Jurnal Batubara Seam C PT. NAL
Jurnal Batubara Seam C PT. NAL
*albinto88.at@gmail.com
Abstract. Coal is one of the fuels sourced from solid hydrocarbons. Bataubara itself is formed from plants and
microogranism that solidifies due to the influence of pressure. The use of coal as a fuel is widely used in large
industries, such as the cement industry and in steam power plants. So a proximate analysis of coal is needed with
the aim of studying the percentage of water, ash, flying substances and solid carbon content and their effect on
the quality value of coal. administratively the mining concession of PT. NAL is included in the Parambahan area,
Talawi District, Sawahlunto City, West Sumatra Province. PT. Nusa Alam Lestari is a company engaged in coal
mining using underground mining methods. located in Salak Village, Talawi District, Sawahlunto Regency, West
Sumatra Province. It has coal reserves of 11,183,661 as of January 2009. In January - September 2018 PT. Nusa
Alam Lestari conducts coal mining with a production plan of 38,613.15 tons of coal, with the realization of
production reaching 28,899.99 tons of coal. After testing coal, Total Moisture 5,027%, Ash Content 1.14%, Caloric
Value 8,231 cal/g. Volatile Matter 43.98%, Sulfur Test 0.503%, Fix Carbon 49.853%.
Keywords : Coal, Analysis Proksimat, Calori
pada batubara.
Maka diperlukan analisis proksimat
1. Pendahuluan terhadap batubara dengan tujuan mempelajari
Batubara merupakan salah satu bahan bakar persentase kandungan air, abu, zat terbangdan
yang bersumber dari hidrokarbon berbentuk karbon padat dan pengaruhnya terhadap nilai
padat. Bataubara sendiri terbentuk dari tanaman kualitas pada batubara. Proksimat merupakan
dan mikroogranisme yang memadat karena cara yang paling sederhana dan paling umum
pengaruh tekanan. Penggunaan batubara digunakan dalam menilai batubara, analisis ini
sebagai bahan bakar banyak digunakan pada juga sering digunakan bagi konsumen dalam
industri-industi besar, seperti industri semen dan memilih kualitas batubara sesuai kebutuhan
pada pembangkit listrik tenaga uap. Kualitas sebelum membeli batubara, serta digunakan oleh
batubara sangat berpengaruh pada hasil operator dalam memprediksi performanya
produksi suatu industri. Batubara merupakan
sumber energi pilihan yang sangat penting 2. Tinjauan Pustaka
dalam mempercepat laju pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Bersama Harga
batubara di pasar domestik demikian juga luar 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
negeri dalam beberapa tahun terakhir maka
Secara geografis wilayah penambangan PT.
berbagai upaya telah dilakukan oleh semua
Nusa Alam Lestari (NAL) terletak pada
pihak untuk menggunakan batubara yang ada di
koordinat 101o 45’ 48’’ BT - 101o 46’ 48’’
berbagai wilayah Indonesia. Jadi produksi dan
BT dan 00o 37’ 12’’ LS. Sementara itu,
konsumsi batubara Indonesia akan terus
secara adminitsratif konsesi penambangan
berbenah, khususnya sebagai bahan bakar.
PT. NAL termasuk dalam wilayah
Posisi batubara sebagai bahan bakar
Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota
yang sangat diharapkan dapat mengantisipasi
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.
krisis energi dengan meningkatkan
Jarak antara daerah penambangan dengan
pemanfaatannya untuk keperluan didalam
Kota Padang 90 km disebalah timur Kota
negeri sebagai bahan bakar pada pembangkit
Padang, ditempuh dengan kendaraan roda
tenaga listrik, industri maupun untuk
emapat pada jalan Lintas Sumatra melalui
kepentingan ekspor. Kualiatas dipengaruhi oleh
Padang – Solok – Sawahlunto dengan waktu
beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh
tempuh 3-4 jam.
kandungan kandungan air, abu, zat terbang,
karbon padat yang dapat menurunkan kualitas
1
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1
Gambar 2.2 Wilayah IUP PT. NAL Nama formasi ini pertama diusulkan oleh
Kastowo dan Silitonga pada 1975. Formasi
Penelitian dilakukan pada titik koordinat 0o ini terutama terdiri dari serpih gampingan
36’ 59” LS 100o 46’ 11,45” BT (section A- sampai napal berwarna coklat kehitaman,
A’). Untuk geometri lereng sebelum longsor berlapis halus dan mengandung fosil ikan
yaitu tinggi lereng (H) = 35,7 m, kemiringan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan
lereng (α) = 70˚, lebar bench (L) = 13 meter, berumur Eosen Oligosen.
sedangkan untuk geometri lereng setelah
longsor terjadi perubahan kemiringan lereng
(α) = 60˚. Berikut peta topografi PT. Nusa
Alam Lestari.
2
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1
3
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1
Medium volatile coal : 22 - 31% seminimal mungkin karena sifat tersebut yang
merupakan pemicu polusi, maka beberapa
High volatile coal: > 31%
negara pengguna batubara menerapkan batas
Klasifikasi menurut Asosiasi Kokas: kandungan 1 % maksimum untuk batubara
yang dimanfaatkan untuk keperluan
LV coal: < 20% industri.Sulfur dalam batubara terdapat dalam
MV coal: 20 – 25% tiga bentuk, yaitu pirit sulfur, sufat sulfur dan
organik sulfur. Sulfur dalam bentuk pirit dan
M’V coal: 25 – 30% sulfat merupakan bagian dari mineral matter
HV coal: >30% yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya
masih dapat dikurangi dengan teknik pencuci.
Bila batubara memiliki kandungan zat Sedangkan organik sulfur terdapat pada
terbang yang tinggi, maka sifatnya seluruh material karbon dalm batubara dan
penyalaan (ignition) dan pembakaranya jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan
(combustion) pun baik. Akan tetapi, hal ini teknik pencucian. Terdapatnya sulfat sulfur
juga mengandung resiko swabakar dalam batubara sering dipergunakan sebagai
(spontaneous combustion) yang tinggi. petunjuk bahwa batubara telah mengalami
c. Uji Total Moisture oksidasi, sedangkan pirit sulfur dianggap
Total moisture adalah keseluruhan jumlah sebagai salah satu penyebab timbulnya
kandungan air dari berbagai jenis yang pembakaran secara spontan. Pengujian sulfur
terdapat pada sampel batubara yang diambil. dapat menggunakan alat Analyze Sulfur
Jumlah penurunan berat pra pengeringan LECO SC 83.
pada temperature < 35˚ C ditambah
penurunan berat pengeringan panas pada 107 2.4.2Perhitungan Konversi ADB, ARB,
± 2˚ C. dan DB
𝑇𝑀 = 𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%) +
100%−𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒
𝐼𝑛ℎ𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%) × a. ADB (Air Dried Basis)
100%
Secara teknis, uji dan analisis dilakukan
d. Uji Calorific Value
menggunakan contoh yang telah dikeringkan
Calorific Value adalah penjumlahan dari
pada udara terbuka, yaitu sampel ditebar tipis
harga-harga panas pembakaran unsur-unsur
pada suhu ruangan sehingga terjadi
pembentuk batubara. Unsur-unsur tersebut
kesetimbangan dengan lingkungan ruangan
antara lain: C, H, 0, S dan lain-lain. Reaksi
laboratorium sebelum akhirnya diuji dan
pembakaran merupakan reaksi yang sangat
dianalisis.
cepat antara bahan bakar dengan oksigen.
b. ARB (As Received Basis)
Reaksi ini sangat penting di antara reaksi
Analisis pada basis ini juga mengikut
industri kimia khususnya industri yang
sertakan air yang menempel di batubara yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar.
diakibatkan oleh hujan, proses pencucian
Hasil pembakaran berupa CO2 dan H20,
batubara, atau penyemprotan ketika stock pile
kadang-kadang teIjadi juga CO tergantung
dan saat loading. Penilaian kualitas pada basis
kondisi percobaan. Bila bahan bakar
ARB adalah saat berpindahnya hak
oksidasi mengandung sulfur maka hasil
kepemilikan batubara di kapal atau tongkang.
pembakaran mengandung S02 sedangkan
Hasil perhitungan dalam setiap basis dapat
N2 pada suhu tinggi akan teroksidasi
saling dikonversi menjadi basis tertentu yang
menjadi NO. Proses pembakaran
diinginkan. Berikut rumus konvesi nilai
mengeluarkan banyak kalor, kalor ini
parameter antar basis:
dipergunakan untuk untuk berbagai
ADB ke AR
kebutuhan proses seperti pemanas, (100 − 𝑇𝑀)
pembangkit steam dan sebagainya. 𝐴𝑅𝐵 = × 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖
(100 − 𝐼𝑀)
OUTPUT
INPUT PROSES
1. Hasil Analisa
1. Data Primer 1. Menghitung dan
kadar Kualitas
Data yang menganalisa
Batubara:
didapatkan kadar kualitas
a. Inherent
langsung dari batubara:
Moisture,
lapangan a. Uji Inherent
Ash Content,
a. Pengambilan Moisture,
dan Volatile
sampel Ash Content,
Matte.
batubara dan Volatile
b. Total
langsung di Matter (
Moisture
lapangan ( di menggunaka
c. Calorific
pit dan n alat
Value
stockpile). Thermogravi
d. Kadar Sulfur
b. Preparasi metric
sampel yang Analyzer).
dilakukan di b. Uji Total
laboratorium Moisture.
sebelum c. Uji Calorific
dilakukan Value
pengujian. (menggunaka
c. Pengujian n alat
sampel Calorimeter
menggunaka Analyzer)
n alat-alat di d. Uji Sulfur
laboratorium (menggunaka
2. Data Sekunder n alat Sulfur
Data yang Analyzer).
didapat dari
perusahaan dan
literatur yang
berhubunngan
dengan
penelitian
a. Lokasi
perusahaan
b. Kondisi
geologi dan
stratigrafi
3. Metodologi Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data yang diperoleh langsung
dari laboratorium. Adapun teknik
pengumpulan data penelitian yang
digunakan dalam penulisan dan penyusunan
laporan penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Carbon Analyzer
a. Analisis Kandungan Air (Moisture)
Kegunaan untuk pengujiaan nilai sulfur
b. Analisis Kandungan Abu (Ash Content)
c. Analisis Kandungan Zat Terbang (Volatile
Matter)
d. Analisis Kandungan Sulfur
Adapun data yang diperoleh adalah data
primer sampel batubara PT. Nusa Alam
Lestari (NAL) dan data sekunder data
perusahaan 1 dan 2 kondisi geologi dan
stratigrafi.
3.1 Alat dan Bahan
Gambar 3.2 Thermogravimetric Analyzer
3.1.1 Alat
Kegunaan untuk nilai Inherent Moisture,
Volatile Matter dan Ash Content
5
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1
3.1.2 Bahan
6
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.7, No.1
No Parameter Nilai
1 Uji Kadar Air (Moisture) 5.027 %
a. Free Moisture (2,341%)
b. Inherent Moisture (2.81%)
c. Total Moisture (5.027%)
2. Uji Kadar (Ash Content) 1.14%
3. Uji Nilai Kalori (Caloric Value) 8.231,45 cal/g
4. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter) 43.98%
5. Uji Sulfur 0.503%
6. Kadar Karbon Tertambat (Fix Carbon) 49.853 %
4.2 Pembahasan
Pengujian kandungan abu (Ash Content) Nusa Alam Lestari (NAL) tergolong
dilakukan dengan menggunakan Bituminus sedangkan menurut klasifikasi
Thermogravimetric Analyzer. Hasil Asosiasi Kokas, batubara tersebut tergolong
pengujian kandungan abu batubara PT. Bituminus.
NUSA ALAM LESTARI adalah 1.14%.
4.2.5Sulfur
4.2.3Nilai Kalori (Caloric Value)
6. Saran
1. Sebaiknya saat melakukan pengujian
analisis batubara, melakukan pengujian
Hardgrove Grindability Index (HGI) agar
dapat mengetahui tingkat kemudahan
batubara untuk digerus, standar yang
digunakan ASTM.
2. Saat melakukan preparasi sampel
sebaiknya menggunakan hammer mill agar
sampel yang akan diuji lebih mudah untuk
dimasukan ke dalam alat pengujian.