Anda di halaman 1dari 4

KATEKESE

BULAN LITURGI
NASIONAL 2021

2021: Tahun Santo Yosep PAROKI EMAUS


KOTA SORONG

Pertanyaan dari Bapak Yohanis Satrianto (Lingk. Fransiskus Asisi):


1. Saya pernah membaca bahwa dalam perayaan ekaristi membuat tanda salib hanya pada waktu pem-
bukaan dan penutup saja. Tetapi dlm prakteknya saya melihat masih banyak umat membuat tanda
salib di sembarang tempat spt pada saat absolusi, pada saat setelah kotbah, pada saat menghunjukan
persembahan (ketika blm pandemi), pd saat konsekrasi (ketika imam mengangkat hosti juga anggur),
setelah imam mengucapkan Tubuh dan darah Kristus, pd saat menerima komuni. Mohon penjelas-
annya: yg baik dan benar sebenarnya di mana saja membuat tanda salib pada perayaan ekaristi. Dan
apakah praktek yg msh dilakukan umat tsb dapat di benarkan ?
2. Mengenai nyanyian ordinarium khususnya Madah Kemuliaan. Bahwa banyak lagu2 di MB dan PS
yg sudah di cetak sangat tidak pas dgn Madah Kemuliaan yang asli. (Kemuliaan kepada allah di sur-
ga, dan damai dibumi kepada orang yang berkenan kepadanya, kami memuji dikau, kami meluhurkan
dikau.....dst dst) Apakah lagu2 tsb msh boleh di nyanyikan dlm perayaan ekaristi?

Jawaban:
1. Bila yang dimaksudkan membuat TANDA SALIB oleh umat saja, maka LAZIM-nya hanya
dua kali dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Tanda salib ini dilakukan pada ritus pem-
buka dan penutup Misa. Biasanya disebut TANDA SALIB BESAR karena dilakukan sambil
mengucapkan: DALAM NAMA BAPA, DAN PUTERA, DAN ROH KUDUS. AMIN. Tetapi
masih ada TANDA SALIB lain lagi yang dibuat umat, yaitu TANDA SALIB KECIL yang
biasanya dilakukan di dahi-mulut-dada sebelum mendengarkan bacaan Injil. Tanda salib kecil
biasanya dibuat tanpa menyebut nama Allah Tritunggal. Dua jenis tanda salib ini juga dilaku-
kan oleh imam.
Selain oleh imam bersama umat, masih ada lagi tanda salib yang dibuat hanya oleh imam,
yakni tanda salib khusus sebelum membaca Injil dan ketika memberkati roti dan anggur.
Jadi, kalau dijumlahkan ada 7 tanda salib dengan rincian: 5 kali oleh imam bersama umat
dengan rumus khusus: dua yang Trinitaris (pada Ritus Pembuka dan Penutup); dan tiga yang
bukan (sebelum mendengarkan Injil); serta 2 dua kali oleh imam saja tanpa rumus khusus
(pada bagian Injil yang akan dimaklumkan dan berkat untuk roti-anggur).
Diluar dari itu, umat terkadang membuat tanda salib sewaktu berdoa sebelum misa, sewaktu
berlutut, sebelum doa komuni, setelah menerima komuni, dan lain-lain. Meskipun ini tidak
diharuskan, tetapi boleh saja dan tidak dilarang.
Ada yang berpendapat bahwa setiap kali berdoa dalam misa perlu membuat tanda salib tapi
juga ada yang berpendapat kalau banyak membuat tanda salib waktu misa maka akan berku-
rang maknanya. Intinya wajar saja membuat tanda salib di luar ketentuan yang disebutkan
di atas tetapi tidak diwajibkan dan tidak dilarang. Yang paling penting adalah sewaktu kita
membuat tanda salib, kita benar-benar menghayati makna tanda salib itu. (Referensi jawaban:
https://www.hidupkatolik.com/).
2. Menjawab pertanyaan kedua ini, kita perlu ingat bahwa ada 3 tingkat otoritas dalam Gereja
Katolik yang memiliki wewenang membuat penyesuaian-penyesuaian liturgi. Ketiganya ada-
lah: Takhta Suci Vatikan, Konferensi Waligereja masing-masing negara, dan uksup setempat.
Buku nyanyian seperti Madah Bakti dan Puji Syukur pastilah sudah melalui persetujuan
Konferensi Waligereja Indonesia. Dengan demikian tidak ada keraguan untuk menggunakan
lagu-lagu dalam kedua buku nyanyian itu.
Madah Kemuliaan memang memiliki sejarah panjang dalam liturgi: awalnya tidak termasuk
dalam perayaan misa hingga akhirnya ditambahkan menjadi bagian tak terpisahkan, bahkan
menjadi salah satu lagu ordinarium. Rumusnya pun memang tidak boleh diubah-ubah. Kalau-
pun sedikit perubahan, harus disetujui salah satu otoritas yang disebutkan di atas. Misalnya,
pada 22 Mei 2019, Paus Fransiskus mengubah sebagian Gloria di Italia, mengubah dari “Da-
mai di bumi bagi orang-orang yang berkehendak baik” menjadi “Damai di Bumi untuk orang-
orang yang dicintai Tuhan.”
Yang TIDAK DIPERBOLEHKAN adalah: mengganti lagu Kemuliaan (ordinarium) dengan
lagu lain. Kesalahan yang sering dibuat saat Misa Malam Natal adalah mengganti lagu ini
dengan lagu Goloria dari Madah Bakti No. 334 (Syaiir: “Dengarlah di padang sunyi, lagu pujian
merdu…..). Lagu ini memang dimasukkan dalam nyanyiam masa Natal tetapi bukanlah lagu
ordinarium.
(Jawaban dari RP. Postinus Gulo, OSC - Lulusan Lisensiat Hukum Kanonik di Universitas Grego-
riana, Roma, melalui kontak pribadi Twitter)

Pertanyaan dari Bapak Fransiskus X. D Busa (Lingk. Agustinus):


3. Syaloom selamat siang pastor Paroki Emaus, Ketua Seksi Liturgi dan anggota yang saya kasihi.
Sesuai pemberitahuan kepada umat paroki Emaus bahwa bulan Mei adalah bulan Liturgi Nasional,
maka umat diberi kesempatan untuk bartanya seputar hal2 yang menurut saya banyak orang Katolik
dan saya sendiri belum paham terkait perayaan Liturgi. Pertanyaan saya:
Sepengetahuan/sepemahaman saya dalam tata perayaan Ekaristi di Gereja Katolik Roma itu sama.
Nama berdasarkan pengalam saya sebagai umat di paroki Emaus ada hal yg memang harus di koreksi
bagi umat (jika saya salah mohon koreksi), yaitu terkait Doa Presidensial Doanya, (Tuhan Yesus Kris-
tus jangan memperhitungkan dosa kami dst…..). Sepemahaman/spengetahuan saya, Doa ini hanya
didoakan oleh Imam, tetapi di gereja kita Emaus umat juga Doa bersama Imam. (umat hanya bisa doa
tapi dalam hati). Mohon pencerahan. Terima kasih. Syaloom..

Jawaban:
3. Doa presidensial adalah doa pemimpin, doa yang HANYA dibawakan oleh imam/pastor da-
lam misa. Doa-doa presidensial ini begitu penting dalam peribadatan gereja sehingga me-
mang dikhususkan bagi selebran utama. Doa-doa presidensial disampaikan oleh imam kepada
Allah atas nama seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia, Kristus sendiri
memimpin himpunan umat (PUMR No. 30).
Salah satu contoh doa yang hanya boleh dibawakan oleh imam sebagai pemimpin perayaan
Ekaristi, dan kemudian di-“amin”-i oleh umat adalah Doa Damai. [Imam: …. Tuhan Yesus
Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah
kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara
kami, kini dan sepanjang masa. Umat: Amin.] Sebaiknya kalau sampai sekarang umat masih
diajak untuk ikut mendoakannya, hendaknya kebiasaan ini tidak dilanjutkan.
KATEKESE
BULAN LITURGI
NASIONAL 2021

2021: Tahun Santo Yosep PAROKI EMAUS


KOTA SORONG

Pertanyaan dari Bapak Yohanis Satrianto:


1. Saya pernah membaca bahwa dalam perayaan ekaristi membuat tanda salib hanya pada waktu pem-
bukaan dan penutup saja. Tetapi dlm prakteknya saya melihat masih banyak umat membuat tanda
salib di sembarang tempat spt pada saat absolusi, pada saat setelah kotbah, pada saat menghunjukan
persembahan (ketika blm pandemi), pd saat konsekrasi (ketika imam mengangkat hosti juga anggur),
setelah imam mengucapkan Tubuh dan darah Kristus, pd saat menerima komuni. Mohon penjelas-
annya: yg baik dan benar sebenarnya di mana saja membuat tanda salib pada perayaan ekaristi. Dan
apakah praktek yg msh dilakukan umat tsb dapat di benarkan ?
2. Mengenai nyanyian ordinarium khususnya Madah Kemuliaan. Bahwa banyak lagu2 di MB dan PS
yg sudah di cetak sangat tidak pas dgn Madah Kemuliaan yang asli. (Kemuliaan kepada allah di sur-
ga, dan damai dibumi kepada orang yang berkenan kepadanya, kami memuji dikau, kami meluhurkan
dikau.....dst dst) Apakah lagu2 tsb msh boleh di nyanyikan dlm perayaan ekaristi?

Jawaban:
1. Bila yang dimaksudkan membuat TANDA SALIB oleh umat saja, maka LAZIM-nya hanya
dua kali dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Tanda salib ini dilakukan pada ritus pem-
buka dan penutup Misa. Biasanya disebut TANDA SALIB BESAR karena dilakukan sambil
mengucapkan: DALAM NAMA BAPA, DAN PUTERA, DAN ROH KUDUS. AMIN. Tetapi
masih ada TANDA SALIB lain lagi yang dibuat umat, yaitu TANDA SALIB KECIL yang
biasanya dilakukan di dahi-mulut-dada sebelum mendengarkan bacaan Injil. Tanda salib kecil
biasanya dibuat tanpa menyebut nama Allah Tritunggal. Dua jenis tanda salib ini juga dilaku-
kan oleh imam.
Selain oleh imam bersama umat, masih ada lagi tanda salib yang dibuat hanya oleh imam,
yakni tanda salib khusus sebelum membaca Injil dan ketika memberkati roti dan anggur.
Jadi, kalau dijumlahkan ada 7 tanda salib dengan rincian: 5 kali oleh imam bersama umat
dengan rumus khusus: dua yang Trinitaris (pada Ritus Pembuka dan Penutup); dan tiga yang
bukan (sebelum mendengarkan Injil); serta 2 dua kali oleh imam saja tanpa rumus khusus
(pada bagian Injil yang akan dimaklumkan dan berkat untuk roti-anggur).
Diluar dari itu, umat terkadang membuat tanda salib sewaktu berdoa sebelum misa, sewaktu
berlutut, sebelum doa komuni, setelah menerima komuni, dan lain-lain. Meskipun ini tidak
diharuskan, tetapi boleh saja dan tidak dilarang.
Ada yang berpendapat bahwa setiap kali berdoa dalam misa perlu membuat tanda salib tapi
juga ada yang berpendapat kalau banyak membuat tanda salib waktu misa maka akan berku-
rang maknanya. Intinya wajar saja membuat tanda salib di luar ketentuan yang disebutkan
di atas tetapi tidak diwajibkan dan tidak dilarang. Yang paling penting adalah sewaktu kita
membuat tanda salib, kita benar-benar menghayati makna tanda salib itu. (Referensi jawaban:
https://www.hidupkatolik.com/).
2. Menjawab pertanyaan kedua ini, kita perlu ingat bahwa ada 3 tingkat otoritas dalam Gereja
Katolik yang memiliki wewenang membuat penyesuaian-penyesuaian liturgi. Ketiganya ada-
lah: Takhta Suci Vatikan, Konferensi Waligereja masing-masing negara, dan uksup setempat.
Buku nyanyian seperti Madah Bakti dan Puji Syukur pastilah sudah melalui persetujuan
Konferensi Waligereja Indonesia. Dengan demikian tidak ada keraguan untuk menggunakan
lagu-lagu dalam kedua buku nyanyian itu.
Madah Kemuliaan memang memiliki sejarah panjang dalam liturgi: awalnya tidak termasuk
dalam perayaan misa hingga akhirnya ditambahkan menjadi bagian tak terpisahkan, bahkan
menjadi salah satu lagu ordinarium. Rumusnya pun memang tidak boleh diubah-ubah. Kalau-
pun sedikit perubahan, harus disetujui salah satu otoritas yang disebutkan di atas. Misalnya,
pada 22 Mei 2019, Paus Fransiskus mengubah sebagian Gloria di Italia, mengubah dari “Da-
mai di bumi bagi orang-orang yang berkehendak baik” menjadi “Damai di Bumi untuk orang-
orang yang dicintai Tuhan.”
Yang TIDAK DIPERBOLEHKAN adalah: mengganti lagu Kemuliaan (ordinarium) dengan
lagu lain. Kesalahan yang sering dibuat saat Misa Malam Natal adalah mengganti lagu ini
dengan lagu Goloria dari Madah Bakti No. 334 (Syaiir: “Dengarlah di padang sunyi, lagu pujian
merdu…..). Lagu ini memang dimasukkan dalam nyanyiam masa Natal tetapi bukanlah lagu
ordinarium. (

Pertanyaan dari Bapak Fransiskus X. D Busa:


3. Syaloom selamat siang pastor Paroki Emaus, Ketua Seksi Liturgi dan anggota yang saya kasihi.
Sesuai pemberitahuan kepada umat paroki Emaus bahwa bulan Mei adalah bulan Liturgi Nasional,
maka umat diberi kesempatan untuk bartanya seputar hal2 yang menurut saya banyak orang Katolik
dan saya sendiri belum paham terkait perayaan Liturgi. Pertanyaan saya:
Sepengetahuan/sepemahaman saya dalam tata perayaan Ekaristi di Gereja Katolik Roma itu sama.
Nama berdasarkan pengalam saya sebagai umat di paroki Emaus ada hal yg memang harus di koreksi
bagi umat (jika saya salah mohon koreksi), yaitu terkait Doa Presidensial Doanya, (Tuhan Yesus Kris-
tus jangan memperhitungkan dosa kami dst…..). Sepemahaman/spengetahuan saya, Doa ini hanya
didoakan oleh Imam, tetapi di gereja kita Emaus umat juga Doa bersama Imam. (umat hanya bisa doa
tapi dalam hati). Mohon pencerahan. Terima kasih. Syaloom..

Jawaban:
3. Doa presidensial adalah doa pemimpin, doa yang HANYA dibawakan oleh imam/pastor da-
lam misa. Doa-doa presidensial ini begitu penting dalam peribadatan gereja sehingga me-
mang dikhususkan bagi selebran utama. Doa-doa presidensial disampaikan oleh imam kepada
Allah atas nama seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia, Kristus sendiri
memimpin himpunan umat (PUMR No. 30).
Salah satu contoh doa yang hanya boleh dibawakan oleh imam sebagai pemimpin perayaan
Ekaristi, dan kemudian di-“amin”-i oleh umat adalah Doa Damai. [Imam: …. Tuhan Yesus
Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah
kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara
kami, kini dan sepanjang masa. Umat: Amin.] Sebaiknya kalau sampai sekarang umat masih
diajak untuk ikut mendoakannya, hendaknya kebiasaan ini tidak dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai