SMK N 1 JOGONALAN
LAPORAN PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pemisahan campuran dengan kromatografi
2. Untuk mengetahui warna noda pada tiap tinta
3. Untuk mengetahui jarak noda pada tinta
Eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan
umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Eluent yang banyak digunakan
adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. R merupakan nilai dari
Jarak relative pada pelarut. Harga Rƒ dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa
(Rohman 2009).
V. HASIL PENGAMATAN
Pelarut Tinta Noda Jarak noda Jarak pelarut
Air Hitam Ungu 1,5 cm
Pink 0,5 mm 2 cm
Coklat muda 0,6 mm
Biru 0,2 mm
Air Hijau tua Hijau muda 0,7 mm
Kuning 0,1 mm 1,6 cm
Biru 0,4 mm
Air Orange Pink 0,7 mm 1,6 cm
Kuning 0,6 mm
Air Biru tua Ungu 0,5 mm 1,3 cm
Biru muda 1 cm
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan pemisahan campuran dengan kromatografi ini menggunakan kertas
buku tulis sebagai fase diam dan air sebagai fase geraknya. Percobaan yang
dilakukan mengunakan spidol warna hitam,hijau tua,orange dan biru tua.
Pada spidol berwarna hitam menghasilkan noda ungu, pink, coklat muda dan biru.
Untuk noda ungu dengan jarak 1,5 cm, noda pink dengan jarak 0,5 mm, noda coklat
muda dengan jarak 0,6 mm dan noda biru dengan jarak 0,2 mm dengan jarak pelarut
sekitar 2 cm.
Pada spidol berwarna hijau tua menghasilkan noda hijau muda, kuning dan biru.
Untuk noda hijau muda dengan jarak 0,7 mm, noda kuning dengan jarak 0,1 mm dan
noda biru dengan jarak 0,4 mm dengan jarak pelarut sekitar 1,6 cm
Pada spidol berwarna orange menghasilkan noda pink dan ungu. Untuk noda pink
dengan jarak 0,7 mm dan noda kuning dengan jarak 0,6 mm dengan jarak pelarut
sekitar 1,6 cm
Pada spidol berwarna biru tua menghasilkan noda ungu dan biru muda. Untuk noda
ungu dengan jarak 0,5 mm dan noda biru muda dengan jarak 1 dengan jarak pelarut
sekitar 1,3 cm.
VII. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pada percobaan pemisahan campuran dengan
kromatografi ini menggunakan kertas buku tulis sebagai fase diam. Kertas tersebut
dipotong hingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4,5×12,5 cm. Pada
masing-masing kertas yang sudah dipotong di beri batas bawah dan batas atas
sepanjang 1 cm menggunakan pensil. Tujuan mempersembahkan batas bawah
adalah agar antara totolan warna di sebuah pelarut memiliki jarak jadi totolan tidak
langsung berinteraksi dengan pelarut sedangkan jarak atas digunakan sebagai batas
penyerapan cluen. Jarak pun digambar menggunakan pensil, karena pensil tidak
berinteraksi dengan tidak seperti pen dan spidol.
Pada percobaan mengunakan spidol warna hitam,hijau tua,orange dan biru tua.
Pada spidol berwarna hitam menghasilkan noda ungu dengan jarak 1,5 cm, noda
pink dengan jarak 0,5 mm, noda coklat muda dengan jarak 0,6 mm, dan noda biru
dengan jarak 0,2 mm dengan jarak pelarut 2 cm.
Pada spidol berwarna hijau tua menghasilkan noda hijau muda dengan jarak 0,7 mm,
noda kuning dengan jarak 0,1 mm dan noda biru dengan jarak 0,4 mm dengan jarak
pelarut 1,6 cm.
Pada spidol berwarna orange menghasilkan noda pink dengan jarak 0,7 mm dan
noda kuning dengan jarak 0,6 mm dengan jarak pelarut 1,6 cm.
Pada spidol berwarna biru tua menghasilkan noda ungu dengan jarak 0,5 mm dan
noda biru muda dengan jarak 1 cm dengan jarak pelarut 1,3 cm.
Dari praktikum ini saya mengetahui jika campuran itu dapat dipisahkan dengan cara
yang sederhana seperti kromatografi kertas. Warna noda dan juga jarak noda serta
jarak pelarut yang dihasilkan dari masing-masing setiap warna spidol.
VIII. LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM FILTRASI
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pemisahan campuran dengan filtrasi
2. Untuk mengetahui jumlah pengotor dalam suatu campuran
3. Untuk mengetahui kejernihan air secara sederhana
Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau bahan sejenis untuk
memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat mengendap, agar
diperoleh air yang jernih. Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan
partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan pada media yang porous.
Kedalaman penyaringan menentukan derajat kebersihan air yang disaringnya pada
pengolahan air untuk minum. Mekanisme yang dilalui pada filtrasi: a. Air mengalir
melalui penyaring glanular. b. Partikel-partikel tertahan di media penyaring. c.
Terjadi reaksi-reaksi kimia dan biologis (Envist, 2009 dalam Operasi Teknik Kimia 1
Unsyiah,2013).
V. HASIL PENGAMATAN
Jenis Air Keadaan Keadaan Tinggi Tinggi Tinggi Waktu
awal akhir cairan cairan pengotor
awal akhir
Air Kotor Air tidak 5 cm 4,5 cm 0,5 mm 3 menit
lumut ada kotoran
tetapi tidak
jernih
Air Kotor Air tidak 5 cm 4,5 cm 1 cm 3 menit
tanah jernih/buket
Air Buket Airnya lebih 5 cm 4 cm Tidak ada 4 menit
sumur jernih
daripada
yang awal
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan pemisahan campuran dengan filrasi ini menggunakan botol dan
bahan sederhana. Menggunakan 3 jenis air keruh yaitu air lumut,air tanah dan juga
air sumur.
Pada air lumut keadaan awal sebelum difiltrasi kotor dan keadaan air setelah
difiltrasi yaitu air tidak ada kotoran tetapi tidak jernih. Ketinggian cairan awal mula-
mula 5 cm setelah difitrasi menjadi 4,5 cm dengan tinggi pengotor 0,5 mm dan juga
waktu yang diperlukan 3 menit.
Pada air tanah keadaan awal sebelum difiltrasi kotor dan keadaan air setelah
difiltrasi yaitu air tidak bisa jernih/buket airnya. Ketinggian cairan awal mula-mula 5
cm setelah difiltrasi menjadi 4,5 cm dengan tinggi pengotor 1 cm dan juga waktu
yang diperlukan 3 menit.
Pada air sumur keadaan awal sebelum difiltrasi buket dan keadaan air setelah
difiltrasi yaitu airnya jauh lebih jernih daripada yang awal sebelum difiltrasi.
Ketinggian cairan awal mula-mula 5 cm setelqh difiltrasi menjadi 4 cm dengan tinggi
pengotor tidak ada dan juga waktu yang diperlukan 4 menit.
VII. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pemisahan campuran dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana yaitu filtrasi. Filtrasi ini cukup menggunakan botol dan juga bahan-bahan
yang sangat sederhana yang dapat dengan mudah dijumpai.
Pada percobaan ini menggunakan 3 jenis air yaitu air lumut,air tanah dan juga air
sumur.
Pada air lumut ketinggian pengotor yang dihasilkan yaitu 0,5 mm dan keadaan air
setelah difiltrasi yaitu air tidak ada kotoran tetapi tidak jernih.
Pada air tanah ketinggian pengotor yang dihasilkan yaitu 1 cm dan keadaan air
setelah difiltrasi yaitu air tidak bisa jernih/buket airnya.
Pada air sumur ketinggian pengotor yang dihasilkan tidak ada dan keadaan air
setelah difiltrasi yaitu airnya jauh lebih jernih daripada yang awal sebelum difiltrasi.
Dari praktikum ini saya mengetahui jika campuran itu dapat dipisahkan dengan cara
yang sederhana seperti filtrasi. Jumlah pengotor pada setiap campuran dan juga
kejernihan air yang dihasilkan dari proses filtrasi masing-masing campuran.
VIII. LAMPIRAN