Anda di halaman 1dari 8

PENELITIAN POTENSI ENERGI ARUS LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU

TERBARUKAN DI PERAIRAN TOYAPAKEH NUSA PENIDA BALI

Oleh :

A.Yuningsih, A. Masduki, B. Rachmat

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236, Bandung 40174

Diterima : 15-07-2010; Disetujui : 24-11-2010

SARI

Metode penelitian potensi energi arus yang diterapkan adalah pengukuran arus, pengamatan
pasang surut, pengamatan parameter meteorologi dan kondisi morfologi pesisir dan dasar laut daerah
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penempatan turbin arus laut cukup memenuhi
syarat dengan morfologi relatif landai pada kedalaman ± 20 meter dan dekat dari pemukiman
penduduk. Kecepatan arus rata-rata di perairan Toyapakeh mencapai kecepatan 2,5 – 3,0 m/detik
dengan durasi 9 – 18 jam/hari untuk kecepatan diatas 0,5 m/detik. Dengan demikian, perairan di
Toyapakeh merupakan lokasi yang cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi baru
terbarukan, khususnya pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL).
Kata Kunci : energi arus laut, turbin arus laut, energi baru terbarukan, Selat Toyapakeh

ABSTRACT

The methods of current energy potential study are current measurements, tidal and meteorological
parameter observations, condition of coastal morphology and seafloor of the study area. The results show that,
the location for turbine position is in area with relatively gentle slope morphology at a 20 meters water depth
and it is close to local community. Based on the analysis of flow water conditions at Toyapakeh Strait, the
average current velocity is about 2,5m/s to 3,0 m/s and within 24 hours, the flow velocity is greater than 0.5 m/
s occurs for approximately 9 to 18 hours. Therefore, the results of the ocean current energy analysis indicate
that the study area is very potential for using reneawable energy resource as a power plant location.
Keywords: ocean currents energy, Sea Current Turbin, renewable energy, Toyapakeh Strait.

PENDAHULUAN penduduknya mayoritas hidup dari hasil laut


Penelitian dan pemetaan potensi energi yang memerlukan energi.
arus laut merupakan salah satu upaya penting Lokasi penelitian yang sudah dipilih yaitu
dalam mengekplorasi sumber energi non Selat Toyapakeh (Gambar 1), Nusa Penida –
konvesional dari laut. Energi arus laut sebagai Propinsi Bali. Berdasarkan data sekunder dari
energi terbarukan adalah energi yang cukup daftar arus pasang surut (Hadi, 2006) hasil
potensial di wilayah pesisir terutama pulau- analisis perbedaan waktu pasang surut,
pulau kecil di kawasan timur (Suprijo, dkk., batimetri regional dan pola arus lintas Indonesia
2006). Kawasan timur Indonesia seperti Bali dan regional (ARLINDO) di daerah ini dilalui arus
Nusatenggara umumnya berupa selat-selat dengan kecepatan yang memenuhi syarat
sempit diantara dua gugusan pulau, serta sebagai pembangkit listrik tenaga arus.

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 8, No.3, Desember 2010
139
Gambar 1. Lokasi penelitian di Selat Toyopakeh, Nusa Penida

Tujuan dari penelitian adalah untuk kering dan tebing-tebing yang agak curam
mengetahui morfologi dasar laut dan sifat-sifat ditumbuhi beragam vegetasi. Morfologi ini
hidro-oseanografi sehingga dari data tersebut tampak jelas pada puncak Mundi kearah selatan
dapat diketahui nilai energi kinetik arus laut dan barat. Satuan batugamping terumbu
yang dikonversikan ke dalam energi listrik dan tersebut berumur Pliosen Akhir yang juga
referensi lokasi yang memenuhi syarat yang tersebar luas di selatan pulau Bali, disebut
dibutuhkan sebagai data masukan dasar dalam sebagai Formasi Selatan.
pemanfaatan energi arus laut untuk pembangkit
listrik di kawasan tersebut. METODE
Geologi Regional daerah penelitian Dalam pemilihan lokasi penempatan turbin
mengacu pada Peta Geologi Bersistem arus laut di suatu daerah diperlukan berbagai
Indonesia Lembar Bali, Nusatenggara (Purbo pertimbangan dari fenomena badan air dan dasar
Hadiwidjojo, dkk., 1989) Skala 1 : 250.000 yang perairan. Dinamika badan air yang disebut dalam
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan definisi di atas meliputi: pasang surut (muka air)
Pengembangan Geologi Bandung. Pulau Nusa dan arus, sedangkan fenomena dasar perairan
Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan yang disebut dalam definisi di atas meliputi:
merupakan kepulauan yang terdapat di tenggara morfologi dasar laut, batimetri atau‘topografi’
Pulau Bali. Ketiga pulau tersebut tersusun dari dasar laut, dan jenis material dasar laut .
batugamping terumbu, setempat dolomit Untuk menghasilkan informasi
berwarna putih dan lunak. Di bagian selatan hidrooseanografi dan informasi geologi yang
pulau Nusa Penida, batugamping ini memiliki maksimal maka dilakukan penelitian dengan
perlapisan, terhablur ulang dan lapuk. Morfologi beberapa tahapan pekerjaan sebagai berikut:
kars merupakan ciri dari bentang alam pulau ini, Studi data sekunder diperlukan untuk
akan tetapi telah mengalami erosi dan pemahaman tentang kondisi daerah penelitian
pelapukan, membentuk bukit-bukit yang secara regional untuk selanjutnya menjadi acuan
ditutupi oleh padang rumput dan ladang kering, dalam kegiatan lapangan. Data sekunder yang
hanya pada bagian jejak torehan-torehan sungai diperlukan berupa data batimetri regional,

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


140 Volume 8, No.3, Desember 2010
geologi regional, arus regional dan data prediksi Data yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas
pasang surut dari stasiun terdekat. tersebut di atas disajikan sebagai informasi
Metode penentuan posisi menggunakan dalam bentuk peta dan non-peta serta disusun
peralatan Global Positioning System (GPS dalam bentuk basis data kelautan.
Receiver) tipe Trimble DSM132 dilakukan untuk
mengetahui posisi pengambilan data pada saat HASIL DAN PEMBAHASAN
sounding, pengukuran arus, pengukuran pasang Hasil penelitian pola arus laut di daerah
surut, pengukuran paramater klimatologi dan Selat Toyapakeh,Nusa Penida (Gambar 2) dari
pemetaan karakteristik pantai tanggal 4 – 14 April 2008 memperlihatkan bahwa
Pengukuran arus dimaksudkan untuk kecepatan arus pasut di atas 0.5 m/detik
mengetahui pola arus yang terjadi di daerah mempunyai durasi waktu antara 5 jam sampai 20
penelitian yang sangat erat kaitannya dengan jam dalam waktu 24 jam dengan kecepatan
data potensi energi listrik yang dapat antara 0.5 m/det – 3.28 m/det (Yuningsih, dkk.,
dibangkitkan dari energi arus. Pengukuran arus 2008). Saat kondisi Neap Tide (surut perbani)
bergerak menggunakan ADCP (Acoutic Doppler durasi waktu kecepatan arus di atas 0.5 m/det
Current Profiler) mobile untuk mendapatkan berkisar antara 5 – 8 jam sedangkan saat Spring
jangkauan lokasi yang luas untuk mengetahui Tide (pasang purnama) mempunyai durasi
lokasi potensial dengan kecepatan arus yang waktu berkisar antara 12 – 20 jam. Kondisi ini
memenuhi syarat, dipasang di kapal dan erat kaitannya dengan tipe pasang surut di lokasi
dioperasikan bersamaan dengan pengukuran ini, yaitu tipe semi diurnal (dua kali kejadian
batimetri. Sedangkan pengukuran arus stasioner pasang dan dua kali kejadian surut dalam waktu
menggunakan ADCP (Acoutic Doppler Current 24 jam). Grafik durasi waktu kecepatan arus di
Profiler) statis merk Nortek Continental di satu atas 0.5 m/det di perairan Selat Toyopakeh dapat
titik dimaksudkan untuk mendapatkan data arah dilihat pada Gambar 3. Kecepatan arus
dan kecepatan arus absolut baik saat kondisi air maksimum pada saat neap tide 2.46 m/det dan
tunggang kecil maupun saat kondisi air tunggang saat spring tide 3.29 m/det. Dengan memasukan
besar pada berbagai kedalaman. nilai kecepatan tersebut pada rumus rapat daya,
Pengukuran batimetri detail skala 1 : 10.000 maka nilai rapat daya maksimum yang dihasilkan
menggunakan Echosounder 200 KHz Single adalah sebesar 8.08 kW/m2 pada saat kondisi
Beam tipe Reason Navisound 210 dan side scan neap tide dan 19.32 kW/m2 pada saat kondisi
sonar untuk mengetahui morfologi dasar laut spring tide. Dengan asumsi penampang turbin
sehingga didapat lokasi yang refresentatif untuk 40 m2 dan koefisien 0.5 maka daya listrik yang
menempatkan alat pembangkit listrik tenaga dihasilkan berkisar antara 150 kW – 350 kW.
arus, karena berdasarkan penelitian terdahulu Kondisi arus di sekitar perairan Nusa
alat pembangkit harus dipasang pada daerah Penida sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar
dengan morfologi landai agar kuat menanam lautnya, dimana dari peta batimetri (Gambar 4)
penyangga turbin arus. dan morfologi dasar laut di bagian Selat
Pengukuran pasang surut menggunakan Toyopakeh (Gambar 5) relatif curam terutama
Automatic Tide Gauge Valeport 740 sebagai di bagian sisi kiri dan kanan selat dekat garis
koreksi harian serta penentuan konstanta pantai dengan pola kontur yang sangat rapat
harmonis selama 15 hari sejajar garis pantai dan semakin dalam ke bagian
Pengukuran kecepatan angin dengan tengah selat membentuk morfologi lembah
Weather Station II dilakukan untuk mengetahui curam mencapai kedalaman 200 meter sampai
kecepatan angin pada saat pengambilan data arus ke selatan (Yuningsih, dkk., 2008). Pola kontur
dan pasang surut. Data ini juga dapat digunakan dipengaruhi oleh adanya cekungan-cekungan
untuk mendapatkan pola angin beserta besaran dasar laut di bagian tengah selat ditunjukkan
gelombang yang berpotensi di daerah penelitian. dengan pola kontur melingkar tertutup sehingga
Pengamatan kondisi geologi berupa membentuk morfologi lembah berupa alur
pengamatan karakteristik pantai untuk memanjang berarah timur laut – baratdaya.
mengetahui kondisi morfologi pantai pada lokasi Morfologi terjal di kedua sisi Selat Toyopakeh
yang akan digunakan untuk menempatkan dengan lereng yang tererosi disebabkan oleh
turbin pembangkit. pergerakan secara periodik arus pasang surut

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 8, No.3, Desember 2010
141
Gambar 2. Kecepatan arus pada kedalaman 4, 6 dan 8 meter dalam kondisi pasang purnama
(spring tide) dan surut perbani (neap tide), hasil pengukuran arus di Selat
Toyapakeh, Nusa Penida (Yuningsih, dkk, 2008).

Gambar 3. Grafik durasi kecepatan arus di atas 0.5 m/det (Yuningsih, dkk.,2008

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


142 Volume 8, No.3, Desember 2010
Gambar 4. Peta batimetri Selat Toyopakeh, Nusa Penida

Gambar 5. Gambaran 3 dimensi morfologi dasar laut di Selat Toyopakeh - Nusa


Penida, Bali

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 8, No.3, Desember 2010
143
Gambar 6. Peta karakteristik wilayah pesisir Pulau Nusa Penida dan sekitarnya

dan arus global (Arlindo) yang sangat kuat KESIMPULAN


melalui selat, sedangkan morfologi lembah Dari hasil penelitian potensi energi arus
memanjang selat menunjukkan bahwa tatanan laut sebagai pembangkit energi baru terbarukan
geologi bawah dasar laut sangat berkaitan di daerah Selat Toyopakeh dapat disimpulkan
dengan periode aktifitas tektonik yang bahwa daerah ini cukup potensial dan memenuhi
berkembang di daerah penelitian. syarat untuk penempatan turbin pembangkit
Secara umum morfologi kawasan pesisir di listrik tenaga arus laut.
pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Kecepatan arus pasang-surut di perairan
Ceningan adalah pantai bertebing, karakter Toyopakeh umumnya lebih kecil dari 1,5 m/det.
pantai ini menempati hampir 70 % dari ketiga Tapi pada kondisi tertentu kecepatannya bisa
pulau tersebut (Gambar 6). Khususnya di mencapai 2,5 – 3,0 m/det bahkan lebih besar dari
kawasan pesisir selatan Nusa Penida, selatan 3,0 m/det. Kecepatan arus maksimum umumnya
Nusa Lembongan dan tenggara Nusa Ceningan. terjadi pada kondisi air pasang purnama dengan
Sedangkan kawasan pantai berpasir dengan arah relatif ke utara, sedangkan kondisi
morfologi landai ditemukan tersebar di kawasan kecepatan arus minimum biasanya pada saat
pesisir utara, di kawasan dermaga desa surut perbani dengan arah relatif ke selatan.
Toyapakeh memanjang hingga ke kawasan Lokasi arus maksimum hasil pemodelan
pesisir timur Desa Suane menerus hingga Desa dengan validitas data lapangan umumnya
Semaye dan di kawasan pantai timur Pulau terletak pada selat menyempit dan mendangkal.
Lembongan. Bentuk kawasan pantai dengan Berdasarkan kondisi morfologi pesisir dan
morfologi landai dengan sudut antara 2º hingga dasar laut di daerah penelitian maka pemilihan
3º dimanfaatkan masyarakat sebagai kawasan lokasi penempatan turbin arus umumnya pada
pemukiman dan budidaya rumput laut. lokasi dengan morfologi relatif landai dengan
kedalaman ±20 meter, jarak dari lokasi ke

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


144 Volume 8, No.3, Desember 2010
perumahan penduduk tidak terlalu jauh dan Supriyo, T. , Rachmayani, R., Atmanagara, G.,
masih dilalui arus cukup kuat. Nining, S., Ningsih. 2006. Marine Current
Hasil perhitungan konversi energi arus laut Potential Energi for Environmental
menjadi energi listrik berdasarkan data arus di Friendly Electricity Generation in Bali,
selat Toyopakeh sebesar 150 - 350 kw. Lombok and Makassar Straits.
Oceanography Study Program, ITB,
ACUAN Bandung
Purbo Hadiwidjojo, M.M., Samodra, H., dan Yuningsih, A,. Masduki, A., Rachmat, B.,
Amin,T.C., 1989. Peta Geologi Bersistem Prijantono, A., 2008. Penelitian Potensi
Indonesia Lembar Bali, Nusatenggara, Energi Arus Laut sebagai Pembangkit
Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Listrik bagi Masyarakat Pesisir di Selat
Pengembangan Geologi, Bandung Badung, Nusa Penida Bali, Puslitbang
Hadi, S., 2006. Studi dan Pemetaan Potensi Geologi Kelautan Bandung, Tidak
Energi Bayu dan Arus Laut untuk dipublikasi.
Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan di
Indonesia. Laporan Akhir Riset Unggulan,
LP3M ITB, Bandung

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 8, No.3, Desember 2010
145
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
146 Volume 8, No.3, Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai