Anda di halaman 1dari 66

INVENTARISIR

PERATURAN TERKAIT SYARAT


KERJA
(Ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Peraturan Perusahaan)
Dosen Pengampu: Langga Lagandhy, S.H., M.H.

Disusun oleh:
Ayu Anggraeni (012020005)

KEMENTERIAN
KETENAGAKERJAAN POLITEKNIK
KETENAGAKERJAAN PRODI RELASI
INDUSTRI
JAKARTA
2022
INVENTARISIR
Dasar Hukum
No Materi Tentang Bunyi
Peraturan Pasal
1 Waktu Kerja Kewajiban Undang-Undang 11 Tahun 77 Ayat (1) (1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu
Melaksanakan Waktu 2020 Tentang Cipta Kerja kerja.
Kerja Peraturan Pemerintah Nomor 21 Ayat (1) (1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan
35 Tahun 2021 waktu kerja.

Ketentuan Waktu Undang-Undang 11 Tahun 77 Ayat (2) (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kerja 2020 Tentang Cipta Kerja meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam
1 (satu) minggu.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Ayat (2) (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
35 Tahun 2021 meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1
(satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu.

Pelaksanaan Jam Kerja Undang-Undang 11 Tahun 77 Ayat (4) (4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di
2020 Tentang Cipta Kerja perusahaan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Ayat (4) (4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di
35 Tahun 2021 perusahaan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja Bersama

Waktu Kerja Pengecualian Waktu Undang-Undang 11 Tahun 77 Ayat (3) (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada
Sektor Tertentu Kerja bagi Sektor 2020 Tentang Cipta Kerja ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
Tertentu tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Ayat (3) (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada
35 Tahun 2021 Tentang ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu.
23 Ayat (1) (1) Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
dapat menerapkan waktu kerja yang kurang atau lebih
dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (2).
Ketentuan Waktu Undang-Undang 11 Tahun 77 Ayat (5) (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja pada
Kerja Pada Sektor 2020 Tentang Cipta Kerja sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana
Usaha Tertentu dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Ayat (2), (2) Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
35 Tahun 2021 (3) yang menerapkan waktu kerja kurang dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
karakteristik:
a. penyelesaian pekerjaan kurang dari 7 (tujuh) jam 1
(satu) hari dan kurang dari 35 (tiga puluh lima)
jam 1 (satu) minggu;
b. waktu kerja fleksibel; atau
c. pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja.
(3) Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
yang menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan waktu kerja yang telah
ditetapkan oleh Menteri.
2 Waktu Kerja Ketentuan Waktu Undang-Undang 11 Tahun 78 Ayat (1) (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
Lembur Kerja Lembur 2020 Tentang Cipta Kerja melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan;
dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling
lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 (1) Waktu Kerja Lembur hanya dapat dilakukan paling
35 Tahun 2021 lama 4 (empat)jam dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan
belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
(2) Ketentuan Waktu Kerja Lembur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk kerja lembur
yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan
dan/atau hari libur resmi.

Kewajiban membayar Undang-Undang 11 Tahun 78 Ayat (2) (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
Upah Kerja Lembur 2020 Tentang Cipta Kerja melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib membayar upah kerja lembur.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Ayat (1) (1) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh
35 Tahun 2021 melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2), wajib membayar Upah Kerja Lembur.
29 (1) Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh
selama waktu kerja lembur berkewajiban :
a. membayar upah kerja lembur;
b. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya;
c. memberikan makanan dan minuman sekurang-
kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur
dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
(2) Pemberian makan dan minum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c tidak boleh diganti dengan uang.
Keputusan Menteri Tenaga 7 (1) Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh
Kerja Nomor 102 Tahun 2004 selama waktu kerja lembur berkewajiban :
Tentang Waktu Kerja Lembur a. membayar upah kerja lembur;
dan Upah Kerja Lembur b. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya;
c. memberikan makanan dan minuman sekurang-
kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur
dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
(2) Pemberian makan dan minum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c tidak boleh diganti dengan uang.
Surat Perintah Kerja Peraturan Pemerintah Nomor 28 (1) Untuk melaksanakan Waktu Kerja Lembur harus ada
Lembur 35 Tahun 2021 perintah dari Pengusaha dan persetujuan dari
Pekerja/Buruh yang bersangkutan secara tertulis
dan/atau melalui media digital.
(2) Perintah dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dibuat dalam bentuk daftar
Pekerja/Buruh yang bersedia bekerja lembur yang
ditandatangani oleh Pekerja/Buruh yang bersangkutan
dan Pengusaha.
(3) Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat(2) harus
membuat daftar pelaksanaan kerja lembur yang
memuat nama Pekerja/Buruh yang bekerja lembur dan
lamanya Waktu Kerja Lembur.
Keputusan Menteri Tenaga 6 (1) Untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah
Kerja Nomor 102 Tahun 2004 tertulis dari pengusaha dan persetujuan tertulis dari
Tentang Waktu Kerja Lembur pekerja/buruh yang bersangkutan.
dan Upah Kerja Lembur (2) Perintah tertulis dan persetujuan tertulis sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuat dalam bentuk
daftar pekerja/buruh yang bersedia bekerja lembur
yang ditandatangani oleh pekerja/buruh yang
bersangkutan
dan pengusaha.
(3) Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
harus membuat daftar pelaksanaan kerja lembur yang
memuat nama pekerja/buruh yang bekerja lembur dan
lamanya waktu kerja lembur.

Perhitungan Upah Keputusan Menteri Tenaga 8 (1) Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah
Kerja Lembur Kerja Nomor 102 Tahun 2004 bulanan.
Tentang Waktu Kerja Lembur (2) Cara menghitung upah sejam adalah 1/173 kali upah
dan Upah Kerja Lembur sebulan.
11 Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut:
a. apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja:
a.1.untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar
upah
sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam;
a.2.untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus
dibayar upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam.
b. apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja
6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu
maka:
b.1. perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam
pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, dan jam
kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur kesembilan dan kesepuluh 4 (empat) kali
upah sejam;
b.2.apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja
terpendek perhitungan upah lembur 5 (lima) jam
pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam
keenam 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur
ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah sejam.
c. apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja
5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam
seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk
8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah
sejam, jam kesembilan dibayar 3 (tiga) kali upah
sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali
upah sejam
Tata Cara Pembayaran Keputusan Menteri Tenaga 9 (1) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayar secara harian,
Upah Kerja Lembur Kerja Nomor 102 Tahun 2004 maka penghitungan besarnya upah sebulan adalah
Tentang Waktu Kerja Lembur upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima) bagi
dan Upah Kerja Lembur pekerja/buruh
yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau dikalikan 21 (dua puluh satu) bagi pekerja/buruh
yang bekerja 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu.
(2) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayar berdasarkan
satuan hasil, maka upah sebulan adalah upah rata-rata
12 (dua belas) bulan terakhir.
(3) Dalam hal pekerja/buruh bekerja kurang dari 12 (dua
belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
maka upah sebulan dihitung berdasarkan upah rata-
rata selama bekerja dengan ketentuan tidak boleh lebih
rendah dari upah minimum setempat.

Note:
Upah dalam satuan waktu mingguan dalam PP 36/2021
sudah tidak ada lagi
Pengecualian Upah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Ayat (2), (2) Kewajiban membayar Upah Kerja Lembur
Kerja Lembur 35 Tahun 2021 (3), (4), dan dikecualikan bagi Pekerja/Buruh dalam golongan
(5) jabatan tertentu.
(3) Pekerja/Buruh dalam golongan jabatan tertentu
mempunyai tanggung jawab sebagai pemikir,
perencana, pelaksana, dan latau pengendali jalannya
Perusahaan dengan waktu kerja tidak dapat dibatasi
dan mendapat Upah lebih tinggi.
(4) Pengaturan golongan jabatan tertentu diatur dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
(5) Apabila golongan jabatan tertentu tidak diatur dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama maka Pengusaha wajib
membayar Upah
Kerja Lembur.
Keputusan Menteri Tenaga 4 Ayat (2) (2) Bagi pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan
Kerja Nomor 102 Tahun 2004 dan (3) jabatan tertentu, tidak berhak atas upah kerja lembur
Tentang Waktu Kerja Lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan
dan Upah Kerja Lembur ketentuan mendapat upah yang lebih tinggi.
(3) Yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah mereka
yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir,
perencana, pelaksana dan pengendali jalannya
perusahaan yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi
menurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3 Waktu Istirahat Kewajiban Undang-Undang 11 Tahun 79 Ayat (1) (3) Pengusaha wajib memberi:
Memberikan Waktu 2020 Tentang Cipta Kerja a. waktu istirahat; dan
Istirahat dan Cuti b. cuti.

Istirahat Kerja Undang-Undang 11 Tahun 79 Ayat (2) (4) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
2020 Tentang Cipta Kerja huruf a huruf a wajib diberikan kepada pekerja/buruh paling
sedikit meliputi:
a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah
jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus
menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja; dan

Istirahat Mingguan Undang-Undang 11 Tahun 79 Ayat (2) (2) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
2020 Tentang Cipta Kerja huruf b huruf a wajib diberikan kepada pekerja/buruh paling
sedikit meliputi:
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 huruf a Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh pada
35 Tahun 2021 waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2l ayat
(2) wajib memberi waktu istirahat mingguan kepada
Pekerja/
Buruh meliputi:
a. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. istirahat mingguan 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu.

Istirahat Hari Libur Undang-Undang 13 Tahun 85 (1) Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur
Resmi 2003 Tentang Ketenagakerjaan resmi.
(2) Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk
bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan
sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau
dijalankan secara terus- menerus atau pada keadaan
lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha.
(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang
melakukan pekerjaan pada hari libur resmi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib
membayar upah kerja lembur.
(4) Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pengecualian Istirahat Keputusan Menteri Tenaga 2 dan 3 Pasal 2
Hari Libur Resmi bagi Kerja 233 Tahun 2003 Tentang Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh pada hari
pekerjaan yang jenis Jenis Dan Sifat Pekerjaan libur resmi untuk pekerjaan yang menurut jenis dan
dan sifatnya terus Yang Dijalankan Secara Terus sifatnya harus dilaksanakan dan dijalankan secara terus
menerus Menerus menerus.

Pasal 3
(1) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yakni
:
a. pekerjaan di bidang pelayanan jasa kesehatan;
b. pekerjaan di bidang pelayanan jasa transportasi;
c. pekerjaan di bidang jasa perbaikan alat transportasi;
d. pekerjaan di bidang usaha pariwisata;
e. pekerjaan di bidang jasa pos dan telekomunikasi;
f. pekerjaan di bidang penyediaan tenaga listrik,
jaringan pelayanan air bersih (PAM), dan
penyediaan bahan bakar minyak dan gas bumi;
g. pekerjaan di usaha swalayan, pusat perbelanjaan,
dan sejenisnya;
h. pekerjaan di bidang media masa;
i. pekerjaan di bidang pengamanan;
j. pekerjaan di lembaga konservasi;
k. pekerjaan-pekerjaan yang apabila dihentikan akan
mengganggu proses produksi, merusak bahan, dan
termasuk pemeliharaan/perbaikan alat produksi.
(2) Menteri dapat mengubah jenis pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan

Kesepakatan Waktu Keputusan Menteri Tenaga 4 Dalam keadaan tertentu pengusaha dapat mempekerjakan
Kerja saat Istirahat Kerja 233 Tahun 2003 pekerja/buruh pada hari libur resmi berdasarkan
Hari Libur Resmi kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha.

Istirahat Tahunan Undang-Undang 11 Tahun 79 Ayat (3) (3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
2020 Tentang Cipta Kerja yang wajib diberikan kepada pekerja/buruh, yaitu cuti
tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja
setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja
selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
(4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Istirahat Haid Undang-Undang Nomor 13 81 (1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid
Tahun 2003 merasakan sakit dan memberitahukan kepada
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua pada waktu haid.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
93 Ayat (2) (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak
huruf b melakukan pekerjaan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila
:
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari
pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak
dapat melakukan pekerjaan;
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Ayat (3) (3) Alasan Pekerja/Buruh tidak masuk bekerja dan/ atau
36 Tahun 2021 huruf b tidak melakukan pekerjaan karena berhalangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
b. Pekerja/Buruh perempuan yang sakit pada hari
pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak
dapat melakukan pekerjaan; atau
Istirahat Melahirkan Undang-Undang Nomor 13 82 (1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat
atau Keguguran Tahun 2003 Tentang selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya
Ketenagakerjaan melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan
atau bidan.
(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu
setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan
dokter kandungan atau bidan

Pemberian Undang-Undang Nomor 13 83 Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu


Kesempatan Menyusui Tahun 2003 Tentang harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui
Menyusui Ketenagakerjaan anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja

Istirahat karena Alasan Undang-Undang Nomor 13 93 Ayat 2 (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak
Tertentu Tahun 2003 Tentang (c) melakukan pekerjaan.
Ketenagakerjaan (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila
:
(1) pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena
pekerja/buruh menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau
isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau
mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah
meninggal dunia;
A. Pekerja/Buruh 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
Menikah huruf a tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf c sebagai berikut :
a. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3
(tiga) hari;
B. Menikahkan 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
Anaknya huruf b tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf c sebagai berikut :
b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua)
hari;
C. Mengkhitankan 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
Anaknya huruf c tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf c sebagai berikut :
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2
(dua) hari
D. Membaptiskan 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
Anaknya huruf d tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf c sebagai berikut :
d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2
(dua) hari;
E. Isteri Melahirkan 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
atau Keguguran huruf e tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf c sebagai berikut :
e. isteri melahirkan atau keguguran kandungan,
dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
F. Suami/Isteri/Orang 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
Tua/ Mertua/ huruf f tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
Anak/ Menantu ayat (2) huruf c sebagai berikut :
Meninggal dunia f. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau
menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2
(dua) hari; dan
G. Anggota keluarga 93 Ayat 4 (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
dalam satu rumah huruf g tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam
meninggal dunia ayat (2) huruf c sebagai berikut :
g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal
dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) hari
Istirahat Sakit 93 Ayat (2) (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak
huruf a melakukan pekerjaan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila:
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan
pekerjaan
93 Ayat (3) (3) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang
sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a
sebagai berikut :
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100%
(seratus perseratus) dari upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh
puluh lima perseratus) dari upah
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima
puluh perseratus) dari upah; dan
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh
lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 (1) Upah yang dibayarkan kepada Pekerja/Buruh yang
36 Tentang Pengupahan tidak masuk bekerja dan/ atau tidak melakukan
pekerjaan karena sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (3) huruf a sebagai berikut:
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100%
(seratus perseratus) dari upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh
puluh lima perseratus) dari upah
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima
puluh perseratus) dari upah; dan
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh
lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

Istirahat Menjalankan Undang-Undang Nomor 13 93 Ayat (2) (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak
Ibadah Tahun 2003 Tentang huruf e melakukan pekerjaan.
Ketenagakerjaan (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila:
e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya
karena menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya
Pelaksanaan Waktu Undang-Undang Nomor 13 93 Ayat (5) (5) Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana
Istirahat Tahun 2003 Tentang dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dalam perjanjian
Ketenagakerjaan kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.

4 Pengupahan Komponen Upah Undang-Undang Nomor 11 94 Dalam hal komponen upah terdiri atas upah pokok dan
Tahun 2020 Tentang Cipta tunjangan tetap, besarnya upah pokok paling sedikit 75%
Kerja (tujuh puluh lima persen) dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 (1) Upah terdiri atas komponen:
36 Tahun 2021 Tentang a. Upah tanpa tunjangan;
Pengupahan b. Upah pokok dan tunjangan tetap;
c. Upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak
tetap; atau
d. Upah pokok dan tunjangan tidak tetap.
(2) Dalam ha1 komponen Upah terdiri atas Upah pokok
dan tunjangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, besarnya Upah pokok paling sedikit 75%
(tujuh puluh lima persen) dari jumlah Upah pokok dan
tunjangan tetap.
(3) Dalam ha1 komponen Upah terdiri atas Upah pokok,
tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, besarnya
Upah pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
persen) dari jumlah Upah pokok dan tunjangan tetap.
(4) Komponen Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang akan digunakan ditetapkan dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
(5) Persentase besaran Upah pokok dalam komponen
Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) untuk jabatan atau pekerjaan tertentu, dapat diatur
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian
Kerja Bersama.
Kewajiban Membuat Peraturan Pemerintah Nomor 21 (1) Pengusaha wajib menyusun dan menerapkan struktur
Struktur Skala Upah 36 Tahun 2021 Tentang dan skala Upah di Perusahaan dengan memperhatikan
Pengupahan kemampuan Perusahaan dan produktivitas.
(2) Struktur dan skala Upah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib diberitahukan kepada seluruh
Pekerja/Buruh secara perorangan.
(3) Struktur dan skala Upah yang diberitahukan sekurang-
kurangnya struktur dan skala Upah pada golongan
jabatan sesuai dengan jabatan Pekerja/Buruh yang
bersangkutan.
Kewajiban Perusahaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 (1) Pengusaha melakukan peninjauan Upah secara berkala
Melakukan Peninjauan 36 Tahun 2021 Tentang dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan dan
Upah Pengupahan produktivitas.
(2) Peninjauan Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
atau Perjanjian Kerja Bersama.
Insentif Peraturan Pemerintah Nomor 10 (1) Insentif dapat diberikan oleh Pengusaha kepada
36 Tahun 2021 Tentang Pekerja/Buruh dalam jabatan atau pekerjaan tertentu.
Pengupahan (2) Insentif ditetapkan sesuai kebijakan Perusahaan.
Bonus Peraturan Pemerintah Nomor 11 (1) Bonus dapat diberikan oleh Pengusaha kepada
36 Tahun 2021 Tentang Pekerja/Buruh atas keuntungan Perusahaan.
Pengupahan (2) Bonus untuk Pekerja/Buruh diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
Fasilitas Kerja Peraturan Pemerintah Nomor 12 (1) Perusahaan dapat menyediakan fasilitas kerja
36 Tahun 2021 Tentang bagi:
Pengupahan
a. Pekerja/Buruh dalam jabatan atau pekerjaan
tertentu; atau
b. seluruh Pekerja/ Buruh.
(2) Dalam ha1 fasilitas kerja bagi Pekerja/Buruh tidak
tersedia atau tidak mencukupi, Perusahaan dapat
memberikan uang pengganti fasilitas kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c.
(3) Penyediaan fasilitas kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan pemberian uang pengganti fasilitas kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian
Kerja Bersama.
Uang Servis Peraturan Pemerintah Nomor 13 (1) Uang servis pada usaha tertentu dikumpulkan dan
36 Tahun 2021 Tentang dikelola oleh Perusahaan.
Pengupahan (2) Uang servis pada usaha tertentu wajib dibagikan
kepada Pekerja/Buruh setelah dikurangi biaya
cadangan terhadap risiko kehilangan atau kerusakan
dan pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
(3) Ketentuan mengenai uang servis pada usaha tertentu
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pemotongan Upah Peraturan Pemerintah Nomor 63 (1) Pemotongan Upah oleh Pengusaha dapat dilakukan
36 Tahun 2021 Tentang untuk pembayaran:
Pengupahan a. denda;
b. ganti rugi;
c. uang muka Upah;
d. sewa rumah dan/atau sewa barang milik
Perusahaan yang disewakan oleh Pengusaha
kepada Pekerja/Buruh;
e. utang atau cicilan utang Pekerja/Buruh;
dan/atau
f. kelebihan pembayaran Upah.
(2) Pemotongan Upah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, huruf b, dan huruf c dilakukan sesuai
dengan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
(3) Pemotongan upah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dan huruf e harus dilakukan berdasarkan
kesepakatan tertulis atau perjanjian tertulis.
(4) Pemotongan Upah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f dilakukan tanpa persetujuan Pekerja/Buruh.
5 Tunjangan Hari Kewajiban Membayar Peraturan Pemerintah Nomor 9 Ayat (1) (1) Tunjangan hari raya keagamaan wajib diberikan oleh
Raya THR 35 Tahun 2021 Pengusaha kepada Pekerja/Buruh.
Jangka Waktu Peraturan Pemerintah Nomor 9 Ayat (2) (2) Tunjangan hari raya keagamaan wajib dibayarkan
Pembayaran THR 35 Tahun 2021 paling lama 7 (tujuh) hari sebelum hari raya
keagamaan.

6 Perlindungan Larangan Undang-Undang Nomor 13 76 Ayat (1) (1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari
Pekerja mepekerjakan pekerja Tahun 2003 Tentang 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara
Perempuan perempuan berumur Ketenagakerjaan pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
kurang 18 tahun
antara
23.00 – 07.00
Larangan Undang-Undang Nomor 13 76 Ayat (2) (6) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh
mepekerjakan pekerja Tahun 2003 Tentang perempuan hamil yang menurut keterangan dokter
perempuan hamil Ketenagakerjaan berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
antara 23.00 – 07.00 kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara
pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

Kewajiban Pengusaha Undang-Undang Nomor 13 76 Ayat (3), (7) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
yang Mempekerjakan Tahun 2003 Tentang (4), dan (5) perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
Perempuan antara Ketenagakerjaan 07.00 wajib :
23.00 – 07.00 a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat
kerja.
(8) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput
bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan
pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 05.00
(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan
ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri
Keputusan Menteri Tenaga (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
Kerja dan Transmigrasi Nomor perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
224 Tahun 2003 Tentang 07.00 wajib :
Kewajiban Pengusaha Yang a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
Mempekerjakan Pekerja/Buruh b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di
Perempuan Antara Pukul 23.00 tempat kerja.
Sampai Dengan 07.00 (2) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput
bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan
pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 05.00

A. Pemberian 3 (1) Makanan dan minuman yang bergizi sebagaimana


Makanan dan dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus
Minuman yang Keputusan Menteri Tenaga sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan
Bergizi Kerja dan Transmigrasi Nomor diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja.
224 Tahun 2003 (2) Makanan dan minuman tidak dapat diganti dengan
uang.
4 (1) Makanan dan minuman yang bergizi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus
sekurang-kurangnya memenuhi 1.400 kalori dan
diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja.
(2) Makanan dan minuman tidak dapat diganti dengan
uang.
B. Menjaga Keputusan Menteri Tenaga 5 Pengusaha wajib menjaga keamanan dan kesusilaan
Kesusilaan dan Kerja dan Transmigrasi Nomor pekerja/buruh perempuan sebagaimana dimaksud dalam
Keamanan Selama 224 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) huruf b dengan :
Di Tempat Kerja a. menyediakan petugas keamanan di tempat kerja;
b. menyediakan kamar mandi/wc yang layak dengan
penerangan yang memadai serta terpisah antara
pekerja/buruh perempuan dan laki-laki
C. Penyedian Antar Keputusan Menteri Tenaga 6 (1) Pengusaha wajib menyediakan antar jemput dimulai
Jemput Kerja dan Transmigrasi Nomor dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan
224 Tahun 2003 sebaliknya;
(2) Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke
tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 05.00.

Pelaksanaan Keputusan Menteri Tenaga 8 Pelaksanaan pemberian makanan dan minuman bergizi,
Perlindungan Pekerja Kerja dan Transmigrasi Nomor penjagaan kesusilaan, dan keamanan selama di tempat
Perempuan 224 Tahun 2003 kerja serta penyediaan angkutan antar jemput sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dapat diatur lebih lanjut dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama.

7 Pengembangan Hak Pekerja Undang-Undang Nomor 13 11 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
Kompetensi Memperoleh Tahun 2003 Tentang meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja
Kerja Peningkatan/ Ketenagakerjaan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui
Pengembangan pelatihan kerja.
Kompetensi
Tanggung Jawab Undang-Undang Nomor 13 12 (1) Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan
Pengusaha dalam Tahun 2003 Tentang dan/atau pengembangan kompetensi pekerjanya
Pengembangan Ketenagakerjaan melalui pelatihan kerja.
Kompetensi (2) Peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwajibkan bagi
pengusaha yang memenuhi persyaratan yang diatur
dengan Keputusan Menteri.
(3) Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama
untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bi-dang
tugasnya.

Keputusan Menteri Tenaga 2 (1) Perusahaan yang wajib meningkatkan kompetensi


Kerja dan Transmigrasi Nomor pekerja/buruhnya melalui pelatihan kerja adalah
261 Tahun 2004 Tentang perusahaan yang mempekerjakan 100 (seratus) orang
Perusahaan Yang Wajib pekerjaan/buruh atau lebih.
Melaksanakan Pelatihan Kerja (2) Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus mencakup sekurang-kurangnya 5% (lima
perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di
perusahaan tersebut sesuai tahun.

8 Jaminan Sosial Hak Pekerja atas Undang-Undang Nomor 13 99 (1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk
Jaminan Sosial Tahun 2003 Tentang memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
Ketenagakerjaan (2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban Pemberi Undang-Undang Nomor 46 15 Ayat (1) (1) Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan
Kerja Mendaftarkan Tahun 2011 Tentang dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS
Jaminan Sosial sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.
(2) Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut
anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada
BPJS.
9 Fasilitas Kewajiban Pemberian Undang-Undang Nomor 13 100 (1) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh
Kesejahteraan Fasilitas Tahun 2003 Tentang dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan
Kesejahteraan Ketenagakerjaan fasilitas kesejahteraan.
berdasarkan (2) Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana
Kemampuan dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan dengan
Perusahaan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran
kemampuan perusahaan.
(3) Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas
kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan pekerja/buruh
dan ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Jenis Fasilitas Undang-Undang Nomor 13 Penjelasan Yang dimaksud dengan fasilitas kesejahteraan antara lain
Kesejahteraan Tahun 2003 Tentang Pasal 100 pelayanan keluarga berencana, tempat penitipan anak,
Ketenagakerjaan Ayat (1) perumahan pekerja/buruh, fasilitas beribadah, fasilitas
olah raga, fasilitas kantin, fasilitas kesehatan, dan
fasilitas
rekreasi
10 Koperasi Kooperasi Karyawan Undang-Undang Nomor 13 101 (1) Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh,
Karyawan Tahun 2003 Tentang dibentuk koperasi pekerja/buruh dan usaha-usaha
Ketenagakerjaan produktif di perusahaan.
(2) Pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh berupaya
menumbuhkembangkan koperasi pekerja/buruh, dan
mengembangkan usaha produktif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
(3) Pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Upaya-upaya untuk menumbuhkembangkan koperasi
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
11 Keselamatan Hak Pekerja Undang-Undang Nomor 13 86 Ayat (1) (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
dan Kesehatan memperoleh Tahun 2003 Tentang huruf a memperoleh perlindungan atas:
Kerja Perlindungan K3 Ketenagakerjaan a. keselamatan dan kesehatan kerja;
Kewajiban Perusahaan Undang-Undang Nomor 13 87 (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
Menerapkan Sistem Tahun 2003 Tentang manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
Manajemen K3 Ketenagakerjaan terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

12 Pemutusan Ketentuann Undang-Undang Nomor 13 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam
Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Tahun 2003 Tentang undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja
Kerja Ketenagakerjaan yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau
tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau
milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik
negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain
yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Upaya Mencegah PHK Undang-Undang 11 Tahun 151 Ayat (1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerjalserikat
2020 Tentang Cipta Kerja (1) buruh, dan Pemerintah harus mengupayakan agar tidak
terjadi pemutusan hubungan kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 37 (1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerjalserikat
35 Tahun 2021 Ayat (1) buruh, dan Pemerintah harus mengupayakan agar tidak
terjadi pemutusan hubungan kerja.
Pemberitahuan Alasan Undang-Undang 11 Tahun 151 Ayat (2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat
PHK 2020 Tentang Cipta Kerja (2) dihindari, maksud dan alasan pemutusan hubungan
kerja diberitahukan oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
Surat Pemberitahuan Undang-Undang 11 Tahun 151A Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151
2020 Tentang Cipta Kerja ayat (2) tidak perlu dilakukan oleh pengusaha dalam hal:
a. pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri;
b. pekerja/buruh dan pengusaha berakhir hubungan
kerjanya sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu;
c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama; atau
d. pekerja/buruh meninggal dunia.
Jangka Waktu Surat Peraturan Pemerintah Nomor 37 Ayat (2), (2) Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja tidak dapat
Pemberitahuan 35 Tahun 2021 (3), dan (4) dihindari, maksud dan alasan Pemutusan Hubungan
Kerja diberitahukan oleh Pengusaha kepada
Pekerja/Buruh dan/atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh
di dalam Perusahaan apabila Pekerja/Buruh yang
bersangkutan merupakan anggota dari Serikat Pekerja
I Serikat Buruh.
(3) Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dibuat
dalam bentuk surat pemberitahuan dan disampaikan
secara sah dan patut oleh Pengusaha kepada
Pekerja/Buruh dan/atau Serikat PekerjalSerikat Buruh
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sebelum
Pemutusan Hubungan Kerja.
(4) Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan
dalam masa percobaan, surat pemberitahuan
disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum
Pemutusan Hubungan Kerja.
Penolakan Surat Peraturan Pemerintah Nomor 38 Dalam hal Pekerja/Buruh telah mendapatkan surat
Pemberitahuan 35 Tahun 2021 pemberitahuan dan tidak menolak Pemutusan Hubungan
Kerja, Pengusaha harus melaporkan Pemutusan Hubungan
Kerja kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.
Penyelesaian Undang-Undang 11 Tahun 151 Ayat (3) Dalam hal pekerja/buruh telah diberitahu dan menolak
Penolakan PHK 2020 Tentang Cipta Kerja (3) dan (4) pemutusan hubungan kerja, penyelesaian pemutusan
hubungan kerja wajib dilakukan melalui perundingan
bipartit antara pengusaha dengan pekerja/buruh
dan/atau serikat pekerjalserikat buruh.
(4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak mendapatkan kesepakatan,
pemutusan hubungan kerja dilakukan melalui tahap
berikutnya sesuai dengan mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 (1) Pekerja/Buruh yang telah mendapatkan surat
35 Tahun 2021 pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dan
menyatakan menolak, harus membuat surat penolakan
disertai alasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterimanya surat pemberitahuan.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai
Pemutusan Hubungan Kerja, penyelesaian Pemutusan
Hubungan Kerja harus dilakukan melalui perundingan
bipartit antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh
dan/atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh.
(3) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak mencapai kesepakatan,
penyelesaian
Pemutusan Hubungan Kerja tahap berikutnya
dilakukan melalui mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jenis Alasan PHK Undang-Undang 11 Tahun 153 (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan
yang Dilarang 2020 Tentang Cipta Kerja kerja kepada pekerja/buruh dengan alasan:
a. berhalangan masuk kerja karena sakit menurut
keterangan dokter selama waktu tidak melampaui
12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
b. berhalangan menjalankan pekerjaannya karena
memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. menikah;
e. hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau
menyusui bayinya;
f. mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan
perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam
satu perusahaan;
g. mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengururs
serikat pekerjalserikat buruh, pekerja/buruh
melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di
luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama;
h. mengadukan pengusaha kepada pihak yang
berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang
melakukan tindak pidana kejahatan;
i. berbeda paham, agama, aliran politik, suku, warna
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau
status perkawinan; dan
j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan
kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang
menurut surat keterangan dokter yang jangka
waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.
(2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan
alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal demi
hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali
pekerja/ buruh yang bersangkutan.
Jenis Alasan PHK Undang-Undang 11 Tahun 154A (1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena alasan:
2020 Tentang Cipta Kerja a. perusahaan melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan dan
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja atau pengusaha tidak bersedia
menerima pekerja/buruh;
b. perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan
penutupan perusahaan atau tidak diikuti dengan
penutupan perusahaan yang disebabkan
perusahaan mengalami kerugian;
c. perusahaan tutup yang disebabkan karena
perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 (dua) tahun;
d. perusahaan tutup yang disebabkan keadaan
memaksa (force majeur) .
e. perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban
pembayaran utang;
f. perusahaan pailit;
g. adanya permohonan pemutusan hubungan kerja
yang diajukan oleh pekerja/buruh dengan alasan
pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut:
1. menganiaya, menghina secara kasar atau
mengancam pekerja/ buruh;
2. membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh
untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan;
3. tidak membayar upah tepat pada waktu yang
telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturut-
turut atau lebih, meskipun pengusaha
membayar upah secara tepat waktu sesudah itu;
4. tidak melakukan kewajiban yang telah
dijanjikan kepada pekerja/ buruh;
5. memerintahkan pekerja/buruh untuk
melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan; atau
6. memberikan pekerjaan yang membahayakan
jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan
pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut
tidak dicantumkan pada perjanjian kerja;
h. adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang menyatakan pengusaha
tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
pada huruf g terhadap permohonan yang diajukan
oleh pekerja/buruh dan pengusaha memutuskan
untuk melakukan pemutusan hubungan kerja;
i. pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan
sendiri dan harus memenuhi syarat:
j. pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja
atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara
tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan
telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara
patut dan tertulis;
k. pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama dan
sebelumnya telah diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut
masing-masing berlaku untuk paling lama 6
(enam) bulan kecuali ditetapkan lain dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama;
l. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan
selama 6 (enam) bulan akibat ditahan pihak yang
berwajib karena diduga melakukan tindak pidana;
m. pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan
atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat
melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas
12 (dua belas) bulan;
n. pekerja/buruh memasuki usia pensiun; atau
o. pekerja/buruh meninggal dunia
(2) Selain alasan pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat ditetapkan alasan
pemutusan hubungan kerja lainnya dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat
(1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemutusan
hubungan kerja diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Kewajiban pada saat Undang-Undang 11 Tahun 156 Ayat (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
terjadi PHK 2020 Tentang Cipta Kerja (1) pengusaha wajib membayar uang pesangon dan/atau
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak yang seharusnya diterima.
Ketentuan Uang Undang-Undang 11 Tahun 156 Ayat (2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pesangon 2020 Tentang Cipta Kerja (2) diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan
upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang
dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; h. masa
kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8
(delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
h. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
(sembilan) bulan upah.
Ketentuan Uang Undang-Undang 11 Tahun 156 Ayat (3) Uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud
Penghargaan Masa 2020 Tentang Cipta Kerja (3) pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan sebagai
Kerja berikut:
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan
upah;
d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan
upah;
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam)
bulan upah;
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7
(tujuh) bulan upah;
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8
(delapan) bulan upah;
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih,
10 (sepuluh) bulan upah.
Uang Penggantian Hak Undang-Undang 11 Tahun 156 Ayat (4) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima
2020 Tentang Cipta Kerja (4) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan
keluarganya ke tempat pekerja/buruh diterima
bekerja;
c. hal-haI lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
Bersama
Komponen Dasar Undang-Undang 11 Tahun 157 (1) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar
Uang Pesangon dan 2020 Tentang Cipta Kerja perhitungan uang pesangon dan uang penghargaan
Masa Kerja masa kerja terdiri atas:
a. upah pokok; dan
b. tunjangan tetap yang diberikan kepada pekerja/
buruh dan keluarganya.
(2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas
dasar perhitungan harian, upah sebulan sama dengan
30 (tiga puluh) dikalikan upah sehari.
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar
perhitungan satuan hasil, upah sebulan sama dengan
penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas) bulan
terakhir.
(4) Dalam hal upah sebulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) lebih rendah dari upah minimum, upah yang
menjadi dasar perhitungan pesangon adalah upah
minimum yang berlaku di wilayah domisili perusahaan.
Hak atas PHK Peraturan Pemerintah Nomor 41 Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
A. Perusahaan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan
melakukan melakukan penggabungan, peleburan atau pemisahan
penggabungan, Perusahaan dan Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan
peleburan atau Hubungan Kerja atau Pengusaha tidak bersedia menerima
pemisahan Pekerja/ Buruh maka Pekerja/Buruh berhak atas:
Perusahaan a. uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 40
ayat (2)
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
B. pengambilalihan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
Perusahaan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan pengambilalihan
Perusahaan maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a. uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 40
ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
C. pengambilalihan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Ayat (2) Dalam hal terjadi pengambilalihan Perusahaan yang
Perusahaan yang 35 Tahun 2021 mengakibatkan terjadinya perubahan syarat kerja dan
mengakibatkan Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan Hubungan
terjadinya Kerja, Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan
perubahan syarat Kerja dan Pekerja/Buruh berhak atas:
kerja a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
D. Perusahaan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
melakukan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan
efisiensi yang melakukan efisiensi yang disebabkan Perusahaan
disebabkan mengalami kerugian maka Pekerja/ Buruh berhak atas:
Perusahaan a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
mengalami ketentuan Pasal 40 ayat (2);
kerugian b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
E. Perusahaan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Ayat (2) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
melakukan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan
efisiensi untuk melakukan efisiensi untuk mencegah terjadinya kerugian
mencegah maka Pekerja/Buruh berhak atas:
terjadinya a. uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 40
kerugian ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
F. Perusahaan tutup Peraturan Pemerintah Nomor 44 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
yang disebabkan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan tutup
Perusahaan yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian secara
mengalami terus menerus selama 2 (dua) tahun atau mengalami
kerugian secara
terus menerus kerugian tidak secara terus menerus selama 2 (dua) tahun
selama 2 (dua) maka Pekerja/ Buruh berhak atas:
tahun atau a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
mengalami ketentuan Pasal 40 ayat (2);
kerugian tidak b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
secara terus ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
menerus selama 2 c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(dua) tahun (4).
G. Perusahaan tutup Peraturan Pemerintah Nomor 44 Ayat (2) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
yang disebabkan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan tutup
bukan karena yang disebabkan bukan karena Perusahaan mengalami
Perusahaan kerugian maka Pekerja/Buruh berhak atas:
mengalami a. uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 40
kerugian ayat (2)
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
H. Perusahaan tutup Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
yang disebabkan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan tutup
keadaan memaksa yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure) maka
(force majeure) Pekerja/ Buruh berhak atas:
a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
I. keadaan memaksa Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ayat (2) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(force majeure) 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan keadaan memaksa
yang tidak (force majeure) yang tidak mengakibatkan Perusahaan
mengakibatkan tutup maka Pekerja/Buruh berhak atas:
Perusahaan tutup a. uang pesangon sebesar O,75 (nol koma tujuh puluh
lima) kali ketentuan Pasal 40 ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
J. Perusahaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
keadaan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan dalam
penundaan keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang yang
kewajiban disebabkan Perusahaan mengalami kerugian maka
pembayaran utang Pekerja/Buruh berhak atas:
yang disebabkan a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
Perusahaan ketentuan Pasal 40 ayat (2);
mengalami b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
kerugian ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
K. Perusahaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Ayat (2) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
keadaan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan dalam
penundaan keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang bukan
kewajiban karena Perusahaan mengalami kerugian maka
pembayaran utang Pekerja/Buruh berhak atas:
bukan karena a. uang pesangon sebesar I (satu) kali ketentuan Pasal 40
Perusahaan ayat (2);
mengalami b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
kerugian ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
L. Perusahaan pailit Peraturan Pemerintah Nomor 47 Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Perusahaan
35 Tahun 2021 pailit maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (21;
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
M. adanya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
permohonan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya permohonan
Pemutusan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan oleh
Hubungan Kerja Pekerja/Buruh dengan alasan Pengusaha melakukan
yang diajukan oleh perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 36
Pekerja/Buruh huruf g maka Pekerja/Buruh berhak atas:
dengan alasan a. uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 40
Pengusaha ayat (2);
melakukan b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
perbuatan ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
sebagaimana yang c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
dimaksud dalam (4).
Pasal 36
N. putusan lembaga Peraturan Pemerintah Nomor 49 Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
penyelesaian 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya putusan
perselisihan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
hubungan yang menyatakan Pengusaha tidak melakukan perbuatan
industrial yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf g terhadap
menyatakan permohonan yang diajukan oleh Pekerja/Buruh maka
Pengusaha tidak Pekerja/ Buruh berhak atas:
melakukan a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
perbuatan yang (4); dan
dimohonkan b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
O. mengundurkan diri Peraturan Pemerintah Nomor 50 Pekerja/Buruh yang mengundurkan diri atas kemauan
atas kemauan 35 Tahun 2021 sendiri dan memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
sendiri dalam Pasal 36 huruf i, berhak atas:
a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4); dan
b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
P. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 51 Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
mangkir 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh
mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-
turut
tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan
bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha 2 (dua)
kali secara patut dan tertulis maka Pekerja/Buruh berhak
atas:
a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4); dan
b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
Q. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 52 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
melakukan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh
pelanggaran melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam
ketentuan yang Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
diatur dalam PK, Kerja Bersama dan sebelumnya telah diberikan surat
PP, PKB yang peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-
sebelumnya turut maka Pekerja/ Buruh berhak atas:
diberikan surat a. uang pesangon sebesar 0,5 (nol koma lima) kali
peringatan ketentuan Pasal 40 ayat (2);
berturut-turut b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4).
R. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 52 Ayat (2) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
melakukan 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh
pelanggaran melakukan pelanggaran bersifat mendesak yang diatur
bersifat mendesak dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama maka Pekerja/Buruh berhak
PK, PP, PKB atas:
a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4); dan
b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
Pengecualian Surat Peraturan Pemerintah Nomor 52 Ayat (3) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
Pemberitahuan bagi 35 Tahun 2021 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tanpa
PHK Alasan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
Mendesak ayat (2).
S. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 53 (1) Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang berwajib
ditahan pihak yang 35 Tahun 2021 karena diduga melakukan tindak pidana maka
berwajib karena Pengusaha tidak wajib membayar Upah, tetapi wajib
diduga melakukan memberikan bantuan kepada keluarga Pekerja/Buruh
tindak pidana
yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% (dua puluh
lima persen) dari Upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35% (tiga puluh
lima persen) dari Upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45% (empat
puluh lima persen) dari Upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih, 50%
(lima puluh persen) dari Upah.
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak hari pertama Pekerja/Buruh ditahan oleh pihak
yang
berwajib.
T. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 54 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
tidak dapat 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh tidak
melakukan dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat
pekerjaan selama 6 ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
(enam) bulan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
akibat ditahan huruf I yang menyebabkan kerugian Perusahaan maka
pihak yang Pekerja/Buruh berhak atas:
berwajib karena a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
diduga melakukan (4); dan
tindak pidana b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
sebagaimana Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
dimaksud dalam Bersama.
Pasal 36 huruf I
yang
menyebabkan
kerugian
U. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 54 Ayat (2) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
tidak dapat 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh tidak
melakukan dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat
pekerjaan selama 6 ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan
(enam) bulan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
akibat ditahan huruf I yang tidak menyebabkan kerugian Perusahaan
pihak yang maka Pekerja/ Buruh berhak atas:
berwajib karena a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
diduga melakukan (4); dan
tindak pidana b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
sebagaimana Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
dimaksud dalam Bersama.
Pasal 36 huruf I
yang tidak
menyebabkan
kerugian
Perusahaa
Jika Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 54 Ayat (3) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana
sebelum 6 Bulan 35 Tahun 2021 sebelum berakhirnya masa 6 (enam) bulan sebagaimana
dinyatakan Tidak dimaksud pada ayat (2) dan Pekerja/Buruh dinyatakan
Bersalah tidak bersalah
maka Pengusaha mempekerjakan Pekerja/ Buruh kembali.
V. pengadilan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Ayat (4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana
memutuskan 35 Tahun 2021 sebelum berakhirnya masa 6 (enam) bulan sebagaimana
perkara pidana dimaksud pada ayat (1) dan Pekerja/Buruh dinyatakan
sebelum bersalah maka Pengusaha dapat melakukan Pemutusan
berakhirnya masa Hubungan Kerja dan Pekerja/ Buruh berhak atas:
6 (enam) bulan a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4); dan
b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
W. pengadilan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Ayat (5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum
memutuskan 35 Tahun 2021 berakhirnya masa 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud
perkara pidana pada ayat (2) dan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah
sebelum maka Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan
berakhirnya masa Kerja dan Pekerja/ Buruh berhak atas:
6 (enam) bulan a. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
dan dinyatakan (4); dan
bersalah b. uang pisah yang besarannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama.
X. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 55 Ayat (1) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
Sakit 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh
Berkepanjangan mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat
melampaui 12 kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya
bulan setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan maka
Pekerja/Buruh berhak atas:
a. uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 40
ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4)
Y. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 55 Ayat (2) Pekerja/Buruh dapat mengajukan Pemutusan Hubungan
Sakit 35 Tahun 2021 Kerja kepada Pengusaha karena alasan Pekerja/Buruh
Berkepanjangan mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat
atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya
kecelakaan kerja setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan maka
tidak melampaui Pekerja/Buruh berhak atas:
12 bulan a. uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 40
ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4)
Z. Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 56 Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
memasuki usia 35 Tahun 2021 terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Pekerja/Buruh
pensiun memasuki usia pensiun maka Pekerja/Buruh berhak atas:
a. uang pesangon sebesar 1,75 (dua) kali ketentuan Pasal
40 ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4)
Ketentuan Usia Undang-Undang Nomor 11 151A huruf Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan
Pensiun Tahun 2020 Tentang Cipta c perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
Kerja bersama; atau
Pekerja/Buruh Peraturan Pemerintah Nomor 57 Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan Pekerja/Buruh
Meninggal Dunia 35 Tahun 2021 meninggal dunia maka kepada ahli warisnya diberikan
sejumlah uang yang perhitungannya sama dengan:
a. uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 40
ayat (2);
b. uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 40 ayat (3); dan
c. uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 40 ayat
(4)
Apabila Pekerja telah Peraturan Pemerintah Nomor 58 (1) Pengusaha yang mengikutsertakan Pekerja/Buruh
diikutsertakan dalan 35 Tahun 2021 dalam program pensiun sesuai dengan ketentuan
Jaminan Pensiun peraturan perundang-undangan di bidang dana
pensiun, iuran yang dibayar oleh Pengusaha dapat
diperhitungkan sebagai bagian dari pemenuhan
kewajiban Pengusaha atas uang pesangon dan uang
penghargaan masa kerja serta uang pisah akibat
Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 52 dan Pasal 54
sampai dengan Pasal 57.
(2) Jika perhitungan manfaat dari program pensiun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih kecil
daripada uang pesangon dan uang penghargaan masa
kerja serta uang pisah maka selisihnya dibayar oleh
Pengusaha.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
13 Uang Kewajiban Membayar Peraturan Pemerintah Nomor 17 Dalam hal salah satu pihak mengakhiri Hubungan Kerja
Kompensasi Uang Kompensasi 35 Tahun 2021 sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam
PKWT, Pengusaha wajib memberikan uang kompensasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) yang
besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT
yang telah dilaksanakan oleh Pekerja/Buruh.
14 Keluh Kesah Kewajiban Upaya Keputusan Menteri Tenaga 3 Ayat (2) (2) Pengusaha dan Pekerja wajib mengupayakan agar
Keluh Kesah Kerja Nomor 15 Tahun 1994 keluh kesah yang timbul tidak menjadi perselisihan
hubungan industrial atau menjadi pemutusan
hubungan
kerja.
15 Peraturan Ketentuan dan 108 (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
Perusahaan Kewajiban Pembuatan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib
PP membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku
setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Kewajiban membuat peraturan perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku
bagi peru-sahaan yang telah memiliki perjanjian kerja
Bersama

Saran dan 110 Ayat Peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran
Pertimbangan (1) dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan
yang bersangkutan
Masa Berlaku 111 Ayat Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua)
(3) tahun dan wajib diperbaharui setelah habis masa
berlakunya.

Keberlakuan PP 3 Ayat (1) Dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PP
yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan
yang bersangkutan baik PKWT maupun PKWTT.

Alur Pembuatan PP 6 (1) Pengusaha harus menyampaikan naskah rancangan


PP kepada wakil pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh untuk mendapatkan saran dan
pertimbangan.
(2) Saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh terhadap
naskah rancangan PP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus sudah diterima oleh pengusaha
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
diterimanya naskah rancangan PP oleh wakil
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh.
(3) Dalam hal wakil pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh telah menyampaikan saran
dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), maka pengusaha memperhatikan saran
dan pertimbangan wakil pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh tersebut.
(4) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wakil
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh tidak memberikan saran dan pertimbangan,
maka pengusaha dapat mengajukan pengesahan PP
disertai bukti berupa surat permintaan saran dan
pertimbangan dari pengusaha kepada
pekerja/buruh
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

Anda mungkin juga menyukai