Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL KIMIA POLIMER

PENGEMBANGAN POLIMER BERBASIS ETNOKIMIA

“WAYANG KULIT DARI KULIT KERBAU”

Disusun Oleh :

Nama : Risca Febyan

NIM : 16307141059

Kelas : Kimia B 2016

Prodi : Kimia

JURUSAN PENDIDIKAN KIMA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polimer adalah suatu makromolekul yang terbentuk dari susunan ulang


molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer
= bagian). Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang
kecil (monomer), saling berikatan dalam suatu rantai. Sifat-sifat polimer berbeda dari
monomer-monomer yang menyusunnya. Molekul panjang yang mengandung rantai-
rantai atom yang dipadukan melalui ikatan kovalen yang terbentuk melalui proses
polimerisasi, dimana molekul monomer bereaksi bersama-sama secara kimiawi untuk
membentuk suatu rantai linier atau jaringan tiga dimensi dari rantai polimer.
Penggolongan polimer berdasarkan asalnya, yaitu yang berasal dari alam (polimer
alam), polimer semisintesis dan polimer yang sengaja dibuat oleh manusia (polimer
sintetis). Contoh penggolongan polimer berdasarkan sumbernya adalah sebagai
berikut :

1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut


2. Polimer semisintetis : karet alam tervulkanisir
3. Polimer sintetis
 Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen, polistiren
 Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
 Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan dasarnya dari
selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga kehilangan
sifat-sifat kimia dan fisika asalnya)
Kulit binatang menurut bahasa adalah lapisan luar dari tubuh binatang.
Sedangkan menurut istilah adalah organ terbesar dari tubuh yang menutupi daging
dimana kulit menjadi tempat tumbuhnya bulu-bulu dari binatang. Kulit merupakan
lapisan yang paling luar dari tubuh binatang dan berfungsi sebagai pelindung
tubuhnya. Secara histologi kulit diartikan sebagai organ tubuh yang tersusun dari
jaringan epitel, jaringan ikat dan jaringan lain yang terdapat dalam kulit, misalnya
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan pembuluh darah kapiler. Kulit merupakan
jaringan pengikat suatu mahluk hidup yang berperan dalam melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan luar. Kulit bersifat impermiabel terhadap air, larutan dan
mikroganisme. Syaraf dalam kulit merupakan reseptor dari sentuhan (tekanan, panas,
dingin dan stimulasi rasa sakit).

Etnokimia adalah studi kimia dari sudut pandang budaya. Bagaimana kimia itu
telah membentuk sebuah kebudayaan dan bagaimana kebudayaan turut berkonstribusi
pada ilmu pengetahuan dan perubahannya. Informasi mengenai etnokimia dapat
diperoleh salah satunya dari eksplorasi penggunaan tanaman (flora), baik sebagai
pangan ataupun obat - obatan. Studi etnokimia menggabungkan pemahaman turun
menurun di masyarakat (opini) dengan ilmu sains (fakta ilmiah) mengenai efektifitas
tanaman tersebut yang dianggap berperan sebagai obat maupun bahan aditif pangan
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman serta peran dari senyawa
kimia tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan aneka ragam
seni dan budaya. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya ragam budaya yang masih
sering kita temui dimanapun di Indonesia, mulai dari kesenian budaya berupa acara
adat bahkan juga sampai dengan seni budaya pertunjukan. Salah satu seni pertunjukan
yang bisa dibilang sangat populer di Indonesia salah satunya adalah wayang. Wayang
merupakan seni pertunjukan berupa drama yang khas. Pertunjukan wayang biasanya
menyajikan sebuah cerita mengenai legenda maupun sejarah-sejarah yang ada di
Indonesia. Wayang kini kian semakin dikenal luas. Beberapa jenis wayang juga sudah
dikembangkan untuk memperkaya khasanah dunia perwayangan. Beberapa contoh
wayang tersebut misalnya wayang golek, wayang orang, wayang kulit, wayang kayu,
wayang orang, wayang klitik dan wayang madya.
BAB II
ISI

A. Kulit Kerbau
Menurut Shafie, dalam. (Talib Ridhwan A.B., dan Talib Chalid. 2007)
“Kerbau menduduki posisi yang penting di daerah tropis dan subtropis karena
adaptasinya dengan kondisi panas. Kulit kerbau ditutupi oleh epidermis yang tebal,
sel-sel dasarnya mengandung banyak partikel melanin yang dapat memberikan
permukaan kulit berwarna hitam. Melanin merupakan pelindung dari sinar
ultraviolet dan melindungi penetrasi sinar ini melewati dermis masuk ke dalam
jaringan dibawahnya. Sinar ini merupakan bagian dari radiasi surya pada daerah
tropis dan subtropis dan dapat menyebabkan kerusakan kulit hingga dapat
menghasilkan kanker kulit”.
Kulit kerbau termasuk dalam salah satu contoh polimer alami yang cukup
banyak dimanfaatkan dalam industri kerajinan karena kepadatan dan ketebalan
kulitnya yang memberikan kekuatan, ukurannya lebar, dan hasilnya mengkilat. Kulit
kerbau tidak jauh berbeda dengan kulit sapi baik dari segi ukuran, keuletan dan
kekuatannya, namun kulit kerbau sedikit lebih tebal daripada kulit sapi.

B. Wayang Kulit
Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia yang telah
dilestarikan dari generasi ke generasi. Keberadaannya sebagai budaya yang
adiluhung telah diakui oleh UNESCO, badan dunia yang mengurus tentang
pelestarian kebudayaan. Pada tanggal 7 November 2003, wayang kulit telah
ditetapkan sebagai Masterpiece of Oral and Intagible Heritage of Humanity.
Ada dua pendapat mengenai usul kata “wayang”. Yang pertama
beranggapan kata ini berasal dari “ma hyang” yang berarti menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Sementara, pendapat yang lain
menganggap “wayang” merupakan bahasa Jawa untuk “bayangan”. Hal ini
merujuk pada bentuk pertunjukan wayang. Penonton melihat pertunjukan berupa
bayangan wayang yang dimainkan oleh dalang. Dalang memainkan wayang dari
balik layar. Wayang kulit sendiri dibuat dari kulit kerbau. Kulit kerbau dipilih
karena mampu menghasilkan wayang kulit yang kuat, tidak mudah melengkung.
Kulit sapi pernah coba digunakan untuk membuat wayang kulit, namun wayang
yang dihasilkan tidak terlalu kuat dan cepat melengkung.

C. Pembuatan Wayang Kulit dari Kulit Kerbau


Berbicara tentang cara pembuatan wayang, tidak akan terlepas dari seni
memahat. Dalam kerajinan ini, obyek yang dipahat adalah kulit kerbau sebagai
bahan dasar pembuatan wayang. Alasan mengapa kulit kerbau dipakai sebagai bahan
dasar pembuatan wayang karena kulit kerbau merupakan jenis kulit dengan kualitas
paling halus. Diolah dengan teknik “kerok” tradisional menjadikan wayang berbahan
kulit kerbau terlihat sempurna. Kulit kerbau tergolong kuat, tidak bergelombang, dan
memiliki ketebalan yang optimum. Kulit jenis ini paling mahal dibandingkan dengan
jenis kulit lain dan biasanya digunakan untuk bahan wayang ukuran kidangan serta
standard pedalangan kualitas halus. Pembuatan wayang, khususnya wayang untuk
pertunjukan, harus menuruti pakem atau aturan yang telah ada. Proses pembuatan 1
karakter wayang berbeda-beda tergantung ukuran dan karakter wayang itu sendiri.
Proses pembuatan wayang kulit yang pertama adalah perendaman kulit kerbau
dalam air selama satu hari sampai lunak. Kemudian direntangkan atau dipentangkan
dengan menggunakan tali dan pigura kayu yang kuat. Selanjutnya kulit tersebut
dijemur di bawah terik matahari sampai benar-benar kering. Kulit yang sudah kering
segera ditipiskan dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah bagian rambut
(bagian luar) dan sisa-sisa daging yang masih melekat (bagian dalam). Kulit dikerok
dengan menggunakan pisau atau pethel sedikit demi sedikit secara hati-hati.
Pengerokan kulit bagian luar hanya sedikit saja karena bila dilakukan pengurangan
terlalu banyak maka kulit yang dihasilkan akan menjadi mudah patah bila dilipat.
Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan rambut-rambutnya saja dan
dibersihkan dengan air.
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mempermudah pengerokan
rambut pada kulit, seperti merendam kulit dengan air mendidih, dan dengan
menggunakan air kapur sebelum dipentangkan. Torehan pisau pada proses
pengerokan hanya dilakukan satu arah dari atas ke bawah. Setelah kulit ditipiskan,
sisa-sisa kerokan dibersihkan dengan air dan bagian yang dikerok dihaluskan dengan
amplas. Selanjutnya, dijemur di panas sinar matahari lagi hingga kering secara
merata.
Proses pengerokan kulit adalah seperti gambar berikut ini :
Setelah kering, kulit dilapisi dengan warna dasar untuk menutup pori – pori
kulit agar permukaannya rata. Kemudian mulai dibentuk sketsa di permukaan kulit.
Setelah itu, tepi sketsa ditatah sehingga diperoleh bentuk dasar. Tahap selanjutnya
adalah memperhalus tatahan dasar dan membuat kombinasi yang indah dalam
terawangan cahaya. Setelah terbentuk wayang secara kasar, maka bagian muka dan
detail lainnya di bagian sketsa dalam mulai ditatah. Proses ini sangat penting karena
berpengaruh pada karakter wayang yang dihasilkan. Proses pentatahan dapat dilihat
seperti pada gambar berikut :

. Setelah melalui tahap ini, wayang yang dihasilkan tersebut dinamakan


putihan karena belum diwarnai Putihan tersebut diwarnai dengan menggunakan
pewarna sintesis, yaitu cat Sandy Colour dan menggunakan perekat rakol. Setelah
selesai dicat dan disempurnakan, wayang kulit diberi penyangga dengan
menggunakan tanduk kerbau atau bambu. Setelah wayang selesai diwarnai pada
bagian-bagian tertentu, wayang tersebut akan melalui proses pengepresan. Jika pada
kualitas kulit yang kurang bagus, biasanya memakan waktu 3 hari agar permukaan
kulit lebih rata. Proses pewarnaan adalah sebagai berikut :
Terakhir adalah pemasangan gapitan atau tuding agar dapat digunakan dalam
pertunjukan wayang kulit. Hasil akhir dari pembuatan wayang kulit adalah sebagai
berikut :

Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat wayang kulit. Rata – rata
pembuatan satu buah wayang kulit membutukan waktu satu hingga dua minggu.
Sehingga tak heran apabila wayang kulit yang dijual mempunyai harga yang tidak
murah.

D. Perkembangan Wayang Kulit


Wayang Kulit adalah sebuah seni pementasan yang berkembang pesat di
Indonesia dan sudah di kenal dunia karena keunikannya. Seni pewayangan sendiri
diminati oleh semua lapisan masyarakat. Bukan hanya masyarakat Jawa, saat ini
wayang kerap sekali disajikan di seluruh dunia terutama dalam acara-acara sakral.
Namun saat ini kesenian wayang mulai dilupakan, hal ini disebabkan karena
pengaruh dari budaya luar. Akibat pengaruh tersebut, para remaja sekarang
menganggap bahwa kesenian tradisional adalah budaya yang ketinggalan jaman atau
kuno. Mereka lebih memilih kesenian luar yang mereka anggap lebih modern dan
mengikuti perkembangan jaman. Akan tetapi pada kenyataannya kesenian wayang
kulit telah mendunia bahkan banyak orang asing yang berlomba – lomba untuk
mempelajari kesenian kita (Indonesia), dan rela membayar mahal untuk mempelajari
kesenian ini.
Saat ini jarang sekali kita temui pertunjukan wayang kulit bahkan jarang ada
anak muda yang mau untuk memperhatikan kesenian tradisional ini. Hal ini
menyebabkan keberadaan kesenian tradisional di negara kita semakin menurun dan
memprihatinkan bahkan semakin terkikis. Apabila keadaaan ini dibiarkan berlarut-
larut maka tidak menutup kemungkinan kesenian Indonesia akan semakin banyak
yang diklaim oleh negara lain yang disebabkan karena para generasi muda malu
untuk mengakui jika kesenian wayang kulit adalah kesenian mereka. Oleh karena itu
sebelum semua itu terjadi, kita sebagai generasi muda sudah seharusnya
memperjuangan kembali kesenian yang sudah kita miliki.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit kerbau yang merupakan salah satu contoh dari polimer alami dapat
dimanfaatkan untuk membuat wayang kulit. Alasan pembuatan wayang kulit
berbahan dasar kulit kerbau adalah karena kulit kerbau tergolong kuat, halus, tidak
bergelombang, dan memiliki ketebalan yang optimum. Wayang kulit sendiri
merupakan kebudayaan asli dari Indonesia yang telah dilestarikan dari generasi ke
generasi. Wayang kulit dibuat oleh pengrajin di beberapa wilayah di Indonesia
khususnya di Jawa. Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seseorang yang disebut
dalang yang memainkan seluruh karakter tokoh wayang kulit. Untuk menghidupkan
suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang
menyanyikan lagu-lagu Jawa.

B. Daftar Pustaka
Anggraina, Rina. 2017. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia. http://rinaanggrai
na040.blogspot.com/2017/04/inovasi-dalam-pembelajaran-kimia.html.
diakses pada tanggal 10 November 2018.
Anonim, 2015. Gambaran Umum Tentang Pemanfaatan Kulit Binatang.
http://eprints.walisongo.ac.id/634/3/082311036_Bab2.pdf. diakses pada
tanggal 10 November 2018.
Anonim, 2018. Pembahasan Mengenai Wayang, Seni Budaya Pertunjukan Asli
Indonesia.http://www.schoolpouringrights.com/history/pembahasanmen
genai-wayang-seni-budaya-pertunjukan-asli-indonesia/. diakses pada
tanggal 11 November 2018.
Anonim, 2018. Kerajinan Kulit Tatah Sungging. https://tatahsungging.
wordpress.com/produk/proses-pembuatan/. Diakses pada tanggal 11
November 2018
Talib, Ridhwan A. B., Dan Talib, Chalid. 2007. Ternak Kerbau (Bubalus
Bubalis), Ternak Potensial Masa Depan Di Indonesia. Kupang : Jurnal
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha ternak Kerbau.

Anda mungkin juga menyukai