melakukan pembuatan literature review, case report atau hasil
penelitian, peserta didik mendapat bimbingan dari staf pengajar. Pada metode

74
pembelajaran ini peserta didik belajar bagaimana mempresentasikan suatu karya
ilmiah dengan baik dan benar.

4.1.6 Perawatan pasien di ruang rawat inap, rawat jalan, intensif paru, gawat darurat
Metode pembelajaran ini merupakan praktik klinik peserta didik dalam
penatalaksanaan pasien, yaitu di ruang rawat inap, rawat jalan, ruang intensif paru
dan di gawat darurat. Peserta didik dapat langsung mempraktikkan ilmu yang sudah
didapat sebelumnya dalam penatalaksaan pasien. Peserta didik dalam menjalankan
praktiknya di bawah supervisi dari supervisor.
4.1.7 Bedside teaching, ronde ruangan
Bedside teaching merupakan metode pengajaran dan pembelajaran klinik sangat
penting. Metode ini berorientasikan pada pasien dan dilaksanakan pada
lingkungan yang sesungguhnya.
Keuntungan metode ini adalah siswa mempunyai pengalaman dalam melakukan
ketrampilan komunikasi dan history taking, pemeriksaan fisik, kerjasama tim
dan dapat sebagai pembelajaran dalam hal profesionalisme. Dengan metode ini
pengajar sebagai role model dapat pula menunjukkan bagaimana melakukan
pendekatan kepada pasien, bagaimana menghadapi masalah klinik dan etik,
bagaimana berinteraksi dengan pasien. Bedside teaching merupakan tempat
yang ideal untuk mendapatkan keterampilan yang dipelukan oleh profesi
kesehatan. Adanya kontak langsung dengan pasien adalah penting untuk
mengembangkan clinical reasoning, perilaku professional dan empati.
4.1.8 Tatalaksana pasien di laboratorium invasif (bronkoskopi, pemasangan WSD), USG
toraks, fluoroskopi, faal respirasi

Tujuan pembelajaran ini adalah untuk melatih teknik melakukan prosedur peserta
didik. Peserta didik mendapat bimbingan langsung dari staf pengajar mengenai
langkah melakukan tindakan prosedur kepada pasien. Peserta didik dapat
melakukan langsung tindakan prosedur kepada pasien setelah dinyatakan lulus dan
kompeten di manekin. Pada metode pembelajaran ini dapat melatih dan melihat
kemampuan peserta didik dalam melakukan tindakan prosedur.

75
4.1.9 Belajar mandiri: library searching, e-library e-library, portofolio
Belajar mandiri ditujukan kepada peserta didik untuk lebih mandiri dalam mencari
literature dan membuat portofolio mengenai kasus apa saja yang telah dilakukan
oleh peserta didik
4.1.10 Tugas jaga malam
Tugas jaga malam merupakan salah satu metode pembelajaran peserta didik dalam
penatalaksanaan pasien yang dilakukan di luar jam kerja. Pada saat tugas jaga,
peserta didik tetap mendapatkan supervise dari staf pengajar yang bertugas sebagai
DPJP pasien.

4.2. MEDIA PEMBELAJARAN

Sebagaimana strategi pembelajaran, maka pemanfaatan media sebagai alat bantu dalam
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pencapaian learning outcome atau capaian
pembelajaran. Beberapa media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di program studi
diantaranya:

1. Media cetak (textbook, journal/majalah, buku ajar, buku panduan, dll)


2. Media elektronik (e-book, e-journal, dll)
3. Model, Phantom, Boneka
4. Pasien (rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, dll)

76
BAB 5
SISTEM EVALUASI HASIL BELAJAR

Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui peserta didik telah mencapai
kompetensi akademik dan profesional sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Paru
dan Pernapasan. Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan berdasarkan
pada prinsip edukatif, transparan, obyektif, dan akuntabel
Pada hakikatnya pada program studi yang bercirikan akademik profesional, kemampuan yang
dinilai adalah pencapaian performa profesional (professional performance) dalam tiga bidang/
domain yaitu: kognitif, keterampilan dan afektif.

1. Bidang kognitif menilai


a. Pengetahuan dan pemahaman
b. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan klinik
2. Bidang psikomotor menilai
a. Keterampilan klinis non operatif
b. Keterampilan klinis operatif
3. Bidang afektif menilai
a. Keterampilan komunikasi
b. Hubungan interpersonal
b. Sikap dan kebiasaan kerja profesional

5.1. JENIS EVALUASI HASIL BELAJAR

Berdasarkan tujuannya, evaluasi dikelompokkan menjadi evaluasi formatif dan sumatif.


Evaluasi formatif diselenggarakan di setiap tahap dan setiap mata kuliah yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik sedangkan evaluasi sumatif diselenggarakan
di setiap akhir tahap dan di akhir masa pendidikan untuk menetapkan kelulusan.

Evaluasi akhir hasil belajar terdiri dari evaluasi lokal / institusional (ujian lokal) dan evaluasi
nasional (ujian nasional). Ujian akhir lokal dilaksanakan di masing-masing institusi

77
pendidikan sebagai syarat mengikuti ujian nasional yang dilaksanakan oleh kolegium untuk
mendapatkan ijazah dan sertifikat kompetensi.
1. Evaluasi formatif
- Evaluasi formatif dilaksanakan secara berkala sesuai dengan tahap pendidikan. Tiap
program melaksanan minimal ujian tulis, mini CEx, Case-based discussion, DOPS,
Logbook. Metode lainnya adalah 360° evaluation, dan metode lainnya.

3. Evaluasi sumatif
- Evaluasi sumatif bertujuan untuk menentukan setiap tahap pendidikan. Metode yang
dapat digunakan adalah ujian tulis, ujian lisan, ujian keterampilan dan metode lainnya.

1. Evaluasi akhir
Pada tahap akhir pendidikan, dilaksanakan evaluasi akhir secara komprehensif di tiap
program studi, dan ujian nasional yang dilaksanakan oleh Kolegium Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. Metode yang dapat digunakan adalah ujian tulis, ujian lisan, dan
OSCE

5.2. METODE EVALUASI

Jenis evaluasi yang dilaksanakan adalah, ujian tulis (MCQ, Essay), ujian lisan, ujian
keterampilan, ujian praktik pasien, observasi, Mini CEx, Case-based discussion, DOPS, Log
book, 360° evaluation, OSCE, presentasi kasus, presentasi kajian jurnal, presentasi tinjauan
kepustakaan/referat, proposal penelitian, ujian tesis
Penjelasan masing-masing jenis evaluasi sebagai berikut:
i. Essay evaluation
Merupakan ujian tulis untuk menguji keterampilan kognitif (pengetahuan dasar,
diagnosis, pengelolaan pasien) peserta didik.

ii. MCQ-vignette
Merupakan ujian tulis multiple choice dengan kasus untuk menguji keterampilan
kognitif.

78
iii. Ujian Praktik Pasien
Ujian Praktik Pasien merupakan metode ujian dengan adanya pasien, untuk menguji
keterampilan menatalaksana kasus, komunikasi interpersonal dan profesionalisme.

iv. OSCE
Ujian OSCE menguji kompetensi kognitif, skill, dan afektif. Kandidat diuji pada
beberapa stasiun yang telah ditetapkan, dan diuji oleh 2 orang penguji nasional. Metode
ini digunakan pada Ujian Nasional

v. Ujian lisan
Ujian lisan menguji keterampilan kognitif tentang kemampuan teoritis, dpenalaran
klinis, dan memutuskan masalah berdasarkan pada pertanyaan lisan yang diajukan
penguji.

vi. Mini CEx


Mini CEx merupakan metode penilaian yang secara umum menilai performa peserta
didik tahap-1 ketika merawat pasien di ruangan. Peserta didik akan meminta staf
pengajar yang telah ditentukan untuk menilai keterampilan tersebut.

vii. DOPS
DOPS merupakan metode penilaian untuk menilai kompetensi melakukan prosedur
seperti evakuasi cairan pleura, pemasangan drain toraks, dan bronkoskopi.

viii. 360-degree evaluation


Metode ini menilai keterampilan komunikasi dan profesionalisme dengan menggunakan
format penilaian tertentu. Tiap peserta didik dinilai oleh supervisor, teman sejawat yaitu
chief residen, dan perawat. Hasil penilaian diumapan balikkan kepada peserta didik
untuk melakukan perbaikan perilaku yang diperlukan.

ix. Portofolio

79
Portofolio merupakan kumpulan data hasil pembelajaran dan penilaian peserta didik
beserta data-data hasil kegiatan/tugas. Portofolio tidak digunakan sebagai materi ujian
tetapi merupakan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran.

x. Observasi
Observasi adalah metode evaluasi berdasarkan observasi oleh staf pengajar.

(1) Pemberian Angka, Skoring dan Interpretasi


Setiap domain penilaian diberikan nilai masing-masing.

5.3 Ujian Nasional

Ujian Nasional (Ujinas) Kolegium Pulmologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia


dilaksanakan untuk menghasilkan dokter paru dan pernapasan yang kompoten untuk
melaksanakan tugasnya. Ujian ini dilaksanakan oleh Kolegium dan diikuti oleh semua
Peserta Program Dokter Spesialis (PPDS) Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi yang
telah menyelesaikan pendidikan mereka di institusi pendidikan masing-masing.

Perangkat Ujian Nasional


Perangkat Ujian Nasional terdiri dari:
a. Penyelenggara
b. Tim penguji
c. Peserta
d. Sistem
e. Waktu
f. Tempat
g. Bahan
h. Penilaian hasil
i. Ujian ulangan

1. Penyelenggara Ujian Nasional

80
Ujian Nasional diselenggarakan oleh Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Indonesia.

2. Tim Penguji Ujian Nasional


Tim penguji ujian nasional adalah staf pengajar dari institusi pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis paru dan pernapasan yang mempunyai
kualifikasi sebagai penguji. Kualifikasi penguji nasional adalah staf pengajar yang
sudah mempunyai gelar konsultan dan telah mengikuti magang pada ujian nasional
sebelumnya.

3. Peserta Ujian nasional


Peserta ujian nasional adalah PPDS yang telah menyelesaikan semua stasenya, telah
menyelesaikan tugas akhir (tesis) dan dinyatakan lulus oleh institusi tempat ia
menempuh pendidikan. Peserta telah mengirim makalah tesisnya ke majalah ilmiah
untuk dipublikasi, dibuktikan dengan surat tanda penerimaan submisi maklah tersebut
dari redaksi majalah ilmiah yang menerima makalah tersebut. Membayar uang ujian
nasional.

4. Sistem Ujian Nasional


Ujian nasional dilaksanakan selama 3 hari. Hari pertama adalah ujian CT (Computer
Based Test) merupakan ujian tulis. Hari kedua adalah ujian OSCE (Observation
Systematic Case Evaluation) meliputi topik infeksi, onkologi, faal paru, intervensi,
bronkoskopi fisiologi dan bronkoskopi patologi.

5. Waktu Ujian Nasional


Ujian nasional diselenggarakan dua kali setahun yaitu pada tiap akhir semester pada
bulan Januari dan Juli.

6. Tempat Ujian Nasional

81
Berhubung dengan keterbatasan dana kolegium maka untuk beberapa waktu ujian
nasional diselenggarakan di Jakarta dan Surabaya. Institusi pendidikan di kota lain dapat
melaksanakn ujian nasional dengan menanggung biaya pelaksanaan ujan diluar dari
yang dianggarkan oleh kolegium.

7. Bahan Ujian Nasional


Bahan atau soal untuk ujian nasional berasal dari soal yang dikirimkan oleh staf
pengajar dari masing-masing institusi pendidikan kepada panitia ujian nasional. Panitia
akan memilih soal-soal yang dinilai layak untuk menjadi soal ujian tulis, OSCE dan
lisan.
Ujian tulis tediri dari 100 soal melipti topik infeksi, onkologi, asma dan PPOK, penyakit
paru kerja dan lingkungan, imunologi, kegawatan napas dan topik lain yang dianggap
penting. Soal berupa pilihan ganda dan sedapat mungkin berupa vignette.

Ujian OSCE dilaksanakan dengan menggunakan objek bisa berupa alat seperti
spirometer, bronkoskopi dan manekin, bisa berupa hewan seperti kambing atau orang.
Penguji hanya mengisi daftar tilik yang sudah disediakan dan tidak boleh berkomunikasi
(menjelaskan atau mengoreksi) peserta yang mengikuti ujian.

Ujian lisan terdiri atas tiga bagian yaitu topik infeksi dan imunologi, onkologi dan gawat
napas, serta asma/ PPOK dan penyakit paru kerja. Tiap bagian terdiri dari dua penguji
masing-masing seorang dari divisi yang diuji. Diberikan kasus secara tertulis sebagai
bahan kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 20 menit, yaitu 10 menit
untuk masing-masing penguji. Diusahakan agar pertanyaan berupa analisis bukan
merupakan pertanyaan recall. Nilai antara kedua penguji tidak boleh berbeda lebih dari
20 angka.

8. Penilaian Hasil Ujian Nasional


Nilai batas lulus untuk ujian tulis adalah diatas NBL (Nilai Batas Lulus). Untuk OSCE
dan ujian lisan nilai batas lulus adalah 70. Peserta ujian nasional dinyatakan lulus apabila
mereka lulus ketiga jenis ujian (tulis, OSCE dan lisan). Bila OSCE tidak lulus, mengingat

82
kesukaran dalam mengadakan peralatan untuk ujian pada waktu yang lain, maka
dilakukan ujian ulangan hari itu juga. Apabla ujian ulangan tetap tidak lulus, maka harus
mengulang pada hari ang lain.
Bila ujian lisan tidak lulus maka ujian ulangan diadakan pada hari yang lain. Apabila
ketiga bentuk ujian tidak lulus (tulis, OSCE dan lisan) maka peserta ujian dinyatakan
tidak lulus ujian nasional periode tersebut dan harus mengulang ujian nasional pada
periode berikutnya.

9. Ulangan Ujian Nasional

Ulangan ujian nasional dilaksanakan paling cepat 2 minggu dan paling lambat 3 bulan
sesudah pelaksanaan ujian nasional. Dilaksanakan di tempat peserta yang tidak lulus atau
di tempat lain yang disepakati oleh KPS dari institusi peserta ang tidak lulus. Untuk ujian
tulis, soal diberikan oleh kolegium, terdiri dari 100 soal dengan lama waktu ujian 100
menit dan nilai lulus adalah di atas NBL. Untuk ujian OSCE dilaksanakan untuk topik
yang tidak lulus saja oleh dua penguji, salah satu penguji adalah staf dari institusi yang
lain. Lama ujian 15 menit. Nilai batas lulus adalah 70. Untuk ujian lisan, yang diuji hanya
topik yang tidak lulus saja. Diuji oleh dua penguji sesuai dengan topik yang diuji, salah
satu penguji berasal dari institusi lain. Lama ujian untuk setiap topik 20 menit, yaitu
masing-masing 10 menit untuk setiap penguji. Nilai batas lulus adalah 70.

83

Anda mungkin juga menyukai