BRSbrsInd 20210215125519
BRSbrsInd 20210215125519
BERITA
RESMI
STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK
PROVINSI PAPUA
Gambar 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Maret 2012- September 2020
960,6
960 39,00
939,6 37,00
940
924,4 926,4
920,5 35,00
916,4 917,6
920 914,9 915,2
911,3 910,4 911,4 912,2
33,00
901,0
898,2 897,7
900
31,00
31,52
31,11 31,13
880 30,66
30,05 29,00
28,17
864,1
859,2 28,40 28,54 28,40
860
27,80 27,62 27,76 27,74 27,00
27,43 27,53
26,55 26,64 26,80
840 25,00
Mar 12 Sep 12 Mar 13 Sep 13 Mar 14 Sep 14 Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 19 Sep 19 Mar 20 Sep 20
10,19
4,45
Aceh
Lampung
Riau
Maluku
Bali
Jambi
INDONESIA
Kepulauan Riau
Banten
Jawa Timur
Bengkulu
Bangka Belitung
Papua
DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Sulawesi Barat
Gorontalo
Maluku Utara
Sulawesi Selatan
Papua Barat
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Utara
Sumatera Utara
DI Yogyakarta
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2020
Di�njau menurut �pe daerahnya, GK daerah perkotaan pada September 2020 adalah
sebesar Rp622.346,-. Nilai ini lebih �nggi dibanding GK perdesaan yang sebesar Rp562.412,-. Hal
ini berar� biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk
makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan.
Dengan memperha�kan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat pada Tabel 3
bahwa peranan komodi� makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komodi� bukan
makanan baik untuk �pe daerah perkotaan maupun perdesaan. Pada bulan September 2020,
sumbangan GKM perkotaan terhadap GK sebesar 67,40 persen dan GKM perdesaan sebesar
78,80 persen. Namun, sumbangan GKNM perkotaan dan GKNM perdesaan masing-masing hanya
Pada September 2020, komodi� makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK
berbeda jenisnya antara daerah perkotaan dan perdesaan. Dari 5 (lima) komodi� makanan
terbesar yang memberi pengaruh terhadap kenaikan GK di perkotaan adalah beras (14,24
persen), rokok kretek filter (10,55 persen), ikan kembung (4,11 persen), telur ayam ras (3,79
persen), dan kue basah (3,70 persen), sedangkan lima jenis komodi� makanan yang memberikan
andil terbesar terhadap kenaikan GK di perdesaan adalah ketela rambat/ubi (13,71 persen),
beras (13,18 persen), rokok kretek filter (8,36 persen), ketela pohon (5,32 persen) dan daun
ketela pohon (2,85 persen).
Untuk komodi� non makanan, perumahan memberikan sumbangan terbesar terhadap GK
di perkotaan yaitu sebesar 14,23 persen pada bulan September 2020. Selain perumahan, barang
kebutuhan bukan makanan yang berpengaruh cukup besar terhadap GK di perkotaan
diantaranya listrik (2,89 persen), pendidikan (1,88 persen), angkutan (1,53 persen), dan bensin
(1,52 persen). Untuk daerah perdesaan, barang kebutuhan non makanan yang berpengaruh
cukup besar terhadap GK diantaranya perumahan (10,65 persen), kayu bakar (1,53 persen),
angkutan (1,42 persen), perlengkapan mandi (1,10 persen), dan sabun cuci (0,88 persen).
5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperha�kan adalah �ngkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah
perdesaan jauh lebih �nggi daripada perkotaan. Pada bulan September 2020, nilai Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,825 sementara di daerah perdesaan
mencapai 9,338. Demikian juga untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di mana nilai
Indeks untuk perkotaan hanya 0,169 sementara di daerah perdesaan mencapai 3,224. Dari nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa �ngkat kemiskinan di daerah perdesaan jauh lebih parah
daripada daerah perkotaan karena dari semua segi (jumlah, persentase, kedalaman maupun
keparahan kemiskinan) daerah perdesaan jauh lebih mempriha�nkan dibanding daerah
perkotaan.
6. Faktor-Faktor Terkait Kemiskinan
Beberapa faktor yang terkait dengan �ngkat kemiskinan selama periode Maret 2020 -
September 2020 antara lain:
1. Ekonomi Papua pada triwulan III 2020 mengalami kontraksi sebesar -2,61 persen (y-on-
y).
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2020 sebesar 4,28 persen, naik
jika dibandingkan dengan kondisi Agustus tahun sebelumnya.
3. Menurut Bank Indonesia Provinsi Papua, terjadi penurunan daya beli masyarakat, yang
disebabkan oleh penurunan ak�vitas ekonomi di Provinsi Papua.
4. Realisasi Bantuan Sosial Tunai (BST) di Provinsi Papua baru 65,2 persen.
5. Penyaluran Dana Desa Tahap III tahun 2020 mengalami keterlambatan, di mana masih
13,05 persen desa yang telah menerima Dana Desa. Ini mengakibatkan penyaluran BLT-
Sep-18
Sep-19
Mar-20
Sep-20
26,80
persen
35,69 persen
Persentase
penduduk miskin
wilayah perdesaan
4,59 persen
Persentase
BADAN PUSAT STATISTIK penduduk miskin
PROVINSI PAPUA
http://papua.bps.go.id
wilayah perkotaan
Diterbitkan oleh: