Anda di halaman 1dari 116

STRATEGI OPTIMALISASI PENGHIMPUNAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI KECAMATAN


LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Ekonomi (SE)

Program Studi Ekonomi Islam

Oleh:

Desma Elva

3218038

PROGRAM EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M.DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

2021/202

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dan pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M.
Djamil Djambek Bukittinggi. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah mewariskan Al-Qur’an dan sunnah sebagai
petunjuk kebenaran sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai satu syarat dalam menyelesaikan studi pada
Program Studi Ekonomi Islam untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi adapun
judul skripsi ini adalah Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan
Bangunan Perspektif Ekonomi Islam Di Kecamatan Lareh Sago Halaban
Kabupaten Lima Puluh Kota
Dalam penulisan skripsi ini penulis menghadapi berbagai macam
halangan dan rintangan, namun penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan
berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak baik dari segi moril maupun materi
serta motivasi. Ungkapan terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Teristimewa kedua orang tua tercinta Ibunda Wirda dan Ayahanda
Hendrizal, dan Adikku Ariel Alvanda. Dan juga untuk seluruh keluarga
besar, saudara, keponakan dan adik-adik tanpa terkecuali. Terimakasih atas
untaian bait-bait do’a tulus yang tidak terputus dan dukungan yang diberikan
kepada penulis baik dari segi moril ataupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Seluruh keluarga besar S1 Ekonomi Islam Angkatan 2018 terkhusus kelas
Ekonomi Islam A, serta sahabat-sahabatku Tessa Yolanda, Nur Suhaimi,
dan Mawaddah Sri Kharisma, yang telah memberikan semangat, saling
membantu dalam proses pendidikan selama kurang lebih 4 tahun, yang mana
dari awal hingga akhir kalian selalu menjadi tokoh yang selalu membantu
penulis, baik pada saat proses perkuliahan maupun diluar perkuliahan.

i
3. Terkhusus kepada teman dan sahabat seperjuangan dalam menuntut ilmu
Latifah Rahmadian, Nadia Tulhusni, dan kepada teman-teman yang
menemani berjuang serta memberikan semangat, dukungan dan motivasi
kepada penulis serta membantu dalam perkuliahan dan menyelesaikan skripsi
ini.
4. Selanjutnya ucapan terimakasih disampaikan kepada sepupu tersayang Diza
Yolanda yang telah rela membantu melancarkan proses penelitian.
Terimakasih kepada Kharisma Rumandang yang telah mengantar penulis
melakukan wawancara ke Kenagarian.
5. Dan ucapan terimakasih kepada Bapak Wali Nagari, ibu dan bapak Sekretaris
di kenagarian yang telah mau meluangkan waktunya untuk penulis
wawancarai.
Dan penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ridha Ahida, M. Hum selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam serta Ibu Rika Widianita
SE, ME selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di UIN Bukittinggi.
2. Bapak Ilham Illahi, SE, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan yang telah bersedia
memberikan waktu luang dan ilmu serta saran-saran dalam membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Miswardi, SH., M.Hum selaku Pembimbing Akademik (PA) yang
memberikan nasehatnya demi kelancaran proses belajar penulis.
4. Bapak Ibu dosen UIN Bukittinggi yang juga memberikan masukan dan
arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak kepala Staf Perpustakaan UIN Bukitinggi yang telah menyediakan
fasilitas peminjaman buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWTmemberikan balasan yang setimpal atas bantuan,
dukungan dan kebaikandiberikan kepada penulis serta diberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin.

ii
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa didalamnya masih
belum terlepas dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun
penyampaian. Untuk itu penulis sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca
untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Atas kritik dan saran yang disampaikan
penulis ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, 03 November 2022


Penulis,

Desma Elva
Nim. 3218038

iii
DAFTAR ISI

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….....i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….….iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….……vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..…….viii

ABSTRAK ……………………………………………………………..………...ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang …………………………………………………..………..1


B. Identifikasi Masalah ………………………………………… ………..…7
C. Batasan Masalah ………………………………………………….…….…7
D. Rumusan Masalah ……………………………………………..………….7
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ………………………………………....8
F. Penjelasan Judul ………………………………………………………..…8

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….………..11

A. Pajak ……………………………………………………...…………...…11
1. Pengertian Pajak ………………………………………...………...…11
2. Pajak Bumi Dan Bangunan ………………………………………….13
a. Objek Pajak ………………...…………………………………....14
b. Subjek Pajak ………………...………………………………...…16
c. Dasar Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan …………………..17
d. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, Nilai Jual Objek Pajak,
Dan Tarif ………………………………………………………...20

iv
3. Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Pajak Bumi Dan Bangunan …..21
4. Teori Perilaku Membayar Pajak ……………………………………..24
5. Kepatuhan Wajib Pajak ……………………………………………...27
6. Keengganan Membayar Pajak …………………………………..…...30
B. Strategi …………………………………………………………………..31
1. Pengertian Strategi ………………………………………………..…31
C. Analisis SWOT …………………………………………………….……33
1. Defenisi SWOT ………………………………………………...……33
2. Analisis Lingkungan ……………………………………….…..……33
D. Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan …………….…35
E. Kajian Terdahulu …………………………………………………...……37

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………...….42

A. Jenis Penelitian ……………………………………………….……….....42


B. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian …………………………...……42
C. Jenis Dan Sumber Data …………………………………….……...…….43
1. Data Primer …………………………………………….………..…..43
2. Data Sekunder ………………………………………….………...….43
D. Informa Penelitian ………………………………………..………...……43
E. Teknik Penelitian ………………………………………...……………...44
F. Metode Analisis Data ………………………………….……………...…47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………..…54

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………….54


1. Profil Objek Penelitian …………………...………………………….54
2. Penggunaan Lahan ………………………………………………..…54
3. Jumlah Penduduk …………………….……………………………...55
4. Sistem Pemungutan Dan Penyetoran Pajak Bumi Dan Bangunan …..56
B. Analisis SWOT Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan
Di Kecamatan Lareh Sago Halaban ………………….………...……..…57
1. Analisis Lingkungan Internal Strategi (Kekuatan dan Kelemahan) ....58

v
2. Analisis Lingkungan Eksternal Strategi (Peluang Dan Hambatan) …64
3. Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation
(EFE) ………………………………………………………………...70
4. Matriks SWOT ………………………………………………………74
5. Analisis Bobot Skor ………………….…………………………..….78
C. Strategi Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan Di
Kecamatan Lareh Sago Halaban ……….………………………………..79
D. Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Strategi Optimalisasi Penghimpunan
Pajak Bumi Dan Bangunan ………….….……………………………….81

BAB V KESIMPULAN …………………….………………………………...…86

A. Kesimpulan ………………………….……………………………..……86
B. Saran ………………………………………………………..………...….88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kecamatan Lareh
Sago Halaban 2018-2021 ……………....…………………………………………3

Tabel 3.1 Ranting IFE dan EFE …………………………………………………50

Tabel 3.2 Matrik IFE ..………………………………………………………...…51

Tabel 3.3 Matrik EFE .…………………………………………………………...51

Tabel 3.4 Model Matriks Analisis SWOT …….………………………………...52

Tabel 3.5 Tabel Bobot Skor ...…………………………….………………..……53

Tabel 4.1 Data Nagari, Jumlah Penduduk Kecamatan Lareh Sago Halaban ……56

Tabel 4.2 Ranting IFE Dan EFE ………………………………………………...70

Tabel 4.3 Matrik Internal Factor Analisys (IFA)………………………………...71

Tabel 4.4 Matrik Eksternal Factor Analisys (EFA) ……...……………………...73

Tabel 4.5 Matriks SWOT Strategi Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan
Bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban …….…………………………….76

Tabel 4.6 Analisis Bobot Skor Pada Matriks SWOT …….……………………...79

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1Alur Penyetoran Pajak Bumi Dan Bangunan …...…………………..57

viii
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “STRATEGI OPTIMALISASI PENGHIMPUNAN


PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI
KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH
KOTA” disusun oleh Desma Elva Nim 3218038, Program Studi Ekonomi Islam,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M.
Djamil Djambek Bukittinggi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penghimpunan Pajak Bumi dan
Bangunan yang belum optimal karena dipengaruhi oleh banyak hal seperti
kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak bumi dan Bangunan di
Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Beberapa
masyarakat sebagai pemilik tanah dan bangunan cenderung bersifat pasif, dan
tidak memiliki kesadaran sendiri untuk bergerak membayar pajaknya.
Penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban
selama beberapa tahun terakhir masih belum seluruhnya dapat dicapai sesuai
dengan target.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dalam mengoptimalkan
penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Informan penelitian ini Staf Badan Keuangan mengenai data pembayaran PBB,
Kenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Masyarakat wajib
pajak. Teknik pengumpulan data yang menggunakan wawancara dan observasi,
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT dan setelah itu
dianalisis dengan menggunakan matrik IFE, matrik EFE, matrik SWOT, dan
analisa Tabel Bobot Skor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kenagarian Kecamatan
Lareh Sago Halaban, maka dapat disimpulkan bahwa Strategi Optimalisasi
Penghimpunan Pajak Bumi dan Bangunan Perspektif Ekonomi Islam di
Kecamatan Lareh Sago Halaban yaitu dengan hasil strategi SO: 1)
Mempertahankan Peraturan Yang Sudah Ada 2) Mempertahankan kerjasama
Yang Sudah Ada agar Penghimpunan Pajak bumi dan Bangunan Optimal 3)
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Strategi yang
digunakan oleh Kenagaria dalam mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan
bangunan telah sesuai dengan ekonomi Islam, tapi pada kenyataannya
penghimpunan pajak bumi dan bangunan yang terealisasi tidak sesuai dengan
yang ditargetkan hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyaraka.

Kata Kunci: Kesadaran Wajib Pajak, Strategi, Pajak Bumi Dan Bangunan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, penerimaan pajak menjadi sangat dominan dalam menunjang

jalannya pemerintahan dan pembangunan nasional karena pajak dipungut

negara tersebut digunakan kembali untuk kesejahteraan rakyat dan membiayai

kepentingan umum seperti membiayai kebutuhan belanja negara, pelayanan

dasar publik, serta tata kelola keuangan lainnya. Pentingnya pajak untuk

kelangsungan negara membuat pemerintah terus berusaha memaksimalkan

penerimaan pajak dari tahun-ketahun. Menurut mentri keuangan Sri Mulyani

dikutip dari kemenkeu.go.id (Desember 2021) Penerimaan pajak telah

mencapai Rp 1.231,87 triliun. 1

Aturan mengenai perpajakan ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan. Dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang ketentuan umum

dan tata cara perpajakan, bahwa: “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.2

1
Elfin Siamena, Harijanto Sabijono Dan Jessy D.L Warongan, Pengarus Sanksi
Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Da
Manado, Jurnal Riset Akutansi Going Concern, Vol. 12, No. 2, 2017, 917-927
2
Dhea Mayang Pangesti, Amanita Novi Yushita, Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak,
Persepsi Atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Dan Pemahaman Peraturan Pemerintah Bomor 23
Tahun 2018 Terhadap Kemauan Membayar Pajak (Pada UMKM Sektor Perdagangan Di
Kabupaten Klaten ), Jurnal Nominal, Vo. VIII, No, 2, Tahun 2019

1
2

Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan tujuan pembangunan

selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya

lainnya adalah diperoleh dari sumber pajak yang meliputi pajak penghasilan

atau PPH, Pajak Pertambahan Nilai atau PPNn, Bea Matrai atau BMP, Pajak

Kendaraan Bermotor, pajak Hotel, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Rokok, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Banguan PBB, Bea perolehan Hak Atas

Tanah Bangunan. Karena banyaknya jenis dan pajak di Indonesia maka sumber

pendapatan dari sektor pajak ini besar.

Pajak dapat dibedakan atas Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat

yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian

dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak dan Depertemen Keuangan. sedangkan

pajak daerah adalah pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah baik

ditingkat Profinsi maupun Kabupaten atau Kota. Adapun pajak daerah salah

satunya adalah PBB, berdasarkan UU No. 12 tahun 1994, Pajak Bumi dan

Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak

terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.

PBB sebagai pajak daerah yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten/

kota mempunyai fungsi yang cukup penting untuk pembangunan daerah seperti

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sekaligus memperbaiki struktur

APBD, meningkatkan pelayanan masyarakat. Pemungutan pajak bumi dan

bangunan Di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pengelolaan nya dilaksanakan


3

oleh Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dalam pengelolaan

penghimpunan pajak bumi dan bangunan terdapat target dan realisasi yang

harus dicapai oleh Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Fenomena yang berkembang di Kecamatan Lareh Sago Halaban adalah

masih rendahnya penerimaan PBB. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak

hal seperti kesadaran maupun kekeliriuan. Beberapa masyarakat sebagai

pemilik tanah dan bangunan cenderung bersifat pasif, dan tidak memiliki

kesadaran sendiri untuk bergerak membayar pajaknya.

Lareh Sago Halaban adalah kecamatan yang berada di Kabupaten Lima

Puluh Kota, Sumatera Barat. Terdapat 8 Kanagarian di Kecamatan ini yaitu

Sitanag, Tanjung Gadang, Ampalu, Batu Payung, Koto Malintang, Halaban,

Labuah Gunuang, dan Bukik Sikumpa. Dengan jumlah SPPT mencapai lebih

dari 23.383 yang tersebar di seluruh Jorong yang ada. Hal ini dibuktikan

dengan data yang terdapat pada Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Berikut ini penelitian menyajikan tetapan dan realisasi pajak Bumi dan

Bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban selama 4 tahun terakhir.

Table 1.1

Data Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kecamatan


Lareh Sago Halaban 2018-2021

No Tahun Target Realisasi Persentase


1 2018 Rp. 176.817.372 Rp. 90.772.784 51,3%
2 2019 Rp. 298.173.042 Rp. 106.695.526 35,7%
3 2020 Rp. 176.940.278 Rp. 89.646.314 631,1%
4 2021 Rp. 237.722.946 Rp. 149.736.270 91,1%
Sumber Data: Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota
4

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa pencapaian penerima pajak bumi

dan bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban selama beberapa tahun

terakhir masih belum seluruhnya dapat dicapai sesuai dengan target. Kesadaran

wajib pajak bumi dan bangunan dalam melakukan kewajiban perpajakannya

masi rendah. Terlihat dari Realisasi penerimaan sebesar Rp. 90.772.784 Pada

tahun 2018 masi belum mencapai target, dari target yang ditetapkan sebesar

Rp. 176.817.372, pada tahun 2019 targetnya yang di tetapka sebesar Rp.

298.173.042 meningkat dari tahun 2018 tapi realisasi tidak terlihat

peningkatanya sebesar Rp. 106.695.526, tahun 2020 targetnya sebesar Rp. Rp.

176.940.278 dengan realisasi sebesar Rp. 89.646.314, dan terakhir tahun 2021

dengan target Rp. 237.722.946 jumlah realisasi sebesar Rp. 149.736.270 di

Kecamatan Lareh Sago Halaban setelah melakukan penelitian ditemukan

bahwa masih banyaknya penduduk yang membayar PBB nya sangat rendah

dari yang ditargetkan.

Adanya kesenjangan antara realisasi dan target pajak bumi dan bangunan

di Kaecamatan Lareh Sago Halaban disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan

pemahaman masyarakat terhadap arti pentingnya pajak bumi dan bangunan

untuk pembiayaan pembangunan daerah. Sebagai masyarakat berpresepsi

bahwa pembayaran pajak yang mereka lakukan masih kurang bukti nyatanya

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tidak adanya perubahan

kondisi menjadi lebih baik.

Rendahnya realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan disebabkan

oleh banyak hal, seperti yang dikemukakan oleh Witiya Tri Handayani, Sigit
5

Santoso dan Sohidin mengenai Analisis Faktor-Faktor Pajak Bumi Dan

Bangunan. Tidak tersampainya SPPT, wajib pajak lupa membayar pajak bumi

dan bangunan, kesadaran rendah dalam membayar pajak bumi dan bangunan di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta.3

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi

optimalisasi penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh

Sago Halaban. Dengan mendatangi kenagarian yang ada di Kecamatan Lareh

Sago halaban untuk mengetahui strategi seperti apa yang meraka gunakan

dalam menghimpun Pajak Bumi dan Bangunan sehingga mampu

mengoptimalkan penghimpunan target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan

untuk kepentingan masyarakat dan menyesukseskan pembangunan. Selain itu

juga dalam upaya melakukan penghimpunan PBB yang efektif, dibutuhkan

juga kesadaran masyarakat wajib pajak untuk melakukan pembayaran atas

kewajiban yang dibebankan. Sebab apabila masyarakat wajib pajak tidak

memilki kesadaran yang tinggi, maka potensi wajib PBB yang besar tidak akan

memberikan dampak positif bagi penerima pajak daerah.

Berkaitan dengan kendala yang dihadapi masyarakat secara luas yang

menyebabkan rendahnya penghimpunan pajak bumi dan bangunan di

Kecamatan Lareh Sago Halaban. Melalui penelitian pendahulu yang telah

dilakukan ditemukan adanya ketidak sesuaian antara pendapat informan

dengan data yang ada. Sehingga dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam

3
Witiya Tri Handayani, Sigit Santoso Dan Sohidin, Analisis Faktor-Faktor Pajak Bumi Dan
Bangunan pada Kecamatan Jebres Kota Surakarta, jupe UNS, vol 2, no. 3,2014, hal 224 s/d 237
6

mengenai penerimaan Pajak Bumi dan Bangaunan serta strategi untuk

mengoptimalisasikan penghimpunan pajak bumi dan bangunan.

Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah kualitatif deskriptif

karena tidak memerlukan manipulasi maupun perubahan terhadap variable-

variabel yang ada, tetapi menggambarkan atau menjelaskan suatu kondisi

dengan apa adanya. Perlunya melakukan penelitian secara kualitatif terhadap

penerima PBB di Kecamatan Lareh Sago Halaban untuk mengetahui secara

mendalam hal apa yang mempengaruhi penghimpunan Pajak Bumi dan

Bangunan, dan dapat menjelaskan secara deskriptif hal yang mempengaruhi.

Keunggulan lainnya menggunakan penelitian kualitatif adalah untuk

menjelaskan hal-hal apa saja yang mempengaruhi penghimpunan pajak bumi

dan bangunan dengan kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan

instrument kunci. Penelitian kualitatif ditunjukan untuk memahami fenomena-

fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.4

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Keuangan Kab. Lima Puluh

Kota, Kantor Wali Nagari, dan masyarakat sebagai wajib pajak. Berdasarkan

latar belakan diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Strategi

Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan Perspektif

Ekonomi Islam Di Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima

Puluh Kota” karena berdasarkan penelitian pendahulu yang dilakukan penulis

tertarik untuk Mengetahui strategi optimalisasi penghimpunan pajak bumi dan

bangunan di Kacamatan Lareh Sago Halaban.

4
Mohammad Dan Sudrajat, Resume Ragam Penelitian Kualitatif, 2019
7

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana

perilaku wajib pajak bumi dan bangunan, bagaimana strategi yang dikeluarrkan

oleh nagari untuk mengoptimalkan penghimpunan pajak atas bumi dan

bangunan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana

strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak bumi dan

bangunan, serta bagaimana realisasi strategi atau aturan yang telah dibentuk.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran masyarakat wajib pajak dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan

2. Rendahnya realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian

akan dibatasi pada Strategi Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan

Bangunan ditinjau pada Di Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima

Puluh Kota. karena sesuai dengan objek penelitian yang diteliti. Alasan

penelitian ini dibatasi agar lebih terarah dan dapat mencapai sasaran seperti

yang diinginkan.

D. RUMUSAN MASALAH

Untuk dapat menyelesaikan penelitian dengan baik maka penelitian

merumuskan masalah utama yaitu Bagaimana Strategi dilakukan oleh

Kenagarian yang ada di Kec. Lareh Sago Halaban Kab. Lima Puluh Kota

Untuk Mengoptimalkan Penghimpunan Pajak Bumi dan Bangunan dengan


8

menggunakan Analisis SWOT ( Strenght, Weaknesses, Opportunities,

Threats ) ?

E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan strategi dalam

mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan

Lareh Sago Halaban dengan menggunakan Analisis SWOT (Strenght,

Weaknesses, Opportunities, Threats).

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi

Islam pada jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek

Bukittinggi.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi serta

sebagai bahan rujukan atas sebuah kebijakan tentang pajak.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak

bagi pembangunan ekonomi.

F. PENJELASAN JUDUL

Strategi : kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa

Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan

ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau

skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada


9

dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan

sumber daya suatu organisasi untuk mencapai suatu

sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan

lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.5

Optimalisasi : proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu

keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan

pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau

tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika

tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan biaya.6

Penghimpunan : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata

penghimpunan adalah proses, cara, perbuatan menghimpun.

Penghimpunan berasal dari kata dasar himpun.

Ekonomi Islam : Sistem ekonomi yang keseluruhan ajarannya bersumber dari

nilai-nilai islam dan bertujuan untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakat di dunia dan diakhirat7

Pajak : Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

5
Sesra Budio, Strategi Manajemen Sekolah, Jurnal Menata, Vol.2, No. 2 Juli-Desember
2019
6
Hotnair Siringoringo, Pemograman Linear: Seri Teknik Riset Operasi, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2005), hlm 4
7
Akramunnas Dan Syarifudin, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Tasikmalaya : Edu
Publisher, 2020), Hal 3
10

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Bumi : Permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan

perdalaman serta laut wilayah daerah.

Bangunan : Kontruksi tekni yang ditanam atau diletakkan secara tetap

pada tanah dan atau perairan. 8

8
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Terbaru, (Yogyakarta: Andi, 2018)
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak sebagaiman ditulis dalam Kamus Besar

Indonesia, pajak adalah pemungutan wajib yang biasanya berupa uang

(finansial), yang harus dibayarkan oleh penduduk sebagai sumbangan

wajib kepada negara atau pemerintah, sehubungan dengan pendapatan,

pemilikan, harga beli barang dan sebagainya.9

Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari

masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan

biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjukkan secara

langsung. Pajak merupakan salah satu sumber penerima negara yang

sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan

nasional. Dengan demikian system perpajakan terus disempurnakan,

pemungutan pajak diintensifkan, dan aparat perpajakan atau pengelola

juga harus makin mampu dan bersih sehinggga dapat mewujudkan peran

yang besar dalam pembangunan nasional.10

Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak didefenisikan sebagai kontribusi

waib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan, yang

9
Departemen Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008)
10
Wiwik Windiarti, Analisis Efektivitas Penerima Pajak Bumi Dan Bangunan Kota
Depok, Jurnal Ilmiah Ekbank, Vol. 1, No. 2 Desember 2018

11
12

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara sebesar-besarnya kemampuan rakyat.11

Jadi dapat disimpulakan bahwa pajak sendiri adalah sebuah

kontribusi wajib bagi warga Negara yang terhitung sebagai wajib pajak

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

walaupun tanpa jasa timbal balik secara langsung digunakan untuk

keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak adalah

peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public

saving yang merupakan sumber utama membiyai public investment.

Pada hakikatnya, pajak merupakan salah satu instrument

pendapatan yang termasuk dalam unsur kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal

memilki dua instrumen yang mendasari, diantaranya:

1. Kebijakan pendapatan, yaitu kebijakan-kebijakan yang diterapkan

oleh pemerintah untuk memperoleh dana-dana sebagai dana negara.

2. Kebijakan pengeluaran, yakni kebijakan-kebijakan yang diterapkan

oleh pemerintah untuk mengatur pengeluaran dana-dana yang telah

terkumpul kedalam dana negara tersebut.

Pajak mempunyai fungsi budgetair, pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin

maupun bangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah

11
Abdul Halim , perpajakan: konsep, aplikasi, contoh studi kasus, (Jakarta: salemba
empat, 2017)
13

berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

Upayah tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi

pemungutan pajak melaui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak,

seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB), dan sebagainya.

2. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak daerah yang

dipungut oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang memiliki hak

dan memperoleh manfaat atas tanah dan bangunan dalam wilayah disuatu

daerah tertentu. Mardiasmo menjelaskan pengertian Bumi adalah

permukaan bumi beserta tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan

bumi meliputi tanah dan perairan sumber terdalam (termasuk di

dalamnya tambak, rawa-rawa, danau, dll). Serta laut wilayah Republik

Indonesia. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam

atau diletakkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan (termasuk

didalamnya jalan lingkungan dalam kesatuan dengan komplek bangunan,

jalan tol, kolom renang, pagar mewah, tempat olah raga, galangan kapal/

dermaga, tamah mewah, tempat penampungan (minyak, air dan gas),

pipa minyak, serta fasilitas lain yang memberikan manfaat).12

Dasar hukum pengenaan pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah

Undang-Undang No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan

12
Mardiasmo, Perpajakan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997).
14

Undang-Undang No. 12 tahun 1994. Asas-asas yang ditekankan dalam

pemungutan pajak bumi dan bangunan yaitu memberikan kemudahan

dan kesederhanaan, adanya kepastian hukum, mudah dimengerti dan adil,

serta menghindari adanya pemungutan pajak berganda.

a. Objek Pajak

Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan bangunan,

termasuk juga unit tempat usaha, perumahan dan apartemen, seperti

yang tercantum dalam Peraturan Direktur Jendral Pajak tentang

Ekstensifkasi wajib pajak orang pribadi melalui pendapatan objek

pajak bumi dan bangunan. Ekstensifikasi adalah kegiatan yang

dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

kepada wajib pajak atau objek pajak. Unit tempat usaha adalah unit

bangunan yang berfungsi sebagai tempat kegiatan usaha baik yang

berada di pusat perdagangan/ tempat usaha maupun tidak.

Contoh objek bumi:

a) Sawah

b) Ladang

c) Kebun

d) Tanah

e) Perkarangan

f) Tambang

Contoh objek bangunan:

a) Rumah tinggal
15

b) Bangunan usaha

c) Gedung bertingkat

d) Pusat perbelanjaan

e) Pagar mewah

f) Kolam renang

g) Jalan tol

Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah Objek

pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah

objek pajak yang:

1) Objek pajak tersebut digunakan semata-mata untuk

melayani kepentingan umum dibidang ibadah, kesehatan,

pendidikan, social dan kebudayaan nasional, tidak untuk

mencari keuntungan,

2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau

yang sejenis dengan hal tersebut.

3) Objek pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam,

hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang

dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani

suatu hak.

4) Objek pajak digunakan oleh perwakilan diplomatic,

konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.


16

5) Objek pajak digunakan oleh badan atau perwakilan

organisasi Internasional yang ditentukan oleh Mentri

Keuangan.

b. Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan

Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak-hak atas bumi, dan atau memperoleh

manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau

memperoleh manfaat atas bangunan.13

Dapat disimpulkan bahwa Subjek PBB adalah orang

pribadi dan badan yang secara nyata memilki hal-hal sebagai

berikut:

a) Mempunyai hak atas bumi

b) Memperoleh manfaat atas bumi

c) Memilki bangunan

d) Menguasai bangunan

e) Memperoleh manfaat atas bangunan

Undang-undang yang mengatur Pajak Bumi dan atau

Bangunan, pemungutan atas PBB didasarkan pada Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perebuhan atas

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan. Kemudian, sejak berlakunya Undang-Umdamg

Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,

13
Diana & Setiawati, Perpajakan Indonesia, (Yogyakarts: Andi, 2009), Hlm.713
17

maka kewenangan dalam pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan Sector Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) telah

diserahkan ke pemerintah Kabupaten/kota. Sedangkan, untuk

PBB sektor Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunanan

(PBB P3) masih di bawah wewenang Pemerintah Pusat melalui

Direktorat Jendral Pajak (DJP).

c. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

PBB dikenakan atas penggunaan atau kepemilikan bumi

dan bangunan yang berdasarkan NJOP, atau nilai jual objek

pajak. NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari

transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak

terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan

melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis,

atau nilai perolehan baru, atau Nilai Objek Pajak Pajak

pengganti.

Yang dimaksud dengan :

a) Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis,

adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual

suatu objek pajak dengan cara membandingkannya

dengan objek pajak lain yang sejenis, yang letaknya

berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui

harga jualnya.
18

b) Nilai perolehan baru, adalah suau pendekatan/metode

penentuan nilai jual suatu pajak dengan cara

menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh objek tersebut pada saat penilaian

dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan

berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.

c) Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode

penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan

pada hasil produksi objek pajak tersebut.

Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi:

a) Objek Pajak Sektor Perdesaan dan Perkotaan

b) Objek Pajak Sektor Perkebunan

c) Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak

Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan Hasil

Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin Sah

lainya selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman

Industri.

d) Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Hutan

Tanman Industri

e) Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan

Gsa Bumi

f) Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas

Bumi
19

g) Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas

Selain Pertambangan Energy Panas Bumi Dan

Galian C

h) Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas

Galian C

i) Objek Pajak Sektor Pertambangan Yang Dikelola

Berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak

Kerjasama

j) Objek Pajak Usaha Bidang Perikanan Laut

k) Objek Pajak Usaha Bidang Perikanan Darat

l) Objek Pajak Yang Bersifat Khusus 14

Setiap tahun, biasanya Mentri Keungan dengan

mendengarkan pertimbangan bupati/Walikota menetapkan

NJOP. Penetapan tersebut didasarkan atas sejumlah hal seperti:

a) Letak

b) Pemanfaatan

c) Peruntukan

d) Kondisi lingkungan

e) Dasar penetapan NJOP bangunan

f) Bahan yang digunakan dalam bangunan

g) Rekayasa

14
Mardiasmo, perpajakan edisi terbaru 2016, (Yogyakarta: c.v andi offset, 2016), hlm.
382-383
20

d. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, Nilai Jual Objek Pajak,

Dan Tarif

Dalam pengenaan PBB terdapat batas nilai yang tidak

dikenakan pajak yang disubut nilai jual objek pajak tidak kena

pajak (NJOPTKP). Pasal 77 ayat (4) UU PDRD menyebutkan

besarnya nilai NJOPTKP untuk PBB-P2 ditetapkan paling

rendah Rp 10 juta untuk setiap wajib pajak. Sementara itu,

berdasarkan pasal 2 ayat (3) Peraturan Mentri Keuangan

Nomor 23/PMK.03/2014 NJOPTKP untuk PBB-P3 ditetapkan

sebesar Rp 12 juta.

NJOPTKP merupakan suatu batas NJOP di mana wajib

pajak tidak terutang pajak. Maksudnya adalah apabila seorang

wajib pajak memiliki objek pajak yang nilainya di bawah

NJOPTKP, maka wajib pajak tersebut dibebaskan dari

pembayaran pajak. Selain itu, bagi setiap wajib pajak yang

memilki objek pajak yang nilainya melebihi NJOPTKP, maka

penghitungan NJOP sebagai dasar perhitungan pajak terutang

dilakukan dengan terlebih dahulu mengurangkan NJOP dengan

NJOPTKP.

Untuk tarif pajak bumi dan bangunan sendiri yang

khususnya dikelola oleh pemerintah daerah ditetapkan masing-

masing daerah. Namun, berdasarkan pasal 80 ayat (1) UU

PDRD, tariff maksimal yang ditetapkan untuk PBB adalah


21

0,3%. Tariff PBB ini dapat bervariasi tergantung kebijakan

pemerintah daerah setempat. Sementara itu, merujuk pada

pasal 5 UU PBB, PBB-P3 mempunyai tariff 0,5%.15

3. Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Pajak Bumi Dan Bangunan

Ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan pada nilai

atau ajaran islam. sebagai ilmu, ekonomi islam harus selalu

dikembangkan keilmuannya supaya dapat ditemukan formulasi ekonomi

islam yang benar-benar sesuai dengan prinsip syariah islam.16

Menurut Umar Chapra, ekonomi islam adalah suatu cabang

pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia

melalui suatu alokasi dan distribusi sumberdaya alam yang langka sesuai

dengan Maqashid, tanpa mengekang kebebasan individu untuk

menciptakan keseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang

berkesinambungan, membentuk solidaritas keluarga, social, dan jaringan

moral masyarakat.17

Ekonomi islam adalah ilmu yang mengatur tentang kesejahteraan

manusia dan diperlukan tuntunan dan pegangan dalam menjalankan

system perekonomian yang sesuai dengan syariat islam, dengan

mempelajari, memahami, meyakini dan mengamalkan perekonomian

sesuai dengan Al-quran dan hadist.

15
Damas Dwi Anggoro, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, (Malang: UB Press, 2017),
Hlm.219
16
Alexander Thian, Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: ANDI, 2021), Hal 2
17
Nur Rianto Al Arif Dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional), (Jakarta: KENCANA, 2010), HAL 8
22

Ekonomi islam menerapkan konsep kepemilkan tunggal yang

bersumber dari Allah, harta ataupun benda yang dimilki oleh manusia

adalah berupa titipan yang diberikan kepada kita agar harta tersebut

digunakan sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang telah disyariatkan

Allah. Dalam islam juga mengajarkan agar dalam melakukan kegiatan

ekonomi seseorang harus menjunjung tinggi nilai keadilan,

kesederhanaan, penghematan dan kebaikan melalui konsep bagi

kekayaan (zakat, infaq dan sedekah) dengan tujuan mewujudkan

kemaslahatan dimuka bumi dan meraih ridha Allah SWT, sehingga

kegiatan ekonomi didalam islam diyakini sebagai bagian dari manifestasi

kepada Allah.18

Dalam ekonomi islam memang tidak ada rujukan secara eksplisif

tentang pajak bumi dan bangunan. Pajak bumi dan bangunan dalam Islam

dikenal dengan istilah al-kharaj. Al-Wardi mengungkapkan defenisi al-

kharaj sebagai pajak yang harus dibayar atas tanah yang direbut dan

ditaklukkan oleh kaum muslimin dari orang kafir dan dibayar atas tanah

yang direbut dan ditaklukkan oleh kaum muslimin dari orang kafir dan

dibiarkan ditangan orang yang mengusahakannya. Al-kharaj dalm bahasa

Arab dipergunakan sebagai nama sewaan atau hasil penggunaan suatu

barang atau lahan. Islam membenarkan adanya pajak atas tanah atau

bumi dan bangunan (kharaj) yang pengaturannya berdasarkan uijtihad

para ulama. Pemerintah berhak memungut pajak sesuai dengan situasi


18
Rio Makkulau Wahyu Dan Heri Irwan, Pemikiran Ekonomi Islam, (Bukit Kili Koto
Baru Kabupaten Solok – Sumatera Barat: Balai Insan Cendekia, 2020), Hal 4-6
23

dan kondisi masyarakat, pajak menjadi wajib ketika kondisi negara

sangat membutuhkan.

Tanah yang dikenakan pajak menurut Al-Wardi terdapat dua

macam: pertama, tanah yang berstatus tanah wakaf, yaitu tanah yang

ditinggalkan oleh pemiliknya, sehingga tanah tersebutdirebut oleh kaum

muslimin tana melalui peperangan. Kedua, tanah yang ditempati oleh

pemiliknya. Saang pemilik rumah berdamai dengan pasukan Islam dan

bersedia membayar kharaj (pajak)-nya. Pada zaman Rasulullah SAW

dahulu, tarif pajak disesuaikan dengan hasil yang dikeluarkan oleh tanah

yang terkena pajak.19

Pajak bumi dan bangunan atau disebut al-kharaj memang tidak

dijelaskan secara rinci dalam nash Al-Qur’an atau As-Sunnah Mengenai

boleh atau tidaknya, tetapi ada suatu kaedah yang berbunyi:

Artinya: “pada prinsipnya segala sesuatu yang bermanfaat hukumnya

adalah mubah, dan segala sesuatu yang menimbulkan madharat

hukumnya haram.20

Dari kaidah tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jika

pemungutan pajak bumi dan bangunan tersebut menimbulkan suatu

kemanfaatan, maka pemungutan pajak tersebut menimbulkan

kemadharatan bagi umat maka tidak diperbolehkan (haram). Kaitannya

dengan double duties, bagi seorang muslim yang taat beragama dan taat

19
Kazwaini, Epistimologi Perpajakan Dalam Pemikiran Al-Mawardi, Jurnal An-Nida 41,
No. 1, 2017, Hlm.83-100
20
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departeman Agama Republic Indonesia, Al-
Qur’an Dan Terjemahnya.
24

kepada pemimpin, ia dibebani kewajiban membayar zakat dan pajak

sekaligus.

4. Teori Perilaku Membayar Pajak

Dalam melakukan kewajiban sebagai wajib pajak seringkali

dipengaruhi oleh perilaku yang dimilikinya. Perilaku yang akan

diperlihatkanpun dipengaruhi oleh banyak hal seperti norma sosial

dimana seseorang akan berperilaku sesuia dengan tekanan sosial yang

ada disekitarnya. Yang selanjutnya tekanan sosial yang diterimanya

mempengaruhi sikapnya dalam membayar pajak. Perilaku wajib pajak

adalah tindakan yang dilakukan seorang wajib pajak yang merupakan

responnya terhadap kebijakan, peraturan perpajakan yang ada ataupun

pajak terutang. Hal ini mungkin saja menyangkut dengan tanggapan atau

tindakannya untuk mengurangai atau berusaha membayar pajaknya

secara jujur.

Dalam berperilaku manusia cendrung dipengaruhi oleh berbagai

hal, baik berperilaku untuk melakukan sesuatu maupun tidak. Begitu juga

dengan perilaku untuk patuh terhadap perpajakan atau tidak patuh

terhadap perpajakan. Dalam pajak bumi dan bangunan juga demikian

perilaku patuh dan tidaknya seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai

hal seperti dalam teori perilaku beralasan (theory reasoned action) yang

dikemukakan oleh ajzen dan fishbein pada tahun 1980 dan dipengaruhi

dengan teori perilaku terencana (theory of planned behavior) dari Ajzen .


25

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku dalam theory

of planned behavior (TPB):

a. Sikap bukanlah perilaku

Namun sikap menghadirkan suatu kesiap siagaan untuk tindakan

yang mengarah pada perilaku. Individu akan melakukan sesuatu

sesuai dengan sikap yang dimilkinya terhadap suatu perilaku. Sikap

terhadap perilaku yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan

dipilih individu untuk berperilaku dalan kehidupannya. Oleh karena

itu sikap merupakan suatu wahana dalam membimbing seorang

individu untuk berperilaku.

b. Persepsi control perilaku

Dalam berperilaku seseorang tidak dapat mengontrol sepenuhnya

perilaku dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi

dapat sebaliknya dimana seseorang dapat mengontrol perilakunya

dibawah kendali individu tersebut. Pengendalian sesorang individu

terdapat perilakunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri

individu tersebut seperti keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-

lain. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada

disekeliling individu tersebut. Persepsi terhadap control perilaku

adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa perilaku yang

ditunjukkanya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh

dirinya.
26

c. Norma subyektif

Norma subyektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang

terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam

kehidupannya tentang dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku

tertentu, karena perasaan ini sifatnya subyektif maka dimensi ini

disebut norma subyektif. Maksudnya yaitu, seorang individu akan

melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya dapat diterima

orang-orang yang dianggapnya penting dalam kehidupannya dapat

menerima apa yang akan dilakukannya, sehingga, normative beliefs

menghasilakan kesadaran akan tekanan dari lingkungan social atau

norma subyektif21.

Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa perilaku seorang

individu dipengaruhi oleh pengaruh dari pribadi dimana tindakan yang

diambilnya akan memberikan dampak positif bagi dirinya atau tidak.

Yang kedua pengendalian individu kepada dirinya sendiri terhadap faktor

internal dan eksternal yang dirasa dan diterimanya. Yang ke tiga

menunjukkan bahwa perilaku individu terkadang merupakan cara

individu menanggapi pihak yang dianggapnya penting yang

menimbulkan tekanan agar ia bersikap sesuai dengan saran seseorang.

Untuk pajak bumi dan bangunan sendiri perilaku wajib adalah

tindakan wajib pajak untuk merespon ketentuan, aturan, maupun jumlah

terutang pajak bumi dan bangunannya. Perilaku disini dapat berupa


21
Herin Arlinda Dkk, Pengaruh Sosialisasi Pajak Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak
Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variable Intervening, Owner Riset Dan Jurnal Akutansi,
Vol. 4, Nomor, 2, Agustus 2020
27

patuh, tidak patuh dan lainya dipengaruhi oleh kemudahan, kendala

maupun factor keengganan. Untuk mendapat menjelaskan bagaimana

perilaku wajib pajak di Kecamtan Lareh Sago Halaban diperlukan

penelitian terhadap wajib pajak. Agar penelitian lebih bermakna dan

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

5. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, istilah kepatuhan

adalah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran dalam perpajakan

kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan

ketaatan, tunduk, dan patuh, serta melaksanakan ketentuan perpajakan.

Jadi, wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan mematuhi

serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan


22
perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan merupakan keadaan

seseorang tunduk dan mengikuti peraturan yang berlaku. Seperti halnya

kepatuhan dalam membayar pajak yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Menurut Franzoni, kepatuhan wajib pajak dapat

dilihat dari berbagai perspektif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor:

kecendrungan mereka terhadap institusi public (dalam hal ini direktorat

Jendral Pajak), keadilan yang dirasakan oleh wajib pajak dari sistem yang

22
Dona Fitria, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Dan Pemahaman
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Journal Of Applied Business And Economic, Vol.
4, No. 1, September 2017, hlm. 30-44
28

ada, dan kesempatan atas kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi dan

dihukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.23

Melakukan tindakan yang sesuai dengan peraturan yang

ditetapkan dalam suatu negara sama saja dengan peraturan yang

ditetapkan dalam suatu negara sama saja dengan mematuhi perintah dari

seorang pemimpin (Pemerintah Pusat) dan mematuhi perintah seorang

pemimpin adalah suatu keharusan dan baik akibatnya, selama tidak

berada dalam hal kemaksiatan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa

ayat 59 sebagai berikut:

‫عُٕا ان َّسظُْٕ َل َٔأُنِٗ ْاْلَ ْي ِس ِي ُْ ُك ْۚ ْى فَا ِ ٌْ تََُا َش ْعتُ ْى‬ْٛ ‫ّللاَ َٔاَ ِط‬ ّ ٰ ‫عُٕا‬ْٛ ‫ٍَ ٰا َيُُ ْٰٕٓا اَ ِط‬ْٚ ‫َُّٓا انَّ ِر‬َٚ‫ٰٓا‬ٰٚ
‫ْس‬ٛ‫اْل ِخ ِۗ ِس ٰذنِكَ َخ‬ ٰ ْ ‫َْٕ ِو‬ٛ‫اّللِ َٔ ْان‬ ّ ٰ ِ‫ّللاِ َٔان َّسظُْٕ ِل اِ ٌْ ُك ُْتُ ْى تُ ْؤ ِيُُْٕ ٌَ ت‬
ّ ٰ َٗ‫ ٍء فَ ُس ُّدْٔ ُِ اِن‬ْٙ ‫ َش‬ْٙ ِ‫ف‬
ࣖ‫ اًْل‬ِٚٔ ْ‫َّٔاَحْ َع ٍُ تَأ‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan
Taatilah kembalikanlah kepada Allah (al-qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian,
yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Maksud dari ayat tersebut adalah adanya perintah bagi orang-

orang mukmin (secara khusus) dan seluruh makhluk pada umumnya

untuk menaati Allah SWT, Rasulullah SAW, dan ulul amri (pegang

kekuasaan dalam suatu wilayah). Hal tersebut dikarenakan dalam

kepemimpinannya seorang ulul amri telah berusaha untuk mencukupi

hak-hak masyarakat dengan berbagai peraturan yang dibuatnya.

Demikian pula sebaliknya, meskipun belum sepenuhnya dapat

memuaskan hati rakyat, pemerintah memiliki hak-hak yang juga harus

23
Banu Witono, Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuan Wajib Pajak, Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, Vol.7, No.2, September 2008, hlm. 196-208
29

dipenuhi oleh rakyatnya, seperti ditaati perintah-perintahnya dan dijauhi

larangan-larangannya. Akan tetapi, jika seorang pemerintah

memerintahkan untuk berbuat maksiat, maka rakyat tidak berkewajiban

untuk mentaatinya.

Kepatuhan pembayaran pajak bumi dan bangunan dipengaruhi

oleh banyak hal. Masyarakat terkadang terlalu sensitife terhadap segala

sesuatu yang berbau pemerintahan. Sehingga mereka kurang mau untuk

membayar pajaknya. Namun dilain pihak masyarakat terlalu nyinyir

tentang keterlambatan pembangunan atau kurangnya fasilitas yang

didapatkan. Padahal pembangunan dan perpajakan berkaitan erat.

Kewajiban untuk memperbaiki sistem perpajakan merupakan sesuatu

yang harus dilaksanakan secara terus-menerus dan sistem tersebut

hendaklah selalu disesuaikan dengan keadaan yang mutakhir (up to date)

yang sejalan dengan perubahan-perubahan aktivitas dan Pelayanan pajak

yang baik dari instansi pajak merupakan hal yang penting untuk menarik

perhatian wajib pajak, wajib pajak berhak mendapatkan pelayananyang

baik tentunya dan dapat membuat tingkat kepatuhan wajib pajak


24
meningkat. Perlunya melakukan pembaharuan adalah agar

mempermudah masyarakat memperoleh informasi dan kemudahan dalam

perpajakan. Sehingga meningkatnya kepatuhan wajib pajak karena

kemudahan yang diterimanya. Banyak cara untuk meningkatkan

24
Rudolof A. Tulenan & Dkk, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan
Fikus Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KKP Pratama Bitung,
Jurnal Riset Akutansi Going Concern, Vol. 12, No. 2, 2017, hln. 296-303
30

keatuhan wajib pajak cara yang paling pas adalah meningkatkan

pengetahuan dan kemudahan dalam menghitung atau menyetor ajaknya.

6. Keengganan Membayar Pajak

Menurut kamus bahasa Indonesia keengganan adalah ketidak

acuahan, ketidak sanggupan, atau ketidak sudian yang menyebabkan

semuanya menjadi tidak beras. Jadi dapat disimpulakan keengganan

merupakan sebuah sikap yang membuat kita tidak peduli terhadap

sesuatu.

Terdapat dua hal mendasar mengapa keengganan terjadi,

a. Ketidak puasan masyarakat terhadap pelayanan publik,

pembangunan infrastruktur yang tidak merata, dan banyak kasus

korupsi yang dilakukan pejabat tinggi, dan

b. Masyarakat kurang merasakan manfaat dari pajak yang telah

dibayar, contohnya masih banyaknya jalan yang rusak.25

Berdasarkan uraian diatas keenggan dalam membayar pajak

merupakan sikap wajib pajak yang acuh tak acuh tidak mau ambil pusing

terhadap pajak terutangnya yang disebabkan oleh beberapa factor sebagai

contoh anggapan tentang uang pajak yang akan dikorupsi. Hal ini

mungkin saja dapat menimbulkan minset buruk tentang perpajakan

sehingga wajib pajak enggan untuk membayar pajaknya.

25
Antonius Singgih Setiawan, Identifikasi Faktor-Faktor Penyebabkeengganan
Masyarakat Berurusan Dengan Pajak (Studi Eksplorasi Masyarakat Di Kota Palembang),
Optimum: Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, Vol. 4, No. 2, 2014, hal. 152
31

Hasil penelitian Antonius Singgih Setiawan factor alasan yang

dapat diindentifikasi sebagai penyebab keengganan adalah (1) tingkat

korupsi aparatur pemerintah/pajak masih tinggi (2) fasilitas yang

diberikan pemerintah belum memuaskan (3) kurangnya transparansi

dalam urusan pajak (4) merasa tidak memperoleh manfaat dari pajak (5)

aturan pajak yang rumit dan berganti-ganti dan (6) tidak/belum

pahamnya mereka terhadap aturan perpajakn di Indonesia.

Keadaan wilayah, politik dan budayah disuatu wilayah mungkin

menjadi faktor penentu tingkat keengganan seorang wajib pajak. Namun

agar dapat memberikan bukti yang kongrit mengenai keadaan yang

sesungguhnya maka dilakukan penelitian secara langsung kepada wajib

pajak bumi dan bangunan secara khusus di Kecamatan Lareh Sago

Halaban agar penerimaan dapat optimal.

B. Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari kata strategos dalam bahasa Yunani

merupakan gabungan dari stratos atau tentara dan ego atau pemimpin

yang mana suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai

sasaran yang akan dituju. Starategi menurut Nawawi sebagai kiat, cara

dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.

Menurut Tangkilisan, menyatakan strategi adalah penyesuain institusi,


32

organisasi atau badan pemerintahan terhadap perubahan lingkungan

eksternalnya.26

Strategi adalah rencana tindakan organisasi untuk mencapai

misisnya. Setiap wilayah fungsional mempunyai strategi untuk mencapai

misi keseluruhan. Strategi-strategi ini memanfaatkan peluang dan

kekuatan, menetralkan ancaman, serta menghindari kelemahan.27

Menurut Henry Mintzberg pengertian strategi terbagi 5 defenisi

yaitu:

a) Strategi sebagai rencana

Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau

langkah terencana (a directed course of action) untuk mencapai

serangkai tujuan atau cita-cita yang telah ditentukan, sama

halnya dengan konsep strategi perencanaan.

b) Strategi sebagai pola

Pengertian strategi sebagai pola (pattern) adalah sebuah pola

perilaku masa lalu yang kosisten, dengan menggunakan strategi

yang merupakan kesadaran dari pada menggunakan yang

terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola berbeda

dengan berniat atau bermaksud maka srategi sebagai pola lebih

mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja (emergent).

c) Strategi sebagai posisi (positions)

26
Yosafat Piter Dagama, Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Di Kabupaten Landak, Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vol.
5, No. 4 Desember 2016
27
Jay Heizer Dan Barry Render, Menejemen Operasi, Edisis Kesebelas (Jakarta:Salemba
Empat, 2015): 33
33

Pengertian strategi sebgai posisi adalah menentukan merek,

produk ataupun perusahan dalam pasar, berdasarkan kerangka

konseptual para konsumen ataupun para penentu kebijakan.

d) Strategi sebagai taktik (play)

Pengertian strategi sebagai taktik, merupakan sebuah maneuver

spesifik untuk mengelabui atau mengoceh lawan (competitor)

e) Strategi sebagai perspektif

Pengertian strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi

strategi berdasrkan teori yang ada ataupun menggunakan insting

alami dari isi kepala atau cara berpikir ataupun ideologis.

C. Analisis SWOT

1. Defenisi SWOT

SWOT adalah singkatan dari strength (kekutan), weaknesses

(kelemahan), opportunities (peluang), threats (ancaman), dimana SWOT

ini jdijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi

yang berorientasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk

mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komrehensif.

2. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan adalah mengindentifikasi faktor-faktor

lingkungan perusahaan kedalam golongan peluang, ancaman, kekutan

dan kelemahan. Golongan peluang dan ancaman merupakan bagian dari

lingkungan ekternal, sedangkan golongan kekuatan dan kelemahan

merupakan bagian dari lingkungan internal.


34

a. Analisis lingkungan internal, meliputi:

1) Strength (kekuatan), yang mana merupakan sebuah faktor

pendorong dan kekuatan yang berasal dari dalam organisasi,

dimana kekuatan meliputi semua komponen-komponen

organisasi baik sumberdaya maupun kemampuan yang

dapat dioptimalkan sehingga bermakna positif untuk

pengembangan organisasi ataupun pelaksanaan sebuah

program kerja, misalnya kepemimpinan yang efektif,

keadaan keuangan yang kuat, Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas, program kerja unggulan dan lain-

lain

2) Weaknes (kelemahan), yang mana merupakansuatu faktor

kekuatan yang mestinya dimilki oleh organisasi, namun

kenyataannya tidak ada, yang pada akhinya menjadi

kelemehan dalam organisasi tersebut. Maka weakness yang

berarti kekurangan-kekurangan yang berasal dari dalam

organisasi itu sendiri, misalnya kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang rendah, kuantitas SDM yang kurang,

keterbatasan dana dan lain-lain.

b. Analisis lingkungan eksternal, meliputi:

1) Opportunity (peluang), yang merupakan faktor pendukung

dalam pengembangan maupun stabilitas organisasi serta

pelaksanaan program kerja. Faktor pendukung ini


35

merupakan faktor yang berasal dari luar organisasi, bukan

dari dalam organisasi, misalnya dukungan dari pemerintah

dalam perkembangan teknologi dan lain-lain.

2) Therat (ancaman), yang merupakan faktor penghambat atau

hal-hal yang dapat mengancam perkembangan maupun

stabilitas organisasi atau pelaksanaan program kerja, bahkan

dapat mengancam keberadaan organisasi atau program

kerja. Faktor ini juga berasal dari luar organisasi, misalnya

kebijakan pemerintah yang merugikan, serta hilangnya

sumber dana dan lain-lain. .28

D. Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia optimalisasi adalah

berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling

menguntungkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan sempurna,

menjadikan paling tinggi, menjadikan maksimal, optimalisasi berarti

pengoptimalan.29 Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang

terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika

tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak

selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan

pengoptimalan adalah meminimumkan biaya.30

28
Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran (Pendekatan Praktis), (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), hal 52-56
29
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gita Media Press, 2015), Hlm 562
30
Hotnair Siringoringo, Pemograman Linear: Seri Teknik Riset Operasi, (Yogyakarta :
Grha Ilmu, 2005), Hlm 4
36

Optimalisasi adalah tindakan untuk memperoleh hasil yang

terbaik dengan keadaan yang diberikan. Optimalisasi juga dapat

didefenisiskan sebagai proses untuk mendapatkan keadaan yang

memberikan nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi.

Manfaat optimalisasi:

1.Mengindentifikasi tujuan

2. Mengatasi kendala

3. Pemecahan masalah yang lebih tepat dan dapat diandalkan

4. Pengambilan keputusan yang lebih cepat.

Pada sisi lain juga dapat diketahui adanya faktor internal dan

faktor eksternal yang dihadapi oleh nagari. Faktor internal yaitu

kelemahan dan kekuatan serta faktor eksternal yaitu peluang dan

ancaman. Kedua faktor tersebut dianalisis menggunakan analisis SWOT

dan kemudian ditemukannya alternative strategi untuk dapat

mengoptimalkan penghimpunan Pajak Bumi dan Bangunan di Kec.

Lareh Sago Halaban.

Dengan adanya kajian mengenai lingkungan internal dan

eksternal yang dilakukan, sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh dan hambatan dalam proses tercapainya strategi yang

dilaksanakan oleh nagari. sehingga diharapkan dapat menimalisir faktor

kelemahan yang dimilki oleh nagari dan mengantisipasi ancaman yang

mungkin akan terjadi dalam usaha peningkatan penerimaan PBB serta

memaksimalkan kekuatan yang ada dan mengoptimalisasikan peluang


37

yang ada dalam meningkatkan penghimpunan PBB di Kec. Lareh Saho

Halaban.

E. KAJIAN TERDAHULU

Selain membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini,

juga dilakukan pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah

pernah dilakukan para peneliti terdahulu. Pengkajian atau hasil-hasil

penelitian terdahulu akan sangat membantu penelitian-penelitian lainnya

dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan

spesifik. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian yang sudah perna

dilakukan sebelumnya:

Nama Tahun Judul Hasil


Sufi 2020 Starategi Strategi peningkatan pajak
Pemerintah Kota daerah Kota
Dalam Lhokseumawe dilakukan
Meningkatkan melalui 2 cara, yaitu
Pendapatan Asli melalui upaya
Daerah Melalui intensifikasi dan
Pajak Restoran. ekstensifikasi. Strategi
(Studi Kasus intensifikasi yang
Badan dilakukan oleh BPKD
Pengelolaan Kota Lhokseumawe
Keuangan dalam pencapaian target
Daerah Kota pajaknya yaitu dengan
Lhokseumawe) lebih mengupayakan
untuk para wajib pajak
dalam bayar dengan tepat
waktu. Dengan strategi
intensifikasi yaitu mealui
peningkatan kepatuhan
subjek pajak yang telah
ada, dari yang dilihat
Badan Pengelolaan
Keuangan daerah (BPKD)
telah melakukan
38

penetapan pajak terhadap


warung-warung kopi
disekitar wilayah kota
Lhokseumawe sesuai
dengan Perdayang telah
ditetapkan selama ini.
Dalam analisis SWOT
yang terdiri dari kekuatan
(Strenght) yaitu, peraturan
daerah, sarana dan
prasarana, kelemahan
(Weaknes) yaitu,
kurangya reward dan
insentif terhadap subjek
pajak oleh pemerinta,
masih kurangnya disiplin
wajib pajak dalam bayar
pajak, peluang
(Opportunity) yaitu,
kewenangan daerah untuk
mengatur pajaknya,
tercapainya target dan
meningkatnya pajak
restoran secara signifikan,
ancaman (Thread) yaitu,
tidak semua dari subjek
pajak melaporkan hasil
penjualanya yang
sebenarnya, kompromi
dalam penggelapan pajak.
Zulkifli 2014 Optimalisasi Hasil penelitian
Rusby Pemungutan menyatakan adapun dalam
Pajak Bumi Dan mengoptimalkan
Bangunan Di pemungutan PBB di
Kecamatan Kecamatan Teluk Meranti
Teluk Meranti pemerintah daerah
Kabupaten kabupatan pelalawan
Pelalawan mengambil langkah-
Ditinjau Menurut langkah agar pemungutan
Ekonomi Islam. bisa menjadi lebih baik
dari sebelumnya, yaitu
melakukan kegiatan
orientasi kepada
pemungut, minotoring
kelapangan dalam hal
penerimaan, bulan bakti
39

serta penyeluhan, dan


membangun kerjasama
dengan pihak terkait.
Realisasi penerimaan PBB
selama ini belumlah
mencapai target yang
diinginkan disebabkan
karena pemungutan belum
dilaksanakan seoptimal
mungkin.

Rambu 2020 Strategi Adanya faktor internal


Trio Lita Peningkatan yang dimilki dan faktor
Baok, Penerimaan eksternal yang dihadapi
Totok Pajak Bumi Dan oleh Badan Keuangan
Sasongko, Bangunan (PBB) Daerah kota batu. Faktor
Muhamma Di Kota Batu internal yaitu kelemahan
d Rifa’i dan kekuatan serta faktor
eksternal yaitu peluang
dan ancaman. Kedua
faktor tersebut dianalisis
menggunakan analisis
SWOT dan kemudian
ditemukanya alternatif
strategi untuk dapat
meningkatkan penerimaan
PBB serta secara langsung
meningkatkan pelayanan.
Jadi rekomendasi
alternatif stretegi yaitu
strategi pelayanan online,
strategi pembinaan dan
pembinaan SDM, strategi
pemutakhiran data, dan
strategi sosialisasi
interaktif. Salah satu
faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi
strategi peningkatan
penerimaan PBB adalah
tingkat kesadaran
masyarakat dalam bayar
pajak. tingkat kesadaran
masyarakat ini biasanya
berkaitan dengan tingkat
pendidikan masyarakat
40

semakin tinggi tingkat


pendidikan masyarakat
disuatu daerah biasanya
berbanding lurus dengan
semakin tingginya tingkat
kedasaran masyarakat.

Yosafat 2016 Strategi 1. Faktor internal yang


Piter Peningkatan dimiliki oleh Dinas
Dagama Penerimaan Pendapatan Daerah
Pajak Bumi Dan Kabupaten Landak
Bangunan meliputi (Strenghts)
Perdesaan Dan yaitu adanya dukungan
Perkotaan Di peraturan pemerintah
Kabupaten dan standar operasional
Landak prosedur (SOP), ada
sikap mental, displin,
motivasi dan
pemahaman tupoksi
pegawai yang baik,
adanya insentif atau
upah serta didukung
adanya reward atau
penghargaan.
Sedangkan kelemahan
(weaknesses) yaitu
jumlah pegawai yang
kurang, data objek dan
subyek pajak yang
belum akurat dan sarana
dan prasarana
dilapangan minim.
2. Faktor Eksternal yang
dihadapi oleh Dinas
Pendapatan Daerah
Kabupaten Landak
meliputi peluang
(Opportunities) yaitu
teknologi yang
berkembang,
meningkatnya
pembangunan serta
kerjasama dengan pihak
lain. Sedangkan
ancaman (Threats) yaitu
kurangnya kesadaran
41

masyarakat membayar
pajak.

Nuzul 2019 Optimalisasi Hasil penelitian


Bayyinah Pemungutan menyatakan melakukan
N Pajak Bumi Dan sosialisasi terhadap wajib
Bangunan Di pajak dan sosialisasi
Badan terhadap stakeholder,
Pendapatan Bapeda melakukan
Daerah Kita himbauan kepada
Makasar. berbagai tempat wajib
pajak, sehingga informasi
yang didapatkan
masyarakat sehubungan
membayar pajak tidak
terlambat, meningkatkan
pengawasan,
meningkatkan efesiensi
administrasi,
meningkatkan kapasitas
penerimaan melalui
perencanaan yang lebih
baik.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalism (fenomenologis).

Dimana bertujuan untuk memaparkan hasil yang ditemukan selama

penelitian mengenai strategi optimalisasi penghimpunan PBB di

Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota.

Selanjutnya mendeskripsikan melalui penelitian yang dilakukan

dilapangan dengan mengunjungi semua Kenagarian yang ada di

Kecamatan Lareh Sago Halaban dan mengambil beberapa Jorong sebagai

sampel penelitian.31

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Jika

lokasi telah ditetapkan akan mempermudah proses penelitian dan

memberikan informasi mengenai tempat penelitian dilakukan atau akan

dilakukan. Lokasi penelitian ini adalah nagari di Kecamatan Lareh Sago

Halaban Kab. Lima Puluh Kota Sumatera Barat dan waktu penelitian

diperkirakan mulai dari tanggal 03 Oktober- 03 November 2022.

31
M Mulyadi, Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif Serta Pemmikiran Dasar
Menggabungkannya (Quantitative Dan Qualitative Research And Basic Rationale To Combine
Then), Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, Vol.15, No. 1, 2011, hal. 128

42
43

C. Jenis dan Sumber data

1. Data Primer

Data primer biasanya didapat dari subjek penelitian dengan

cara melakukan pengamatan percobaan atau interview/wawancara.

Cara untuk mendapatkan data primer biasanya melalui observasi/

pengamatan langsung, subjek diberi lembar yang berisi pertanyaan

untuk diisi, yang terkait dengan strategi optimalisasi penghimpunan

pajak bumi dan bangunan dengan mendatangi Kepala Badan

Keuangan, pegawai berwenang dikantor kenagarian di Kecamatan

Lareh Sago Halaban, dan mayarakat wajib pajak bumi dan

bangunan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mendukung atas

permaalaahn yang akan dibahas. Data sekunder diperoleh dari hasil

studi perpustakaan, baik berupa bahan-bahan bacaan yang berkaitan

dengan penelitian yang penulis lakukan di Kec. Lareh Sago Halaban

Kab. Lima puluh kota.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara

langsung yang disebut sebagai nasumber. Pemilihan informan disini

berfokus pada masyarakat sebagai wajib pajak, orang-orang yang paham

dan berwenang terhadap PBB yang ada di setiap kantor wali nagari atau

pegawai nagari yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Kantor
44

Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh Kota. Penentuan informasi

penelitian menggunakan metode purposive sampling, yaitu dengan suatu

cara pemilihan informan yang dipilih berdasarkan pertimbangan dan

tujuan tertentu yang dianggap mengetahui permasalahan secara

mendalam dan dapat dipercaya. Informan awal dengan mendatangi

Staf Badan Keuangan untuk diwawancarai mengenai data

pembayaran pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh Sago

Halaban, selanjutnya mendatangi Kenagarian yang ada di Kecamatan

Lareh Sago Halaban untuk melihat strategi yang digunanakan,

selanjutnya mendatang Masyarakat wajib pajak.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan

penulis untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Adapun teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan antara lain:

1. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data adalah mewawancarai

responden untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan

yang diteliti. Peneliti menerapkan tipe wawancara dengan kerangka

tidak terstruktural yang bersifat luwes dan terbuka dalam penelitian

ini, dengan tanpa menghilangkan bukti penelitian.

Terdapat dua jenis wawancara yaitu:

a. Wawancara tidak terstruktur


45

Wawancara tidak terstruktur atau unstructured

interview disebut tidak terstruktur karena pewawancara tidak

memasuki situasi wawancara dengan rangkaian pertanyaan

yang direncanakan yang akan diberikan kepada responden.

Tujuan wawancara tidak terstruktur adalah mengetahui

beberapa isu pendahuluan, sehingga peneliti dapat menentukan

variable yang memerlukan investigasi mendalam lebih lanjut.

Wawancara tidak terstruktur telah dilakukan

sebelumnya untuk mendapatkan permasalahan terkait dengan

pajak bumi dan bangunan yang ada di Kecamatan Lareh Sago

Halaban. Rangkaian wawancara awal yang dilakukan dengan

mendatangi pegawai Badan Keuangan Kabupaten Lima Puluh

Kota. pegawai kantor kenagarian, dan beberapa masyarakat,

b. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur atau structured interviews

adalah wawancara yang dilakukan jika sejak awal diketahui

informasi apa yang diperlukan. Pewawancara memilki daftar

pertanyaan yang direncanakan untuk ditanyakan kepada

responden, baik secara pribadi, melalui telepon, atau computer.

Pertanyaan tersebut berfokus pada faktor-faktor yang diketahui

selama wawancara tidak terstruktur dan dianggap relevan

dengan masalah. Ketika responden menyampaikan pandangan

mereka, peneliti mencatatnya. Pertanyaan yang sama akan


46

ditanyakan kepada semua responden dengan cara yang sama,

akan tetapi, terkadang berdasarkan urgensi situasi, peneliti

yang berpengalaman dapat mengutip jawaban responden dan

mengajukan pertanyaan lain yang relevan di luar aturan

wawancara.

2. Observasi

Didalam buku metode penelitian bisnis oleh Uma Sekaran

Observasi melibatkan kegiatan melihat, mencatat, menganalisis dan

menginterpretasi perilaku, tidakan, atau peristiwa secra terencana.

Terdapat dimensi utama yang menggolongkan observasi yaitu,

observasi terkontrol dan tidak terkontrol, observasi partisipan dan

observasi nonpartisipan, observasional terstruktur versus tidak

terstruktur, observasi tersembunyi versus observasi tidak sembunyi.

Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan pengamatan

melalui metode pengamatan peran serta (participant observation)

yakni pengumpulan data, ketika peneliti berperan sebagai informasi

dalam objek yang diteliti. Di dalam penelitian ini, peneliti

melakukan kegiatan pengamatan terhadap kondisi alamiah, social,

dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Lareh Sago Halaban serta

aspek tak terduga lain yang mungkin berpengaruh, dan peneliti

membentuk beberapa interaksi social dengan para pelaku yang

diamati.
47

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

bertujuan untuk menemukan kebenaran atas sebuah masalah maka

penelitian ini menggunakan observasi tidak terkontrol dan non

partisipan, karena kegiatan penelitian dilakukan pada situasi yang

alami penelitian tidak terlibat secara langsung kepada subjek

penelitian dan hanya sebagai pengamat independen.

3. Dokumentasi

Dalam melakukan penelitian ini dibutuhkan meneliti beberapa

dokumen berkaitan dengan pajak bumi dan atau bangunan

Kecamatan Lareh Sago Halaban. Tujuannya adalah untuk meneliti

kevalid dokumen yang ada dengan keadaan yang sebenarnya ada

dilapangan, membandingkan data, selanjutnaya memberikan

pandangan agar data yang ada lebih baik lagi.32

F. Metode analisis data

Analisis data adalah kegiatan pengolahan data yang dibantu

dengan teori-teori yang telah didapatkan. analisis data adalah telaah yang

digunakan untuk menyederhanakan data yang diperoleh sehingga mudah

dipahami dan dibaca.

Metode analisis data yang ada dipenelitian ini adalah:

1. Analisis SWOT

32
Uma Sekaran Dan Roger Bougie, Metode Penelitian Untuk Bisnis, (Jakarta: Salemba
Empat, 2017), h. 136-155
48

Analisis SWOT adalah suatu indentifikasi faktor strategis secara

sistematis untuk merumuskan strategi. Strategi adalah alat yang sangat

penting untuk mencapai tujuan.

Dari pengertian SWOT akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Efaluasi Faktor Internal

a) Strength (kekuatan), yang mana merupakan sebuah faktor

pendorong dan kekuatan yang berasal dari dalam organisasi,

dimana kekuatan meliputi semua komponen-komponen

organisasi baik sumberdaya maupun kemampuan yang dapat

dioptimalkan sehingga bermakna positif untuk

pengembangan organisasi ataupun pelaksanaan sebuah

program kerja, misalnya kepemimpinan yang efektif, keadaan

keuangan yang kuat, Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas, program kerja unggulan dan lain-lain

b) Weaknes (kelemahan), yang mana merupakan suatu faktor

kelemahan yang mestinya dimilki oleh organisasi, namun

kenyataannya tidak ada, yang pada akhinya menjadi

kelemahan dalam organisasi tersebut. Maka weakness yang

berarti kekurangan-kekurangan yang berasal dari dalam

organisasi itu sendiri, misalnya kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) yang rendah, kuantitas SDM yang kurang,

keterbatasan dana dan lain-lain.

b. Analisis lingkungan eksternal, meliputi:


49

a) Opportunity (peluang), yang merupakan faktor pendukung

dalam pengembangan maupun stabilitas organisasi serta

pelaksanaan program kerja. Faktor pendukung ini merupakan

faktor yang berasal dari luar organisasi, bukan dari dalam

organisasi, misalnya dukungan dari pemerintah dalam

perkembangan teknologi dan lain-lain.

b) Threat (ancaman), yang merupakan faktor penghambat atau

hal-hal yang dapat mengancam perkembangan maupun

stabilitas organisasi atau pelaksanaan program kerja, bahkan

dapat mengancam keberadaan organisasi atau program kerja.

Faktor ini juga berasal dari luar organisasi, misalnya

kebijakan pemerintah yang merugikan, serta hilangnya

sumber dana dan lain-lain.

2. Analisis Internal Factor Evaluation dan Eksternal Factor

Evaluation

Untuk keperluan analisis biasanya dipakai Teknik Internal Factor

Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE). Internal Factor

Evaluation (IFE) adalah melakukan evaluasi pada lingkungan internal

(dalam) suatu perusahaan, dengan melihat faktor kekuatan dan kelemahan

yang dimilki. Sedangkan Eksternal Factor Evaluation (EFE) adalah

melakukan evaluasi yang mempengaruhi luar lingkunag perusahaan,

dengan melihat peluang dan ancaman dari luar perusahaan.


50

Semua faktor yang terlibat akan ditentukan bobotnya dengan

melihat tingkat kepentingan faktornya. Pemilihan bobot terdiri dari:

a. 0.01 : sangat rendah

b. 0.05 : rendah

c. 0.10 : sedang

d. 0.15 : tinggi

Setelah penentuan bobot maka selanjutnya menentukan rating dari

masing-masing bobot. Untuk memberikan keseragaman dalam membuat

rating baik itu IFE dan EFE, maka diberikan pedoman untuk memudahkan

hal tersebut. Peluang dan kekuatan diberi bilangan bulat yang positif dan

dimulai dari 1 sampai dengan 4. sedangkan untuk kelemahan dan ancaman

dimulai dari angka 4 sampai 1.

Dibawah ini adalah pedoman yang dapat dipakai dari angka rating

serta maksudnya.

Tabel 3.1
Rating IFE dan EFE

Kelompok Angka Arti/Maksud


Rating
Peluang dan 1 Sangat baik
kekuatan 2 Baik
3 cukup
4 buruk
Ancaman dan 1 Agak baik
kelemahan 2 Cukup
3 Baik
4 Berbahaya
51

Apabila bobot dan ranting telah ditentukan, maka dapat

ditentukan nilai IFE dan EFE melalui matrik IFE dan EFE. Berikut

ditampilkan matriks IFE dan EFE yaitu:

Tabel 3.2
Matrik IFE

Faktor-Faktor Strategis Bobot Rating Nilai Komentar


(B) (R) N=B×R
A. Kategor sebagai
kekuatan
B. Kategori sebagai
kelemahan
Total

Tabel 3.3
Matrik EFE

Faktor-Faktor Strategis Bobot Rating Nilai Komenta


(B) (R) N=B×R r
A. Kategor sebagai
peluang
B. Kategori sebagai
ancaman
Total

3. Analisis Matriks Swot

Dalam metode menganalisis data penulis juga menggunakan

Matriks strategi yang digunakan dalam matriks SWOT, maka model

matriks yang akan penulis gunakan berdasarkan table berikut:


52

Table 3.4
Model Matriks Analisis SWOT

Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Faktor eksternal

Peluang (O) Strategi SO (Strategi Strategi WO (Strategi


yang menggunakan yang meminimalkan
kekuatan dan kelemahan dan
memanfaatkan peluang) memanfaatkan
peluang)
Ancaman (T) Strategi ST (Strategi Strategi WT (Strategi
yang menggunakan meminimalkan
kekuatan dan mengatasi kelemahan dan
ancaman) menghindari ancaman)
Sumber : Freddy Rangkuti, 2001

Alternatif strategi yang dihasilkan minimal 4 (empat) strategi

sebagai hasil dari analisis matriks SWOT yaitu, Strategi SO, strategi ini

dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ST, strategi

dalam menggunakan kekuatan yang dimilki untuk mengatasi ancaman,

Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, dan Strategi WT,

didasarkan pada kegiatan usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.33

4. Analisis Tabel Bobot Skor

Tabel bobot skor berguna sebagai panduan bagi peneliti untuk

menemukan skor masing-masing faktor-faktor yang akan dijadikan

33
Freddy Rangkuti, Strategi Promosi Yang Kreatif Dan Analisis Kasus Integrated
Marketing Communication, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), Hal 243-244
53

sebagai pengambilan keputusan. Strategi yang akan diambil adalah strategi

yang memilki skor tertinggi. Tabel bobot skor dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 3.5
Tabel Bobot Skor

IFE/EFE Strengths Weakness


(Kekuatan) (Kelemahan)
Oppourtunities Total skor strategi SO Total Skor Strategi WT
(peluang)
Threat Total Skor Strategi ST Total skor strategi WT
(Ancaman)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Objek Penelitian

Kecamatan Lareh Sago Halaban merupakan satu dari 13

Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Terdapat 8

kenagarian di Kecamatan ini yaitu Sitanang, Tanjuang Gadang, Ampalu,

Batu Payuang, Balai Panjang, Halaban, Labuah Gunuang, dan Bukik

sikumpa. Dengan jumlah SPPT mencapai lebih dari 23.383 yang tersebar

diseluruh jorong yang ada.

Kecamatan ini terletak pada 00º13’ - 00º25’ Lintang selatan dan

100º37’ - 100º56’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Kecamatan Lareh Sago Halaban berbatasan dengan 4 batas daerah, yaitu

sebelah utara dengan Kecamatan Harau dan Kabupaten Kampar Provinsi

Riau, sebelah selatan Kabupaten Tanah Datar, sebelah barat Kecamatan

Luak dan sebelah timur Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten

Sijunjung.

2. Penggunaan Lahan

Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota,

Provinsi Sumatera Barat memiliki lahan seluas 39.485 hetare.

Pemanfaatan lahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sawah: 2.862 hektare.

54
55

b. Pertania bukan sawah: 35.506 hektare (termasuk hutan negara).

Sebanya 10.093 hektare terdiri dari:

-Tegal/kebun: 3.931 hektare

-Ladang/Huma: 61 hektare

-Perkebunan: 1.510 hektare

-Ditnami pohon/hutan rakyat: 3.476 hektare

-Padang rumput: 19 hektare

-Sementara tidak diusahakan: 1.062 hektare

-Lainnya: 34 hektare (dalam kategori ini termasuk: tambak,

kolam, empang, dan lain-lain)

c. Bukan pertanian: 1.117 hektare

Masuk dalam kategori ini semua lahan tidak dipakai untuk

pertanian, lahan pemukiman, lahan untuk jalan, salauran,

lapangan olah raga, lahan yang tidak bisa ditanami karena

tandus, berpasir atau terjadi dan lahan non-pertanian lainnya.

3. Jumlah Penduduk

Adapun gambaran jumlah penduduk, Kenagarian dan jumlah

SPPT yang ada di wilayah kecamatan Lareh Sago Halaban adalah

sebagai berikut:
56

Table 4: 1
Data Nagari, Jumlah Penduduk Kecamatan Lareh Sago Halaban

No Nagari Jumlah Penduduk SPPT


1 Labuah Gunuang 32.769.458 2.845
2 Batu Payuang 43.061.998 3.697
3 Balai Panjang 41.666.673 3.961
4 Bukik Sikumpa 24.334.707 2.179
5 Sitanang 27.485.171 2.387
6 Tanjuang Gadang 30.007.428 2.695
7 Halaban 42.389.367 3.359
8 Ampalu 23.100.080 2.260
Jumlah 264.814.882 23.383
Sumber data: BPS Kabupaten Lima Puluh Kota

Dari data diatas dapat dilihat jumlah penduduk dari 8 Kenagarian

yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban adalah 264.814.882 juta

jiwa dan 50 jorong yang tersebar di Kenagarian. Ditinjau dari mata

pencaharian penduduknya yang sebagian besar masyarakat Kecamatan

Lareh Sago Halaban bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

4. Sistem Pemungutan dan Penyetoran Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam melaksanakan pemungutan dan pemotongan Pajak Bumi

dan Bangunan sesuai dengan UU Pasal 28 tahun 2009 dilimpahkan

kepada pemerintah daerah. Untuk dapat memaksimalkan pemungutan

Pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Lima Puluh Kota pemungutan

Pajak Bumi dan Bangunan sendiri dilimpahkan wewenang kepada setiap

kepala wajib pajak yang ada diwilayah selanjutnya disetorkan kepada

kolektor di kenagariaan yang biasanya menjabat sebagai kasi pemerintah

atau sekretaris di kenagarian. Selanjutnya kolektor yang ada di


57

kenagarian menyetor Pajak Bumi dan Bangunan daerahnya ke Bank

nagari yang ada di kenagarian Labuah Gunuang. Pihak Badan Keuangan

melakukan pencatatan sesuai dengan laporan atau keterangan transfer

yang datang dari bank nagari. Untuk lebih jelasnya peneliti buatkan alur

penyetoran Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lareh Sago

Halaban

Badan

Keuangan

Bank
Nagari

Kolektor
kenagarian Kolektor
Kolektor
kenagarian
kenagarian

Kolektor
lapangan/jorong

Kolektor Kolektor
lapangan/jorong lapangan/jorong

Gambar 4.1 Alur Penyetoran

B. Analisis SWOT Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan

Bangunan Di Kecamatan Lareh Sago Halaban

Untuk mengatuhui bagaimana strategi optimalisasi penghimpunan

pajak bumi dan bangunan Di Kecamatan Lareh Sago Halaban dapat

dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang


58

digunakan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal suatu

organisasi, dengan analisis SWOT, kita juga dapat menentukan apa saja

faktor penghambat faktor pendukung kenagarian yang ada di Kecamatan

Lareh Sago Halaban dalam mengoptimalkan penghipunan pajak bumi

dan bangunan.

Setelah melakukan penelitian maka penulis dapat mengetahui

faktor internal dan faktor eksternal di kenagarian yang ada di Kecamatan

Lareh Sago Halaban dan penulis dapat menemukan beberapa faktor

pendorong dan faktor penghambat yang dimiliki nagari.

1. Analisis Lingkungan Internal Strategi (Kekuatan dan

Kelemahan)

Analisis internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh instansi terkait. Analisis internal ini sangat dibutuhkan

untuk mengetahui apa saja yang menjadi kelebihan maupun kekurangan

yang dimilki untuk bisa lebih dimaksimalkan maupun dimanfaatkan

untuk menjadi lebih baik.

a. Analisis Kekuatan Dari Nagari Dalam Menghimpun Pajak Bumi

Dan Bangunan

Berdasarkan hasil analisa dan wawancara dari beberapa

informan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat penulis uraikan

kekuatan atau kelebihan yang dimiliki Kenagarani di Kecamatan Lareh

Sago Halaban dalam mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan

bangunan, antara lain:


59

a) Peraturan Yang Jelas dan Terarah

Peraturan adalah suatu hal yang menjadi patokan atau

pedoman yang diberlakukan sesuai kesepakatan bersama yang

apabila dilanggar akan memperoleh sanksi tersebut juga

berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam aturan menghimpun

pajak bumi dan bangunan di Kenagarian mereka menetapkan

peraturan bahwa apabila kewajiban ditunaikan hak sendirinya

akan ikut, barang siapa yang belum membayar PBB dan hak-

haknya ditangguhkan untuk sementara waktu.

Menurut bapak Khairul Adi Dt. Paduko Marajo Lelok

selaku wali nagari Labuah Gunuang.

“setiap masyarakat yang akan dilayani dinagari harus ada


surat pengantar dari kepala jorong atau bukti pelunasan
PBB.”34
Pembayaran pajak bumi dan bangunan merupakan

perwujudan dari kewajiban setiap masyarakat sebagai wajib

pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan

kewajiban perpajakan. Dengan terpenuhinya kewajiban dalam

membayar pajak sehingga masyarakat akan mendapatkan hak-

hak mereka. Hak disini yang dimaksud yaitu surat-surat atau

keperluan penting lainnya yang dibutuhkan masyarakat.

Sehingga dengan adanya peraturan tersebut membuat

masyarakat selalu ingat dengan kewajibabnya dalam membayar

34
Khairul Adi, Wawancara Wali Nagari Labuah Gunuang, (06 Oktober 2022)
60

pajak bumi dan bangunan, karena mereka membutuhkan hak-

hak tersebut.

Tidak semua masyarakat yang peduli dengan

pemerintahan nagari, sehingga mereka tidak mau berurusan

dengan kantor wali nagai. Dengan menghubungkan pembayaran

pajak bumi dan bangunan dengan urusan yang ada nagari tidak

membuat mereka peduli dengan apa yang ada dinagari.

Masyrakat yang tidak mau berurusan dengan kenagarian,

dengan tidak membayar pajak bumi dan bangunan akan didata

dan apabila masyarakat tersebut mendapat kan bantuan, disitu

masyarakat akan ditagih pembayaran pajak bumi dan

bangunannya. Hal ini merupakan kekuatan bagi kenagarian,

karena dengan peraturan tersebut dapat membatu

mengoptimalkan penghimpunan Pajak Bumi dan Bangunan.

b) Pemberi Bantuan Akan Dikaitan Dengan PBB

Bantuan sosial merupakan pemberian bantuan yang

sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif dalam bentuk

uang atau barang kepada masyarakat yang bertujuan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang

mendapatkan bantuan atau menerima bantuan yang ada di nagari

seperti BLT, ketika ia akan mengambil bantuan tersebut

kenagari, pihak nagari akan menanyakan pembaran PBB.

Apabila masyarakat tersebut belum membayar, dan masyarakan


61

akan disuruh membayar PBB tersebut, sebelum bantuan tersebut

diberikan.

Menurut ibu Watrita selaku sekrektaris kenagarian

Bukik Sikumpa.

“masyarakat yang datang kenagari waktu meraka mau


mengambil bantuan yang mereka dapatkan, kami selaku
pengurus PBB, akan menanyakan pembayaran PBB apakah
sudah dibayar atau belum.”35
Untuk mengatasi kesejahteraan ekonomi, maka

pemerintah membuat suatu kebijakan dengan pemberian

bantuan bagi masyarakat. Bantuan dari pemerintah merupakan

bantuan yang sangat dinanti oleh seluruh masyarakat, dikarena

bantuan tersebut dapat meringankan beban masyarakat yang

khususnya dalam kebutuhan perekonomian. Dengan

dijadikannya bantuan sebagai penghubung untuk meningkatkan

penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh

Sago Halaban membuat masyarakat yang mendapatkan bantuan

harus mengutamakan membayar PBB, walaupun tidak semua

masyarakat yang mendapatkan bantuan setidaknya dengan

kebijakan tersebut dapat membatu mengoptimalkan

penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh

Sago Halaban.

35
Watrita, Wawancara Sekretaris Kenagarian Bukik Sikumpa, (05 0ktober 2022)
62

b. Analisis Kelemahan Dari Nagari Dalam Menghimpun Pajak

Bumi Dan Bangunan

Berdasarkan hasil analisa dan wawancara dari beberapa

informan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat penulis uraikan

kelemahan yang dimiliki nagari di Kecamatan Lareh Sago Halaban

dalam mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan bangunan, antara

lain:

a) Perbedaan Nama Wajib Pajak SPPT Dengan Tanah Yang

Dihuni

Setelah melakukan penelusuran kepada beberapa

Kenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Alasan

masih banyaknya masyarakat yang belum secara rutin

membayarkan pajaknya adalah karena kebanyakan tanah yang

dihuni adalah tanah pusako atau tanah yang secara turun-

temurun oleh sebuah suku. Hal ini menyebabkan banyaknya

perbedaan antara penghuni tanah dengan yang tertera di SPPT.

seperti yang dinyatakan oleh bapak Febri Yenky selaku

sekretaris kenagarian Ampalu

“nama yang tertera di SPPT banyak yang tidak sesuai


dengan penghuni tanah, sehingga ada saja masyarakat yang
menjadikan alasan untuk tidak membayar pajaknya. padahal
tanah itu adalah tanah pusako yang tidak bisa dialih
namakan.”36

36
Febri Yenky, Wawancara Sekretaris Kenagarian Ampalu, (05 Oktober 2022)
63

Adanya ketidak sesuaian nama yang tertera dalam

SPPT dengan yang menerima manfaat mungkin saja terjadi,

namun akan terus diperbaiki. Untuk tanah pusako sendiri tentu

saja tidak dapat di alih namakan menjadi milik individu, sehingga

nama yang tertera kebanyakan adalah nama suku atau nama

mamak kapala suku.

Tanah pusako adalah tanah milik bersama pada suatu

kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun-

temurun dari nenek moyang terdahulu, dan harta ini berada

dibawah pengelolaan mamak kepala waris (lelaki tertua dalam

kaum). Proses kepindahan kekuasaan atas harta pusako tinggi dari

kemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan pusako


37
basalin. Hal tersebut berarti bahwa harta tanah pusako tinggi

tidak dapat diperjual belikan dan digadaikan. Namun demikian

dalam praktek mengenai praktek gadai dapat dilakukan dengan

beberapa syarat tertentu.

Karena tanah pusako tersebut milik bersama dan

dibawah pengelolaan mamak kepala suku, jadi tanah tersebut

adalah nama suku. Kebanyakan masyarakat yang menghuni tanah

pusako terkadang tidak mau membayar pajak bumi dan bangunan

karena mereka merasa kalau membayar pajak bumi dan bangunan

37
Khairul Adi, Wawancara Wali Nagari Labuah Gunuang, (06 Oktober 2022)
64

tersebut bukan mereka yang membayar, tapi mamak kepala suku

atau nama yang tertulis di SPPT.

Dan ini menjadi kelemahan dinagari ketika kolektor

memungut PBB karena mereka tidak mau membayar PBB

dikarenakan perbedaan nama di SPPT.

b) Belum Ada Upaya Dalam Menerapkan Sanksi Yang Tegas

Belum ada ketegasan pihak Kenagarian dalam

memberikan sanksi yang menyebabkan masyarakat wajib pajak

tidak menjalankan kewajibannya dalam pembayaran pajak bumi

dan bangunan, karena sanksi yang akan diterima apabila telat

bayar pajak bumi dan bangunan belum diterapkan, sehingga tidak

ada kesadaran masyarakat wajib pajak untuk membayar pajak

bumi dan bangunan tepat waktu. Belum adanya penerapan saksi

yang diberikan sehingga penghimpunan pajak bumi dan bangunan

Di Kecamatan Lareh Sago Halaban tidak optimal.

2. Analisis Lingkungan Eksternal Strategi (Peluang Dan

Hambatan)

Adapun lingkungan eksternal merupakan analisis yang

dilakukan untuk mengetahui faktor yang berkaitan dengan eksternal

Kenagarian seperti mengetahui peluang dan ancaman yang dimilki oleh

Kenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban.


65

a. Analisis Peluang Dari Nagari Dalam Menghimpun Pajak Bumi

Dan Bangunan

Berdasarkan hasil analisa dan wawancara dari beberapa

informan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat penulis uraikan

Peluang yang dimiliki Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban

dalam mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan bangunan, antara

lain:

a) Kerja Sama Dengan Bank Nagari

Dalam pelaksanaan penghimpunan pajak bumi dan

bangunan diKenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago

Halaban bekerja sama dengan pihak Bank Nagari, yang mana ini

merupakan kelebihan yang dimilki Kenagarian. Kerjasama

kenagarian dengan Bank Nagari didasari bahwa penyetoran pajak

bumi dan bangunan, Kolektor yang ada di kenagarian menyetor

Pajak Bumi dan Bangunan daerahnya ke Bank nagari yang ada di

kenagarian Labuah Gunuang. Kemudian Bank Nagari akan

mentransfer ke Badan Keuangan, sehingga kolektor nagari tidak

perlu menyetor uang pajak bumi dan bangunan ke Badan

Keuangan di Kabupaten Lima Puluh Kota.

b) Adanya Pelatihan Untuk Pelayanan PBB

Dalam rangka mengoptimalkan penghimpunan pajak

bumi dan bangunan harus memilki pelayanan yang tidak hanya

keramahan dan penampilan yang ditawarkan kepada masyarakat


66

maka diperlukan pendidikan dan pelatihan. Dilaksanakannya

pendidikan dan pelatihan bermaksud untuk membekali aparatur

tentang pengetahuan pajak bumi dan bangunan. Dalam pelayanan

pajak membutuhkan keahlian khusus yaitu menangani pelayanan

administrasi pajak bumi dan bangunan, sehingga masyarakat akan

mendapatkan kepuasan karena sudah memudahkan urusanya

dalam menyelesaikan administrasi perpajakan seperti cepat

tanggat dalam menerima keluhan dari masyarakat, membantu

dalam pengisian berkas-berkas yang sulit bagi orang-orang awam

sehingga tidak minyita banyak waktu dan mampu membantu

masyarakat untuk menangani tuntutan dan harapan yang tiada

batas.

b. Analisis Ancaman Dari Nagari Dalam Menghimpun Pajak Bumi

Dan Bangunan

Berdasarkan hasil analisa dan wawancara dari beberapa

informan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat peneliti uraikan

hambatan yang dimiliki nagari di Kecamatan Lareh Sago Halaban dalam

mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan bangunan, antara lain:

a) Faktor Ekonomi Masyarakat

Perilaku wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan

bangunan dipengaruhi oleh keengganan atau kendala yang

dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Keadaan ekonomi masyarakat

yang memang berbeda menyebabkan sulitnya untuk melakukan


67

pemungutan walaupun dalam jumlah kecil. seperti yang

disampaikan oleh bapak Deriato.

“masyakat dengan penghasilan kecil banyak yang tidak


membayar pajak. sebagai manusia pastinya mereka banyak
kebutuhan sehingga lebih mementingkan kebutuhan lain
dari pada PBB walaupun nilainya kecil”38
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat
bahwasanya pendaatan masyarakat yang sedikit sehingga tidak
bisa atau jarang untuk melakukan kewajibannya dalam membayar
pajak bumi dan bangunan, dikarenakan masyarakat lebih
mengutamakan keperluan lainnya yang lebih utama dibandingkan
dengan membayar pajak bumi dan bangunan.
Untuk dapat membuktikannya peneliti melakukan
wawancara dan observasi kepada wajib pajak. Hal ini bertujuan
untuk memperkuat pandapatan para kolektor pajak jika
penundaan karena faktor ekonomi memang terjadi. Sesuai dengan
arahan mak Sarin sebagai kepala jorong di Kampai nagari
Sitanang peneliti menemui wajib pajak yang sering melakukan
penundaan karena sedang tidak ada uang yaitu ibu Leni. Menurut
buk Leni ia melakukan penundaan karena waktu dilakukan
pemungutan ia memang sedang tidak ada uang hal ini karena
memang beberapa tanah yang ia tepati dan olah merupakan
beberapa tanah pusako.
“ saya bukannya tidak mau bayar PBB, tapi pada saat
pemungutan memang sedang tidak ada uangnya. SPPT
yang harus dibayar ada beberapa kalau dihitung semua Rp.
20.000. Jadi pada saat ditagih memang belum ada
uangnya. tapi kadang tidak ditagih lagi”39

38
Derianto, Wawancara Sekretaris Nagari Tanjuang Gadang (05 Oktober 2022)
39
Leni, Wawancara (06 Oktober 2022)
68

Keadaan subjek pajak dalam PBB tidak mempengaruhi

besarnya pajak terutang, sehingga tidak ada alasan untuk

mengurangi pajak yang telah ditentukan. Jika membandingkan

dengan teori of plannet behavior yang dikemukakan oleh Ajzen,

kendala ekonomi merupakan faktor internal yang dimilki oleh

wajib pajak sehingga menyebabkan perilaku yang diambilnya

adalah menunda atau menolak membayar PBB mereka karena

adanya kebutuhan lain harus dipenuhi. Sehingga dengan

masyarakat yang menolak atau menunda membayar pajak bumi

dan bangunan menyebabkan kurang optimalnya target

penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh

Sago Halaban.

b) Kurangnya Kesadaran Masyarakat Wajib Pajak

Fakta masih kurangnya kepatuhan masyarakat untuk

dapat menyetorkan PBB dipengaruhi juga oleh kesadaran. Hanya

sebagian kecil wajib pajak yang melakukan pembayaran PBB

meraka sendiri. Hal ini terkait dengan perilaku wajib pajak yang

ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Sebagaimana yang

disampaikan oleh bapak Derianto selaku nagari Tanjuang gadang.

“ kalau tunggu masyarakat bayar pbb sendiri sepertinya


kita masih terlalu jauh. dipungut dengan cara didatangi
karumahnya saja susah, apalagi setor sendiri. sudah
didatangi katanya besok, lagi gak ada uang, atau memang
sedang tidak ada dirumah. kami selaku kolektor pajak
melakukan pemungutan bukan sekali dua kali ke rumah
69

yang sama, tapi beberapa wajib pajak punya cara untuk


menunda sampai kami tidak menagih lagi.40
Hal Ini didukung dengan pernyataan ibu Delvina selaku

sekretaris nagari Halaban.

“untuk pemungutan sendiri sesuai dengan alur yang


ditentukan pihak Badan Keuangan sih. kami melakukan
pemungutan langsung pada wajib pajak oleh kepala
jorong masing-masing. kalau yang menyetorkan sendiriini
kayaknya Cuma orang-orang tertuntu, karena udah
dipungut saja susah apalagi bayar sendiri, gak mungkin.”
41

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasanya wajib

pajak sering terlambat membayar pajak atau tidak mau membayar

pajak dikarenakan berbagai alasan yang masyarakat berikan, jadi

dapat disimpulkan bahwasanya wajib pajak kurang peduli dan

tidak memilki kesadaran sendiri dalam terhadap kewajibanya

untuk membayar pajak bumi dan bangunan.

Menurut teori plannet of behavior yang dikemukakan

oleh Ajzen kesadaran merupakan faktor internal yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin tinggi

tingkat kesadaran seseorang semakin tingga juga kepatuhan

terhadap pembayaran PBB. kepatuhan masyarakat terhadap pajak

bumi dan bangunan sangat dipengaruhi keadaran masyarakat

dalam penghimpunan pajak bumi dan bangunan.

40
Derianto, Wawancara (05 Oktober 2022)
41
Delvina, Wawancara Sekretaris Nagari Halaban (05 Oktober 2022)
70

3. Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation

(EFE)

Dalam analisis matriks IFE dan EFE kita akan menilai 2 garis

matriks. Pertama yaitu Internal Factor Evaluation (IFE) matrik yang

bergaris untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi keadaan

perusahaan dari dalam perusahaan itu, yaitu pada kekuatan dan

kelemahan. Kedua yaitu External Factor Evaluation (EFE), matrik yang

berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan

dari luar perusahaan yaitu peluang dan ancaman. Untuk lebih lengkapnya

mengenai faktor yang mempengaruhi kedua faktor pada matrik IFE dan

EVE dapat dilihat pada keterangan pada lampiran.

Pemberian bobot diurutkan menjadi 0.01 (sangat rendah), 0.05

(rendah), 0.10 (sedang), 0.15 (tinggi). Jumlah seluruh bobot baik pada

bagian internal dan eksternal harus berjumlah 1,0 dan 100 persen.

Sedangkan ranting digunakan untuk menilai sejauh mana


faktor internal dan eksternal penting atau tidak penting untuk
dikembangkan.

Tabel 4.2
Ranting IFE Dan EFE

Kelompok Angka Arti/Maksud


Rating
Peluang dan 1 Sangat baik
kekuatan 2 Baik
3 cukup
4 buruk
Ancaman dan 1 Agak baik
kelemahan 2 Cukup
3 Baik
4 Berbahaya
71

a. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE)

Matrik IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar

peranan fakto-faktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matrik

IFE menggambarkan kondisi internal perusahaan yang terdiri dari

kekuatan dan kelemahan yang hitung berdasarkan rating bobot yang

diambil dari hasil wawancara bersama dengan para pembuat kebijakan

dalam penghimpunan pajak bumi dan bangunan dari Kenagarian di

Kecamatan Lareh Sago Halaban. Tabel 4.3 menunjukan matrik IFE

yang menganalisis 4 faktor. 2 kekuatan dan 2 kelemahan.

Tabel 4.3
Matrik Internal Factor Analisys (IFA)

Faktor Internal Strategi Bobot Ranting Skor

kekuatan
Peraturan Yang Jelas dan Terarah 0,35 2 0,70
Pemberi Bantuan Akan Dikaitan 0,39 3 1,17
Dengan PBB
Total 0,74 1,87
Kelemahan
Perbedaan Nama Wajib Pajak 0,10 2 0,20
SPPT Dengan Tanah Yang Dihuni

Belum Ada Upaya Dalam 0,16 4 0,64


Menerapkan Sanksi Yang Tegas
Total 0,26 0,84
Jumlah S+W 1,00 2,71

Memberikan bobot pada masing-masing faktor yang dapat

memberikan dampak terhadap faktor strategi. Karena faktor kekuatan

memberikan dampak yang cukup baik terhadap penghimpunan pajak


72

bumi dan bangunan maka diberikan nilai bobot 0,35 dan 0,39 (tinggi),

dengan ranting berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi

yang ada sehingga diberikan nilai ranting 2-3 (baik dan cukup).

Sedangkan pada faktor kelemahan memberikan dampak cukup buruk

terhadap penghimpunan pajak bumi dan bangunan maka diberi nilai

bobot 0,10 dan 0,16 (sedang dan tinggi), dengan ranting berdasarkan

pengaruh faktor kelemahan terhadap kondisi yang ada sehingga nilai

ranting 2-4 (cukup dan berbahaya) sesuai dengan hasil wawancara yang

dilakukan dengan Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban.

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE pada tabel 4.3 dapat

dilihat bahwa sisi internal, terdiri bahwa total nilai bobot nilai kekuatan

masing-masing elemen adalah 1,87 (didapat dari dijumlahkan nilai skor

0,70 dan 1,17) dan kelemahan 0,84 (didapat dari dijumlahkan nilai skor

0,20 dan 0,64), maka dapat diperoleh total bobot skor pada tabel IFE

adalah 2,71 (didapat dari di jumlahkan nilai skor 1,87 dan 0,84) yang

berarti kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban dapat mengatasi

kelemahan yang ada dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilki

Kenagarian.

b. Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matrik EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh faktor-faktor eksternal yang terdapat pada perusahaan. Matrik

EFE menggambarkan kondisi eksternal perusahaan yang terdiri dari

peluang dan ancaman yang dihitung berdasarkan bobot yang diambil


73

dari hasil wawancara penghimpunan pajak bumi dan bangunan dari

Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Tabel 4.4 menggunakan

matrik (EFE) yang menganalisis 4 faktor, 2 peluang dan 2 ancama.

Tabel 4.4
Matrik Eksternal Factor Analisys (EFA)
Faktor Eksternal Strategi Bobot Ranting Skor

Peluang
Kerja Sama Dengan Bank Nagari 0,37 3 1,11
Adanya Pelatihan Untuk 0,30 3 0,90
Pelayanan PBB
Total 0,67 2.01
Ancaman
Faktor Ekonomi Masyarakat 0,18 3 0,54
Kurangnya Kesadaran Masyarakat 0,15 2 0, 30
Wajib Pajak

Total 0,33 0,84


Jumlah O+T 1,00 2.84

Memberikan bobot pada masing-masing faktor yang dapat

memberikan dampak terhadap faktor strategi. Karena faktor Peluang

memberikan dampak yang cukup baik terhadap penghimpunan pajak

bumi dan bangunan maka diberikan nilai bobot 0,37 dan 0,30 ( timggi ),

dengan ranting berdasarkan pengaruh faktor peluang yang semakin

besar terhadap kondisi yang ada sehingga diberikan nilai ranting 3 (

cukup ). Sedangkan pada faktor ancaman memberikan dampak cukup

buruk terhadap penghimpunan pajak bumi dan bangunan maka diberi

nilai bobot 0,18 dan 0,15 ( tinggi ), dengan ranting berdasarkan

pengaruh faktor ancaman yang diberikan cukup buruk terhadap kondisi


74

yang ada sehingga nilai ranting 3-2 ( cukup dan hati-hati ) sesuai

dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kenagarian di

Kecamatan Lareh Sago Halaban.

Berdasarkan hasil analisis matrik EFA pada tabel 4.4 dapat

dilihat bahwa sisi eksternal, terdiri bahwa total nilai bobot nilai Peluang

masing-masing elemen adalah 2,01 ( didapat dari dijumlahkan nilai skor

1,11 dan 0,90 ) dan ancaman 0,84 ( didapat dari dijumlahkan nilai skor

0,54 dan 0,30 ), maka dapat diperoleh total bobot skor pada tabel EFA

adalah 2,84 ( didapat dari dijumlahkan nilai skor 2,01 dan 0,84 ) yang

berarti kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban dapat mengatasi

ancaman yang ada dengan memanfaatkan peluang yang dimilki

Kenagarian.

4. Matriks SWOT

Setelah melakukan analisis dan identifikasi mengenai bobot

dan peringkat dari masing-masing faktor internal dan faktor eksternal

dari Kenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban, maka

selanjutnya penulis akan melakukan analisis strategis menggunakan

matriks SWOT, yang mana dengan menggunakan matriks SWOT

tersebut dapat mempermudah penulis dalam mengambil keputusan

mengenai strategi apa yang bisa digunakan oleh Kenagarian yang ada di

Kecamatan Lareh Sago Halaban.

Matrik SWOT adalah suatua alat yang digunakan untuk

menganalisis 4 strategi yaitu strategi SO ( strategi kekuatan dan peluang),


75

strategi WO (strategi kelamahan dan peluang), strategi ST (strategi

kekuatan dan ancaman), dan strategi WT (strategi kelemahan dan

ancaman).

Strategi SO adalah strategi gabungan antara kekuatan dan

peluang, yang mana strategi tersebut menggunakan kekutan yang

dimimilki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO adalah

strategi gabungan antara kelemahan dan peluang, yang mana strategi

tersebut diupayakan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang-peluang yang ada. Strategi ST adalah strategi gabungan antara

kekuatan dan ancaman, yang mana strategi tersebut menggunakan

kekuatan yang dimilki untuk mengatasi ancaman yang ada. Dan yang

terakhir adalah strategi WT yaitu strategi gabungan antara kelemahan dan

ancaman, yang mana strategi tersebut digunakan untuk memanimalkan

kelemahan untuk menghindari ancaman dari luar.

Berikut matriks SWOT yang dilakukan untuk menganalisis

faktor internal dan eksternal dalam merumuskan strategi yaitu:


76

Table : 4.5

Matriks SWOT Strategi Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan


Bangunan Di Kecamatan Lareh Sago Halaban

IFE Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


1. Peraturan Yang 1. Perbedaan Nama
Jelas Dan Terarah Wajib Pajak SPPT
2. Pemberian Bantuan Dengan Tanah Yang
Akan Dikaitan Dihuni
Dengan PBB 2. Belum Ada Upaya
Dalam Menerapkan
Sanksi Yang Tegas

EFE
Peluang Strategi SO Strategi WO
(opportunities) 1. Mempertahankan 1. Memberikan
1. Kerja Sama Peraturan Yang Pengarahan Kepada
Dengan Bank Sudah Ada Wajib Pajak Tentang
Nagari 2. Mempertahankan Perbedaan Nama di
2. Adanya Kerjasama Yang SPPT
Pelatihan Untuk Sudah Ada Agar 2. Mempertegas
Pelayanan PBB Penghimpunan Pemberian Sanksi
Pajak Bumi Dan Kepada Wajib Pajak
Bangunan Optimal Yang Telat
3. Meningkatkan Membayar Pajak
Kualitas Pelayanan Bumi dan Bangunan
PBB
Ancaman (Treats) STrategi ST Strategi WT
1. Faktor Ekonomi 1. Memberikan 1. Meningkatkan
Masyarakat Pengarahan Kepada kualitas Kinerja
2. Kurangnya Masyarakat Bahwa Kenagarian di
Kesadaran Penting Membayar Kecamatan Lareh
Masyarakat Pajak Bumi Dan Sago Halaban
Wajib Pajak Bangunan 2. Menjaga
2. Meningkatkan Kepercayaan
Kualitas Masyarakat
Sumberdaya
Manusia

Pada matrik SWOT diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa alternative yang mungkin digunakan dalm mengoptimalkan


77

penghimpunan Pajak Bui dan Bangunan di Kecamatan Lareh Sago

Halaban.

a. Strategi Strengths-Opportunity (SO)

Strengths-Opportunity (SO) merupakan strategi dengan

menggambarkan kekuatan yang dimilki untuk memanfaatkan

peluang yang ada, beberapa strategi SO yang dapat diterapkan

dalam mengoptimalkan penghimpunan Pajak Bumi dan Bangunan

yaitu:

a) Mempertahankan Peraturan Yang Sudah Ada

b) Mempertahankan Kerjasama Yang Sudah Ada Agar

Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan Optimal

c) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

b. Strategi Weakness-Opportunity (WO)

Dalam strategi ini diupayakan untuk menutupi kelemhan dan

memanfaatkan peluang yang ada, beberapa strategi yang ada dapat

digunakan adalah:

a) Memberikan Pengarahan Kepada Wajib Pajak Tentang

Perbedaan Nama di SPPT

b) Mempertegas Pemberian Sanksi Kepada Wajib Pajak Yang

Telat Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

c. Strategi Strengths-Threats (ST)


78

Strengths-Threats (ST) merupakan strategi dengan menggerakkan

kekuatan yang dimilki untuk mengetahui berbagai ancaman yang

ada, strategi yang diterapkan adalah:

a) Memberikan Pengarahan Kepada Masyarakat Bahwa Penting

Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan

b) Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia

d. Strategi Weakness-Threats (WT)

Weakness-Threats (WT) merupakan strategi yang digunakan untuk

meminimalkan kelemahan serta ancaman yang ada dalam

penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh Sago

Halaban, strateginya adalah:

a) Meningkatkan kualitas Kinerja Kenagarian di Kecamatan

Lareh Sago Halaban

b) Menjaga Kepercayaan Masyarakat

Menjaga kepercayaan masyarakat dengan tidak menyalah

gunakan kekuasaan seperti korupsi

5. Analisis Bobot Skor

Setelah melakukan analisis terhadap strategi SO, strategi WO,

strategi ST, dan strategi WT, maka akan didapatkan strategi yang akan

digunakan oleh Kenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban.

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah dengan memilih salah

satu dari keempat strategi tersebut yang mana strategi tersebut yang

paling menguntungkan bagi Kenagarian. Cara yang dilakukan untuk


79

menentukan strategi yang paling baik yang akan digunakan adalah

dengan menggunakan tabel bobot skor yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6
Analisis Bobot Skor Pada Matriks SWOT
Internal Faktor
Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Faktor eksternal
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1,87 + 2,01 = 3,88 0,84 + 2,01 = 2, 85
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1,87 + 0,84 = 2,71 0,84 + 0,84 = 1,64

Setelah dilakukannya beberapa pertimbangan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi strategi Optimalisasi Penghimpunan Pajak

Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban, dan berdasarkan

pada tabel 4.6 diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang

terpilih adalah strategi SO yaitu kombinasi antara kekuatan dan peluang,

yang mana strategi SO memilki nilai paling tinggi sebesar 3, 88.

C. Strategi Optimalisasi Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan Di

Kecamatan Lareh Sago Halaban

Setelah melakukan analisis mengenai faktor internal dan faktor

eksternal dikenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban .

Maka diperoleh strategi yang bisa digunakan oleh kenagarian di

Kecamatan Lareh Sago Halaban dalam mengoptimalkan penghimpunana


80

pajak bumi dan bangunan, yaitu dengan mengunakan kekutan untuk

memperoleh peluang yang ada.

1. Mempertahankan Peraturan Yang Sudah Ada

Peraturan adalah suatu hal yang menjadi patokan atau

pedoman yang diberlakukan sesuai kesepakatan bersama yang apabila

dilanggar akan memperoleh sanksi tersebut juga berdasarkan kesepakatan

bersama. Dalam aturan di Kenagarian mereka menetapkan peraturan

bahwa apabila kewajiban ditunaikan hak sendirinya akan didapatkan,

masyarakat yang belum membayar PBB pihak nagari akan menahan surat

atau keperluan lainnya sebelum PBB dibayar. Dengan peraturan yang

diterapkan seperti ini, masyarakat yang ada keperluan kenagari akan

memperhatikan pembayaran PBBnya, kerana meraka akan butuh hak

tersebut kenagari.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh kenagarian adalah

mempertahankan peraturan yang ada dengan selalu menerapkannya

kepada masyarakat wajib pajak tentang kewajiban membayar Pajak Bumi

dan Bangunan dengan menghubungkan hak-hak meraka.

2. Mempertahankan Kerjasama Yang Sudah Ada Agar Penghimpunan Pajak

Bumi Dan Bangunan Optimal

Kerjasama dengan pihak luar tidak hanya menambah relasi

Kenagarian saja akan tetapi juga mampu mengoptimalkan penghimpunan

pajak bumi dan bangunan. Dalam pelaksanaan penghimpunan pajak bumi

dan bangunan diKenagarian yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban


81

bekerja sama dengan pihak Bank Nagari, yang mana ini merupakan

kelebihan yang dimilki Kenagarian. Kerjasama kenagarian dengan Bank

Nagari didasari bahwa penyetoran pajak bumi dan bangunan, Kolektor

yang ada di kenagarian menyetor Pajak Bumi dan Bangunan daerahnya

ke Bank nagari yang ada di kenagarian Labuah Gunuang. Kemudian

Bank Nagari akan mentransfer ke Badan Keuangan, sehingga kolektor

nagari tidak perlu menyetor uang pajak bumi dan bangunan ke Badan

Keuangan di Kabupaten Lima Puluh Kota.

3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

Pelayanan yang baik akan meningkatkan kualitas Kenagarian

karena dengan pelayanan baik masyarakat akan merasa lebih nyaman dan

memudahkan urusanya dalam menyelesaikan administrasi perpajakan

sehingga tidak minyita banyak waktu dan mampu membantu masyarakat

untuk menangani tuntutan dan harapan yang tiada batas.

D. Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Strategi Optimalisasi

Penghimpunan Pajak Bumi Dan Bangunan

Penghimpunan pajak dan zakat memilki peranan penting bagi

kehidupan ekonomi, ibadah dan kesejahteraan suatu masyarakat. oleh

karena itu negara mulai mewajibkan mulai periode Islam terdahulu,

hingga sekarang selain zakat yang diwajibkan bagi umat muslim. Dan

juga pajak wajib dipungut atas tiap-tiap warga Negara tanpa

membedakan agama yang dianut. salah satu tujuan pengelolaan zakat

adalah untuk meningkatkan fungsi dan keadilan sosial. Demikian pula


82

halnya pembayaran pajak yang ditetapkan oleh pemerintah melalui

undang-undangnya wajib ditunaikan kaum muslim, selama itu untuk

kepentingan pembangunan, diberbagai bidang dan sector kehidupan yang

dibutuhkan oleh masyarakat secara lebih luas, seperti sarana dan

prasarana pendidikan, kesehatan, transportasi, pertahanan dan keamanan,

dan bidang-bidang lainya yang telah ditetapkan bersama. Salah satu

alasan keseharusan kaum muslim menunaikan kewajiban pajak

ditetapkan Negara, disamping menunaikan kewajiban zakat, adalah suat

al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

ّ ٰ ِ‫ب َٔ ٰن ِك ٍَّ ْانثِ َّس َي ٍْ ٰا َيٍَ ت‬


ِ‫اّلل‬ ِ ‫ق َٔ ْان ًَ ْغ ِس‬ ِ ‫ْط ْانثِ َّساَ ٌْ تُ َٕ ٰۤنُّْٕ ا ُٔجُْٕ َْ ُك ْى قِثَ َم ْان ًَ ْش ِس‬ َ َٛ‫۞ ن‬
ٗ‫ال ع َٰهٗ ُحث ِّّّٖ َذ ِٖٔ ْانقُسْ ٰت‬ َ ًَ ‫ٍَّ ْۚ َٔ ٰاتَٗ ْان‬ّٖٛ ِ‫ة َٔانَُّث‬ ِ ‫اْل ِخ ِس َٔ ْان ًَ ٰه ِى َك ِح َٔ ْان ِك ٰت‬
ٰ ْ ‫َْٕ ِو‬ٛ‫َٔ ْان‬
َٗ‫ب َٔاَقَا َو انص َّٰهٕجَ َٔ ٰات‬ ٰۤ
ِ ْۚ ‫فٗ انسِّ قَا‬ ِ َٔ ٍَْٛ ِ‫ ِۙ ِْم َٔانعَّا ِىه‬ِٛ‫ٍَ َٔا ْتٍَ ان َّعث‬ْٛ ‫َ ٰتًٰ ٗ َٔ ْان ًَ ٰع ِك‬ٛ‫َٔ ْان‬
ٍَْٛ‫َّس َّٰۤا ِء َٔ ِح‬
َّ ‫ٍَ فِٗ ْانثَأْ َظ ٰۤا ِء َٔان‬ْٚ ‫صثِ ِس‬ ّ ٰ ‫ان َّص ٰكٕجَ ْۚ َٔ ْان ًُْٕ فُْٕ ٌَ تِ َع ْٓ ِد ِْ ْى اِ َذا عَاَْ ُدْٔ ا ْۚ َٔان‬
ٰٰۤ ُ ٰٰۤ ُ ْ ْ
ٌَ ُْٕ‫ٔن ِىكَ ُْ ُى ْان ًُتَّق‬ َ ٍَْٚ ‫ٔن ِىكَ انَّ ِر‬
‫ص َدقُْٕ ا َِۗٔا‬ ِ ِۗ ‫انثَأ‬
‫ضا‬
artinya: “bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu
suatu kebijakan, akan tetapi sesungguhnya kebijakan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta; dan (memerdekakan) hamba
sahayanya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.”
Sebelum memaparkan tentang strategi optimalisasi

penghimpunan pajak bumi dan bangunan di Kecatan Lareh Sago Halaban

menurut perspektif ekonomi Islam, tentang tidak optimalnya penerimaan

pajak bumi dan bangunan dilihat dari data yang ada di Badan Keuangan.

Salah satu strategi yang dilakukan oleh kenagarian untuk mengatasi


83

beberapa hambatan atau kendala yaitu dengan memberikan ketegasan

kepada wajib pajak yang tidak memilki kesadaran dalam membayar

pajak bumi dan bangunannya yaitu dengan mempertahankan peraturan

supaya masyarakat wajib pajak selalu ingat dengan kewajibannya dalam

membayar pajak.Hal ini juga dibenarkan dalam agama Islam

sebagaimana dijelaskan pada surah Annisa ayat 59:

‫عُٕا ان َّسظُْٕ َل َٔأُنِٗ ْاْلَ ْي ِس ِي ُْ ُك ْۚ ْى فَا ِ ٌْ تََُا َش ْعتُ ْى‬ْٛ ‫ّللاَ َٔاَ ِط‬ ّ ٰ ‫عُٕا‬ْٛ ‫ٍَ ٰا َيُُ ْٰٕٓا اَ ِط‬ْٚ ‫َُّٓا انَّ ِر‬َٚ‫٘ ٰٰٰٰٓ ا‬
‫ْس‬ٛ َ‫اْل ِخ ِۗ ِس ٰذنِكَ خ‬ ّ ٰ ِ‫ّللاِ َٔان َّسظُْٕ ِل اِ ٌْ ُك ُْتُ ْى تُ ْؤ ِيُُْٕ ٌَ ت‬
ٰ ْ ‫َْٕ ِو‬ٛ‫اّللِ َٔ ْان‬ ّ ٰ َٗ‫ ٍء فَ ُس ُّدْٔ ُِ اِن‬ْٙ ‫ َش‬ْٙ ِ‫ف‬
ࣖ‫ اًْل‬ِٚٔ ْ‫َّٔاَحْ َع ٍُ تَأ‬
artinya: “wahai orang-orang yang beriman! taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara
kamu. kemudian, jika kamu nerbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikan kepada Allah (Al-Qur,an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Dalam penghimpunan pajak bumi dan bangunan mengadakan

kerjasama yang baik dengan pihak terkait. kerjasama juga dikenal dalam

islam yang disebut dengan istilah ta’awun (tolong-menolong).

keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, tidak akan

terlepas dari adanya kerjasama yang baik. sebagaimana yang disebutkan

dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:

ٰٓ‫٘ َٔ َْل ْانقَ َ ًٰۤل ِى َد َٔ َْل‬


َ ‫ّللاِ َٔ َْل ان َّشٓ َْس ْان َح َسا َو َٔ َْل ْانَٓ ْد‬ ّ ٰ ‫ٍَ ٰا َيُُْٕ ا َْل تُ ِحهُّْٕ ا َش َع ٰۤا ِى َس‬ْٚ ‫َُّٓا انَّ ِر‬َٚ‫ٰٓا‬ٰٚ
ٰۤ
‫َ ْثتَ ُغْٕ ٌَ فََّْ اًل ِّي ٍْ َّزتِّ ِٓ ْى َٔ ِزضْ َٕاَاا َِۗٔاِ َذا َحهَ ْهتُ ْى فَاصْ طَا ُدْٔ ا ِۗ َٔ َْل‬ٚ ‫ْتَ ْان َح َسا َو‬َٛ‫ٍَ ْانث‬ْٛ ‫ٰا ِّي‬
‫ْج ِد ْان َح َس ِاو اَ ٌْ تَ ْعتَ ُدْٔ ۘا َٔتَ َعا ََُْٕٔ ا َعهَٗ ْانثِ ِّس‬ ِ ‫ص ُّدْٔ ُك ْى ع ٍَِ ْان ًَع‬ َ ٌْ َ‫َجْ ِس َيَُّ ُك ْى َشُ َٰا ٌُ قَْٕ ٍو ا‬ٚ
‫ب‬ ّ ٰ ٌَّ ِ‫ّللاَ ِۗا‬
ِ ‫ ُد ْان ِعقَا‬ْٚ ‫ّللاَ َش ِد‬ ّ ٰ ‫اٌ َۖٔاتَّقُٕا‬
ِ َٔ ‫اْل ْث ِى َٔ ْان ُع ْد‬
ِ ْ َٗ‫َٔانتَّ ْق ٰٕ ٖۖ َٔ َْل تَ َعا ََُْٕٔ ا َعه‬
artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)kebijakan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Syi’ar Allah ialah; segala amalan yang dilakukan dalam
rangka ibadat haji dan tempat-tempat mengerjakanya.”
84

Ayat diatas menjelaskan bahwa konsep masyarakat menurut

Islam adalah suatu masyarakat yang saling tolong-menolong dalam

semua perbuatan, baik bersifat ekonomi, social, politik dan budaya serta

pertahanan. Konsep tolong-menolong adalah berlandasan prinsip

kemanusiaan. Tolong-menolong menunjukkan bahwa manusia dijadikan

sebagai mahkluk sosial karena manusia ditakdirkan Allah menjadi

khalifah-nya dimuka bumi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan strategi yang

digunakan oleh Kenagaria dalam mengoptimalkan penghimpunan pajak

bumi dan bangunan telah sesuai dengan ekonomi Islam, dalam hal ini

Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban menghimpun pajak bumi

dan bangunan untuk kepentingan pembangunan, diberbagai bidang dan

sector kehidupan yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas, demi

kesejahteraan rakyat. Tapi pada kenyataannya penghimpunan pajak bumi

dan bangunan yang terealisasi tidak sesuai dengan yang ditargetkan hal

ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyaraka, maka

pembangunan tidak terlaksana.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas pajak itu wajib

dikeluarkan oleh kaum muslim dinegara Indonesia yang memenuhi

kreteria wajib pajak, pada kenyataannya dilapangan kebanyakan wajib

pajak tidak mau untuk membayar pajak, Karena mereka merasa bahwa

hasil dari pemungutan pajak bumi dan bangunan tidak disalurkan kepada

masyarakat. Hal tersebut dilarang dalam ekonomi Islam. Seharusnya


85

uang pajak bumi dan bangunan harus digunakan untuk kepentingan kaum

muslim itu sendiri. Karena uang pajak bumi dan bangunan adalah hasil

keringat rakyat, yang harus digunakan secara efektif dan hemat. Ia

bukanlah milik raja atau presiden atau siapa yang menerima. Ia adalah

milki Allah SWT Yang harus harus dipergunakan sesuai dengan kaidah

umum yang berlaku dalam tata cara pengeluaran uang Negara.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Lareh Sago

Halaban terhadap rendahnya partisipasi masyarakat dalam membayar pajak

sehingga penghimpunan pajak bumi dan bangunan belum optimal. sehingga

diperlukan penelitian Kenagarian yang ada diKecamatan Lareh Sago Halaban

dengan melihat strategi yang mereka gunakan dalam menghimpun pajak bumi

dan bangunan:

1. Mempertahankan Peraturan Yang Sudah Ada

Peraturan adalah suatu hal yang menjadi patokan atau pedoman yang

diberlakukan sesuai kesepakatan bersama yang apabila dilanggar akan

memperoleh sanksi tersebut juga berdasarkan kesepakatan bersama.

Dalam mempertahankan peraturan harus ada kerjasama antara pihak

kenagarian dan masyarakat dalam menghimpun Pajak Bumi dan

Bangunan agar penerimaannya optimal.

2. Mempertahankan Kerjasama Yang Sudah Ada Agar Penghimpunan Pajak

Bumi dan Bangunan Optimal

Dalam mengoptimalkan penghimpunan pajak bumi dan bangunan

Kenagarian berkerjasama dengan Bank Nagari dalam penyetoran pajak

bumi dan bangunan yang dilakukan oleh kolektor nagari dengan

mentranfer ke Badan Keuangan.

3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pajak Bumi Dan Bangunan

86
87

Pelayanan yang baik akan mampu meningkatkan penghimpunan pajak

bumi dan bangunan di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Pelayanan yang

diberikan Kenagarian bisa ditingkatkan dengan cara mempermudah

masyarakat dalam urusan administrasi perpajakan seperti cepat tanggap

dalam menerima keluhan masyarakat.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan diatas adalah

sebagai berikut:

1. Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban perlu mempertahankan

peraturan yang ada supaya penghimpunan pajak bumi dan bangunan

optimal

2. Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban perlu mempertahankan

dan meningkatkan kerjasama dengan pihak luar supaya penghimpunan

pajak bumi dan bangunan optimal

3. Kenagarian di Kecamatan Lareh Sago Halaban perlu meningkatkan

kualitas pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan supaya administrasi

perpajakan lebih baik lagi


88
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Damas Dwi. 2017. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Malang: UB

Press

Akramunnas Dan Syarifudin. 2020. Ekonomi Islam Suatu Pengantar.

Tasikmalaya : Edu Publisher

Arif , Nur Rianto Al Dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikro Ekonomi (Suatu

Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional). Jakarta:

KENCANA

Budio, Sesra. 2019. Strategi Manajemen Sekolah. Jurnal Menata. 2(2)

Dagama, Yosafat Piter. 2016. Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi Dan

Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Di Kabupaten Landak, Governance.

Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan. 5(4)

Departemen Pendidikan Nasioanal. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Diana dan Setiawati. 2009. Perpajakan Indonesia. Yogyakarts: Andi

Fitria, Dona. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Dan

Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Journal Of

Applied Business And Economic. 4(1)

Halim, Abdul. 2017. perpajakan: konsep, aplikasi, contoh studi kasus. Jakarta:

Salemba Empat

Heizer, Jay Dan Barry Render. 2015. Menejemen Operasi, Edisis Kesebelas.

Jakarta:Salemba Empat
Kazwaini. 2017. Epistimologi Perpajakan Dalam Pemikiran Al-Mawardi. Jurnal

An-Nida. 41(1)

Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran (Pendekatan Praktis). Yogyakarta:

Graha Ilmu

Mardiasmo, 1997. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset Mardiasmo

Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi

Mulyadi, M. 2011. Penelitian Kuntitatif Dan Kualitatif Serta Pemmikiran Dasar

Menggabungkannya (Quantitative Dan Qualitative Research And Basic

Rationale To Combine Then). Jurnal Studi Komunikasi Dan Media. 15(1)

Mohammad Dan Sudrajatt. 2019. Resume Ragam Penelitian Kualitatif

Pangesti, Dhea Mayang dan Amanita Novi Yushita. 2019. Pengaruh Kesadaran

Membayar Pajak, Persepsi Atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Dan

Pemahaman Peraturan Pemerintah Bomor 23 Tahun 2018 Terhadap

Kemauan Membayar Pajak (Pada UMKM Sektor Perdagangan Di

Kabupaten Klaten ). Jurnal Nominal. VIII(2)

Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi Yang Kreatif Dan Analisis Kasus

Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Sekaran, Uma Dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta:

Salemba Empat

Setiawan, Antonius Singgih. 2014. Identifikasi Faktor-Faktor

Penyebabkeengganan Masyarakat Berurusan Dengan Pajak (Studi


Eksplorasi Masyarakat Di Kota Palembang). Optimum: Jurnal Ekonomi

Dan Pembangunan. 4(2)

Siamena, Elfin. Harijanto Sabijono Dan Jessy D.L Warongan. 2017. Pengarus

Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi Da Manado. Jurnal Riset Akutansi Going Concern.

12(2)

Siringoringo, Hotnair. 2005. Pemograman Linear: Seri Teknik Riset Operasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Tim Prima Pena. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gita Media Press.

Tulenan, Rudolof A. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan

Fikus Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di

KKP Pratama Bitung. Jurnal Riset Akutansi Going Concern. 12(2)

Thian, Alexander. 2021. Ekonomi Syariah. Yogyakarta: ANDI

Wahyu, Rio Makkulau Dan Heri Irwan. 2020. Pemikiran Ekonomi Islam. Bukit

Kili Koto Baru Kabupaten Solok – Sumatera Barat: Balai Insan Cendekia

Windiarti, Wiwik. 2018. Analisis Efektivitas Penerima Pajak Bumi Dan

Bangunan Kota Depok. Jurnal Ilmiah Ekbank. 1(2)

Witono, Banu. 2008. Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuan Wajib Pajak,

Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. 7(2)


LAMPIRAN

A. Pandoman Wawancara

Daftar Pertanyaan Analisis SWOT

a. Strength (kekuatan)
1) Apakah ada kekuatan atau kelebihan yang dimilki oleh nagari
dalam penghimpunan Pajak bumi dan Bangunan ?
2) Bagaimana stategi yang digunakan dalam penghimpunan pajak
bumi dan bangunan ?

b. Weakness (kelemahan)
1) Apa saja hambatan dan kendala yang dihadipi oleh nagari dalam
menghimpun PBB ?
2) Apa saja permasalahan yang perna dialami kolektor pajak dalam
pemungutan pajak bumi dan bangunan ? Bagaimana cara petugas
nagari mengatasi permasalahan tersebut ( Petugas Nagari)

c. Opportunities (peluang)
1) Apakah ada keunggulan tersendiri dari strategi yang digunakan
petugas nagari dalam penghimpunan PBB ?
2) Apakah perbedaan strategi yang digunakan oleh nagari dengan
kenagarian lain dalam menghimpun PBB ?

d. Threat (ancaman)
1) Apa saja hambatan masyarakat wajib pajak dalam membayar pajak
bumi dan bangunan ? (Petugas Nagari)
2) Bagaimana langkah atau strategi yang bapak atau ibu ambil dalam
mengatsi masyarakat wajib pajak yang tidak mau membayar pajak?
B. DOKUMENTASI

1. Dokumentasi Pengambilan Data di Badan Keuangan

2. Dokumentasi Dengan Di Kenagarian Kecamatan Lareh Sago Halaban

Wawancara Dengan Wali Nagari Labuah Gunuang


Wawancara Dengan Sekretaris Atau Kasi Nagari Bukik Sikumpa

Wawancara Dengan Sekretaris Atau Kasi Nagari Batu Payuang


Wawancara Dengan Sekretaris Atau Kasi Nagari Halaban

Wawancara Dengan Sekretaris Atau Kasi Nagari Ampalu


Wawancara Dengan Sekretaris Atau Kasi Nagari Balai Panjang

Wawancara Dengan Masyarakat Wajib Pajak


C. Dokumentasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kecamatan Lareh Sago
Halaban Tahun 2018

NO NAMA NAGARI TARGET YANG


DIBAYAR
REALISASI
1 Balai Panjang 23.964.881 11.998.083
2 Ampalu 12.836.363 12.836.363
3 Halaban 31.335.734 30.736.402
4 Batu Payuang 30.686.202 4.870.659
5 Sitanang 17.425.703 4.851.077
6 Bukik Sikumpa 15.992.257 6.850.000
7 Tanjuang Gadang 21.109.635 5.400.000
8 Labuah Gunuang 23.466.597 13.230.200

D. Dokumentasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kecamatan Lareh Sago


Halaban tahun 2019

NO NAMA NAGARI TARGET YANG


DIBAYAR
REALISASI
1 Balai Panjang 41.281.921 6.451.349
2 Ampalu 15.541.245 10.540.930
3 Halaban 42.334.570 41.334.871
4 Batu Payuang 41.459.241 11.710.541
5 Sitanang 20.820.261 8.240.876
6 Bukik Sikumpa 24.681.378 9.724.931
7 Tanjuang Gadang 30.734.208 11.981.342
8 Labuah Gunuang 21.320.218 16.424.962
E. Dokumentasi Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Lareh Sago
Halaban Tahun 2020

NO NAMA NAGARI TARGET YANG


DIBAYAR
REALISASI
1 Balai Panjang 23.215.575 10.794.769
2 Ampalu 12.838.673 7.969.983
3 Halaban 31.424.724 16.554.248
4 Batu Payuang 30.951.344 19.613.516
5 Sitanang 17.416.544 2.811.064
6 Bukik Sikumpa 16.010.820 10.838.860
7 Tanjuang Gadang 21.198. 197 9.957.162
8 Labuah Gunuang 23.884.401 11. 106.712

F. Dokumentasi Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Lareh Sago


Halaban Tahun 2021

NO NAMA NAGARI TARGET YANG


DIBAYAR
REALISASI
1 Balai Panjang 41.326.904 8.052.000
2 Ampalu 23.248.611 15.967.731
3 Halaban 42.008.729 42.008.729
4 Batu Payuang 39.347.539 35.451.000
5 Sitanang 27.769.590 15.626.650
6 Bukik Sikumpa 24.610.338 7.424.391
7 Tanjuang Gadang 30.871.829 8.676.528
8 Labuah Gunuang 33.149.744 16.529.241
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desma Elva

Nim : 3218038

Tempat Tanggal Lahir : Batu Kabau, 22


Februari 1997

Alamat : Jorong Tanah Ungguak, Nagari


Sitanang, Kecamatan Lareh
Sago Halaban, Kabupaten Lima
Puluh Kota

No.Hp : 082388034667

email : novadesmaelva@gmail.com

Orang Tua

Ayah : Hendrizal

Ibu : Wirda

Alamat : Jorong Tanah Ungguak, Nagari Sitanang, Kecamatan Lareh Sago


Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota

Riwayat Pendidikan

1. 2006-2012 SDN 03 Sitanang


2. 2012-2015 MTSN Bunga Setangkai
3. 2015-2018 SMAN 01 Kecamatan Lareh Sago Halaban
4. 2018-2022 UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai