Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.

ANALISA PROKSIMAT BATUBARA SEAM C PT.NUSA


ALAM LESTARI SAWAHLUNTO SUMATRA BARAT
Muhammad Abbil Raihan1, Ibnu Mufthi Arif2, ,MHD. Firdaus3, Fariq Dwi Satria4, Muhammad Ega Prakasa5, Regeta Oktaviani6,
Ruri Septianus7
Mahasiswa Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, Indonesia

*albinto88.at@gmail.com

Abstract. Coal is one of the fuels sourced from solid hydrocarbons. Bataubara itself is formed from plants and
microogranism that solidifies due to the influence of pressure. The use of coal as a fuel is widely used in large
industries, such as the cement industry and in steam power plants. So a proximate analysis of coal is needed with
the aim of studying the percentage of water, ash, flying substances and solid carbon content and their effect on
the quality value of coal. administratively the mining concession of PT. NAL is included in the Parambahan area,
Talawi District, Sawahlunto City, West Sumatra Province. PT. Nusa Alam Lestari is a company engaged in coal
mining using underground mining methods. located in Salak Village, Talawi District, Sawahlunto Regency, West
Sumatra Province. It has coal reserves of 11,183,661 as of January 2009. In January - September 2018 PT. Nusa
Alam Lestari conducts coal mining with a production plan of 38,613.15 tons of coal, with the realization of
production reaching 28,899.99 tons of coal. After testing coal, Total Moisture 5,027%, Ash Content 1.14%, Caloric
Value 8,231 cal/g. Volatile Matter 43.98%, Sulfur Test 0.503%, Fix Carbon 49.853%.
Keywords : Coal, Analysis Proksimat, Calori
pada batubara.
Maka diperlukan analisis proksimat
1. Pendahuluan terhadap batubara dengan tujuan mempelajari
Batubara merupakan salah satu bahan bakar persentase kandungan air, abu, zat terbangdan
yang bersumber dari hidrokarbon berbentuk karbon padat dan pengaruhnya terhadap nilai
padat. Bataubara sendiri terbentuk dari tanaman kualitas pada batubara. Proksimat merupakan
dan mikroogranisme yang memadat karena cara yang paling sederhana dan paling umum
pengaruh tekanan. Penggunaan batubara digunakan dalam menilai batubara, analisis ini
sebagai bahan bakar banyak digunakan pada juga sering digunakan bagi konsumen dalam
industri-industi besar, seperti industri semen dan memilih kualitas batubara sesuai kebutuhan
pada pembangkit listrik tenaga uap. Kualitas sebelum membeli batubara, serta digunakan oleh
batubara sangat berpengaruh pada hasil operator dalam memprediksi performanya
produksi suatu industri. Batubara merupakan
sumber energi pilihan yang sangat penting 2. Tinjauan Pustaka
dalam mempercepat laju pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Bersama Harga
batubara di pasar domestik demikian juga luar 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
negeri dalam beberapa tahun terakhir maka
Secara geografis wilayah penambangan PT.
berbagai upaya telah dilakukan oleh semua
Nusa Alam Lestari (NAL) terletak pada
pihak untuk menggunakan batubara yang ada di
koordinat 101o 45’ 48’’ BT - 101o 46’ 48’’
berbagai wilayah Indonesia. Jadi produksi dan
BT dan 00o 37’ 12’’ LS. Sementara itu,
konsumsi batubara Indonesia akan terus
secara adminitsratif konsesi penambangan
berbenah, khususnya sebagai bahan bakar.
PT. NAL termasuk dalam wilayah
Posisi batubara sebagai bahan bakar
Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota
yang sangat diharapkan dapat mengantisipasi
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.
krisis energi dengan meningkatkan
Jarak antara daerah penambangan dengan
pemanfaatannya untuk keperluan didalam
Kota Padang 90 km disebalah timur Kota
negeri sebagai bahan bakar pada pembangkit
Padang, ditempuh dengan kendaraan roda
tenaga listrik, industri maupun untuk
emapat pada jalan Lintas Sumatra melalui
kepentingan ekspor. Kualiatas dipengaruhi oleh
Padang – Solok – Sawahlunto dengan waktu
beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh
tempuh 3-4 jam.
kandungan kandungan air, abu, zat terbang,
karbon padat yang dapat menurunkan kualitas

1
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

Gambar 2.1 Peta Kesampaian Derah Lokasi


PT. Nusa Alam Lestari (NAL) Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (NAL)
Gambar 2.3 Peta Topografi PT. Nusa Alam
Lestari (NAL)
2.2 Keadaan Geologi Stratigrafi
2.2.2 Stratigrafi
2.2.1 Geologi
Secara Regional stratigrafi Sawahlunto dibagi
Secara regional geologi daerah Sawahlunto menjadi dua bagian utama, yaitu kelompok
berhubungan dengan zona penunjaman batuan Pra-tersier dan kelompok Tersier
lempeng di daerah busur kepulauan. sebagai berikut:
Penunjaman lempeng terjadi di sebelah barat
Pulau Sumatra yaitu Lempeng Samudra
Hindia yang masuk ke bawah Lempeng 2.2.2.1 Kelompok Batuan Pra-Tersier
Eurasio. Akibat dari kegiatan tektonik ini
menyebabkan terjadinya perlipatan (fold), 2.2.2.1.1 Formasi Silungkang
patahan (fault), intrusi dan terbentuknya
Cekungan Ombilin yang merupakan cekungan Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh
antar pegunungan (Inter Mountain Basin). klompe, katili dan sekunder pada tahun 1958.
Proses selanjutnya, batuan tersier mengisi Secara petrografi ini masih dapat dibebankan
bagian tengah dan atas cekungan ini yang menjadi empat satuan, yaitu: batuan lava
termasuk ke dalam formasi Brani, formasi andesit, batuan lava basalt, batuan tufa
Ombilin dan formasi Ranau. Peta geologi andesit dan satuan tufa basalt. Umur dan
wilayah IUP. PT. Nusa Alam Lestari. formasi ini diperkirakan sampai trias.
Sumber: PT. Nusa Alam Lestari (NAL)
2.2.2.1.2 Formasi Tuhur
Formasi ini dicirikan lempeng abu-abu
kehitaman berlapis baik dengan sisipan-
sisipan batu pasir dan gamping hitam.
Diperkitakan formasi ini berumur trias.

2.2.2.2 Kelompok Batuan Tersier

2.2.2.2.1 Formasi Sangkarewang

Gambar 2.2 Wilayah IUP PT. NAL Nama formasi ini pertama diusulkan oleh
Kastowo dan Silitonga pada 1975. Formasi
Penelitian dilakukan pada titik koordinat 0o ini terutama terdiri dari serpih gampingan
36’ 59” LS 100o 46’ 11,45” BT (section A- sampai napal berwarna coklat kehitaman,
A’). Untuk geometri lereng sebelum longsor berlapis halus dan mengandung fosil ikan
yaitu tinggi lereng (H) = 35,7 m, kemiringan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan
lereng (α) = 70˚, lebar bench (L) = 13 meter, berumur Eosen Oligosen.
sedangkan untuk geometri lereng setelah
longsor terjadi perubahan kemiringan lereng
(α) = 60˚. Berikut peta topografi PT. Nusa
Alam Lestari.
2
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

2.2.2.2.2 Formasi Sawahlunto a. Uji Inheren Moisture


Didefinisikan sebagai air yang dalam kondisi
Nama formasi ini diusulkan oleh R.P alami menunjukan karakteristik lapisan
Koesoemadinata dan Th. Matasak pada batubara dari suatu ore deposit, dimana
1979. Formasi ini merupakan formasi yang semakin tinggi tingkat pembatubaraannya
paling penting karena mengandung lapisan maka kandungan airnya akan semakin
batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu berkurang dan mencapai titik minimum pada
lanau, batu lempung, dan batubara yang C sekitar 90%.Semakin kecil peringkat suatu
berselingan satu sama lain. Diperkirakan barubara, maka semakin kecil juga moisture
formasi ini berumur Oligosen. yang dapat diserap oleh pori-pori batubara,
hal ini menyebabkan semakin kecilnya
2.2.2.2.3 Formasi Sawah Tambang moisture yang dapat diserap oleh pori-pori
batubara, hal ini menyebabkan semakin
Nama formasi ini diusulkan oleh kastowo kecilnya kandungan Inherent Moisture.
dan silitonga pada tahun 1975. Bagian 𝑊2 − 𝑊3
bawah dari formasi ini dicirikan oleh 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠: %𝐼𝑀 = × 100%
𝑊2 − 𝑊1
beberapa siklus endapan yang terdiri dari
Ket:
batu pasir konglomerat, batu lanau, dan batu
lempung. Bagian atas didominasi pada %IM : Persentase air terikat dalam sampel
umumnya oleh batu pasir konglomerat tanpa
adanya sisipan lempung atau batu lanau. W1 : Berat cawan kosong
Umur dari formasi ini diperkirakan lebih tua W2 : Berat cawan kosong + sampel
dari miosen bawah.
W3 : Berat cawan kosong + residu

2.2.2.2.4 Formasi Brani b. Uji Ash Content


Saat awal proses penggabungan belerang
Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu organic dan belarang pirit pasti terbakar
pasir kasar yang berwarna coklat keunguan, menjadi oksida belerang, dengan terus
dengan kondisi terpilah baik, padat, keras melakukan pemanasan sambal mengontrol
dan umumnya memperlihatkan adanya suatu agar jumlah sulfatnya berada pada tingkat
perlapisan, formasi ini diperkirakan berumur minimum selama penggabungan dan tambah
paleogen. adanya pengguraian sempurna dari karbonat.
Sampel dibakar pada temperature 815±10ºC
di dalam media udara dengan mengikuti pola
2.3 Cadangan dan Sumberdaya peningkatan temperature yang telah
ditetapkan.
PT. Nusa Alam Lestari merupakan 𝑊3 − 𝑊4
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠: %𝐴𝑠ℎ = × 100%
perusahaan yang bergerak di bidang 𝑊2
pertambangan batubara dengan
Ket:
menggunakan metode tambang bawah
tanah. yang berada di Desa Salak, %Ash : Persentase abu dalam sampel
Kecamatan Talawi, Kabupaten
W2 : Berat cawan + tutup dalam
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.
keadaan kosong
Memiliki cadangan batubara sebesar
11.183.661 pada Januari 2009. Pada W3 : Berat cawan + residu + tutup
Januari - September tahun 2018 PT. Nusa
W4 : Berat cawan + tutup (setelah
Alam Lestari melakukan penambangan
pembakaran)
batubara dengan rencana produksi
38.613,15 ton batubara, dengan realisasi c. Uji Volatile Matter
produksi yang tercapai sebesar 28.899,99 Kandungan zat terbang memiliki hubungan
ton batubara (Ariska, 2019). yang erat dengan singkat pembatubaraan
sehingga kadang dipakai pula sebagai acuan
(indeks) dalam klasifikasi batubara.
2.4 Landasan Teori
Pengelompokan batubara bituminous
berdasarkan kandungan zat terbang (%).
2.4.1Analisa Kualitas Batubara Klasifikasi menurut ASTM sebagai berikut:
Low volatile coal : 14 – 32%

3
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

Medium volatile coal : 22 - 31% seminimal mungkin karena sifat tersebut yang
merupakan pemicu polusi, maka beberapa
High volatile coal: > 31%
negara pengguna batubara menerapkan batas
Klasifikasi menurut Asosiasi Kokas: kandungan 1 % maksimum untuk batubara
yang dimanfaatkan untuk keperluan
LV coal: < 20% industri.Sulfur dalam batubara terdapat dalam
MV coal: 20 – 25% tiga bentuk, yaitu pirit sulfur, sufat sulfur dan
organik sulfur. Sulfur dalam bentuk pirit dan
M’V coal: 25 – 30% sulfat merupakan bagian dari mineral matter
HV coal: >30% yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya
masih dapat dikurangi dengan teknik pencuci.
Bila batubara memiliki kandungan zat Sedangkan organik sulfur terdapat pada
terbang yang tinggi, maka sifatnya seluruh material karbon dalm batubara dan
penyalaan (ignition) dan pembakaranya jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan
(combustion) pun baik. Akan tetapi, hal ini teknik pencucian. Terdapatnya sulfat sulfur
juga mengandung resiko swabakar dalam batubara sering dipergunakan sebagai
(spontaneous combustion) yang tinggi. petunjuk bahwa batubara telah mengalami
c. Uji Total Moisture oksidasi, sedangkan pirit sulfur dianggap
Total moisture adalah keseluruhan jumlah sebagai salah satu penyebab timbulnya
kandungan air dari berbagai jenis yang pembakaran secara spontan. Pengujian sulfur
terdapat pada sampel batubara yang diambil. dapat menggunakan alat Analyze Sulfur
Jumlah penurunan berat pra pengeringan LECO SC 83.
pada temperature < 35˚ C ditambah
penurunan berat pengeringan panas pada 107 2.4.2Perhitungan Konversi ADB, ARB,
± 2˚ C. dan DB
𝑇𝑀 = 𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%) +
100%−𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒
𝐼𝑛ℎ𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%) × a. ADB (Air Dried Basis)
100%
Secara teknis, uji dan analisis dilakukan
d. Uji Calorific Value
menggunakan contoh yang telah dikeringkan
Calorific Value adalah penjumlahan dari
pada udara terbuka, yaitu sampel ditebar tipis
harga-harga panas pembakaran unsur-unsur
pada suhu ruangan sehingga terjadi
pembentuk batubara. Unsur-unsur tersebut
kesetimbangan dengan lingkungan ruangan
antara lain: C, H, 0, S dan lain-lain. Reaksi
laboratorium sebelum akhirnya diuji dan
pembakaran merupakan reaksi yang sangat
dianalisis.
cepat antara bahan bakar dengan oksigen.
b. ARB (As Received Basis)
Reaksi ini sangat penting di antara reaksi
Analisis pada basis ini juga mengikut
industri kimia khususnya industri yang
sertakan air yang menempel di batubara yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar.
diakibatkan oleh hujan, proses pencucian
Hasil pembakaran berupa CO2 dan H20,
batubara, atau penyemprotan ketika stock pile
kadang-kadang teIjadi juga CO tergantung
dan saat loading. Penilaian kualitas pada basis
kondisi percobaan. Bila bahan bakar
ARB adalah saat berpindahnya hak
oksidasi mengandung sulfur maka hasil
kepemilikan batubara di kapal atau tongkang.
pembakaran mengandung S02 sedangkan
Hasil perhitungan dalam setiap basis dapat
N2 pada suhu tinggi akan teroksidasi
saling dikonversi menjadi basis tertentu yang
menjadi NO. Proses pembakaran
diinginkan. Berikut rumus konvesi nilai
mengeluarkan banyak kalor, kalor ini
parameter antar basis:
dipergunakan untuk untuk berbagai
ADB ke AR
kebutuhan proses seperti pemanas, (100 − 𝑇𝑀)
pembangkit steam dan sebagainya. 𝐴𝑅𝐵 = × 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖
(100 − 𝐼𝑀)

e. Uji Sulfur ADB ke DB


Di dalam batubara, sulfur dapat merupakan 100
bagian dari mineral sulfat dan sulfida. 𝐷𝐵 = × 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖
(100 − 𝐼𝑀)
Dengan sifatnya yang mudah bersenyawa
dengan unsur hidrogen dan oksigen untuk Ket:
membentuk senyawa asam, maka ADB : Air Dried Basis
keberadaan sufur diharapkan dapat ARB : As Received Basis
DB : Dry Basis
4
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

2.5 Kerangka Konseptual

OUTPUT
INPUT PROSES
1. Hasil Analisa
1. Data Primer 1. Menghitung dan
kadar Kualitas
Data yang menganalisa
Batubara:
didapatkan kadar kualitas
a. Inherent
langsung dari batubara:
Moisture,
lapangan a. Uji Inherent
Ash Content,
a. Pengambilan Moisture,
dan Volatile
sampel Ash Content,
Matte.
batubara dan Volatile
b. Total
langsung di Matter (
Moisture
lapangan ( di menggunaka
c. Calorific
pit dan n alat
Value
stockpile). Thermogravi
d. Kadar Sulfur
b. Preparasi metric
sampel yang Analyzer).
dilakukan di b. Uji Total
laboratorium Moisture.
sebelum c. Uji Calorific
dilakukan Value
pengujian. (menggunaka
c. Pengujian n alat
sampel Calorimeter
menggunaka Analyzer)
n alat-alat di d. Uji Sulfur
laboratorium (menggunaka
2. Data Sekunder n alat Sulfur
Data yang Analyzer).
didapat dari
perusahaan dan
literatur yang
berhubunngan
dengan
penelitian
a. Lokasi
perusahaan
b. Kondisi
geologi dan
stratigrafi

3. Metodologi Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data yang diperoleh langsung
dari laboratorium. Adapun teknik
pengumpulan data penelitian yang
digunakan dalam penulisan dan penyusunan
laporan penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Carbon Analyzer
a. Analisis Kandungan Air (Moisture)
Kegunaan untuk pengujiaan nilai sulfur
b. Analisis Kandungan Abu (Ash Content)
c. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile
Matter)
d. Analisis Kandungan Sulfur
Adapun data yang diperoleh adalah data
primer sampel batubara PT. Nusa Alam
Lestari (NAL) dan data sekunder data
perusahaan 1 dan 2 kondisi geologi dan
stratigrafi.
3.1 Alat dan Bahan
Gambar 3.2 Thermogravimetric Analyzer
3.1.1 Alat
Kegunaan untuk nilai Inherent Moisture,
Volatile Matter dan Ash Content

5
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

3.2 Diagram Alir

3.1.2 Bahan

Gambar 3.3 Calorimeter Analyzer


Kegunaan untuk menguji nilai Kalori. Gambar 3.4 Batubara

Pengambilan Preparasi Sampel Uji Laboratorium


sampel di PT. Nusa
Alam Lestari (Sebelum uji labor) (Sampel seam C)

Output Penelitian Pengolahan Data


berupa Makalah,
Jurnal, Power Point hasil uji
(PPT) laboratorium

4. Hasil dan Pembahasan Negeri Padang adalah 2.81%

4.1.3 Pengujian Total Moisture


4.1 Hasil Pengujian Sampel
Batubara TM = Surface Moisture (%) + Inherent Moisture (%)
100 % − Surface Moisture (%)
×
100%
4.1.1 Pengujian Free Moisture
𝑇𝑀 = 2.341% + 2.81%
𝑀2 − 𝑀3 100% − 2.341%
% 𝐴𝐷𝑀 = × 100% ×
100%
𝑀1
646.97 g − 636.21 g = 5.151 × 0.976
%𝐴𝐷𝑀 = × 100%
459.56 g
= 5.027 %
= 2.341 %
4.1.4 Pengujian Ash Content
4.1.2 Pengujian Inherent Moisture
Nilai Ash Content batubara PT. Nusa
𝑊2 − 𝑊3
%𝐼𝑀 = × 100% Alam Lestari (NAL) setelah diuji
𝑊2 − 𝑊1 menggunakan alat Thermogravimetric
646.97 𝑔 − 636.21 𝑔 Analyzer (TGA) di Laboratorium Teknik
% 𝐼𝑀 = × 100%
646.97 𝑔 − 187.41 𝑔 Pertambangan Universitas Negeri Padang
= 2.341 % adalah 1.14%.
4.1.5 Pengujian Calorific Value
Nilai Inherent Moisture batubara PT. Nilai kalori batubara PT. Nusa Alam
Nusa Alam Lestari (NAL) setelah diuji Lestari (NAL) setelah diuji menggunakan
menggunakan alat Thermogravimetric alat Calorimeter Analyzer di laboratorium
Analyzer (TGA) di Laboratorium Teknik Teknik Pertambangan Universitas Negeri
Pertambangan Universitas Padang adalah 8.231,45 cal/g.
4.1.6 Pengujian Volatile Matter

6
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

Nilai Volatile Matter batubara PT. Nusa laboratorium Teknik Pertambangan


Alam Lestari (NAL) setelah diuji Univesitas Negeri Padang adalah 0.503%
menggunakan alat Thermogravimetric
4.1.8 Perhitungan Fix Carbon
Analyzer (TGA) di Laboratorium Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Dd
Padang adalah 43.98% 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 (%)
4.1.7 Pengujian Sulfur = 100% − [ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%)
+ 𝐴𝑠ℎ (%) + 𝑉𝑜𝑙𝑎𝑡𝑖𝑙𝑒 𝑀𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟 (%)]
Nilai sulfur batubara PT. Nusa Alam = 100% − [5.027% + 1.14% + 43.98% ]
Lestari (NAL) setelah diuji = 100% − 50.147%
menggunakan alat Carbon Analyzer di = 49.853 %

No Parameter Nilai
1 Uji Kadar Air (Moisture) 5.027 %
a. Free Moisture (2,341%)
b. Inherent Moisture (2.81%)
c. Total Moisture (5.027%)
2. Uji Kadar (Ash Content) 1.14%
3. Uji Nilai Kalori (Caloric Value) 8.231,45 cal/g
4. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter) 43.98%
5. Uji Sulfur 0.503%
6. Kadar Karbon Tertambat (Fix Carbon) 49.853 %

4.2 Pembahasan

maka batubara PT. NUSA ALAM


4.2.1Total Moisture LESTARI tergolong dalam kelas Meta-
Anthracite.
Total moisture didapatkan dari parameter
free moisture (2.341%) dan inherent 4.2.4Kandungan Zat Terbang (Volatile
moisture (2.81%) Hasil pengujian moisture Matter)
batubara didapatkan total moisture 5.027
%. Nilai tersebut berada di bawah toleransi
batubara kokas (6%) dan toleransi batubara Hasil pengujian Zat Terbang (Volatile
pembangkit listrik (7%). Matter) menggunakan alat
Thermogravimetric Analyzer adalah
43.98%. Menurut klasifikasi ASTM,
4.2.2Kadungan Abu (Ash Content) dengan nilai tersebut maka batubara PT.

Pengujian kandungan abu (Ash Content) Nusa Alam Lestari (NAL) tergolong
dilakukan dengan menggunakan Bituminus sedangkan menurut klasifikasi
Thermogravimetric Analyzer. Hasil Asosiasi Kokas, batubara tersebut tergolong
pengujian kandungan abu batubara PT. Bituminus.
NUSA ALAM LESTARI adalah 1.14%.

4.2.5Sulfur
4.2.3Nilai Kalori (Caloric Value)

Nilai sulfur batubara PT. NUSA ALAM


Hasil pengujian Nilai Kalori (Caloric LESTARI setelah diuji menggunakan alat
Value) batubara menggunakan alat Carbon Analyzer adalah 0.503%

Calorimeter Analyzer adalah 8.231,45


cal/g. Menurut spesifikasi ASTM untuk
bahan bakar padat, dengan nilai tersebut
7
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1

4.2.6Kadar Karbon Tertambat (Fix 7. Daftar Pustaka


Carbon)
[1] Hasibuan, S., & Heriyadi, B. (2020).
Parameter yang digunakan untuk Analisis Balik Kestabilan Lereng Bekas
menghitung nilai fix carbon total moisture, Disposal Area Dengan Menggunakan
ash, dan volatile matter. Dari parameter Metode Bishop di Tambang PT. Nusa
tersebut didapatkan nilai fix carbon 49.853 Alam Lestari di Desa Salak, Kecamatan
% Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi
Sumatera Barat. Bina Tambang, 5(4),
5. Kesimpulan 46-56.
[2] Sestiana, R., & Heriyadi, B. (2019).
Setelah melakukan pengujian batubara di Perencanaan Sistem Ventilasi Pada
Laboratorium Batubara Teknik Tambang Batubara Bawah Tanah
Pertambangan Universitas Negeri Padang, Seam C2 Di PT. Nusa Alam Letari,
maka dapat simpulkan bahwa hasil dari Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota
batubara seam C dari PT. Nusa Alam Lestari Sawahlunto, Sumatera Barat. Bina
(NAL), Sawahlunto, yaitu: Tambang, 4(2), 39-48.
1. Kadar Total Moisture yang didapatkan dari [3] Alfaret, D., & Fadhilah, F. (2021).
batubara seam C yaitu 5.027 %, kadar Analisis Resiko Keselamatan Kerja
berada dibawah toleransi dari yang Dengan Metode Hirarc (Hazard
diperbolehkan untuk penggunaan Identification, Risk Assessment, And
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Risk Control) di Tambang Bawah Tanah
yaitu sebesar 7 %.
2. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan PT. Nusa Alam Lestari, Desa Salak,
nilai kalori sebesar 8.231,45 cal.g. Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Menurut spesifkasi ASTM untuk bahan Provinsi Sumatera Barat. Bina
bakar padat, dengan nilai tersebut maka Tambang, 6(4), 1-12.
batubara seam C PT. Nusa Alam Lestari
(NAL) tergolong kedalam kelas Meta-
Anthracite.
3. Sedangkan pengujian Volatile Matter
menggunakan alat Thermagravimetric
Analyzer (TGA) didapatkan 43.98 %.
Menurut standar klasifikasi ASTM dengan
nilai tersebut maka batubara seam C PT.
Nusa Alam Lestari (NAL) tersebut
tergolong Bituminus.

6. Saran
1. Sebaiknya saat melakukan pengujian
analisis batubara, melakukan pengujian
Hardgrove Grindability Index (HGI) agar
dapat mengetahui tingkat kemudahan
batubara untuk digerus, standar yang
digunakan ASTM.
2. Saat melakukan preparasi sampel
sebaiknya menggunakan hammer mill agar
sampel yang akan diuji lebih mudah untuk
dimasukan ke dalam alat pengujian.

Anda mungkin juga menyukai