Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, Batasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang

Bencana merupakan suatu kejadian baik yang disebabkan oleh factor alam maupun
non alam yang mengancam kehidupan masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam dan faktor non alam atau bencana yang disebabkan ulah manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di berbagai kota di
Indonesia. Misalnya, di DKI Jakarta, peristiwa kebakaran pada perumahan dan Gedung
sebanyak 816 kasus (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2021). Data tersebut menjadi bukti bahwa di
Indonesia, khusunya wilayah perkotaan sering terjadi kebakaran. Banyak faktor yang
menyebabkan kebakaran, antara lain Human Error, korsleting listrik, dan faktor-faktor lain
baik faktor alam maupun faktor teknis. Selain itu dampak kebakaran diperparah dengan
lokasi bencana yang terjadi di kawasan padat penduduk ataupun konstruksi bangunan yang
banyak berbahan kayu.

Pada umunya kebakaran pada gedung tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi dan
diketahuinya setelah ada api yang sudah membesar dan asap yang mengepul sehingga tidak
sempat untuk menyelamatkan barang-barang berharga maupun menyelamatkan diri.
Kebakaran di dalam gedung dapat menyebabkan korban jiwa dan kerusakan pada peralatan
listrik. Kebakaran juga dapat menyebabkan korsleting listrik karena kabel listrik yang
terbakar maupun peralatan listrik yang terbakar. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
suatu system atau alat agar bisa mendeteksi parameter-parameter kebakaran sehingga dapat
mengetahui ketika akan terjadi kebakaran, selain itu diperlukan juga suatu system sebagai
keamanan listrik ketika terjadi kebakaran untuk memutuskan arus listrik yang masih
mengalir, sehingga tidak perlu khawatir akan korsleting listrik maupun adanya kabel
terkelupas yang dapat membahayakan nyawa ketika menyelamatkan diri ataupun melakukan
evakuasi terhadap korban.

Pada penelitian ini akan dirancang suatu prototipe sistem untuk mendeteksi
parameter-parameter kebakaran dan juga pengamanan listrik saat terjadi kebakaran di dalam
ruangan. Sistem ini dilengkapi dengan peringatan apabila terdeteksi parameter-parameter
yang menyebabkan kebakaran dan pemutusan arus listrik secara otomatis.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang prototipe sistem pengaman listrik sebagai upaya mntuk
meminimalisir kampak kebakaran di dalam ruangan?
2. Bagaimana merancang relay sebagai pengaman rangkaian listrik ketika terdeteksi
kebakaran?
3. Bagaimana cara kerja sistem untuk deteksi kebakaran dan pengamanan listrik
ketika terjadi kebakaran?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini :
1. Perancangan sistem menggunakan sensor api, sensor asap, sensor suhu, dan relay.
2. Menggunakan LCD sebagai tampilan hasil deteksi.
3. Pengujian alat dengan model prototype dilakukan dengan cara simulasi kebakaran
di dalam ruangan.
4. Menggunakan ATmega 2560 sebagai mikrokontroler.
5. Sistem pengaman listrik difokuskan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak
kebakaran.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. merancang prototipe sistem pengaman listrik sebagai upaya mntuk meminimalisir
dampak kebakaran di dalam ruangan.
2. merancang relay sebagai pengaman rangkaian listrik ketika terdeteksi kebakaran.
3. Mengetahui cara kerja sistem untuk deteksi kebakaran dan pengamanan listrik
ketika terjadi kebakaran

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Meminimalkan dampak dari kebakaran, terutama pada peralatan listrik.


2. Memberikan peringatan ketika terdeteksi kebakaran kepada masyarakat sehingga ada
persiapan untuk melakukan evakuasi.
3. Bahan referensi bagi Taruna/i Sekolah Tinggi Klimatologi dan Geofisika dalam
pengembangan penulisan lain terkait tulisan ini.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang diganakan oleh penulis sebagai berikut :

1. Metode studi literatur

Penulis mempelajari literatur untuk mendapatkan landasan teori, data-data dan


informasi sebagai bahan acuan untuk perencanaan, percobaan, dan pembuatan
rancang bangun ini

2. Konsultasi dan diskusi

Penulis melakukan konsultasi dengan dosen dan diskusi untuk informasi dari
pembuatan rancang bangun ini.

3. Perancangan alat

Perancangan dilakukan untuk membuat rancangan rangkaian alat dan sistem


informasinya

4. Pengujian

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan hasil dari perancangan ini dan berapa
persen kesalahan alat

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I membahas tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah dan
pembatasannya, maksud dan tujuan penelitian, metode pengumpulan data, serta
sistematika tugas akhir.
BAB II DASAR TEORI
Bab II penulis menguraikan teori – teori yang berhubungan dengan perancangan
alat ukur tahanan tanah digital portable.
BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
Bab III berisi tentang perancangan dan langkah – langkah pembuatan alat dari
perancangan rangkaian hingga jadi alat ukur tahanan tanah digital dengan display
pada handphone
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV secara umum membahas untuk pengujian sistem yang berisi metode
pengujian, pengujian perangkat keras, pengujian perangkat lunak, dan pembahasan
terkait hasil pengujian.
BAB V PENUTUP
Bab V secara umum tentang kesimpulan yang didapatkan dari hasil perancangan
sistem beserta pengujian yang dilakukan serta saran penelitian mendatang agar
mendapatkan hasil yang lebih baik.
BAB 2
DASAR TEORI

Bab ini membahas tentang konsep dasar, teori- teori yang berkaitan dengan penelitian,
karakteristik setiap komponen yang digunakan, aplikasi perangkat lunak pendukung, dan
basis data.

2.1. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adelia Putri Noviana pada tahun 2018 dengan judul,
“PROTOTYPE SISTEM PENDETEKSI KEBAKARAN GEDUNG
MENGGUNAKAN METODE INTERNET OF THINGS (IoT) BERBASIS
NODEMCU”. Penelitian ini merancang suatu alat pendeteksi kebakaran gedung
dengan memanfaatkan Internet of things (IoT) sebagai media informasi. DHT22
digunakan untuk mendeteksi suhu dan kelembaban di dalam ruangan saat terjadinya
kebakaran. Alat yang telah diuji menunjukkan nilai sensitivitas suhu yaitu 1.003
V/°C, sedangkan nilai sensitivitas kelembaban yaitu 1.0053 V/%. Ketepatan waktu
esp8266 dalam mengirimkan data ke internet yaitu I detik. Kecepatan prototype
dalam mendeteksi adanya api, suhu, kelembaban dan gas juga sama yaitu l detik.
Nilai akurasi suhu sebesar 99.9762% dengan nilai rata-rata ketelitian suhu 96.24%
dan nilai akurasi kelembaban sebesar 99.9644% dengan nilai rata-rata ketelitian
kelembaban 94.19%. Sedangkan nilai error dari alat yang dibuat yaitu nilai rata-rata
error suhu 1.91% dan nilai rata-rata error kelembaban 4.98%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aldo Napu, Olivia Kembuan, Kristofel Santa pada
tahun 2022 dengan judul, “SISTEM PERINGATAN DAN PENANGANAN DINI
KEBAKARAN BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)”. Penelitian ini
merancang sistem pendeteksi tanda tanda kebakaran berbasis internet of things (iot).
Sistem ini menggunakan 3 sensor yaitu sensor api IRFlame, Sensor gas Mq-2 dan
sensor suhu Dht11 dan dirangkai pada mikrokontroler Nodemcu ESP8266. Pada
percobaan yang telah dilakukan pada ruangan 3.5 m x 3.5 m, sensor api dapat
mendeteksi api kecil sampai jarak 30 cm dan api besar 230 cm, kemudian akan
menghidupkan pompa air ketika api terdeteksi. Ketika sensor Mq-2 mendeteksi
kebocoran gas diatas 300 PPM, maka akan menghidupkan kipas untuk mengurai gas.
Sensor Dht11 membaca nilai suhu ruangan secara terus-menerus dan diatur minimal
suhu 32 ̊C sistem akan memberikan peringatan dari buzzer. Hasil dari perancangan alat
ini sistem dapat mengirim informasi melalui aplikasi blynk pada smartphone pengguna
dan dapat menangani tanda-tanda kebakaran berdasarkan output yang dirancang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dennys Pilemon Sagisolo pada tahun 2021 dengan
judul. “RANCANG BANGUN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK RUMAH
SAAT KEBOCORAN GAS LPG BERBASIS ARDUINO UNO ”. Penelitian ini
merancang alat pemutus aliran listrik ketika terjadi kebocoran gas LPG. Sistem ini
menggunakan sensor gas MQ-6, Relay, Buzzer dan menggunakan mikrokontroler
Arduino uno. Dari pengujian dapat disimpulkan, bahwa rancang bangun alat ini
dapat berjalan stand alone karena menggunakan mikrokontroler arduino yang sudah
di hubungkan dengan sensor untuk mendeteksi kebocoran gas LPG Menggunakan
sensor MQ6 dan melakukan control otomatis terhadap pemutusan aliran listrik
menggunakan relay serta meyalakan peringatan atau alarm menggunakan buzzer.
Tujuannya adalah Untuk mencegah kebakaran dengan memutus aliran listrik pada
suatu rumah.

2.2. Proteksi Listrik

Sistem proteksi adalah suatu usaha untuk meminimalkan dampak gangguan dalam
sistem kelistrikan setelah sistem pendeteksi adanya kondisi abnormal dan dalam indikasi
parameter yang telah diatur. Sistem proteksi listrik bertujuan untuk mengisolasi daerah yang
mengalami gangguan sistem kelistrikan sehingga dapat meminimalkan bahaya dan supaya
tidak meluas ke bagian sistem lainnya (Firdaus, 2018). Ada 3 bahaya yang diakibatkan oleh
listrik, berupa sengatan/kejut listrik panas atau kebakaran dan ledakan (Diantari dan
Darmana, 2019).

Sengatan listrik atau kejut listrik merupakan peristiwa mengalirnya arus listrik pada
tubuh manusia. Peristiwa ini dapat mengakibatkan terbakarnya kulit dan kegagalan organ
tubuh jika terdapat cukup panas yang dihantarkan ke tubuh. Besar nilai panas yang dialirkan
setara dengan durasi waktu arus listrik.

Panas muncul karena adanya arus listrik yang melalui suatu resistansi atau beban.
Besar panas yang ditimbulkan sebanding dengan kuadrat arus besar resistansi dan waktu.
(Diantari dan Darmana, 2019). Panas ini dapat mengakibatkan terbakarnya isolasi kabel atau
perangkat elektronik lain sehingga dapat mengakibatkan hubungan singkat sehingga
berpotensi kebakaran.
Saat terjadi hubung singkat arus listrik yang mengalir akan sangat besar dan
mengalami lonjakan. Perubahan drastis dari arus yang sangat besar ini dapat mengakibatkan
kenaikan temperatur yang cepat sehingga berpengaruh pada naiknya tekanan dan terjadi
busur arus serta dapat memicu ledakan.

2.3. Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Pada
daerah perkotaan atau daerah padat penduduk sangat sering terjadi kebakaran, baik yang
disebabkan karena ulah manusia maupun yang disebabkan karena faktor-faktor lainnya.
Menurut Perda DKI No.3 tahun 1990 Kebakaran merupakan suatu peristiwa atau kejadian
timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun
harta benda.

Menurut Agus Triyono (2001), kebakaran terjadi karena manusia, peristiwa alam,
penyalaan sendiri dan unsur kesengajaan.

a. Kebakaran karena manusia yang bersifat kelalaian, seperti:


1. Kurangnya pengertian, pengetahuan tentang penanggulangan bahaya
kebakaran.
2. Kurang hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat
menimbulkan api.
3. Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
b. Kebakaran karena peristiwa alam terutama menyangkut cuaca dan gunung
berapi, seperti sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin
dan topan.
c. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang- gudang bahan
kimia dimana bahan-bahan tersebut bereaksi dengan udara, air dan juga dengan
bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar.
d. Kebakaran karena unsur kesengajaan, untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya:
1. Sabotase untuk menimbulkan huru-hara, kebanyakan dengan alasan politis.
2. Mencari keuntungan pribadi karena ingin mendapatkan ganti rugi melalui
asuransi kebakaran.
3. Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar dokumen atau
bukti-bukti yang dapat memberatkannya.
4. Untuk jalan taktis dalam pertempuran dengan jalan bumi hangus.
Adapun beberapa parameter sebagai deteksi adanya kebakaran sebagai berikut:

1. Api
Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu
panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan cahaya.
2. Asap
Pengertian umum asap cair (liquid smoke) merupakan suatu hasil destilasi atau
pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan
yang banyak mengandung karbon dan senyawa-senyawa lain (Kamulyan, B., 2008)
3. Suhu
Suhu adalah derajat atau tingkatan ukuran dingin atau panas pada suatu benda.
Semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas benda tersebut.

2.4. Perangkat Keras

2.4.1. Flame Sensor 5 kanal

Flame Sensor 5 kanal adalah sensor pendeteksi api yang terdiri dari 5 buah receiver
infrared dan sangat peka terhadap gelombang elektromagnetik dengan panjang antara 760 nm
sampai 1100 nm. Sensor ini mempunyai range sudut deteksi hingga 120° serta dapat
mendeteksi api kecil pada jarak 80 cm dan api besar pada jarak lebih dari 1.5 m. Modul ini
memiliki dua mode output, yaitu analog dan digital. Bentuk fisik sensor dan konfigurasi
pinnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1. Flame Sensor 5 Kanal dan Konfigurasi pin

(Sumber: Datasheet Flame Sensor 5 kanal)

Flame Sensor 5 kanal dapat bekerja pada tegangan 3,3 Volt hingga 9 Volt. Prinsip
kerja dari sensor ini adalah menggunakan metode optik yang akan mendeteksi adanya
gelombang SW-NIR (short-wave near-infrared) dan akan menghasilkan output analog
berupa tegangan.

2.4.2. Sensor Suhu DHT22

Sensor DHT-22 merupakan sensor suhu dan kelembaban yang memiliki keandalan
dan stabilitas sangat baik. Elemen penginderaan sensor ini terhubung ke chip komputer 8-bit.
DHT-22 memiliki koefisien dan kalibrasi yang sangat presisi. Faktor kalibrasi ini disimpan
dalam program di memori OTP, sehingga ketika sensor internal mendeteksi sesuatu, modul
akan membaca sensor tersebut Ukurannya yang kecil, konsumsi daya yang rendah dan
sumber tegangan yang rendah yaitu 3.3-6V. Jarak transmisi hingga 20 meter menjadikan
DHT-22 sebagai sensor yang mampu bertahan dalam segala kondisi.

Gambar 2.2. Sensor DHT-22


(Sumber: Datasheet DHT-22)
Gambar 2.3. Konfigurasi Pin
(Sumber: mahirelektro.com)

Sensor DHT-22 bekerja dengan prinsip resistif menggunakan thermistor berjenis NTC
atau Negative Temperature Coefficient. Thermistor jenis NTC akan mengalami penurunan
nilai resistansi seiring dengan meningkatnya temperatur. Ketika suhu udara di sekitar sensor
meningkat maka nilai resistansi sensor DHT 22 akan menurun dan perubahan nilai resistansi
ini yang akan diubah menjadi output berupa nilai suhu (Sumber: Component101).

Sensor DHT22 tidak memerlukan Analog to Digital Converter (ADC) karena sudah
memiliki keluaran berupa data digital. Pembacaan output yang telah dikirimkan ke
mikrokontroler dijelaskan pada persamaan berikut ini.

Data = 16 bit Dat a RH + 16 bit Dat a Suhu + 8 bit ∑ˇ ¿..... (2.1)


Dimana:

Data = Keluaran sensor (bit)

Dat a RH = Pembacaan data RH (bit)

Dat a Suhu=¿ Pembacaan data suhu (bit)

∑ˇ ¿ = Pembacaan koreksi data (bit)


Misal mikrokontroler telah menerima data 40 bit dari DHT-22:

0000 0010 1000 1100 0000 0001 0101 1111 1110 1110

16 bit data RH 16 bit data suhu 8 bit ∑ˇ ¿

Konversi 16 bit data RH dari sistem biner ke decimal:

0000 0010 1000 1100 (biner) = 652 (decimal)


652
RH = =¿ 65,2% RH
10

Konversi 16 bit data suhu dari sistem biner ke decimal:

0000 0001 0101 1111 (biner) = 351 (desimal)

351
RH = =¿ 35,1 °C
10

Sensor DHT-22 dapat mengukur suhu dari rentang -40°C hingga 80C dengan jarak
pengukuran hingga 20 meter. Untuk penentuan deteksi kebakaran pada ruangan digunakan
threshold 40 °C dikarenakan suhu tersebut sudah cukup tinggi dibandingkan dengan suhu
ruangan normal sehingga berpotensi adanya kebakaran pada ruangan tersebut.

2.4.3. Sensor Asap MQ-2

Sensor MQ-2 adalah sensor yang mampu mendeteksi atau mengukur gas seperti LPG,
alkohol, propana, hidrogen, karbon monoksida bahkan metana. Keluaran dari sensor ini dapat
berupa digital ataupun analog. Range pengukuran sensor ini adalah 300 – 10000 ppm.

Gambar 2.4 Modul Sensor MQ-2

(Sumber: Component101)

Sensor MQ-2 terdiri dari tabung aluminium yang dikelilingi oleh silikon yang di
tengahnya terdapat elektroda berbahan emas/aurum tempat elemen pemanas berada. Ketika
terjadi pemanasan maka kumparan akan dipanaskan dan menyebabkan keramik Sn02 menjadi
semikonduktor sehingga melepaskan elektron. Ketika asap terdeteksi oleh sensor dan
mencapai elektroda aurum, maka sensor MQ-2 akan mengeluarkan output analog berupa
tegangan.

2.4.4. Mikrokontroler Arduino Uno

Mikrokontroler Arduino Uno Mikrokontroler adalah sebuah komputer mikro yang


berada dalam satu chip tunggal. Pada rangkaian mikrokontroler terdapat CPU, ROM, RWM,
I/O paralel, I/O seri, counter-timer, dan rangkaian clock seperti terlihat pada Gambar 2.2
dibawah . Mikrokontroler mempunyai input dan output serta dapat mengendalikan sebuah
program dengan fungsi tulis dan hapus (Kamal Qrimly, 2017).

Mikrokontroler yang digunakan pada penelitian ini adalah mikrokontroler Arduino


Uno. Arduino Uno menggunakan chip Atmega328 dan dilengkapi 14 pin input/output digital
dimana 6 pin bisa digunakan sebagai output PWM, 6 pin input analog, osilator 16 MHz, port
USB, power jack, header ICSP, dan juga tombol reset. Board ini menggunakan daya yang
terhubung ke komputer dengan kabel USB atau daya eksternal dengan adaptor AC-DC atau
baterai (Datasheet Arduino Uno).

Gambar 2.5 Arduino Uno

(Sumber: Datasheet Arduino Uno)

Spesifikasi Arduino Uno dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah:

Tabel 2.2 Spesifikasi Arduino Uno

(Sumber: Datasheet Arduino Uno)

Mikrokontroler ATmega328
Tegangan Operasi 5V
Tegangan Rekomendasi 7 – 12V
Tegangan Limit 6 – 20 V
Pin I/O Digital 14 (dengan 6 PWM)
Pin Input Analog 6
Arus per Pin I/O 40 mA
Arus Pin 3,3 V 50 mA
Flash Memory 32 KB (0,5 KB untuk bootloader)
SRAM 2 KB
EEPROM 1 KB
Clock Speed 16 MHz

2.4.5. Relay

Relay adalah komponen elektrik yang berfungsi sebagai sakelar dalam

memutus atau menghubungkan kembali suatu sirkuit akibat adanya atau tidaknya

tegangan yang diberikan pada coil.

Gambar 2.6 Ilustrasi Kinerja Modul Relay

(Sumber: FEC Relay Modules Datasheet)

Modul relay sesuai gambar 2.18 bekerja sesuai dengan pengaturan yang dilakukan
pada mikrokontroler terhubung. Modul relay memiliki 3 pin koneksi yang terhubung dengan
sirkuit kelistrikan, diantaranya pin Common (COM), pin Normaly Close (NC), dan pin
Normally Open (NO). Modul relay saat tidak mendapat input sinyal tegangan dari
mikrokontroler, maka coil tidak mendapat tegangan, sehingga pin COM tetap terhubung
dengan pin NC yang menyebabkan sirkuit menjadi rangkaian tertutup. Modul relay mendapat
input sinyal tegangan dari mikrokontroler, maka coil mendapat tegangan untuk membuat pin
COM dan pin NO saling terkoneksi sehingga sirkuit menjadi rangkaian terbuka.
Gambar 2.7. Struktur sederhana dari relay

(sumber: https://teknikelektronika.com)

Berikut adalah bagian dari relay:

1. Amarture, merupakan tuas logam yang bisa naik turun. Tuas akan turun jika
tertarik oleh magnet ferromagnetik (elektromagnetik) dan akan kembali naik jika
sifat kemagnetan ferromagnetik sudah hilang.
2. Spring, pegas (atau per) berfungsi sebagai penarik tuas. Ketika sifat kemagnetan
ferromagnetik hilang, maka spring berfungsi untuk menarik tuas ke atas.
3. Shading Coil, ini untuk pengaman arus AC dari listrik PLN yang tersambung dari
C (Contact).
4. NC Contact, NC singkatan dari Normally Close. Kontak yang secara default
terhubung dengan kontak sumber (kontak inti, C) ketika posisi OFF.
5. NO Contact, NO singkatan dari Normally Open. Kontak yang akan terhubung
dengan kontak sumber (kontak inti, C) kotika posisi ON.
6. Electromagnet, kabel lilitan yang membelit logam ferromagnetik. Berfungsi
sebagai magnet buatan yang sifatya sementara. Menjadi logam magnet ketika
lilitan dialiri arus listrik, dan menjadi logam biasa ketika arus listrik diputus.

2.4.6. Buzzer

Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal
listrik menjadi getaran suara menggunakan prinsip piezoelektrik. Piezoelektrik merupakan
sistem yang terdiri dari bahan material tertentu yang akan menghasilkan tegangan listrik
akibat tekanan atau kekuatan mekanik yang diberikan pada kedua bidang. Efek Piezoelectric
ditemukan oleh dua orang fisikawan Prancis bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada
tahun 1880 yang kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang menjadi
Piezoelectric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.
Gambar 2. 8 Struktur Buzzer

(sumber: https://teknikelektronika.com)

Gambar 2.8 adalah struktur Buzzer piezoelektrik. Ketika piezoelektrik


diberikan arus listrik dengan sinyal tertentu, makan akan menghasilkan frekuensi nada (beep)
tertentu sesuai dengan sinyal yang diberikan. Untuk menghasilkan sinyal ini diperlukan
sebuah driver berupa transistor untuk memperkuat sinyal yang diberikan. Piezoelektrik yang
bersifat sebagai output ini disebut juga sebagai piezoelektrik buzzer. Biasanya piezoelektrik
buzzer yang beredar dipasaran sudah terdapat driver tersendiri didalamnya. Sehingga kita
tinggal mengalirkan arus pada buzzer tersebut.. Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik
dalam menghasilkan frekuensi di kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi
Ultrasound. Tegangan Operasional Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar
diantara 3 Volt hingga 12 Volt.

2.4.7. Liquid Crystal Display

Liquid Crystal Display (LCD) adalah tampilan layar yang menggunakan senyawa cair
dengan struktur molekul polar yang diapit di antara dua elektroda transparan. Ketika medan
listrik diberikan, molekul menyesuaikan posisinya pada medan, membentuk susunan kristalin
yang mempolarisasikan cahaya yang melewatinya. Secara garis besar komponen penyusun
LCD terdiri dari kristal cair (liquid crystal) yang diapit oleh 2 buah elektroda transparan dan
2 buah filter polarisasi (polarizing filter).
Gambar 2.9 LCD 20x4

(Sumber : datasheet LCD)

Liquid Cristal Display (LCD) merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk
menampilkan proses dan hasil dari sebuah sistem yang terdiri dari beberapa karakter. LCD
terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan panel LCD yang terdiri dari banyak titik LCD
dan mikrokontroler dihubungkan dengan bagian belakang panel LCD. Fungsinya untuk
mengatur titik-titik LCD agar dapat menampilkan huruf, angka dan simbol khusus yang dapat
dibaca.

2.5. Perangkat Lunak

Perangkat lunak (software) adalah kumpulan data yang diformat dan disimpan dalam
bentuk digital oleh komputer. Data tersebut dapat berupa instruksi atau program yang dapat
mengeksekusi suatu instruksi. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

2.5.1. Arduino IDE

Arduino IDE (Integrated Development Environment) adalah perangkat lunak yang


digunakan untuk memprogram papan Arduino. Arduino IDE berguna sebagai editor teks
untuk membuat, memodifikasi, memvalidasi kode program dan mengunggah kode program
ke papan Arduino.

Arduino IDE menggunakan C sebagai bahasa pemrogramannya dan merupakan


perangkat lunak open source. Perangkat lunak ini memfasilitasi pengembangan aplikasi
mikrokontroler mulai dari penulisan kode sumber, kompilasi, pengunduhan hasil kompilasi
dan pengujian ke terminal serial. Arduino dapat berjalan di komputer dengan platform yang
berbeda karena berbasis Java. Program sumber dalam aplikasi mikrokontroler yang
menggunakan bahasa C atau C++ dan dapat digabungkan dengan menggunakan assembly.

2.5.2. Fritzing
Fritzing adalah perangkat lunak yang digunakan untuk merancang berbagai rangkaian
peralatan elektronika. Pada aplikasi ini pengguna dapat dengan mudah membuat prototipe
suatu produk dengan merancang rangkaian berbasis mikrokontroler.

Fritzing menggunakan tampilan breadboard sebagai prototipe penyusunan komponen


elektronika. Fritzing mempunyai library yang didalamnya terdapat banyak komponen mulai
dari Arduino, Raspberry Pi, berbagai sensor, voltage regulator, resistor, dan masih banyak
komponen lainnya.

Anda mungkin juga menyukai