Anda di halaman 1dari 1

Nama : Alexander Chandra Dermawan

NRP : C14210303

Kelas : A1

TUGAS 1
Perkenalkan saya Alexander Chandra D atau yang akrab dipanggil Alex atau Chandra. Saat ini saya
akan menceritakan pengalaman pribadi dan refleksi pribadi seputar Identitas, Integrasi, dan
Demokrasi di Indonesia. Sebelum itu saya akan mengenalkan siapa saya.

Saya seorang laki-laki yang berasal dari keluarga kecil yang besar dan tinggal di kota kecil bernama
Singaraja, kabupaten Buleleng, Bali. Sebuah kota yang tenang dan damai. Selama di Singaraja saya
bersekolah di sekolah negeri mulai dari jenjang SMP-SMA. Saya rasa sekian untuk perkenalan diri
saya karena dari sini saya akan mulai menceritakan pengalaman saya tinggal dan bersekolah sebagai
seorang minoritas.

Hidup sebagai seorang minoritas di Singaraja tidaklah menyulitkan atau membuat hati terluka.
Walaupun yang mendominasi adalah orang asli Bali yang beragama Hindu. Saya dapat merasakan
warga Bali sangat menghargai dan mentoleransi siapa pun yang ada di Singaraja. Terdapat banyak
agama, suku, bahasa, dan ras yang ada di Singaraja. Tidak membuat saya merasa tidak nyaman di
Singaraja. Warga Singaraja bahkan sampai pemerintah daerah kota Singaraja sangat memikirkan
kedamaian dan keharmonisan antar perbedaan. Kata integrasi mungkin dapat mewakili keadaan di
kota Singaraja ini. Sebagai contoh, ketika ada perayaan hari besar agama tertentu warga bali sangat
menghargai dan justru memberikan bantuan keamanan yang biasa di sebut ‘Pecalang’. Apa pun
agamanya penugasan ‘pecalang’ ini tetap dilakukan sehingga saya melihat integrasi nasional terjadi
di kota Singaraja ini. contoh lain adalah ketika di sekolah saya. Sekolah saya terdiri dari berbagai
suku, agama, dan ras. Tapi masih mayoritasnya adalah orang bali yang beragama Hindu. Setiap ada
hari kamis kami memakai pakaian adat Bali. Ini bentuk integrasi yang baik yang diterapkan di sekolah
saya selain itu juga tetap melestarikan budaya Bali. Selain itu juga setiap ada hari raya umat agama
lain sekolah saya pasti akan memberikan ucapan berupa poster yang di unggah di Instagram.

Pengalaman lain yang saya lihat itu dari gereja saya yang banyak di datangi oleh mahasiswa yang
bersuku Batak. Dari sini juga akan terkait dengan masyarakat lain yang kedatangan pendatang luar
yang memiliki suku yang berbeda. Akan tetapi hal itu tidak mengubah apakah mereka diterima
dengan baik atau tidak. Jawabannya tetap sama yaitu tetap terintegrasi dengan bik. Bahkan ada
teman saya yang berasal dari luar negeri tepatnya Amerika Serikat. Dia datang ketika masih duduk di
bangku Sekolah Dasar. Hingga sekarang dia masih tinggal di Indonesia dan mengambil program studi
Hukum di salah satu Universitas di Indonesia. Melihat kisah hidup teman saya, saya menjadi sadar
ternyata integrasi Indonesia lebih dari yang saya kira.

Dari pengalaman saya dan teman saya, saya mendapati beberapa poin yang menarik. Pertama,
Identitas, Integrasi dan Demokrasi di Indonesia saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Mengapa? Karena dimulai dari memahami Identitas yang benar kita dapat memaknai integritas yang
benar seperti apa sehingga demokrasi dapat terjadi di Indonesia. Akan tetapi tidak sesederhana itu.
Kedua, di mana pun kita tinggal di Indonesia kita juga harus hidup dengan memaknai ketiga hal itu.

Demikian hasil refleksi pribadi saya melalui pengalaman pribadi saya dan pengalaman teman saya
sendiri, dan juga hasil pengamatan pribadi saya.

Anda mungkin juga menyukai