Anda di halaman 1dari 113

http://sexyblondetube.

com/f/indonesian/
http://xxxsexu.com/free-porn/indonesian.html
http://memek-perawan-cantik.blogspot.com/2011/08/cerita-dewasa-perawanku-buat-adikku.html Cerita
http://ping.busuk.org/v/162365/kumpulan-foto-memek-abg-perawan.html
http://hq-sex-tube.com/tube/thai/
http://www.viptube.com/video/155180/short-haired-thai-cutie-with-big-breasts-gets-fucked
http://hqxnxx.com/my-thai-wife-sliping-1857286.html?cat=Thai
http://hq-sex-tube.com/video/aHR0cDovLtheedtheedy5yZWR0dWJlLmNvbS80NTA2MDE=.html?thai
http://www.spermyporn.com/
http://www.spermyporn.com/tube/brutal#.UndJQHBIYhU
http://www.spermyporn.com/tube/shaved#.UndKinBIYhU
http://www.spermyporn.com/tube/party#.UndKsXBIYhU
http://wikibit.net/mp3/Video-Ngentot-Memek-Smp-VS-Kontol-Anak-SD
http://www.youtube.com/watch?v=3XAf_bBsOI0.
http://verrawanita.wordpress.com/2013/03/31/peristiwa-di-perkebunan-karet/ (cerita bersambung )si lisa
http://www.youtube.com/watch?v=2_q-P_N0wtY (Jokowi )
http://www.youtube.com/watch?v=imCCI-6wsUs (Dangdut)
http://www.youtube.com/watch?v=O_0q4nQgASk (Jokowi ahkok)
http://www.youtube.com/watch?v=OhHS0LXNS8o (Masage)
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun. 

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan
adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku
termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan
keluar rumah. 

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku
dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap….. 

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu
terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu
mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya
aku agak jijik melakukannya. 

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin
disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi ketagihan…
Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering
aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme. 

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku… ini
aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. 

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah.
Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan
untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya
500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak
dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, 

keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang
bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku
juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku
menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan
adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa. 

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aku sangat terangsang sekali… dia
meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja
aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. 

Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah
berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan
mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar.
Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan
pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang. 

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya
mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya. 

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia
telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa
menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin
merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan
tubuhku juga… dia menjawab: 

“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki” aku sangat kaget
mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal
bencana itu. 

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu
aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke
kamarnya… Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam
keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku
terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu
punya adikku… 

Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku
bercampur baur antar nafsu dan marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan. 

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku
memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu… saling
cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami
telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh
lebih besar darinya… 

seperti biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia
merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku. “Jangan
diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu
kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah
kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas
memekku… “Ohhhhh…” katanya. 

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku
sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi. “Puaskan aku dong… aku kan belum…”
rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku… “Maaf, aku harus buru-buru
ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. 

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama
diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap
orang di bis. 

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk
ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku
dengan cara berolah raga. 
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi
sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat
sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu
keringatnya ngga keluar, percuma sauna” 

“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi” “Pake celana dalem sam BH aja kak,
supaya pori-porinya kebuka” katanya 

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan
celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga”. 

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia
berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan
celana dalamku… adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat
kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku
malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya. 

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin
memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi
bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. 

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata: 

“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu” “Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi
kalo liat cewe bahenol” katanya “Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani “Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya… 

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku
yang begitu besar. Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku “Udah cukup panas kak” katanya 

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling
memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti
dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku. 

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku
“nanti kak”. “Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku
dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin. 

“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku “Belum” kataku, “emang kamu udah..?”
lanjutku “Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya 

“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci
lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya. 

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku
memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-
string. 

“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu. “Aw… dik
ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga
menginginkannya. 

“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku. Aku menarik
pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan kakakmu John, inget dong” 

Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga
tahan banget” “Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa
nempelin aja ke memek kakak”. 

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan
pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik.. “Persetan dengan pacar brengsek” batinku. 

“Jangan disini” pintaku. “Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku. “Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya. 

Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku
menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia
jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang… 

“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya. Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati
memekku dari belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin
memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku 

“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati
memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali… 

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku.. “Udah panas kak” katanya mengarahkan
kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku…. 

“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku… “Jangan bilang siapa-
siapa yah dik” kataku. Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang
besar… dia kesulitan… “Mana lubangnya kak..” katanya. 

Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke
mulut goaku… “Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”. “Masukin
dikit aja kak” katanya menekan kontolnya. “aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”. 

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya..
dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas…. “Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura….. “Belum
kak…. baru kepalanya udah enak yah….” 

“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang. Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga
batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku” Aku merasakan perih luar biasa dan
“aw…. sakit dik…” teriakku. Adikku menahan batangnya didalam memekku …. “Oh…kak…nikmat
banget…..” dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi
luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku… 

“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya. “Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku. Lima
belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan
nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum. 
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai
mencabut kontolnya di memekku… “Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan
membersihkan diri sambil menyesali diri.. “kenapa adikku????” 

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan
sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi… Kejadian itu
adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh,
bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam. 

Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku
melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu
menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku. 

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku
selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan seks 

Diperkosa Dukun Cabul Bejat


Namaku Salmiah. Aku seorang guru berusia 28 tahun. Di kampungku di daerah
Sumatera, aku lebih dikenal dengan panggilan Bu Miah. Aku ingin menceritakan satu
pengalaman hitam yang terjadi pada diriku sejak enam bulan yang lalu dan terus
berlanjut hingga kini. Ini semua terjadi
karena kesalahanku sendiri. Kisahnya begini, kira-kira enam bulan yang lalu aku
mendengar cerita kalau suamiku ada hubungan gelap dengan seorang guru di
sekolahnya.

Suamiku juga seorang guru di sekolah menengah di kampungku. Dia lulusan perguruan
tinggi lokal sedangkan aku cuma seorang guru pembantu. Tanpa mencek lebih lanjut
kebenarannya, aku langsung
mempercayai cerita tersebut. Yang terbayangkan saat itu cuma nasib dua anakku yang
masih kecil. Secara fisik, sebetulnya aku masih menawan karena kedua anakku
menyusu botol. Cuma biasalah yang namanya lelaki, walau secantik apapun isterinya,
tetap akan terpikat dengan orang lain, pikirku.

Diam-diam aku pergi ke rumah seorang dukun yang pernah kudengar ceritanya dari
rekan-rekanku di sekolah. Aku pergi tanpa pengetahuan siapa pun, walau teman
karibku sekalipun. Pak Itam adalah seorang
dukun yang tinggal di kampung seberang, jadi tentulah orang-orang kampungku tidak
akan tahu rahasia aku berjumpa dengannya. Di situlah berawalnya titik hitam dalam
hidupku hingga hari ini.

Pak Itam orangnya kurus dan pendek. Tingginya mungkin tak jauh dari 150 cm. Kalau
berdiri, ia hanya sedadaku. Usianya kutaksir sekitar 40-an, menjelang setengah abad.
Ia mempunyai janggut putih yang cukup
panjang. Gigi dan bibirnya menghitam karena suka merokok.

Aku masih ingat saat itu Pak Itam mengatakan bahwa suamiku telah terkena guna-guna
orang. Ia lalu membuat suatu ramuan yang katanya air penawar untuk mengelakkan
diriku dari terkena santet wanita tersebut dan menyuruhku meminumnya. Setelah kira-
kira lima menit meminum air penawar tersebut kepalaku menjadi ringan. Perasaan
gairah yang tidak dapat dibendung melanda diriku secara tiba-tiba.

Pak Itam kemudian menyuruhku berbaring telentang di atas tikar ijuk di ruang tamu
rumahnya. Setelah itu ia mulai membacakan sesuatu yang tidak kupahami dan
menghembus berulang kali ke seluruh badanku. Saat
itu aku masih lengkap berpakaian baju kurung untuk mengajar ke sekolah pada
petangnya.

Setelah itu aku merasa agak mengkhayal. Antara terlena dan terjaga aku merasakan
tangan Pak Itam bermain-main di kancing baju kurungku. Aku tidak berdaya berbuat
apa-apa melainkan merasakan gairah yang amat sangat dan amat memerlukan belaian
lelaki. Kedua buah dadaku terasa
amat tegang di bawah braku. Putingku terasa menonjol. Celah kemaluanku terasa
hangat dan mulai becek.

Aku dapat merasakan Pak Itam mengangkat kepalaku ke atas bantal sambil
membetulkan tudungku. Selanjutnya ia menanggalkan pakaianku satu-persatu. Setelah
aku berbaring tanpa sehelai pakaian pun kecuali
tudungku, Pak itam mulai menjilat bagian dadaku dahulu dan selanjutnya mengulum
puting tetekku dengan rakus. Ketika itu aku terasa amat berat untuk membuka mata.

Setelah aku mendapat sedikit tenaga kembali, aku merasa sangat bergairah.
Kemaluanku sudah mulai banjir. Aku berhasil menggerakkan tanganku dan terus
menggapai kepala Pak Itam yang sedang berada di
celah selangkanganku. Aku menekan-nekan kepala Pak Itam dengan agak kuat supaya
jilatannya lidahnya masuk lebih dalam lagi. Aku mengerang sambil membuka mataku
yang lama terpejam.

Alangkah terkejutnya aku saat aku membuka mataku terlihat dalam samar-samar ada
dua sosok lain sedang duduk bersila menghadapku dan memandangku dengan mata
yang tidak berkedip.

“Bu Miah,” tegur seorang lelaki yang masih belum kukenali, yang duduk di sebelah
kanan badanku yang telanjang bulat. Setelah kuamat-amati barulah aku bisa
mengenalinya.

“Leman,” jeritku dalam hati. Leman adalah anak Pak Semail tukang kebun
sekol========ahku
yang baru saja habis ujian akhirnya. Aku agak kalang kabut dan malu. Aku coba
meronta untuk melepaskan diri dari genggaman Pak Itam.

Menyadari bahwa aku telah sadarkan diri, Pak Itam mengangkat kepalanya dari celah
selangkanganku dan bersuara. “Tak apa Bu, mereka berdua ini anak murid saya,”
ujarnya sambil jarinya bermain kembali menggosok-gosok kemaluanku yang basah
kuyup.

Sebelah lagi tangannya digunakan untuk mendorong kembali kepalaku ke bantal. Aku
seperti orang yang sudah kena sihir terus berbaring
kembali dan melebarkan kangkanganku tanpa disuruh. Aku memejamkan mata
kembali. Pak Itam mengangkat kedua kakiku dan diletakkannya ke atas
bahunya. Saat dia menegakkan bahunya, punggungku juga ikut terangkat.

Pak Itam mulai menjilat kembali bibir vaginaku dengan rakus dan terus
dijilat hingga ke ruang antara vagina dan
duburku. Saat lidahnya yang basah itu tiba di bibir duburku, terasa
sesuatu yang menggelikan bergetar-getar di situ. Aku merasa kegelian
serta nikmat yang amat sangat.

“Leman, Kau pergi ambil minyak putih di ujung tempat tidur. Kau Ramli,
ambil kemenyan dan bekasnya sekalian di ujung itu,” perintah Pak Itam
kepada kedua anak muridnya.

Aku tersentak dan terus membuka mata.

“Bu ini rawatan pertama, duduk ya,” perintah Pak Itam kepadaku.

Aku seperti kerbau dicocok hidung langsung mengikuti perintah Pak


Itam. Aku duduk sambil sebelah tangan menutup buah dadaku yang tegang
dan sebelah lagi menggapai pakaianku yang berserakan untuk menutup
bagian kemaluanku yang terbuka.

Setelah menggapai baju kurungku, kututupi bagian pinggang ke bawah dan


kemudian membetulkan tudungku untuk menutupi buah dadaku.

Setelah barang-barang yang diminta tersedia di hadapan Pak Itam,


beliau menerangkan rawatannya. Kedua muridnya malu-malu mencuri
pandang ke arah dadaku yang kucoba tutupi dengan tudung tetapi tetap
jelas kelihatan kedua payudaraku yang besar dan bulat di bawah tudung
tersebut.

“Ini saya beritahu Ibu bahwa ada sihir yang sudah mengenai
bagian-bagian tertentu di badan Ibu. Punggung Ibu sudah terkena
penutup nafsu dan perlu dibuang.”

Aku cuma mengangguk.

“Sekarang Ibu silakan tengkurep.”

Aku memandang tepat ke arah Pak itam dan kemudian pandanganku beralih
kepada Leman dan Ramli.

“Nggak apa-apa, Bu… mereka ini sedang belajar, haruslah mereka


lihat,” balas Pak Itam seakan-akan mengerti perasaanku.

Aku pun lalu tengkurep di atas tikar ijuk itu. Pak Itam menarik kain
baju kurungku yang dirasa mengganggunya lalu dilempar ke samping.
Perlahan-lahan dia mengurut punggungku yang pejal putih berisi dengan
minyak yang tadi diambilkan Leman. Aku merasa berkhayal kembali,
punggungku terasa tegang menahan kenikmatan lumuran minyak Pak Itam.
Kemudian kurasakan tangan Pak Itam menarik bagian pinggangku ke atas
seakan-akan menyuruh aku menungging dalam keadaan tengkurep tersebut.
Aku memandang ke arah Pak itam yang duduk di sebelah kiri punggungku.

“Ya, angkat punggungnya,” jelasnya seakan memahami keraguanku.

Aku menurut kemauannya. Sekarang aku berada dalam posisi tengkurep,


muka dan dada di atas tikar sambil punggungku terangkat ke atas. Pak
Itam mendorong kedua kakiku agar berjauhan dan mulai melumurkan minyak
ke celah-celah bagian rekahan punggungku yang terbuka.

Tanpa dapat dikontrol, satu erangan kenikmatan terluncur dari mulutku.


Pak Itam
menambahkan lagi minyak di tangannya dan mulai bermain di bibir
duburku. Aku meremas bantal karena kenikmatan. Sambil melakukan itu,
jarinya berusaha mencolok lubang duburku.

“Jangan tegang, biarkan saja,” terdengar suara Pak Itam yang agak serak.

Aku coba merilekskan otot duburku dan menakjubkan… jari Pak Itam
yang licin berminyak dengan mudah masuk sehingga ke pangkal. Setelah
berhasil memasukkan jarinya, Pak Itam mulai menggerakkan jarinya
keluar masuk lubang duburku.

Aku coba membuka mataku yang kuyu karena kenikmatan untuk melihat
Leman dan Ramli yang sedang membetulkan sesuatu di dalam celana
mereka. Aku jadi merasakan semacam kenikmatan pula melihat mereka
sedang memperhatikan aku diterapi Pak Itam. Perasaan malu terhadap
kedua muridku berubah menjadi gairah tersembunyi yang seolah melompat
keluar setelah lama terkekang!

Setelah perjalanan jari Pak Itam lancar keluar masuk duburku dan
duburku mulai beradaptasi, dia mulai berdiri di belakangku sambil
jarinya masih terbenam mantap dalam duburku. Aku memandang Pak Itam
yang sekarang menyingkap kain sarungnya ke atas dengan satu tangannya
yang masih bebas. Terhunuslah kemaluannya yang panjang dan bengkok ke
atas itu. Tampak sudah sekeras batang kayu!

“Bbbbuat apa ini, Pak….” tanyaku dengan gugup.

“Jangan risau… ini buat buang sihir,” katanya sambil melumur minyak
ke batang kemaluannya yang cukup besar bagi seorang yang kurus dan
pendek. Selesai berkata-kata, Pak Itam menarik jarinya keluar dan
sebagai gantinya langsung menusukkan batangnya ke lubang duburku.

“ARRrgggghhggh…” spontan aku terjerit kengiluan sambil mengangkat


kepala dan dadaku ke atas. Kaki bawahku pun refleks terangkat ke atas.

“Jangan tegang, lemaskan sedikit!” perintah Pak Itam sambil


merenggangkan daging punggungku. Aku berusaha menuruti perintahnya.
Setelah aku melemaskan sedikit ototku, hampir separuh batang Pak Itam
terbenam ke dalam duburku.

Aku melihat Leman dan Ramli sedang meremas sesuatu di dalam celana
masing-masing. Setelah berhasil memasukkan setengah zakarnya Pak itam
menariknya keluar kembali dan lalu memasukkannya kembali sehingga
semua zakarnya masuk ke dalam rongga duburku. Dia berhenti di situ.

“Sekarang Ibu merangkak mengelilingi bara kemenyan ini tiga kali,”


perintahnya sambil zakarnya masih terbenam mantap dalam duburku.

Aku sekarang seakan-akan binatang yang berjalan merangkak sambil zakar


Pak Itam masih tertanam dengan mantapnya di dalam duburku. Pak Itam
bergerak mengikutiku sambil memegangi pinggangku.

“Pelan-pelan saja, Bu,” perintahnya sambil menahan pinggangku supaya


tidak bergerak terlalu cepat. Rupanya ia takut penisnya terlepas
keluar dari lubang duburku saat aku bergerak. Aku pun mematuhinya
dengan bergerak secara perlahan.

Kulihat kedua murid Pak Itam sekarang telah mengeluarkan zakar


masing-masing sambil bermasturbasi dengan melihat tingkahku. Aku
merasa sangat malu tetapi di lain pihak terlalu nikmat rasanya. Zakar
Pak Itam terasa berdenyut-denyut di dalam duburku. Aku terbayang wajah
suamiku seakan-akan sedang memperhatikan tingkah lakuku yang sama
seperti binatang itu.

Sementara aku merangkak sesekali Pak Itam menyuruhku berhenti sejenak


lalu menarik senjatanya keluar dan lalu menusukku kembali dengan ganas
sambil mengucapkan mantera-mantera. Setiap kali menerima tusukan Pak
Itam setiap kali itu pula aku mengerang kenikmatan. Lalu Pak Itam pun
akan menyuruhku untuk kembali merangkak maju. Demikian berulang-ulang
ritual yang kami lakukan sehingga tiga keliling pun terasa cukup lama.

Setelah selesai tiga keliling, Pak Itam menyuruhku berhenti dan mulai
menyetubuhiku di dubur dengan cepat. Sebelah tangannya memegang
pinggangku kuat-kuat dan sebelah lagi menarik tudungku ke belakang
seperti peserta rodeo. Aku menurut gerakan Pak Itam sambil
menggoyang-goyangkan punggungku ke atas dan ke bawah.

Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang panas mengalir di dalam rongga


duburku. Banyak sekali kurasakan cairan tersebut. Aku memainkan
kelentitku dengan jariku sendiri sambil Pak Itam merapatkan badannya
memelukku dari belakang. Tiba-tiba sisi kiri pinggangku pun terasa
panas dan basah. Leman rupanya baru saja orgasme dan air maninya
muncrat membasahi tubuhku.

Lalu giliran Ramli mendekatiku dan merapatkan zakarnya yang berwarna


gelap ke sisi buah dadaku. Tak lama kemudian air maninya muncrat
membasahi ujung putingku. Aku terus mengemut-ngemut zakar Pak Itam
yang masih tertanam di dalam duburku dan bekerja keras untuk mencapai
klimaks.
“Arghhhhhhhrgh…” Aku pun akhirnya klimaks sambil tengkurep di atas
tikar ijuk.

“Ya, bagus, Bu…” kata Pak Itam yang mengetahui kalau aku mengalami
orgasme. “Dengan begitu nanti guna-gunanya akan cepat hilang.”

Pak Itam lalu mencabut zakarnya dan melumurkan semua cairan yang
melekat di zakarnya ke atas punggungku sampai batangnya cukup kering.

“Jangan basuh ini sampai waktu magrib ya,” katanya mengingatkanku


sambil membetulkan kain sarungnya.

Aku masih lagi tengkurep dengan tudung kepalaku sudah tertarik hingga
ke leher. Aku merasakan bibir duburku sudah longgar dan berusaha
mengemut untuk menetralkannya kembali. Setelah itu aku bangun dan
memunguti pakaianku yang berserakan satu per satu.

Selesai mengenakan pakaian dan bersiap untuk pulang setelah


dipermalukan sedemikian rupa, Pak Itam berpesan.

“Besok pagi datang lagi ya, bawa sedikit beras bakar.”

Aku seperti orang bodoh hanya mengangguk dan memungut tas sekolahku
lalu terus menuruni tangga rumah Pak itam.

Sejak itu sampai hari ini, dua kali seminggu aku rutin mengunjungi Pak
Itam untuk menjalani terapi yang bermacam-macam. Leman dan Ramli yang
sedang belajar pada Pak Itam sedikit demi sedikit juga mulai
ditugaskan Pak Itam untuk ikut menterapiku. Walaupun tidak tahu pasti,
aku merasa bahwa suamiku perlahan-lahan mulai meninggalkan affairnya.
Yang pasti, kini sulit rasanya bagiku untuk menyudahi terapiku bersama
Pak Itam dan murid-muridnya. Sepertinya aku sudah kecanduan untuk
menikmati terapi seperti itu. 
-tamat-

Sudah beberapa minggu ini di sebelah rumah Yuanita sedang dilakukan renovasi,
rupanya sekitar dua minggu lalu rumah tersebut telah mulai ditempati oleh keluarga
seorang pengusaha bernama pak Anggodo. Rumah tersebut dihuni oleh beberapa
orang yang terdiri dari pak Anggodo, nyonya Lisa istrinya, Sitha anaknya, mas Tarjo
sopir, mbok inah, dan mang Soleh pembantu merangkap tukang kebun. Namun karena
sedang ada renovasi di rumah tersebut, otomatis saat siang hari bertambah penghuni di
rumah tersebut, yeah segerombolan kuli bangunan yang bertugas merenovasi rumah
tersebut. Hampir semua kuli dan pembantu di rumah baru tersebut tidak ada yang
menyadari kalau ternyata di sebelah rumah tersebut adalah tempat tinggal seorang artis
cantik ibu kota Yuanita Christiani yang memiliki body aduhai dengan ukuran dada yang
ideal dengan postur tubuh yang sexy ditambah kulit putih mulus khas keturunan etnis
tionghoa. Yang pertama kali menyadari hal tersebut adalah Soleh si tukang kebun,
Soleh bukanlah orang yang taat beribadah seperti yang tercermin pada namanya.
Meskipun Soleh sudah tidak muda lagi, bahkan bisa dibilang uzur, tapi masih memiliki
nafsu birahi yang menggebu-gebu. Tidak heran di usianya yang menginjak 53 tahun
Soleh masih sanggup melakukan hubungan seks dengan luar biasa, terbukti dari
kebiasaannya yang sering kali mengunjungi lokalisasi untuk melampiaskan nafsu
seksnya, dan hampir semua para pelacur yang disewanya dibuat kepayahan melayani
nafsu seks Soleh yang menggila.

Suatu pagi ketika Soleh sedang membersihkan beranda atas rumah, tanpa sengaja dia
melihat pemandangan yang membuat celananya terasa sempit seolah ingin berontak
keluar. Sungguh beruntung pagi itu di depan mata Soleh terpampang jelas Yuanita
sedang melakukan senam pagi di beranda atas rumahnya, lantai 3 tepatnya. Yuanita
terlihat sngat sexy dengan pakaian senamnya, benar-benar menunjukan lekuk
tubuhnya terutama dada dan bongkahan pantatnya yang akan membuat mata semua
lelaki normal terbelalak melihatnya. Pakaian senam tipis dengan atasan berwarna putih
membuat dada yuanita yang membusung tercetak jelas, apa lagi ditambah cucuran
keringatnya membuat pakaian senamnya menjadi terlihat transparan meskipun
dadanya masih terbungkus bra brwrna hitam. Dengan tenangnya Yuanita menggerakan
tubuh indahnya mengikuti beat musik yang mengiringi senam paginya, tanpa
mengetahui sepasang mata melotot penuh nafsu memandangi bagian tubuhnya
terutama wilayah dadanya ketika Yuanita meletakan kedua tangannya di pinggang lalu
menggerakan pinggulnya kedepan dan kebelakang.

Soleh sangat mupeng melihat gerakan Yuanita yang menonjolkan dadanya itu, tanpa
dikomando penisnya berdiri tegak, membuat celana yang ia pakai menggembung dan
salah kiblat akibat masih terkekang celana dalamnya. Soleh menatap lekuk tubuh
Yuanita dalam-dalam, hampir saja tumpah liurnya melihat Yuanita yang semakin terlihat
menggairahkan dengan cucuran keringat yang makin membasahi pakaian senamnya.
Apalagi saat itu Yuanita berganti gerakan dengan tidur terlentang dan arah kaki dibuka
selebar bahu mempertontonkan gundukan vaginanya yang tercetak jelas pada celana
senamnya yang ketat, lalu Yuanita mengangkat kakinya dengan posisi ditekuk ke arah
perut setelah itu menahannya selama beberapa detik dengan posisi kaki melayang,
yang kali ini membuat batang penis Soleh makin membesar. Tanpa sadar Soleh mulai
memasukan tangannya ke celananya dan mengelus penisnya sendiri. Lagi-lagi Yuanita
berganti gerakan dengan menunduk membelakangi soleh menampilkan bongkahan
pantatnya yang padat berisi, membuat semua pria yang melihatnya ingin meremas
dengan gemas. Semakin tak tahan membuat Soleh melorotkan celana beserta celana
dalamnya dan mulai mengocok penis besar dan berotot miliknya yang teukir urat-urat
yang terlihat perkasa.

Tak sampai satu menit Yuanita sudah berganti gerakan, dan lebih gilanya Yuanita
bangkit dari posisi terlentang menggunakan gerakan kayang. Sehingga tonjolan
dadanya makin terekspose, bahkan sekarang bukit kemaluannya juga ikut tercetak jelas
meskipun masih terbalut celana senam hitamnya yang sangat ketat dan tipis. Kejadian
ini sontak memicu Soleh mempercepat kocokannya, membuatnya merem melek
menikmati kocokannya, membayangkan bisa menggesekan batang penisnnya ke
belahan vagina Yuanita. Soleh berimajinasi betapa nikmatnya apabila bisa memasukan
batang penisnya ke liang vagina Yuanita, lalu memaju mundurkannya sementara
mulutnya mengenyoti puting susu Yuanita dan tangan kanannya meremasi payudara
kanan yuanita diiringi desahan nikmat dari sang empunya tubuh. Mendekati klimaks
Soleh terkejut karena tiba-tiba Yuanita beranjak pergi meninggalkan beranda kamarnya,
Soleh pun lesu karena gagal menyelesaikan klimaksnya dengan nikmat.

BAGIAN 2

Akibat birahinya gagal terlampiaskan membuat Soleh banyak dimarahi oleh pak
Anggodo majikannya karena kerjaannya yang amburadul hari ini. Pukul 13:00 siang
rumah sangat sepi karena pak Anggodo dan keluarganya sudah pergi keluar rumah
menjalankan aktivitasnya masing-masing. Soleh sudah ikut pak Anggodo cukup lama
bahkan semenjak majikannya tersebut belum menikah dengan nyonya Lisa. Soleh pun
ikut membantu menjaga Sitha anak majikannya ketika masih balita, namun Sitha kini
sudah berumur 14 tahun dan mulai menginjak masa remaja. Meskipun Sitha masih
duduk di kelas 3 SMP namun tubuhnya terlihat padat berisi terutama bagian dadanya,
ditambah lagi parasnya yang imut dan innocence mewarisi kecantikan sang ibu yang
memang punya keturunan darah jepang dari kakeknya. Hal ini kadang membuat Soleh
sering mencuri pandang kearah dada Sitha saat sedang menyiapkan sarapan di meja
makan pagi tadi . Meskipun saat itu Sitha tidak memakai seragam yang ketat tapi
dadanya terlihat menyembul, seolah memanggil meminta diremas. Untuk anak
seumurannya Sitha bisa dibilang memiliki tubuh yang ideal.

Siang itu Soleh melamun membayangkan kejadian tadi pagi, saat Yuanita
mempertontonkan keindahan tubuhnya. Berharap bisa melihatnya lagi, bahkan kalau
bisa menjamahnya. Baru 5 menit Soleh melamunkan Yuanita, ia dikagetkan dengan
suara Sitha yang kesal baru pulang sekolah

“Mang, dipanggil-panggil kok gak nyahut sih” ucap Sitha kesal

“Maaf non, tadi mang Soleh ketiduran” kilah soleh

Saat itu Sitha baru saja pulang sekolah, dan masih mengenakann seragam, namun
masih terlihat sexy. Melihat hal itu membuat pikiran mesum Soleh timbul, apalagi tadi
pagi Soleh gagal menuntaskan birahinya saat beronani sambil menyaksikan lekuk
tubuh indah nan sexy milik Yuanita yang sedang bersenam ria.

“Mang, haus nih. buatin minum dong” pinta Sitha

“Iya non” jawab Soleh singkat

Segera Soleh pergi ke dapur dan mebuat sirup kesukaan sang nona. Saat kembali
Soleh menelan ludah melihat posisi duduk Sitha yang memperlihatkan pahanya yang
mulus. Membuat tanganya jadi gemetaran saat mendekat mengantarkan sirup nonanya
tersebut, dan malah menumpahkan air sirup tersebut. Air sirup tersebut tumpah tepat di
depan Sitha dan membasahi seragamnya, sehingga membuat dada ranum Sitha yang
mulai tumbuh tercetak jelas meski masih terbungkus bra. Seragam yang basah tersebut
menjadi tembus pandang, memperlihatkan bra Sitha yang berwarana pink. Sungguh
pemandangan yang menggairahkan. Mengakibatkan Soleh yang melihat itu tak mampu
menahan nafsunya, apalagi setelah tadi gagal menuntaskan onaninya ketika mengitip
Yuanita.

“Mang Soleh gimana sih..!!, jadi basah nih seagam Sitha” sahut sitha kesal.
“Maaf non, mang Soleh gak sengaja” jawab Soleh gemetar karena berusaha menahan
nafsu.

Saat Sitha beranjak dari duduknya dan melangkah ke kamarnya untuk mengganti baju,
tanpa disangaka Soleh mendekap Sitha dari belakang, tangan Soleh yang digunakan
mendekap Sitha tersebut tepat pada dadanya. Membuat Sitha terkejut dan berteriak.

“Mang, apa-apaan ini, lepasin !!!” bentak Sitha

Soleh bukannya melepas dekapannya, akan tetapi malah semakin gencar meremasi
dada Sitha, lalu dengan nafas menderu Soleh berbisik di telinga Sitha.

“Non Sitha, sebaiknya nurut. Kalau sampai para kuli di luar dengar teriakan nona.
Bukan cuma diperkosa sama mamang, tapi non juga akan diperkosa rame-rame sama
kuli-kuli di luar” ancam Soleh

Tanpa menunggu persetujuan Sitha, Soleh mulai mempreteli kancing seragam nona
majikannya tersebut. Sitha hanya bisa berontak dan memohon dengan memelas,
perlawanan Sitha semakin tak berarti setiap Soleh mengancamnya. Seolah tangan
Sitha melemas secara tiba-tiba, tidak butuh waktu lama seragam Sitha sudah terjatuh di
lantai, kini dada Sitha yang ranum hanya tertutup oleh bra dan segera ditutupinya
dengan mendekapkan tangannya. Tak puas dengan itu Soleh segera menyingkirkan
tangan Sitha yang berusaha menutupi patudaranya. Perlahan Soleh menaikan bra
Sitha melewati dadanya, lalu dengan tangan kasar dan keriputnya Soleh mulai
bergeriliya meremas dan meraba perlahan pinggir payudara Sitha, hingga terdengar
suara isak tangis nona majikannya kini diselingi nafas menderu yang mulai tak
beraturan. Pengalaman Soleh bercinta puluhan tahun membuatnya tau betul
meningkatkan birahi seorang wanita, setelah puas mengerjai pinggir payudara Sitha,
kali ini dengan penuh perasaan berusaha menikmati sensasi kenyal dan lembutnya
payudara Sitha seolah dapat merasakan keindahan payudara tersebut centi demi centi.
Tangan kasar dan keriputnya bergerak meraba serta meremas payudara Sitha dengan
sangat perlahan dari pinggir menuju ke tengah dan sampi pada puncaknya, dengan
gemasnya Soleh memilin-milin puting susu Sitha, isak tangis sitha makin melemah
berganti dengan nfasnya yang semakin memburu sementara tangan Sitha memegangi
tangan keriput Soleh berusaha menhentikannya.

Hal itu bukan membuat Soleh berhenti, kali ini Soleh juga mencumbui tengkuk nona
majikannya tersebut. Puas mencumbui leher Sitha, dengan kasarnya Soleh
membalikan tubuh Sitha dan segera memagut bibirnya. Sitha terkejut dan reflek
mendorong tubuh pembantu kurang ajar tersebut berharap bisa menjauhkannya, tapi
sayangnya Soleh lebih sigap dan segera memeluk erat tubuh Sitha sebelum sempat
tubuhnya didorong. Sitha merasa jijik dengan aroma mulut Soleh yang tidak sedap
dengan bau rokok yang sangat menyengat. Soleh melumat bibir tipis nan mungil Sitha,
nafas mereka saling bertemu, keduanya merasakan hembusan nafas lawannya pada
kulit masing-masing. Sitha yang awalnya berusaha menutup rapat mulutnya guna
mempersulit Soleh melumat bibirnya kini perlahan mulai melunak, terbukti dengan
Soleh yang berhasil menerobos masuk mulut Sitha, dan berusaha menautkan lidahnya
dengan lidah sang nona majikan. Entah kenapa lama-kelamaan Sitha malah membalas
tautan lidah tersebut. Sitha merasa ada perasaan nikmat sekaligus bingung dengan
pelecahan ini, apa lagi saat itu Soleh sedang memilin puting susunya yang mencuat
seiring naiknya birahinya.
Cumbuan Soleh terus turun dari mulut ke leher, sampai akhirnya merambat ke dada
Sitha. Soleh sangat gemas dengan dada ranum Sitha yang sedang dalam pertumbuhan
segera menyosor dan menjilatinya dengan rakus seolah benda tersebut adalah
hidangan lezat. Jilatan lidah Soleh yang kini dengan intensnya menggelitik puting susu
Sitha, membuat Sitha menggelinjang nikmat. Desahan Sitha mulai mengeras akibat
eksploitasi mulut Soleh pada dadanya. Tubuh Sitha mengejang lalu melemas secara
tiba-tiba, seolah tersengat listrik ribuan volt.

“Mang udah…, awhh.. berhenti mang…!!” desah Sitha

Kali ini Soleh bukan hanya melumat dan menjilati payudara nona majikanna tersebut.
Sesekali Soleh menyedot puting Sitha sekeras mungkin seolah berharap keluar air susu
dari payudara gadis berusia 14 tahun, bahkan terkadang Soleh menggigit kecil pada
puting sang nona majikan yang sontak membuatnya berteriak secara spontan.

“Awhh… mang sakit….!!, sakit mang” teriak Sitha

Setelah puas bermain-main dengan payudara Sitha, kali ini Soleh menyuruh Sitha
jongkok. Sitha mungkin masih 14 tahun, tapi dia tau apa yang akan dilakukan Soleh,
karena teman-temannya di sekolah sering menceritakan pengalaman ML nya saat
bersama pacarnya. Soleh membuka celananya dan juga celana dalamnya. Sitha yang
baru pertama melihat penis laki-laki kaget melihat penis Soleh yang cukup pnjang dan
berurat. Terlihat sekali betapa kekarnya penis Soleh, membuat Sitha ngeri. Soleh
mendekatkan penis tersebut ke wajahnya, samar-samar Sitha mencium bau amis.
Dengan perlahan soleh menggesek-gesekan penisnya ke pipi lalu bibir mungil Sitha.

“Ayo dong non, dibuka mulutnya Huuaahaahaa…” ujar Soleh sambil terkekeh

Sitha masih mengunci bibirnya rapat-rapat, air matanya menetes pipi. Soleh tak habis
akal, dia kembali mengancam dengan mengeluarkan handpone berkameranya dan
memotret Sitha yang bertelanjang dada. Lalu Soleh mengancam akan menyebarkan
foto tersebut dan mengajak kuli di luar rumah untuk masuk dan memperkosanya
beramai-ramai jika Sitha tidak menurutinya. Akhirnya dengan sangat terpaksa Sitha
sedikit membuka mulutnya, dan langsung disambut Soleh dengan hujaman penis
berotot miliknya. Soleh terlihat bernafsu sekali hingga memegangi kepala Sitha lalu
memaju mundurkannya.
Mulut Sitha terasa sesak dijejali penis Soleh yang kekar, karena terlalu panjang penis
Soleh hingga menyentuh ujung tenggorokan Sitha, membuat gadis tersebut tersedak.
Sementara Soleh merem melek menikmati sensasi mulut nona majikannya, hampir saja
soleh klimaks duluan. Sesaat Sitha bingung saat Soleh menghentikan kegiatan oralnya.
Tapi selanjutnya Sitha mulai ketakutan saat Soleh mulai menyingkap roknya dan
menarik paksa celana dalamnya.

“Mang, jangan mang… stop… Sitha belum pernah begituan” pinta Sitha disertai isak
tangis.

“Tenang aja non, entar juga enak kok” jawab Soleh dengan entengnya

Perlahan Soleh mulai menggesek-gesekan penisnya ke belahan bibir vagina Sitha,


terasa sangat nikmat. Bahkan kali ini bukan cuma Soleh, tapi Sitha pun mulai
merasakan kenikmatan tersebut.
“Gimna non, enak kan? Huahahaha” tanya Soleh melecehkan.

Sitha yang mulai menikmati pemerkosaannya hanya bisa mengangguk dan mendesah.
setelah Sitha merasa nyaman, Soleh mulai melakukan penetrasi sedikit demi sedikit.
Soleh sedikit kesusahan menjebol selaput dara nona majikannya, dengan sedikit
memaksa akhirnya Soleh berhasil memasukan setengah penisnya.

“AHHH mang, sakit. PEEE…Pelan pelan mang” rintih Sitha

“Sabar non, dikit lagi juga enak” jawab Soleh coba menenangkan

“Mang!! stop, udah mang sakit..!!” rengek Sitha kembali saat penis soleh berhasil
terbenam seluruhnya di vagin gadis tersebut.

Soleh mendiamkan sejenak penisnya, mencoba menikmati jepitan otot-otot vagina nona
majikannya. Tak berapa lama Soleh segera menggenjot penisnya membuat Sitha
semakin tak karuan. Sitha mencengkram punggung Soleh menahan perih
diselangkangannya, Soleh tak memperdulikan itu dan terus menggenjot penisnya
mencari kenikmatan dunianya. Kali ini sambil tetap menggenjot nona majikannya, Soleh
memagut bibir Sitha. Sementara Sitha yang sudah ikut terjebak nafsu membalas
pagutan Soleh, bahkan dengan berani Sitha membelitkan lidahnya ke lidah soleh.

Puas berciuman Soleh kembali menyusu ke dada Sitha, perlahan Sitha semakin
menikmati pompaan penis Soleh ditambah lagi rangsangan pada payudara kirinya. Tak
butuh waktu lama Sitha mencapai orgasme pertamnya.

“Ahhh mang… Sitha… Sitha… gak kuat” erang Sitha menikmati orgasmenya.

“Ahhh… non Sitha, mang Soleh juga mau ngecrott nih” erang Soleh.

Soleh segera buru-buru mencabut penisnya dan memuncratkan spermanya ke


payudara Sitha. belum puas dengan itu, Soleh meratakan spermanya ke seluruh
permukaam payudara Sitha menggunakan penisnya, membuat buah dada tersebut
mengkilat.

“Non Sitha keliatan sexy bamget kalo blepotan peju” ujar Soleh engan santainya.

Sementara Sitha menangis menyesali apa yang telah terjadi. Soleh segera memunguti
bajunya lalu mendekati Sitha dan kembali mengancamnya, setelah itu Soleh pergi
sambil terkekeh meninggalkan Sitha sendiri. Soleh segera menuju kamarnya lalu
menghisap sebatang rokok dji sam soe, melamunkan persetubuhannya dengan Sitha
barusan. Tak berapa lama ia menyalakan tv dan mendapati sebuah acra televisi swasta
yang dibawakan oleh Yuanita, wanita cantik bertubuh sexy yang tadi pagi dijadikan
bahan onaninya. pikiran mesum Soleh kembali muncul, dan berpikir bagaimana bisa
meniduri Yuanita sang presenter cantik nan sexy itu.

BERSAMBUNG….

Bagian 3
Suatu malam Yuanita pulang dari syuting sebuah televisi swasta, saat itu malam sudah
sangat larut, meskipun Yuanita sudah terbiasa pulang larut malam, akan tetapi malam
ini Yuanita terpaksa harus menyetir sendiri karna pak Halim sopir pribadinya sedang
cuti akibat anaknya di kampung sedang sakit keras. Selama perjalan pulang Yuanita
sama sekali tidak menyangka bahwa ada hal buruk yang akan menimpanya, dia tetap
menyetir seperti biasanya mengarahkan mobil ke rute yang hampir setiap hari
dilewatinya. Akan tetapi saat mobilnya memasuki daerah perumahan elit di jakarta
selatan tempat dia tinggal entah kenapa mobilnya tergelincir, merasa ada yang aneh
dengan laju mobilnya membuat Yuanita segera meminggirkan lalu menghentikan laju
mobilnya.

“Kenapa nih mobil?” umpatnya

Lalu dia keluar dan memeriksa mobilnya, terlihatlah ban belakang mobilnya bocor.
Yuanita panik, dia melihat sekelilingnya sepi tak ada seoprang pun. Ini membuat
Yuanita bingung, apa lagi rumahnya masih 500 meter lagi dari situ. Lalu Yuanita
kembali masuk ke dalam mobil hendak mengambil ponselnya dan menelpon teman
atau keluarganya untuk menjemputnya. Namun Yuanita baru sadar ternyata ponselnya
lowbet dan sama sekali tak bisa dihidupkan, ini membuatnya makin panik, karena
sekarang sudah larut malam. Apa lagi dia sendirian dipinggir jalan komplek
perumahannya. Di tengah kepanikannya Yuanita tidak menyadari ada sepasang mata
mengawasinya sejak tadi dari kejauhan, ya itu adalah Soleh.

Rupanya ban mobil Yuanita yang pecah adalah bagian dari rencana busuk Soleh.
Berselang 15 menit Yuanita sudah hampir putus asa akan ada orang yang
menolongnya, Yuanita pun mengunci mobilnya dan bersiap berjalan kaki menuju
rumahnya, tapi tak diduga dari kejauhan Yuanita melihat lampu kendaraan yang
menghampirinya dari belakang. Lampu kendaraan itu semakin terang mendekat kearah
Yuanita, samar-samar terlihat itu adalah sebuah motor matic. Tak butuh waktu lama
motor tersebut telah berhenti di depannya, dan terlihat si pengendara seorang bapak-
bapak berkumis dengan senyum ramah turun dari motor tersebut lalu menghampirinya.

“Kayaknya ada masalah sama mobilnya ya neng?” tanya Soleh berpura-pura.

“Ii..iya bang, kayaknya ban belakangnya pecah” jawabnya tergagap sedikit takut dan
curiga

“Jangan panggil bang, saya Soleh. Panggil aja mang Soleh” ujar Soleh sok akrab

“Iii..iya bang, eh.. maksudnya mang Soleh. Saya…” Yuanita kembali gelagapan akibat
rasa khawatirnya

“Ah gak usah dikenalin, neng Yuanita kan artis yang biasa bawain acara gosip pagi”
sahut Soleh memotong ucapan Yuanita

“Kok bisa, emmh ada ban serepnya gak neng, biar coba saya pasangin” lanjutnya
bertanya

“Waduhh, gak ada mang. Lagian juga peralatan sama dongkraknya juga gak ada. Kalau
tambal ban deket-deket sini masih ada yang buka gak mang?” tanya Yuanita
“Larut malem gini, ya pasti gak ada. Emang rumah neng di mana?” kembali Soleh
berpura-pura tidak tau

“lurus situ bang, 500 meter lagi, AA 102 yang pager hitam” jawab Yuanita mulai sedikit
tenang

“Wahh kebetulan neng, saya juga tinggal di blok AA, gimana kalau saya anter aja neng,
biar mobilnya ditinggal sini aja dulu” ujar Soleh sumringah

Yuanita awalnya ragu-ragu, akan tetapi malam yang makin larut membuatnya terpaksa
menerima tawaran Soleh. Meskipun terpaksa, Yuanita merasa tertolong dan segera
menerima tawaran Soleh. Saat itu Yuanita memakai kaos putih lengan pnjang yang
cukup longgar dan hotpants coklat yang sangat ketat. Soleh hanya bisa menelan ludah
melihat hal itu, apa lagi saat Yuanita masuk kembali ke mobil mengambil tas nya lalu
keluar mobil dengan sedikit menunduk sehingga memperlihatkan sedikit bulatan
payudaranya yang msih terbungkus bra hitamnya.

Malam yang dingin terasa hangat buat Soleh, karena kali ini dia berboncengan dengan
Yuanita seorang artis cantik yang menjadi idaman banyak pria. Soleh sengaja
memperlambat laju motornya agar bisa lebih lama merasakan tubuhnya bersentuhan
dengan mulusnya tubuh Yuanita, terkadang saat melintasi polisi tidur Soleh sengaja
memainkan remnya agar dapat merasakan padat & kenyalnya payudarta Yuanita
menggesek punggungnya. Selama perjalanan Soleh berusaha terus mengajak Yuanita
mengobrol agar korbannya ini merasa nyaman dan tidak curiga dengan niat buruknya
itu. Selama mengobrol itu juga Soleh kembali berpikir bagaimana caranya dia bisa
meneruskan rencananya. Beruntung saat itu sudah larut malam sehingga tak banyak
orang yang melihat. Penis Soleh sudah berdiri tegak sedari tadi saat melihat Yuanita,
tak terasa sekarang mereka sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Yuanita. Saat
Yuanita turun dari motor dan berbalik kearah soleh hendak mengucapkan terimakasih,
dengan sigap Soleh langsung membekapnya dengan saputangan yang sudah ditetesi
klorofoam. Seketika Yuanita lemas dan akhirnya pingsan sesuai dengan apa yang
direncanakannya, Soleh segera menangkap tubuh pingsan Yuanita dan segera
menaikannya kembali ke motor lalu ia masuk ke rumahnya. Kebetulan sekali malam itu
rumah pak Anggodo sepi karena seluruh angota keluarga sedang liburan ke luar kota,
sedangkan mbok Inah juga sedang cuti karena anaknya di kampung menikah. Sungguh
suatu kebetulan yang mempermudah rencananya.

Setengah jam berlalu, Yuanita yang tersadar melihat sekelilingnya, dia berada di
sebuah kamar yang tak terlalu besar dan diisi perabotan sederhana. Yuanita yang baru
tersadar sangat terkejut ketika menyadari dirinya hanya mengenakan bra dan celana
dalam saja dalam posisi terikat membentuk huruf X. Sementara di depannya terdapat
televisi 21 inch dalam keadaan menyala dengan suara yang cukup keras. Dalam hati
Yuanita bertanya-tanya apa yang terjadi dan di mana dia sekarang, tak berapa lama
terdengar pintu kamar terbuka. Muncul seorang bapak berkumis yang tadi
mengantarnya pulang. Yuanita kini baru ingat semuanya dan mulai ketakutan
mengetahui bahwa dirinya kini diculik dan disekap di sebuah ruangan yang tidak dia
tau.

“Huuhhaahhaa… udah bangun neng?” tanya Soleh terkekeh sambil mendekati Yuanita
“Apa-apaan ini mang, cepet lepasin atau bakal saya laporin polisi” bentak Yuanita
ketakutan
Soleh mendekati Yuanita lalu duduk di pinggir kasur

“Lapor aja neng kalo bisa” jawab Soleh tanpa gentar sedikit pun

Melihat sosok Yuanita yang hanya mengenakan bra dan celana dalam membuat tangan
Soleh tak bisa diam, dengan santainya Soleh mengelusi paha dalam Yuanita sontak
saja membuatnya berteriak.

“Bangsat, lepasin… Bandot Tua!!!” umpat Yuanita keras

“Tolong…Tolong..!!” teriaknya makin keras

Namun apa daya teriakan Yuanita sama sekali tak terdengar karena tembok kamar
tersebut sangat tebal ditambah lagi bunyi yang menggelegar dari tv 21 inch di kamar itu
menelan teriakannya.nSoleh masih mengelusi paha Yuanita dan makin merambat naik
merabai bukit kemaluannya, Yuanita merasa sangat risih dan jijik apalagi melihat
tampang mesum Soleh yang menyeringai bak psikopat dalam film-film thriller. Soleh
mendekatkan wajahnya ke wajah Yuanita berusaha mencumbunya, Yuanita dengan
reflek memiringkan kepalanya berusaha menghindari cumbuan Soleh. Sayangnya hal
itu malah membuat Soleh semakin bernafsu, dengan kedua tangannya ia memegangi
kepala Yuanita sehingga tak bisa digerakan lagi, Soleh pun segera mencumbui bibir
mungil Yuanita dengan buasnya. Bibir Yuanita terasa geli terkena sapuan kumis Soleh
saat ia dicumbui. Rasa jijik dan muak menyertai rasa geli di tengah cumbuan Soleh.
Tentunya ini membuat Yuanita merasa aneh karena rasa risih yang tadi kini berubah
mnjadi rasa geli yang membuat perasaannya campur aduk akibat cumbuan Soleh,
apalagi kini tangan kiri Soleh mulai merambat kebawah bergerilya di paha dalamnya
terus beranjak ke bukit kemaluannya.

Lidah Soleh berusaha masuk menerobos ke dalam mulut Yuanita, sementara Yuanita
habis-habisan berusaha mencegahnya dengan mengunci bibirnya. Soleh terus menjilati
bibir Yuanita, tangan Soleh juga mulai masuk ke dalam celana dalam Yuanita dan
menggesek-gesekan jarinya kebelahan vagina Yuanita membuatnya mendesah.

“Hmmp…” hanya suara itu yang dimunculkan yuanita

Terlihat sekali Yuanita mulai menikmati perlakuan Soleh. Mengetahui Yuanita mulai
terangsang membuat Soleh makin mempercepat gesekan-gesekan jarinya pada
belahan vagina Yuanita. Itu membuat Yuanita akhirnya mendesah menahan nikmat.
Kesempatan itu dimanfaatkan Soleh menerobos mulut Yuanita dan segera membelitkan
lidahnya ke lidah Yuanita. Meskipun Yuanita mulai terangsang dia masih mampu
mengontrol diri, Yuanita sama sekali tak membalas ciuman Soleh. Tak patah arang
Soleh terus memainkan lidahnya dengan liar membelit-belitkan lidahnya dan menyapu
rongga mulut Yuanita. Tangan Soleh pun tak berhenti sampai di situ, Soleh terus
memainkan birahi Yuanita. Terkadang tangannya menggosok pelan belahan vagina
Yuanita tapi terkadang juga digosoknya belahan vagina Yuanita dengan cepat dan
sedikit kasar membuat Yuanita merintih nikmat, bingung harus merasa tersiksa atau
nikmat. Hal itu terjadi beberapa menit, tanpa sadar Yuanita sekarang malah membalas
mesra ciuman Soleh dan merespon belitan lidah Soleh.
Soleh tertawa dalam hati mengetahui mangsanya mulai takluk, kebanggaan tersendiri
batin Soleh. Jelas itu membuat Soleh semakin bersemangat sekaligus bernafsu.
Terbukti gerakan tangan Soleh pada belahan vagina Yuanita semakin cepat, hingga
akhirnya terasa kedua kaki Yuanita mengejang.

“Ahhh…Hmmppfft… mang…” rupanya Yuanita mengalami orgasme

Terasa vagina yang masih tertutup celana dalam tersebut berkedut-kedut di jari Soleh.
Soleh menarik perlahan celana dalam Yuanita, tangannya menggosok-gosok vagina
Yuanita seolah ingin membalurkan cairan orgasme Yuanita ke paha lalu ke perutnya.
Setelah puas, Soleh melepas ciumannya dari bibir Yuanita. Wajah Soleh turun perlahan
mendekati vagina Yuanita dan langsung menjilatinya dengan nikmat seolah sedang
menikmati madu yang sangat manis. Selang beberapa saat ia bangkit lalu
mendekatkan jarinya yang tadi masih berlumuran cairan orgasme ke bibir Yuanita dan
mengoles-olesnya memaksa Yuanita menjilati cairan orgasmenya sendiri. Yuanita yang
telah lemas akibat orgasme tadi hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Soleh, setelah
puas Soleh kini beralih ke tubuh bagian atas Yuanita.

Perlahan ia sentuh dengan lembut pinggang Yuanita lalu mulai naik ke dada Yuanita,
Soleh sempat terkejut saat merasakan payudara Yuanita ternyata lebih padat dan lebih
kenyal daripada yang ia bayangkan selama ini. Soleh pun meremas perlahan payudara
itu dengan lembut membuat Yuanita mendesah nikmat dan menggelinjang.

“Oouuhh.. mang..” desah Yuanita

Mendengar itu Soleh makin bernafsu, membuat penisnya yang daritadi sudah tegak
berdiri semakin keras seolah ingin keluar dari celana yang membelenggunya. Karena
hal itu remasan Soleh jadi tak beraturan sehingga kadang meremas kasar dan kadang
juga lembut. Perpaduan itu membuat Yuanita sendiri makin tak karuan dan nafasnya
makin memburu sehingga birahinya kembli naik.

Soleh yang sudah tidak tahan segera menaikan bra Yuanita, seketika matanya melotot
melihat keindahan bulatan buah dada wanita yang ia impi-impikan ditambah lagi wanita
itu seorang artis top ibu kota. Dengan penuh nafsu Soleh meremas bulatan buah dada
indah itu, dengan agresifnya kedua tangan Soleh langsung memilin puting susu
Yuanita, terkadang Soleh juga memelintir puting Yuanita seolah sedang mencari
frekuensi radio membuat Yuanita kesakitan. Di tengah kesakitan itu Yuanita juga
menikmatinya, dan entah sadar atau tidak malah membusungkan dadanya agar Soleh
lebih leluasa mempermainkan payudaranya dengan berbagai variasi. Soleh yang
melihat reaksi Yuanita segera memonyongkan mulutnya mendekati payudara montok
Yuanita dan segerea mencaploknya dengan rakus, ia kenyot payudara yang kenyal dan
padat itu.

“Arrghh mang… Saa..kitt” rintih Yuanita

Terkadang saat menghisap payudara Yuanita, Soleh juga memainkan lidahnya


menggelitik putting susu Yuanita yang berwarna merah. Soleh seakan tak ada puasnya
menyusu pada dada montok Yuanita. Yuanita sendiri sangat terangsang dan menikmati
itu, tapi tiba-tiba Yuanita terkejut karena Soleh menghentikan cumbuannya pada dada
montoknya. Soleh memandangi wajah Yuanita lalu berkata
“Neng, susunya kurang manis” ujar Soleh terkekeh.

Soleh berpikir sejenak lalu melihat kearah sekitar kamarnya seperti sedang mencari ide
untuk mngerjai Yuanita dengan siksaan birahi yang lebih gila. Melihat sekaleng susu
kental manis di atas meja dekat ranjang memunculkan ide gila dalam benak Soleh, ia
ambil kaleng susu tersebut lalu menuangkannya ke dada Yuanita. Diratakannya susu
kental manis tersebut ke seluruh permukaan payudara Yuanita. Akal sehat Yuanita
kembali tersadar, membuatnya benar-benar merasa terhina dengan kejailan Soleh yang
satu ini, namun dalam lubuk hatinya Yuanita juga merasa penasaran bagaimana saat
payudaranya yang telah berlumuran susu kental manis disedot dan dijilati oleh Soleh.
Sementara Soleh masih saja asik meratakan susu kental manis tersebut sambil
terkekeh. Benar-benar pemandangan yang menarik. Soleh menggosk-gosokan jari
telunjuknya di sekitar puting susu Yuanita membuatnya makin mendesah seolah tak
sabar jari telunjuk Soleh mengusapi ujung puting payudaranya.

‘Hmmmpfftt… Hmmppffftt” desah nafas Yuanita berusaha merendam birahinya

Soleh yang mendengar itu semakin gencar mempermainkan birahi yuanita.

“Hemmpt…” kembali desah Yuanita terdengar saat pada akhirnya jari telunjuk Soleh
menyentuh ujung putingnya

Diolesnya perlahan membuat nafas Yuanita semakin tak karuan. Puas melihat
korbannya tak berdaya, kepala Soleh pun bergerak turun kebawah mendekati payudara
montok Yuanita dan mulai menjulurkan lidahnya. Soleh pun dengan mulusnya
mendaratkan lidahnya ke payudara Yuanita, dijilatnya inci demi inci permukaan
payudara Yuanita yang berlumur susu kental manis, semakin naik sampai pada puncak
payudaranya lalu menyedotnya kuat-kuat memberikan bekas merah pada dada montok
artis cantik tersebut. Yuanita pun keenakan dan tanpa sadar malah mengucapkan

“Errghh eee..enak mang, trus” racau Yuanita

Sontak hal itu membuat Soleh makin bersemangat menyusu pada dada montok
Yuanita, merasa menang telak Soleh pun menanggapi ucapan Yuanita tadi dengan
kata-kata cabul yang melecehkan.

“Neng, susunya manis banget” ujar Soleh melecehkan

“Pantes banyak cowok yang naksir, udah berapa cowok yang pernah nyedotin toket
neng?” lanjut Soleh melecehkan

Telinga Yuanita terasa panas mendengar coletehan Soleh yang makin kurang ajar,
ingin sekali Yuanita menampar muka katrok Soleh. Tapi apa daya Yuanita sedang
dalam posisi terikat ditambah lagi nafsunya yang makin tinggi akibat perlakuan Soleh
pada payudara montoknya. Tubuh Yuanita seolah tak mau mengikuti akal sehatnya dan
malah membusungkan dadanya agar Soleh bisa terus lebih leluasa mengerjai
payudaranya. Tangan Soleh tak dibiarkan menganggur, dengan tangan kirinya
menyelinap ke dalam celana dalam Yuanita yang setengah melorot lalu ia gosokan jari-
jarinya ke vagina Yuanita yang telah basah oleh cairan orgasme tadi. Yuanita hanya
bisa pasrah dan menikmati semua itu.
Puas mengerjai dada montok Yuanita, Soleh menarik kepalanya, dan mulai turun ke
bagian bawah tubuh Yuanita. Tangan kanan Soleh bergerak aktif menuurunkan celana
dalam Yuanita dengan sedikit susah payah. Tapi entah sudah terbawa nafsu atau
sudah putus asa Yuanita yang mengetahui kesusahan Soleh melorotkan celana
dalamnya malah mengangkat pinggulnya sehingga memudahkan Soleh melepaskan
celana dalamnya. Soleh yang membaca reaksi tubuh Yuanita tanpa sungkan lagi
langsung melorotkan celana dalam tersebut dan segera merabai selangkangan
Yuanita. Perlahan makin naik dan mengelus bagian pinggir vaginanya. Kini kedua
tangan Soleh tepat di atas vagina Yuanita yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang
tampak terawat. Yuanita merasa nyaman saat jari-jemari kasar Soleh mengelus bagian
bukit vaginanya. Perasaan yang seolah ingin terus dilecehkan oleh Soleh membuat
Yuanita sendiri bingung akan perasaannya sendiri.

“Hemmppfftt..Hemmppffft… maa..manng” desah Yuanita semakin tak terkontrol

Soleh yang sudah konak daritadi segera bangkit dari duduknya dan melorotkan
celananya memperlihatkan penisnya yang hitam kekar, Soleh segera menaiki ranjang
dan berjongkok tepat di hadapan wajah Yuanita. Dia dekatkan penis tersebut ke wajah
Yuanita lalu menggesek-gesekannya ke pipi dan bibir Yuanita. Yuanita hanya bisa
menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha menghindari gesekan penis
Soleh di bibirnya. Rasanya mual ingin muntah mencium bau amis dari penis Soleh, bau
khas kemaluan pria.

“Ummppfffhhh… Ummppffhhh !!!!” hanya itu yang terdengar dari mulut Yuanita

Yuanita meronta-ronta saat Soleh dengan paksa membenamkan penisnya ke mulut


Yuanita. Soleh tak memperdulikan penolakan Yuanita, malah semakin menekan
penisnya ke wajah Yuanita. Membuat Yuanita semakin merasa mual, air mata mulai
menetes, tanda ia tak kuat menahan siksaan batinnya.

“Haaahhh…hahh…” suara nafas Yuanita

Yuanita berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin setelah Soleh menghentikan


aksinya untuk beberapa saat. Akhirnya dia bisa bernapas lega sementara Soleh
terkekeh melihat Yuanita naik turun mengambil nafas membuat dada montoknya terlihat
bergerak naik turun dengan indah mengikuti irama nafasnya. Yuanita merasa kesal dan
terhina dengan perlakuan Soleh, padahal dirinya sudah pasrah tapi tetap saja
diperlakukan kasar oleh pria bejat itu.

“Ayolah neng nurut aja” ucap Soleh santai

Perlahan Soleh memundurkan posisi badannya sehingga kini posisinya berada tepat di
atas perut Yuanita. Soleh kemudian mencengkram buah dada Yuanita dan
meremasnya dengan kasar membuat Yuanita merintih kesakitan. Makin lama
remasannya makin tak beraturan, mengkombinasikan gerakan kasar dan lembut
membuat Yuanita merasa sakit sekaligus nikmat.

Puas dengan itu, Soleh mendekatkan penisnya ke payudara padat milik Yuanita
kemudian menggesekannya keseluruh permukaan payudara Yuanita, digesek-
geseknya dengan lembut mulai dari pinggir hingga ke tengah sampai akhirnya
menyentuh putting susu kemerahan Yuanita.
“Ssshhh…” desis Yuanita saat putingnya tersentuh kemaluan Soleh

Penis soleh yang kekar dan hitam itu bergesekan dengan puting susu Yuanita membuat
putingnya yang kemerahan tersebut semakin mengeras menandakan pemiliknya
terangsang berat. Tidak mau berlama-lama, Soleh mencengkram kedua payudara
Yuanita lalu meletakan penisnya di antara buah dada montok Yuanita dan mulai
bergerak maju mundur dengan teratur. Yuanita menggelengkan kepala seolah tak
percaya bahwa Soleh melakukan tit fuck. Penis Soleh kini digesekan di dada Yuanita,
tepat di antara kedua payudaranya. Sementara tangan Soleh meremas payudara
Yuanita terkadang putingnya ditarik-tarik dan dipelintirnya, Soleh mencoba
menempelkankan kedua buah dada artis cantik itu dengan menekannya makin keras.

“Eghhh! MMppphh!!!” Yuanita menghembuskan nafas setiap kali ujung penis Soleh
mengenai dagunya.

Karena saat itu tubuh Soleh menekan dadanya. Yuanita meringis kesakitan akibat
remasan tangan Soleh pada payudaranya. Air mata menetes perlahan dari mata
Yuanita. Tidak hanya merasa sakit, tapi Yuanita juga merasa jijik dengan penis kotor
dan bau milik Soleh. Yuanita meronta sejadi-jadinya tapi tetap tak berhasil, sementara
Soleh semakin bernafsu memperkosa payudara montok Yuanita.

Yuanita menjerit-jerit sekuat tenaga, berharap ada orang yang akan datang menolong.
Yuanita meronta tanpa daya karena perut dan payudaranya tertindih Soleh.

“Arrggghhhh!!! Neng…” lenguh Soleh

Rupanya Soleh tengah mencapai puncak ejakulasinya, sementara Yuanita


memejamkan mata dan menutup mulutnya. Penis Soleh memuncratkan spermanya
tanpa halangan, dan membasahi bagian atas dada dan dagu Yuanita. Yuanita
berusaha menutup rapat mulutnya agar tidak menelan sperma Soleh. Tapi agak susah
membersihkan bibir yang telah belepotan sperma seperti itu. Nampaknya Yuanita
sudah pasrah, Soleh lalu mulai melepas ikatan pada kedua tangan Yuanita kemudian
didekatkannya penis Soleh pada bibir vagina Yuanita.

“Siap-siap neng, sebelum masuk lebih keenakan lagi Huuuahaaha” ledek Soleh
terkekeh

Meskipun telah ejakulasi tapi penis Soleh masih berdiri tegak dengan kokohnya. Kali ini
Soleh menggesek-gesekan penisnya tepat pada lipatan vagina Yuanita. Dengan suara
lemah dan tenaga yang ada, Yuanita memohon dan mengiba.

“Jangan mang… jangan.. entar kalo hamil gimana!” pinta Yuanita

Soleh hanya tersenyum licik, lantas menjawab

“Tenang Neng, bukannya bagus kalo kita punya anak Huuaahaahaha…” jawab Soleh
enteng

Dengan pintarnya Soleh menggesekan penisnya dengan gerakan yang teratur


membuat Yuanita yang tadinya ketakutan malah jadi merem melek keenakan. Mulut
Yuanita terbuka, kakinya menegang, menunjukan bahwa kemaluannya telah gatal ingin
segera ditusuk oleh penis kekar Soleh. Hal itu membuat Soleh terkekeh, yakin bahwa
Yuanita kini benar-benar sudah berhasil ditaklukannya.

“Kenapa Neng? udah pengen dicoblos ya memeknya Huuahhahaa” ledek Soleh melihat
reaksi Yuanita
Yuanita segera melempar pandangannya ke samping, wajahnya merah malu bak
kepiting rebus.

“Argghh, enak banget. Sekarang waktunya dimasukin yah neng, Orrggh! legiit!” celoteh
Soleh mengomentari liang vagina Yuanita yang menjepit kepala penisnya

Sementara “Haaaaaaaakkkkkhhh!!!” teriak Yuanita

Mata Yuanita terbelalak seolah ingin keluar. Yuanita menggeram karena merasakan
sakit yang teramat sangat di vaginanya ketika kewanitaannya mulai dicemari
kejantanan Soleh bandot tua. Mengetahui tangannya sudah tak terikat Yuanita
mencoba melawan, tangannya meraih rambut Soleh, memaksa pria tua itu menunduk
dan dengan sekuat tenaga dihentakan kepala Soleh ke samping membuat Soleh
kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari ranjang. Yuanita segera mencoba bangkit
dan secepat mugkin melepaskan ikatan pada kakinya sementara Soleh masih
kesakitan akibat terjatuh tadi. Namun sayangnya baru terlepas iktan kaki kirinya, Soleh
telah bangkit dan mendorong tubuh Yuanita hingga terlentang, Soleh segera
menduduki tubuh Yuanita lalu menampar pipinya dengan keras hingga berdarah.

“Arrgghhhh” teriak Yuanita kesakitan

“Dasar artis lonte !!” maki Soleh.

Soleh mengunci tubuh Yuanita, membuat semua perlawanan Yuanita tidak ada
gunanya. Tamparan demi tamparan menyusul tak lama kemudian, membuat pipi mulus
Yuanita memar. Tak perlu waktu lama sebelum akhirnya perlawanan Yuanita
mengendur dan tubuhnya mulai lemas.

“Mang!! Ampunn… sakittt!! Stop mang…! stop!!” ratap Yuanita sambil menangis
menahan rasa sakit

“Nah gitu dong neng, kalo nurut kan gak perlu pake kekerasan, cukup pake kekerasan
yang di kepala bawah mamang dan kelembutan bibir bawah neng Huuaahaaha” ucap
Soleh menggila

“Nikmatin aja Neng, Tahan yah, agak sakit, tapi nantinya bakal enak deh. Mamang gak
bakal kasar kalo neng nurut, siap yah!!” bisik Soleh di telinga Yuanita sambil mulai
menekan kepala penisnya yang sudah menempel di bibir vagina Yuanita

“Aahh…sakit…!! Oohh…stop… mang tolong!!!” rintih Yuanita menahan sakit, tubuhnya


menggeliat dan dadanya membusung, tubuhnya pun semakin basah oleh keringat

“Sabar Neng, sabar !” jawab soleh menenangkan

“Sempit oi, enak banget” lanjut Soleh mengomentari nikmatnya vagina Yuanita
Soleh terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Yuanita, penis Soleh yang besar
seperti botol itu sudah menancap tapi masih didorongnya lebih dalam lagi. Sementara
Yuanita terbelalak dan secara tak sadar malah memeluk Soleh dan menancapkan
kukunya di punggung Soleh

“Aakkhh…aaaahhh !” jerit Yuanita menahan perih pada vaginanya

Terlihat darah segar mengalir dari pinggir bibir vagina Yuanita dan membasahi penis
Soleh, yang menandakan selaput dara Yuanita telah robek.

“Fiuuhhh…masuk juga si otong, sempit banget nih memek perawan!” celoteh Soleh
puas

Soleh merasa bangga bisa memperawani sang artis. Soleh mendiamkan sebentar
penisnya menancap di sana merasakan eratnya himpitan vagina Yuanita yang masih
perawan. Air mata Yuanita mengalir dengan derasnya seiring dengan keras isak
tangisnya. Soleh mulai menggerakan penisnya.

“Asyiikkk, dapet memek artis, gratis pula, beruntung banget dah!” komentar Soleh
sambil terus menggenjot Yuanita

Sambil terus menggenjot, Soleh kembali mengenyot payudara Yuanita sampai pipinya
terlihat kempot. Digigitnya dan dihisap dengan kasar payudara Yuanita membuat
pemilik payudara montok tersebut merasa nyeri pada putingnya.

“Enngghh…ssshh !” erang Yuanita tertahan merasakan kulit payudaranya seolah


ditarik-tarik akibat hisapan Soleh.

Dari payudara mulut Soleh mulai menjalar ke bahu, leher, hingga bibir. Bibir hitam soleh
pun segera melumat bibir mungil Yuanita yang lembut membuat erangannya teredam.
Yuanita merasakan lidah Soleh tengah mengaduk-aduk mulutnya, entah reflek atau
bukan Yuanita malah membalas permainan lidah Soleh. mungkin itu juga dikarenakan
sodokan-sodokan penis Soleh pada vaginanya yang menimbulkan rasa nikmat yang
mulai dirasakannya. Soleh semakin bersemangat memompa penisnya sambil meracau
tak jelas

“Akh..oohh…enak, uuuuh… perawan artis” ceracau Soleh sambil menikmati remasan


remasan otot vagina Yuanita

Sementara Yuanita berusaha mengakhri siksaan ini.

“Udah mang… Stop !! Huufftt… Hufft…” pinta Yuanita terengah-engah

“Ahhhhhhhhh!!” jerit Yuanita keras ketika Soleh makin mempecepat sodokan ke


vaginanya.

“Ohhhh… ampuuuun… ampuuuun, mang ! Sudaaaah ! Cukuppp ! Ahhhh !


Ehhhmm…!!” rintih Yuanita bercampur antara sakit dan nikmat

Rintihan Yuanita terdengar sangat menyenangkan di telinga Soleh yang terus


menggenjot vaginannya. tidak puas hanya dengan posisi misionaris biasa, Soleh
menghentikan genjotannya kemudian melepas ikatan pada kaki kana Yuanita, lalu
menarik Yuanita sebelum menyetubuhinya dari belakang dengan gaya doggie-style.

“Aduuuh! Akhhh! udah gak tahaaan !!” erang Soleh keras

Beberapa detik kemudian Yuanita merasakan ujung kepala penis Soleh seolah
membengkak dan berdenyut di dalam kemaluannya. Terpancar cairan hangat yang
keluar dari ujung penis Soleh, vagina Yuanita dipenuhi oleh air mani pria bejat itu dan
darah perawannya. Setelah lebih dari satu jam menyetubuhi Yuanita dengan kejam,
Soleh menyemprotkan air maninya ke dalam rahim artis cantik yang sudah direnggut
keperawanannya itu. Puas dengan itu dengan jumawa dia menarik penisnya yang
berlumuan darah perawan dan air maninya, kemudian menggosok-gosokannya ke pipi,
bibir, dan seluruh permukaan wajah Yuanita.

Bukannya panik atau takut atas apa yang telah diperbuatnya pada Yuanita yang
seorang artis, Soleh malah punya keinginan menghamili Yuanita.

“Dengar baik-baik, di kamar ini udah dipasang kamera. Jadi semua yang kita lakukan
tadi sudah terekam jelas. Jangan coba macam-macam atau lapor polisi,
kalo tidak ingin kejadian ini tersebar luas bahkan media massa!!!” ancam Soleh dengan
nada keras

Beberapa saat kemudian Soleh pergi keluar dan meninggalkan Yuanita sendirian
dikamar, sementara Yuanita menangis terisak-isak di pinggiran ranjang. Tubuhnya
terasa sakit dan lemas terutama pada selangkangannya. Yuanita ketakutan entah apa
yang akan terjadi padanya setelah ini, dia tau pasti pria bejat itu akan mengulangi lagi
perbuatannya kapan pun ia mau.Yuanita tidak bisa melaporkan pemerkosaan dirinya
kepada siapa pun, karena Soleh punya rekaman yang siap disebarluaskan.

Kepala Yuanita terasa pusing dan akhirnya tertidur pulas, esok paginya Yuanita
terbangun dan mencoba bangkit namun badannya terasa sangat berat untuk bangkit.
Dia melihat sekelilingnya, perlahan dia mulai sadar dan mengingat kejadian semalam.
Namun ada yg aneh, kini dia berada di dalam mobilnya sendiri. dia mulai bingung,
apakah yang dialaminya semalam hanyalah mimpi? dia coba mengecek dan mengingat
apa yang terjadi pada tubuhnya, dan benar saja, banyak bekas cumbuan pada
tubuhnya dan lebih parahnya lagi sekarang dia tak meamakai bra dan celana
dalamnya.
Dia merogoh dibalik hotpantsnya, terasa ada cairan aneh yang mulai mengering.
Sedikit terasa perih saat jarinya menyentuh vaginanya. Tak salah lagi itu adalah cairan
sperma yang bercampur dengan darah perawannya.

‘Ahhkk apa yang terjadi semalem? kalo itu mimpi kenapa terasa benar-benar nyata’
gumamnya dalam hati

Dia terus merenungkan dan memikirkan kejadian semalam, namun itu malah
membuatnya semakin kalut. Tersadar bahwa sekarang telah menjelang siang, dia
segera merapikan pakaiannya. Dia melihat keluar jendela ternyata jalanan sangat sepi,
beruntung dari kejauhan terlihat ada sebuah taksi yang melintas perlahan. Yuanita pun
segera turun dari mobilnya untuk mencegat taksi tersebut, sayangnya baru langkah
pertama turun dari mobil Yuanita sudah merasa kesakitan pada selangkangannya. Dia
mencoba menahan rasa sakit itu dan memaksanya untuk berjalan. akibatnya jalannya
menjadi tertatih-tatih, beruntung jarak dari taksi terlalu jauh.

Tak butuh waktu lama dia telah sampai di depan pagar rumahnya, satpam yang
membukakan pintu pagar cukup terkejut melihat kondisi Yuanita yang tampak pucat.
Namun hanya dalam waktu beberapa detik raut wajah terkejut si satpam berubah
layaknya seekor serigala lapar ketika melihat pakaian yang dikenakan Yuanita.
Dadanya tercetak jelas pada kaos yang dikenakannya, apa lagi kini Yuanita tak
mengenakan bra membuat si satpam bisa sedikit menerawangnya.

“Non, kenapa kok naik taksi, mana mobilnya?” tanya si satpam basa basi

“Mobil mogok di jalan deket pintu masuk komplek. Tolong bapak kesana jagain mobil,
saya mau telepon bengkel dulu” jawab Yuanita ketus

“Ba..baik non” ujar si satpam

Sementara itu Yuanita beranjak masuk meninggalkan si satpam. Si satpam melihat


cara berjalan Yuanita cukup aneh, terlihat tertatih seperti kesakitan pada daerah
selangkangannya, hal ini membuat si satpam penasaran, ia juga memperhatikan pantat
Yuanita yang sangat terceplak jelas pada hotpantsnya seolah menunjukan bahwa
Yuanita saat ini tak memakai celana dalam.

Yuanita memasuki kamarnya dan menyalakan lampunya. Setelah menaruh tasnya, dia
segera melepas pakaiannya satu-persatu, kemudian membuka tirai bathtub dan masuk
ke dalamnya, lalu menyalakan shower dan mengatur suhunya. Siraman air hangat
menerpa tubuhnya memberi rasa segar serta menghilangkan kepenatan dan lengket-
lengket pada tubuhnya. Cukup lama ia berendam di bathup, tanpa sadar ia mulai
terlelap. tanpa disadari ada yg mengawasinya sejak tadi.

Setelah cukup lama ia pun terbangun dan keluar dari bathtub, lalu membasuh sisa-sisa
sabun di tubuhnya. Segera ia meraih handuk di dekatnya dan mengeringkan tubuhnya.
tubuhnya yang sejak tadi terasa letih kini semakin meminta untuk diistirahatkan. Dia
pun mengenakan piyama tidurnya yang sexy, piyama itu sedikit terbuka pada bagian
dadanya. Lalu matikan lampu kamarnya, lalu menarik selimut dan memejamkan
matanya.

ekitar 1 tahun setelah aku meninggalkan kampung halaman, Adikku menyusulku ke kota hanya
dengan membawa keperluan seadanya. Ternyata ada sebuah kisah yang terjadi selama adik ku
tinggalkan di kampung bersama Ayah. Adikku menceritakan semua kepadaku.

______________________

Wati,,, itulah nama adik perempuanku. Usianya baru 15 tahun dan ia baru naik kelas III SMP saat ia
pergi meninggalkan kampung halaman. Sejak ku tinggalkan setahun yang lalu ternyata Ayah mulai
mencoba untuk melampiaskan hasrat biologisnya kepada adikku Wati, dengan cara memanfaatkan
kepolosan Wati yang belum mengerti tentang hubungan suami istri.
Menurut Wati, awalnya Ayah mengatakan bahwa sebagai anak perempuan, Wati harus berlatih
untuk menjadi seorang wanita, yang suatu hari nanti akan menjadi seorang istri dan seorang Ibu.
Wati dituntut untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, mulai dari memasak, mencuci, dan
membereskan rumah. Bagi Wati, hal itu dipahami secara sederhana. Ketika aku masih tinggal di
kampung, akulah yang melakukan semua pekerjaan tersebut. Karena rumah tidak ada lagi yang
mengurus, maka Watilah yang harus melakukan semua pekerjaan dapur tersebut.

Namun ternyata hasrat biologis dalam diri Ayah, membuatnya khilaf dan memanfaatkan kepolosan
Wati untuk menjadi pelampiasan nafsu birahinya. menurut penuturan Wati, ia diminta Ayah untuk
memijit tubuh Ayah. Pada saat itulah Ayah mulai menjelaskan tentang tugas seorang wanita ketika
di dalam kamar bersama suaminya. Wati yang memang seorang wanita polos, dibuat penasaan
dengan penjelasan Ayah, sehingga ia meminta Ayah untuk mengajarinya pekerjaan wanita di dalam
kamar.

Dengan kepolosan adikku, Ayah dengan mudah merenggut keperawanan Wati anak kandungnya
sendiri demi sekedar memenuhi dorongan hasrat birahi. Menurut cerita Wati, Ayah terus
memintanya untuk melakukan pekerjaan kamar itu setiap malam, kecuali saat Wati sedang datang
bulan. Wati menuturkan bahwa Ayah melakukan gaya yang bermacam-macam setiap kali
melakukan hubungan suami istri dengan Wati.

Sebagai kakak, aku sebenarnya juga tidak terlalu berpengalaman melakukan hubungan seks,
kecuali pengalaman cinta satu malam dengan seorang PSK yang ku tolong malam itu. Karena itulah
aku mencoba menanyakannya tentang apa yang dia rasakan saat melakukan hubungan suami istri
dengan Ayah. Wati mengatakan, saat pertama kali melakukan memang sakit, tetapi karena terbiasa
melakukan, ia muali dapat merasakan sisi nikmat dalam melakukan hubungan seks tersebut.

Cerita Wati yang sangat polos membuatku terangsang. Akhirnya aku meminta Wati untuk
mengajarkanku bagaimana melakukan hubungan suami istri seperti yang dilakukan Ayah. Dengan
suka rela Wati mengajariku. Ia melepaskan seluruh pakaiannya dan memintaku untuk melepaskan
seluruh pakaianku. Kemudian Wati mengulum batang penisku selama beberapa saat, lalu ia
memintaku untuk memainkan lidahku di belahan vaginanya. Ia memintaku untuk fokus memainkan
lidahku pada ujung klitoris sampai lobang vaginanya basah. Setelah itu, Wati memintaku untuk
memasukkan batang penisku di lobang vaginanya.

bentuk vagina Wati terlihat berbeda dengan lobang vagina wanita PSK yang pernah ku lihat. Dan
saat aku mencoba memasukkan batang penisku ke lobang senggama itu, akhirnya juga ku rasakan
ada perbedaan lain. Lobang vagina Wati jauh lebih sempit dan basah dibandingkan lobang vagina
wanita PSK tersebut. Vagina Wati jauh lebih nikmat daripada vagina yang pernah ku rasakan
sebelumnya, sehingga hanya dalam hitungan menit aku telah mencapai orgasme.

“Kaka sudah selesai, Ka?” Tanya Wati saat aku menghentikan permainanku dan mengeluarkan
batang penisku dari lobang vaginanya.

“Iya!” Jawabku.

“Kak! Apakah kakak mengeluarkan air mani kakak di dalam?” katanya lagi.
“Iya! Kenapa?” Kataku.

“Ayah selalu mengeluarkan air maninya di luar. Kata Ayah, jika air mani dikeluarkan di dalam, maka
aku akan hamil….” Kata Wati. Mendengar penuturan itu, akhirnya aku sadar bahwa aku telah
menanamkan benihku dalam rahim adikku. Aku sangat takut dan langsung meminta Wati untuk ke
kamar kecil untuk membersihkan lobang vaginanya dari sperma yang ku tanam di dalam vaginanya.

_____________________

Dalam percakapanku dengan Wati selanjutnya, ternyata Ayah meminta Wati untuk menyusulku ke
kota, setelah Wati mengatakan pada Ayah bahwa ia terlambat datang bulan. Barulah aku mengerti
bahwa ternyata Wati disuruh ke Kota untuk menutupi aib keluarga, karena Wati telah hamil oleh
benih Ayah. Watipun terkejut mendengar penjelasanku. Wati baru sadar bahwa Ayah telah
membuangnya demi menjaga nama baik Ayah.

Akhirnya, Aku dan Wati menyusun sebuah skenario bahwa Wati adalah istriku, dan mengatakan
kepada pemilik toko bahwa kami telah dinikahkan waktu di kampung. Dengan skenario itu, sang
pemilik toko mengizinkan aku dan wati tinggal bersama menjaga toko dan sekaligus menerima Wati
juga bekerja di tokonya itu.

Beberapa hari sejak Wati tinggal bersamaku, tanpa disangka Wati kembali datang bulan. Namun
karena skenario yang kami rahasiakan, akhirnya kami terus menganggap bahwa kami adalah
sepasang suami istri. Kami selalu melakukan hubungan suami istri hanya sekedar untuk saling
memuaskan hasrat birahi dalam diri kami. ********

Cerita Sex - Menantuku Perkasa

Setelah kematian putriku dalam kecelakaan lalu lintas, aku sangat bersedih. Suami
putriku yakni menantuku juga sangat sedih. Dia tak mau meninggalkan rumah.
Alasannya, siapa yang mengasuh anak mereka yang masih berusia 1 tahun sementara
keluarganya nun jauh di Kalimantan? Akhirnya, menantuku Hasan tinggal bersama
dengan kami. Sebagai putri bungsu yang meninggal, tentu tiga anakku yang lain sudah
berumah tangga semua sudah berpisah dari kami. Tinggallah aku, suamiku dan
menantuku serta cucu yang ditinggal pergi oleh putriku.

Kami sudah membujuk Hasan untuk menikah lagi dan kami mengikhlaskan agar dia
menikah lagi agar ada yang mengasuh anak mereka. Tapi menantuku Hasan
mengatakan, dia takut, kalau ibu tiri nanti anaknya akan tersia-siakan. Dia bersedia
menduda sampai anaknya SMP dan sudah bisa dimasukkan ke asrama untuk sekolah
dan sekali dalam seminggu bisa dijemput dari asrama sekolah. Kami pun senang
mendengarnya, karena dia menantu yang setia dan sayang pada anaknya, yakni cucu
kami. Terlebih suamiku sangat sayang pada cucu kami.

Semakin lama menantuku tinggal di rumah kami, aku sendiri tak mengerti entah setan
mana yang membuatku jadi tertarik padanya. Tubuhku yang mungil, kecil mampu
melahirkan anak-anak yang sedikit lebih tinggi dariku, karena mereka mengikuti gen
papanya. Tapi menantuku Hasan jauh lebih tinggi dari suamiku. Aku juga kasihan
melihatnya yang selalu termenanung dan menyibukkan diri dengan pekerjaan agar dia
bis amelupakan almarhumah putri kami Saya dan suami akhirnya menyayangi Hasan
seperti anak kandung kami sendiri, terlebih sikap sopan santun Hasan yang begitu baik
dan lemah lembut, baik dalam bertutur kata maupun bersikap.

Saat suamiku memeriksa perkebunan sawitnya, dia biasanya pergi dua hari dalam dua
minggu sekali. Saat itu, Hasan olahraga di pekarangan rumah kami yang dipagar
tembok tinggi. Dia membuka pakaiannya dan memakai celana pendek yang ketat.
Biasa dia melakukan itu, tapi selama ini tidak membuat getaran dalam hatiku. Kali ini,
ketika aku meletakkan air putih di meja kecil dekat taman, aku melihat semua oitot-
ototnya dan aroma keringatnya membuat diriku jadi bernafsu. Hasan pun melap
tubuhnya dengan handuk sampai bersih.

"Bentuk tubuhmu baguis sekali San," kataku memuji, karena memang benar demikian.
Hasan tersenyum.
"Mama juga cantik," katanya memujiku pula dan membuat aku merasa melambung
tinggi. Aku merasa pujiannya sangat benar, karena aku baru saja luluran dan merawat
wajahny dan tubuhku di saloon. Kai duduk di taman sementara baby sitter menjaga
cucu kami dan bermain di lantai atas. Sebentar-sebentar dengan nakal matanya meliirik
ke pahaku dan sesekali ke dadaku. Aku jadi risih sebenarnya, tapi lirikannya entah
kenapa membuatku senang dan banga. Aku yakin dia sedang mengagumi tubuhku.
Sementara suamiku tidak pernah lagi mengagumi tubuhku, sementara aku begitu
menjaga kebudatran tubuhku walaupun usiaku sudah 51 tahun.

Aku semakin yakin, saat aku melihat ke selangkangannya, jelas terlihat olehku ada
benjolan besar. Aku yakin dia sedang ereksi. Aku semakin bangga, karena Hasan bisa
ereksi karean tubuhku yang masih cantik dan seksi. Aku pun tersenyum. Eh.. taunya
Hasan juga tersenyum menatapku.
"Mama masih tetap cantik," katanya.
"Ah kamu ini ada-ada saja. Kan mama sudah tua," kataku.
"Tapi mama tetap cantik. Andaikan mama bukan mertuaku, akyu masih mau menikahi
mama, katanya dengan penuh santun. Dadaku bergetar mendengar ucapannya.
"Ah... kamu..." kataku seperti mengatakan pada diriku sendiri.

Hasan pun mendekati diriku dan dia duduk satu kuris denganku di kursi panjang. Lalu...
tiba tiba dia memelukku dan mencium bibirku. Beguitu cepat gerakannya dan bibirku
sudah berada dalam kulumannya. Oh... kenapa aku tidak melawan dan memarahinya.
Kenapa aku menerima begitu saja dia mengecup bibirku dan mengulusnya dan
mempermainkan lidahnya dalam mulutku. Aku.

Aku tertunduk setelah dia mengecup bibirku dan waku merasakan wajahku jadi panas.
Mungkin memerah atau merona.
"Mama cantik.." bisiknya antara kedengan dan tidak. Aku diam saja. Aku bangkit,
kemudian berjalan menuju rumah karena aku sangat malu. Begitu memasuki rumah
aku tak sadar, kalau Hasan mengikutiku dari belakang. Rumah yang sepi, membuat
Hasan lebih leluasa. Aku dipangkunya. Diangkatnya tubuhku, seperti latyaknya dia
mengangkat sekilo kapas saja dan aku dibopongnya ke kamar tidurnya di bagian
belakang rumah kami. Sepertinya aku terpukau dan tak bisa mengatakan apa-apa
bahkan tidak melawan sama sekali, bahkan aku seperti kerbau yang dicucuk hidunya.

Di ranjangntya, aku ditelentangkan, kemudian dia menciumi bibirku dan menjilati


leherku. Aku sudah pasrah dan menyerah saat pakaianku dipretelinya. Pentil tetekku
pun sudah berada di dalam kulumannya sementara tangannya mengelus-elus
vaginaku. Akua benar-benar tak tau harus berbuat apa-apa lagi. Aku menikmatinya, tapi
haruskah kejadian ini berjalan lebih jauh lagi? Bukankah dia menantuku, suami putri
bungsuku. Tidakkah aku menghianati putriku sendiri dan menghianati suamiku? Oh....

Lidahnya sudah menjalar kemana-mana, di perutku di pentil tetekku, di perutku dan


sudah mendarat pula di celah bibir vaginaku dan sudah pula mempermainkan klitorisku.
Oh.... aku menggelinjang. Aku sudah lupa pada cucuku, pada baby sitter yang
menjaganya, pada suamiku yang sedang memeriksa kebun sait dasn para almarhumah
putriku. Aku sudah berada entah dimana. Aku sudah basah.

Saat itu, Hasan mengangkangkan kedua kakiku, kemudian dia menindihku dan
menusuk vaginaku dan kontolnya sudah bersembunyi dalam kemaluanku. SDaat itu
tengkukku dia tarik akhirnya aku berada dalam pangkuannya. Kedua kakiku
mengangkangi kedua kakinya yang rapat, sementara kontolnya tetap berada dalam
vaginaku.

Aku merasakan ujung kontolnya sudah menyentuh bagian tubuhku di dalam vaginaku
yangterdalam. Hasan memelukku dan sebelah tangannya memegang buah pantatku.
Teteku demikian lengket ke tubuhnya dan perlahan-lahan dia mengerakkan pantatku
agar kontolnya bisa keluar masuk dalam vaginaku. Aku tak mampu membendung rasa
nikmatku. Sadar atau tidajksadar akhirnyaq aku sendiri menggerak-gerakkan pantatku
mengeluar dan memasykkan ****** Hasan dalam vaginaku. Kedua tanganku melingkar
ditengkuknya dan dia terus menjilatileherku.

Sampai akhrinya kami sama-sama terkulai lemas setelah kami sama-sama orgasme.
Aku menarasakan sangat puas sekali. Selama ini, aku tidak tau apakah aku pernah
orgasme atau tidak, tapi yang jelas aku bisa hamil. Begitu nafas kami sudah teratur
kembali, Hasan memakaikan pakaianku satu persatu, myulai dari celana dalamku, Bra
dan pakaianku selengkapnya. Aku tak pernah diperlakukan manja seperti ini oleh
suamiku sendiri. Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubu8han kami secara
sembunyi-sembunyi dan sangat rahasia.

       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks
dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis,
cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita
ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan
Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17
tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini
Cerita Dewasa Sepupuku Lisa
Posted by Cerita Dewasa 0 comments

Kisah ini adalah kisahku sebenarnya. Dalam cerita ini aku buat nama-nama tokoh kisah ini dengan
nama yang berbeda, karena aku takut orang yang bersangkutan dengan cerita ini mengetahui,
makanya aku buat demikian. Kisah ini adalah pengalamanku sebenarnya yang terjadi sekitar bulan
januari 1982 dimana namaku (tokoh) dan tempat kejadiannya kurubah. Jika ada di antara pembaca
merasa terbawa dalam kisahku ini aku mohon maaf kepada saudara/i. Sebelumnya aku perkenalkan
diriku dulu. Namaku Sultan, wajahku lumayan lah. Kata teman-temanku, aku tampan. Itu kata
mereka, kalau menurutku, aku biasa-biasa saja. Aku anak dari seorang pejabat. Papaku bekerja di
suatu kantor pemerintahan, waktu itu ayah menjabat sebagai wakil walikota.

Awal kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang
nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.Kringg.. kring.. suara bel berbunyi itu
membuat aku terkejut.Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri
menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya
cantik dan sedap dipandang mata.Aku bertanya, Cari siapa dik..?Dia balas dengan bertanya,
Benarkah ini rumah paman Rizal..?Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama
papaku. Kemudian aku bertanya lagi.Adik ini siapa?Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis
sekali, lalu aku jawab, Benar, ini rumah paman Rizal, sambungku lagi.Dan sekali lagi dia tersenyum,
manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.Aku bertanya lagi, Adik ini siapa sih..?Sambil terseyum
dia memperkenalkan dirinya, Namaku Lisa, kata-katanya terhenti, Aku datang kemari disuruh mama
untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.Oh iyah.. aku sampai lupa mempersilakan dia
masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.Silakan masuk, kataku.Aku persilakan dia masuk, Kan
ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia
masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang
dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?
Hihihi.. dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.Kalau ngga salah, pasti abang ini bang..
Sultan yah? sambungnya.Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, Kog adik tau
nama abang?Lalu dia tertawa lagi, Hihihi ..tau dong.Masa abang lupa sama aku? lanjutnya. Aku
Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria, celotehnya menjelaskan.Aku terkejut, ..ah.. jadi kamu anaknya
tante Maria? tambahku.

Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku
masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu
kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu
aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun. Sekembalinya dari Autralia aku tidak pernah ke rumahnya
karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat
2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.Lalu kubertanya kembali
menghamburkan lamunanku sendiri, Bagaimana kabar mamamu? tanyaku.Baik
jawabnya.Kamudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya
untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.Lalu aku balik bertanya dengan
penasaran, Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?Dia menjawab sambil tersenyum manis nan
menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

Tiba-tiba dia bicara, Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.Aku jadi salah
tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut
kata-katanya, Ternyata tante Maria punya anak cantik juga. dia hanya tersenyum saja.Paman Rizal
kemana bang? dia bertanya membuka keheningan.Belum pulang kerja. jawabku.Hmmm
gumamnya.Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang! memastikan.Iya oke. jawabku
pasti.Jangan lupa yah..! lebih memastikan.Iya.. aku tegaskan lagi.Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit
dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama. jelasnya. Pamit yah bang!
tambahnya.Oke deh, mengiyakan. Hati-hati yah! sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek
umumnya.Dia hanya tersenyum menjawabnya, Iya bang

Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan
mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.Waduh buat apa itu tadi? tanyaku
bodoh. Dia hanya tersenyum.Abang ganteng deh, jelasnya sambil melepaskan pegangan
tangannya.Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap
tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja,
memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna. Balas dendam pikirku. Karena kepalang
keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik
kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.

Mumpung rumah sepi kesempatan nih.. pikirku dalam hati.Aku memberanikan diri untuk lebih lagi
dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.Dia
mendesah, ..ahh..hem..Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya.
Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai
tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga
terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir
dapurnya kira-kira 61.Seperti penyanyi saja, gumamku dalam hati.

Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus.
Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya
aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung
dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum. Aku dengan rakusnya meremas
dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai.
Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna
putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba
dia menepis tanganku.Jangan bang..! Jangan bang..! dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki
setan tidak ambil pikir.Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang.
Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis
tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa
dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya
dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia
sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja
tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran. Sudah tidak tahan
ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya.
Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga
dia meyilangkan kakinya ke leherku.Ahh.. ohh.. yaa.. desahnya.Kumasukan jari tanganku satu dan
kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku
terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh.. terdengar suara desahya.Aku terus hisap sehingga timbul suara yang
entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa
nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di
hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau
keluar.. desahnya.Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr.. dia lemas.
Ternyata dia sudah klimaks.Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku,
kejantananku kira-kira 18 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke
arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan.
Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak
juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi,
hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

Aduh.. sakit bang.. sakit.. rintihnya.Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi
gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk
meyodok (seperti permainan bola billyard). Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi
ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala
kejantananku bisa masuk dia merintih.Aduh.. sakit bangTahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit
kok.. cuman sebentar aja sakitnya bisikku di daun telinganya.Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya
masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.Slupp.. blesss.. dan
akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan
sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya,
kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata
dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang.. pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan
pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.Auoohhh..
ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang! kakinya dililitkan ke leherku.Ahh.. yaa.. rintihnya lagi, terus kusodok
agak keras.Selupp.. selup.. suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam
hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-
kata.Yahh.. aouuhh yahh.. suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.Bang.. enak bang. kusodok
terus.Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang.. dia terus berkicau
keenakan, oohh.. yahh aouuhh.. yaa.. i coming.. yes.. terus dia berkicau.Entah apa katanya, aku
tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat.

Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-
henti.Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang.. dan, Slerrrr dia keluar, terasa di kepala
ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, Yahh..
aouuu.. yahh.. ada denyutan di kepala ucokku.Yahh.. ahhh.. aku keluar, kutarik ucokku keluar,
kuarahkan ke perutnya.Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu
kukecup keningnya.Terima kasih.. aku ucapkan.Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata
darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi
bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik
bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.Aduh.. gumamnya karena masih agak
sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. Ahh.. aouhhh.. yaaa.Crottt..
croottt.. crottt.. kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.Kami terus bermain sampai 3
kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan
mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.Terima kasih yah bang, aku tersenyum saja dan
aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, Kapan-kapan kita main lagi yah!Dia
hanya tersenyum dan, ..iya, jawabnya.Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan
rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa
melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di
selangkangannya.Oh nikmatnya dunia hari ini. pikirku dalam hati sambil menutup pintu.
Jika anda ingin berkenalan denganku tetapi khusus cewek, silakan e-mail aku.

Sexs dengan pembantu ?? boleh juga .


Aku berusia 21 tahun saat ini, Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut
sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari
rumahku. Orang tuaku memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa
mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tuaku inilah yang menjadi ‘pemeran utama’
dalam ceritaku ini.

Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya
ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny berumur 22 tahun,
dia masih belum bersuami. Wajahnya sangat cantik, bahkan giginya menggunakan behel, Yang
menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang
bulat dan dada berukuran 36B. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan
kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang
sudah agak mekar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah,
kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah
semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari
rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk
sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.
Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.
Kutanya Enny, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”
“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Enny.
“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.
“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”
“Oooh” sahutku pendek.
“Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat
tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.
“Ini Pak, sayur sop”
Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Enny.
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,
“Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?”
“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”
“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En”
“Lain gimana sih Pak?” tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi
tepos”
“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.
Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu
di kompor.
“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku
meraba pinggulnya.
“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku
meraba pinggulnya.
Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku ‘apa-apain’.
Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh,
rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang
terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat
Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.
“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.
“Ini namanya sonny En, sodokan nikmat” sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor, dan dia
bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat
sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak,
tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya
ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati
remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu),
dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit
dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan
sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Enny).
Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun
menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,

Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”


Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Enny sudah lama
lho pengen ngerasain punya Bapak”
“Kok nggak bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan
tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan
padat sekali. Rupanya Enny tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku
satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku
hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar
lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun
ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang
semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.
Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi,
kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa
padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan
lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat
keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya
tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Enny.
Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir
tersebut. Warnanya kemerahan.
“Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu” Kata Enny.
Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan
bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat,
karena ketebalan bibir vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya.
Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.
“Enny, memek kamu indah sekali, sayang”
“Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.
“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium
dan menghirup aroma dari vagina Enny.
“Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan” Kata Enny.
“Pak Irwan mau kan?”
“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke
vaginanya kembali.
Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan
lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke
lubang anusnya.
“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”
Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya,
sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Enny nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha
Enny menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah.
Enny sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan vaginanya
kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan
Enny sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima
kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti
menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala
kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi
yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak
sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin
membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan
mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang
kemaluanku.
“Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?” pinta Enny.
Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku.
Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia
menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian
dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp..
sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny memejamkan matanya, dan menikmati
penetrasi kemaluanku.
Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus berjuang keras untuk
memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Enny. Ketika
kutekan agak keras, Enny sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong
Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai
akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.
Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia
terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga
yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot
kemaluanku!
Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat
gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah
gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam
vaginanya. Enny merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya
yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir
tidak bertahan.
Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang ternyata ada ‘empot
ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu,
dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.
Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang
sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak
pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.
Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat
indah itu.
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny. Setelah 15 menit
kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan
di kepala tititku.
“Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Enny.
“Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin
dong genjotannya Pak” pinta Enny.
Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu, Enny
mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis,
ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama
lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.
“Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang”
Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil
memeluk erat tubuhku.
“Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh”.
Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya
mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu,
keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.
“Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.
“Pak Irwan suka memek Enny?”
“Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami berpagutan.
“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Enny.
“Jauh lebih enak kamu sayang”
Enny tersenyum.
“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan”
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi
kekasih gelapku.

Cerita sex-NGESEX dengan Penjual jamu

Hai, nama saya Andi. Ini kisah saya liburan ke ke rumah ortu saya di suatu kabupaten
yang terletak di lereng pegunungan karena lagi libur pergantian semester di universitas
saya. Tetapi pembantu saya yang biasanya saya jadikan pelampiasan nafsu saya, Paini
(baca “Paini, Pembantu Pemuas Nafsu” dan “Nikmatnya Tidur Dengan Pembantu dan
Baby Sitter“) sedang pulang kedesanya karena mbahnya sakit. Tapi jangan khawatir
para pembaca, karena kali ini saya tidur dengan seorang penjual jamu keliling
gendongan.

Pada saat itu saya sedang duduk-duduk di teras sambil menghirup udara segar tidak
seperti di bandung yang sekarang sudah mulai tercemar polusi. kemudian setelah
berselang beberapa menit, kemudian ada seorang wanita menggunakan capil (topi
bambu berbentuk kerucut yang biasanya dipakai petani) dan menggendong sebuat
bakul yang berisi botol-botol bekas syrup. Mukanya tidak kelihatan karena ditutupi capil
coklatnya tapi terlihat dari tanganya kalau dia berkulit putih. mungkin karena saya lama
memerhatikanya dia kemudian dia masuk dari pagar yang terbuka dan masuk keteras.
“jamunya tuan…..”
kemudian dia membuka capilnya. terlihat seorang wanita yang kira-kira berumur 28
tahun. mukanya cantik sekali, putih mulus dan tak satupun jerawat hinggap di wajah
cantiknya.
“jamunya ada apa aja mbok”
“ada jamu kuat, encok, pegel linu, cekot-cekot, asam urat dst. (macam-macam sampai
pusing mendengarkanya)”
“waduh maaf mbok, saya nggak sakit”
“oh… kalau begitu minum jamu ini aja mas, ini buat sehari-hari supaya tetap sehat”
“ya udah deh mbok, yang itu aja…”
kemudian dia mengeluarkan sebuah gelas kaca dan mulai tanganya mengambil
bermacam-macam botol dan menuangakanya ke gelas itu seperti bartender. Saya diam
diam meliahatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. rambutnya yang hitam panjang
dan lurus menghiasi wajahnya yang bersih itu. dan terlihat badannya sangat sintal dan
langsing singset dan kaki putihnya yang tidak ditumbuhi bulu-bulu. Terlihat dia sangat
merawat dirinya. mungkin dirinya rajin minum jamunya itu. dari atas melihat gundukan
payudaranya dibalik bajunya. terlihat payudaranya yang SANGAT BESAR dan kencang
itu. rupanya dia tidak menggunakan BH. tapi tetap saya kesulitan melihat putingnya
karena bajunya ketat. tapi putingnya pun tidak terlihat karena bajunya tebal
“ini mas jamunya”
“triam kasih”
kemudian saya minum jamunya sedikit demi sedikit sambil melihat wajahnya yang
cantik itu sambil berbincang-bincang
“waduh mbok, jamunya enak banget”
“trima kasih mas…”
“andi, nama saya andi. nama mbok siapa”
“nama saya Sumirah”
“panggilanya siapa mbok sumirah?”
“terserah mas”
“kalo manggilnya mbok mirah boleh nggak?”
“boleh mas, tapi jangan panggil saya mbok, saya kan belum nenek-nenek(tertawa
kecil)”
“iya mirah kamu masih muda, cantik lagi”
“ah mas bisa aja deh”
“pasti suami kamu pasti senang sama kamu” ucapan ini tersirat untuk menanyakan
statusnya karena biasanya disini orang kawin pada umur 20 tahunan
“saya belum kawin mas”
“ohh begitu toh”
“ngomong-ngomong mirah sudah jualan jamu sejak kapan?”
“sudah 7 tahun”
“ohh gitu toh mbak, oh ini mbak sudah habis”
kemudian saya memberikan gelas kepadanya
“3000 mas”
kemudian saya berdiri dan mengambil dompet saya di kantong dan mengambil
selembar 5000 an
“ini mbak”
kemudian saya menyenggol tanganya. halus sekali.
“ini mas kembalianya” kemudian saya menyenggol tanganya kembali
kemudian dia pergi dan menjajakan ketempat lain.
kemudian keesokan harinya saya ingin bertemu dia lagi sehingga saya kembali
menunggu di teras rumah di pagi hari. cukup lama saya menuggunya sekitar setengah
jam. tapi ujung hidungnya belum tampak juga. kemudian saya masuk kerumah.
kemudian sekitar 3 jam kemudian terdengar sebuah ketukan di pintu depan. kemudian
saya buka pintunya dan ternyata yang datang rupanya si mirah.
“mas andi, jamunya lagi nggak?”
“wahh… dari tadi sudah saya tunggu-tunggu kok nggak datang”
“iya mass tadi saya lagi nganter anak saya ke sekolahan”
kemudian saya bingung, “belum kawin kok punya anak sih?” gumamku
kemudian saya ajak ke dalam rumah saya
“ayo mbak masuk aja”
“trima kasih mas”
kemudian dia langsung masuk kerumah saya dan melepaskan sendal kumalnya di
depan
“eh mirah jangan dibuka sendalnya!”
“nggak papa mas nanti ngotorin lantai mas aja”
kemudian dia masuk kerumah dan duduk beralas ubin
“em mirah kok duduk disitu sih”
“kan kebiasaan saya begini mas, masa tukang jamu duduk di kursi, kan nggak sopan?”
“ini kan di ruang tamu jadi nggak apa-apa ayo duduk”
kemudian dia duduk di sofa.
“nah gitu dong nanti kalo duduk di lantai masuk angin lo…”
“iya mas”
“oh ya mirah, kemarin minumanya bikin saya sehat dan bertenaga”
“maksih mas, mas mau minum itu lagi?”
“iya mirah”
kemudian dia mulai meramu minumannya. tapi perbincangan kami membuatnya
berhenti sebentar-sebentar
“mirah, biasanya yang laku itu jamu apa?”
“oh, biasanya jamu buat perempuan sama jamu kuat mas”
“jamu buat perempuan itu apa aja?”
“jamu pembesar dan pengencang payudara dan pantat, kulit putih dan mulus & jamu
rapet mas. biasanya pagi-pagi saja sudah laku mas”
rupanya menedengar begini saya penis saya sudah berdiri separo
“oh gitu toh, pantesan yang punya cantik sekali”
“ah mas bisa aja deh” katanya tersipu malu
“abis itu tetek kamu juga besar, pasti sering minum jamunya ya”
“ah mas ngga enak loh didengar orang”
“tenang mbak santai saja di sini cuman kita berdua, tapi yang tadi beneran lo mbak”
“oh itu gara-gara saya harus minum tiap hari”
“kok harus?”
“iya karena kalau rasanya beda berarti racikanya beda mas jadi hasilnya juga beda
mas”
“oh gitu toh, ngomong-ngomong tadi mbak ini janda ya?”
“nggak mas”
“ngangkat anak angkat?”
“nggak mas, kok pertanyaannya seperti itu sih?”
“anu mbak saya bingung kok katanya nganter anaknya tapi belum nikah”
kemudian dia menumpahkan air jamunya ke lantai
“maaf mas nggak sengaja”
“enggak saya yang minta maaf saya lancang, saya mau ngambil pel dulu”
kemudian saya mengambil pel lantai di sudut ruang dan membawanya ke ruang tamu
“udah mas saya aja ngelap”
sebetulnya saya ogah-ogahan jadi langsung memberi pelnya ke mirah
“ini mirah”
kemudian dia langsung menjongkok di hadapan saya dan mengelap. ini adalah
kesempatan emas melihat payudaranya. maju mundur maju mundur terlihat bukitnya
bergoyang dengan indah tapi tetap putingnya tidak kelihatan tapi melihat separuh
dadanya sudah cukup bagiku.
kemudian setelah itu dia kembali meramu jamunya
“sebetulnya begini mas, kisahnya memalukan mas… saya pacaran di desa terus main
gituan sama dia, tapi dia melarikan diri”
“waduh maaf mirah kalau begitu”
“udah mas nggak papa, semuanya sudah terjadi nggak bisa kembali, lagipula ini juga
salah saya, ini mas jamunya”
“ya makasih”
kemudian saya mengambil gelas penuh jamu itu dari tanganya
“saya jadi kepikiran mas”
“udah mas, itu kan masa lalu”
kemudian saya meneguk jamunya kembali
“mas emang udah pernah main gituan ya?”
“ya, emang kenapa?”
“nggak mas emang nggak takut hamil”, rupanya gadis ini gapsek (gagap seksual)
“mas kan punya ilmu biar nggak hamil”
“ah mas bisa aja deh…”
“betulan, mas nggak bohong”
“trus kesakitan nggak mas?”
“enggak, malah mau lagi”
“ah mas bohong ah”
“iya betulan”
“mas keliatan bohongnya, buktinya dulu saya begituan sakit”
“emang sama mantan pacar kamu diapain?”
“dulu pacarku pernah remas-remas itu saya, sakit mas, terus dia nunjukin itunya, saya
ngeri mas ada bulunya kriwil-kriwil hiii”
saya tertawa mendengar ini
“terus gimana mbak?”
“dia masukin itunya ke ini saya mas, perih banget mas trus pas dikeluarin ada darahnya
mas, trus saya juga pernah ngeliat orang begituan mas di mobil, pas dicium dileher,
perempuanya mangap-mangap mas, trus lehernya merah mas.saya jadi takut padahal
ibu-ibu yang beli jamu suka ngobrol katanya sama suaminya begituan senang banget”
“itu tandanya perempuanya keenakan rah , terus yang dikatain ibu-ibu itu bener rah”
“tapi kok saya sakit, apa saya kelainan mas?”
“nggak, kamu nggak kelainan, pacar kamu yang kelainan, mas bisa buktiin kalo
begituan itu enak”
“nggak ah mas, nanti anak saya jadi dua deh, susah mas”
“lho… kan tadi mas sudah bilang, mas kan punya ilmu biar nggak hamil”
“bukan ilmu hitam kan mas?”
“iya dong, gimana, mau nggak?”
“nggak mas, trima kasih nawarin”
“eh mirah, mas nggak nawarin dua kali lho, mas janji kamu nggak hamil dan nggak sakit
seperti yang kamu lakuin sama pacar kamu”
“gimana ya mas”
“udah bilang ya aja susah banget, mas bikin kamu keenakan bahkan mau lagi”
“tapi mas janji ya, kalo nggak mas saya laporin ke polisi lo mas”
“iya”
kemudian dia mengangguk-angguk kecil. berarti sudah ada lampu hijau buat saya.
kemudian saya mendekatinya dengan duduk di sampingnya. saya berusaha
mendekatinya. tapi iya bergeser menjauhiku terus-menerus, tapi akhirnya dia dipojok
juga.
“rah, kalo kamu minggir terus, kamu nggak dapat enaknya nanti”
“saya ndredeg (deg-degan) mas”
“kalo gitu kamu merem ya”
kemudian dia merem. saya mendekatakan bibir saya ke mulutnya. kemudian saya
mencium bibit merekahnya itu kemudian setelah itu saya melepaskan bibir saya
“gimana rah?”
“enak mas”
“ini ada yang lebih enak, caranya nanti mulut kamu kebuka terus lidah kita ketemu”
“ih mas jijik”
“kamu kan belum rasain, kamu coba dulu, pas ti ketagihan”
kemudian dia membuka mulutnya. kemudian saya memiringkan kepala saya dan
mendekatakan kepala saya dan kami melakukan french kiss. “hmpphh…hmpph…”
katanya yang membuatku bergelora. rupanya tanganya mendorong keras punggungku
seakan-akan tidak ingin melepaskanku. kemudian terasa juga payudaranya dan
putingnya di dadaku. konstan penisku naik dan sudah menempel di pinggangnya di
balik bajuku. tanganku juga dipunggungnya juga merayap-rayap dan tangan saya surun
ke bokongya yang bulat itu.
tak puas dengan bibir sensualnya itu, saya naik ke kupingnya. kupingnya saya gigit-gigit
kecil dan lidah saya dengan nakalnya saya masukan kelubang telinganya. tercium
aroma samponya.
“mas, geliii mas uhh sshhh ahhh”
cukup lama saya bermain dengan kupingnya kemudian saya turun ke lehernya dan
menggigit kecil lehernya
“hmmpph ahh…uhh…”
desahanya berulang kali dan makin lama makin keras. tangan saya yang tadi di
pantatnya sekarang sedang membuka kancing bajunya.
“sshhh mas apa-apaan nih ahh uhhh jangan mas ochhh”
tetapi saya terus melanjutkannya sambil menggigit-gigit kecil lehernya. kemudian
setelah membuka kacaningnya. FANTASTIS! tertampanglah sebuah sepasang buah
dada sempurna!, tidak menggantung, bulat,besar montok seperti buah semangka yang
sudah siap untuk dipanen. lebih besar dari punyanya paini. kemudian saya turun di
dadanya dan membenamkan muka saya diantara dua bola basket itu dan kedua tangan
saya memegan dua payudara itudan menjepitkan muka saya. ohh enaknya, muka saya
seperti dipijit-pijit. kemudian setelah itu saya mulai meremas-remas payudaranya
“ochhh… mass geli aduh ahhh…” katanya bertubi-tubi. kemudian saya mulai mengemut
payudara kananya dan tangan kiriku melemas gunung satunya. saya mulai menggigit
putingnya yang sudah menegeras dan menyedot payudaranya dengan kekuatan vacum
cleaner “mas ngilu ahh… enak… terus mas ouch ouch” desahanya sambil
menggelinjang tak karuan. setelah cukup lama kemudian saya berpindah kepayudara
kirinya dan sekarang tangan kanan saya mulai meremas payudara kanannya yang
bahsah terkena air liuruku. bedanya di payudara kiri terasa lebih keras dari pada yang
kanan. saya pun bersemangat. kemudian setelah itu kedua tangan saya turun lagi dan
menurunkan resletingnya di belakang. kemudian setelah itu saya melepaskan
kancingnya dan terlihatlah sebuah pemandangan yang nggak kalah serunya sama
bukitnya. Terlihat pahanya mulus tak berbulu dan saya mulai mengelus-elus kedua
tangan saya di pahanya. rupanya dia kegelian “mas geli mas uhh” katanya sambil
bergoyang. setelah itu saya menurunkan celana dalamnya yang berwarna merah muda
dan ada simbol talinya berwarna merah yang terlihat sudah basah di depannya.
“mas jangan mas”
tapi tidak saya hirau kan perkataanya dan saya turunkan CD-nya dan tertampaklah
sebuah vagina yang sudah basah dan menggembung dan pink merekah serta dihiasi
asesoris bulunya yang tipis dan haitam itu dan setelah itu hidungku saya benamkan di
lubanganya itu
“eh mass mau diapain ahhh mas geli mass uhh… ouch… ouch…” dan saya gesekan ke
atas dan ke kiri. setelah itu, giliran lidah saya yang beraksi. saya memasukan lidah saya
dan menggerayapi vaginanya. dia berdesah lebih keras lagi “mas ach..ach terus mas”
katanya sambil menjambakku. kemudian akhirnya saya menemukan klitorisnya.
desahan nya lebih keras lagi. “mas terus mas jangan stop mas terus ahhhhh ahhhhh”.
kemudian setelah beberapa menit, “mas mau keluar mas” kemudian setelah berselang
beberapa detik dia memuncratkan cairanya ke muka saya
“mas maaf nggak sengaja”
“nggak papa kok”
kemudian saya yang saat itu masih berpakaian lengkap saya buka sampai telanjang
bulat. rupanya ia ngeri punya saya yang dihiasi bulu bulu hitam
“mas saya takut mas…”
“udah, nggak papa kok, sekarang kamu emut konthol saya”
“di emut mas?”
“iya diemut”
“enggak mau mas”
“lho kan tadi saya emut itu kamu masa kok saya yang diemut kok nggak mau”
“jorok mas, kan itu buat pipis”
“tenang rah, saya kalo cebok selalu pake sabun, terus jembutnya saya sampoin kok,
tenang aja rah”
kemudian dia mulai mendekatakan mulutnya dan dia masih taku
“ayo rah, pegang punya saya”
“iya mas”
tetapi tanganya hanya di keatas kan, tapi tidak menyentuhnya, karena tidak sabar, saya
menggapai tanganya dan langung mendekatkan tanganya ke penisku dan saya tuntun
tanganya untuk mengocok penis saya. kemudian kepalanya saya pegang dan saya
dekatkan ke penis saya. enak sekali rasanya, meskipun awalnya rada sakit (kena
giginya) tapi kemudian teratur, begini rasanya dikocokin sama orang yang biasa
megang botol jamu jadi kocokanya lebih enak dan nyaman seperti pengocok
profesional, maju mundur maju mundur gerakanya sangat sempurna. “ahh mairah
terus, kamu pintar ahh terus mirah uhhhh” saking enaknya. dan beberapa menit
kemudian “mairah saya ingin keluar dan akhirnya “crruuut” saya mengeluarkan mani
saya dimulutnya kerena lupa memberitahukannya.
“mas kok di mulut saya sih mas?, kan jijik tauk…” katahnya sambil membuang mani di
mulutnya
“udah di telen aja”
“mas jangan sembarangan dong, masa ditelen?”
“kamu tau nggak, itu isinya protein semua, bahkan khasiatnya bisa ngalahin jamu
kamu”
“ah mas kerjaanya bohong”
“mas nggak bohong, betulan kok”
“kalo tau gitukan nggak saya buang mas, kalo gitu sekali-sekali dimasukin botol aja mas
biar buat campuran jamu saya”
aneh-aneh saja mirah ini
“mirah tolong bikinin jamu penambah tenaga biar mas kuat”
“iya mas”, kemudian dia mulai mengeluaran gelas dan mulai meramu lagi. saya pun
tidak tinggal diam. saya duduk dibelakangnya dan kedua tangan saya memilin-milin
putingnya
“mas, nanti tumpah loo”
tapi tidak saya hiraukan malah saya sambil cium tengkuknya
“mas geli mas mau tumpah lo mas”
kemudian setelah itu jamunya jadi saya suruh mirah memasukannya ke mulutnya tapi
tidak ditelan kemudian setelah itu saya suruh berbalik badan dan kemudian kami french
kiss lagi dan mentransfer airjamunya ke mulut saya. setelah jamunya habis saya telan,
saya meremas payudaranya. efeknya jamunya dahsyat, setelah beberapa detik
meminumnya, badan saya terasa panas dan penis saya berdiri lagi, urat-uratnya terlihat
lebih menonjol dibanding sebelumnya kemudian setelah itu saya suruh mirah untuk
tiduran
“mirah, kamu siap ya”
“iya mas. tapi janji beri saya kenikmatan tapi jangan beri saya anak ya mas”
“iya”
kemudian pertama kali saya menggesek-gesekan terlebih dahulu penis saya ke sekitar
lubangnya
“mas enak mas udah mass masukin saja mass ahhhhh”
kemudian saya mulai memasukin liang surgawinya yang sangat kecil itu, bayangkan,
saya meniduri seorang wanita yang meminum jamu rapet selama bertahun-tahun
padahal tidak pernah behubungan. pasti sangat kecil sekali dan mengalahkan lubang
orang perawan. tadi saja hampir tidak terlihat dibalik jembutnya. sehinggga saya juga
sedikit kesusahan karena terlau sempit tapi perlahan lahan saya akhirnya berhasil
memasukan seperempat dan perlahan-lan akhirnya penuh juga. setelah ful baru saya
oper ke gigi 6. dengan gaya konvensional, saya mulai menjalankan kontak sexual. “ah
ah ah uh mas och ouc yess ochhhh ahhhh terus mas ahhh” desahanya yang
mengundang birahi siapapun yang mendengarkanya. enak sekali dijepit dengan vagina
super sempit ini. enak sekali rasanya ahhh. melihat payudaranya yang juga bergerak.
menambah semangatku untuk memuaskanya, setelah sepuluh menit, saya minta
kepada mirah untuk berposisi doggy style. enak sekali, ini adalah posisi paling enak
dengan bakul jamu ini, tak lupa saya meremas pantatnya yang semok itu dan sesekali
memukulnya, dan tak lupa juga saya memegang rambutnya dan menariknya seperti
naik kuda “yes yess ah ah ah enak terus mirah” genjotanya RUARR BIASA pijatanya
yang memijat penisku enak sekali dan beberapa menit kemudian si mirah akhirnya
orgasme juga. setelah itu saya capek menggoyangkan pingang saya saya suruh mirah
sekarang untuk posisi woman on top. sambil tiduran yang mirah diatas saya sambil
bergerak keatas-kebawah tangan saya meremas payudaranya yang extra besar dan
extra empuk. beberapa menit kemudian saya ingat janji saya pada mirah, saya yang
juga ingin keluar langsung melepaskan penis saya dan melepaskan mani saya di lantai.
kami berdua mengehentikan permainan ini karena permainan kami cukup lama (40
menit) gara-gara pengaruh jamu kuatnya mirah bahkan mirah orgasme 3kali.
“gimana mirah, enak kan?”
“iya mas, betul kata mas”
“lain kali kalo kamu mau kamu tinggal ke rumah saya kalo sedang liburan kesini”
“iya mas, terima makasih ya mas”
“iya”
Kemudian kami saling bericiuman.
“mas, saya hampir lupa, jamu sehat sama jamu kuat jadinya 7000 mas” masih aja ingat
jamunya
“ini mirah kamu saya kasih bonus jadi 50 ribu” (disini uang dua puluh ribu saja sudah
dibilang banyak
Setelah ini kami sering kontak fisik dengan mirah baik dirumahnya (apabila anaknya
kesekolah) maupun dirumah saya dan tidak lupa saya kasih uang kadang-kadang buat
bayar sekolahan anaknya. kadang-kadang kami sering threesome dengan paini. ya
enak seperti saya threesome dengan ina(baca nikamtanya tidur dengan pembantu dan
baby sitter) tapi bedanya kalo saya three some sama paini itu “pertarungan antar Toket
gede”.
Demikian cerita saya kalau ada salah ketik saya mohon maaf
kalau anda berkenan saya akan menceritakan memanen anaknya si mirah (kalo anda
mau)
Ok kita langsung to the point aj..Waktu itu gw ad sparing basket d skolah gw sm
angkatan di bawah gw..selesai yang cowo2 maen giliran yg cewe...waktu itu gw
sengaja ngeliat yg cewe2 maen karena dinda juga jd tim basket sekolah gw
padahal temen2 gw yg laaen uda pada balik..pas dinda maen waah toketnya
gundal-gandul gak keruan pas dia lari apalagi..bikin gw ngaceng baru ngeliat gitu
doang..soalnya dari semua adek kelas gw yg keliatan paling "mateng" cuma
dinda seorang...selesai maen gw basa-basi dikit laah..waktu itu gw ngincer bgt
buat jd cowonya..

2 minggu berlalu..abis lama PDKT gw jadian sama dia..YES!dlm hati gw udah


mikirin mau gw apain nih cewe...sabtu pertama jalan sama dia gw bikin
target:cipokan (ciuman bibir). oke tnpa basa-basi pagi2 dia gw telpon "yang,ntar
jalan yuk!..tapi berdua aj yah" "boleh..tapi kmana?" katanya pake suara bikin
ngaceng "kita nonton aj mau ga?" "waah mau bgt aku uda lama ga nonton"
"yaudah ntar jam 5an kta jalan ya.." "sip de..aku tunggu lhoo..bye honey..love
you." "love you too" bales gw..

jam stngah 5 dia gw jemput.. hari itu dia keluar cuma pake baju t shirt superman
sama celana pendek ketat yg nampol bgt

jam 7 kita masuk bioskop..gw sengaja pilih film anak2 yg ga mutu supaya makin
asik gw ciuman di dalem..hehehe..baru sekitar 15 menit filmnya mulai gw udah
bisik2 ke dia"beib...aku sayaaang bgt sama kamu" "aku juga kok"katanya..setelah
itu gw pegang mukanya n gw arahin k muka gw.mukanya dr deket cantiik
bgt..muka putih mulus tanpa jerawat n tai lalat...langsung aj gw deketin bibir gw k
bibirnya..ternyata dia juga terbawa suasana n ikutan ngedeketin bibir gw..ga lama
bibir kita beradu dan saling bertukar liur..gw terus cium bibirnya pake kombinasi
lidah supaya dia lebih terangsang..gw jilat langit2 tenggorokannya gw gigit kecil
bibirnya sambil tangan gw ngeraba toket 32Bnya..keliatan bgt kalo dia keenakan
gw plintir2 pentilnya sambil bibir gw ga lepas dari bibir merah nan manis
punyanya.gw terus nyium dia sampe bibir gw sama bibirnya basah gara2 liur gw
jilat2 bibirnya dia bales jilat lidah gw.sekitar 10 menitan gw cipokan sampe ada
suara "EHM!! nak kalo mau mesum jgn disini!! ini tempat umum" kata bapak2 yg
bawa anaknya yg duduknya d sebelah gw pas.

Akhirnya gw keluar bioskop trus dinda merayu pake suara centil gitu
"yaaang..lanjutin yuk di mobil kamu..kamu uda ngaceng kan?"kata dia sambil
ngliatin titit gw yg emang udah ngaceng berat..tanpa pikir panjang langsung gw
iyain aj ajakannya....sampe d mobil kita duduk d jok blakang dan mulai
"bermain"..gw ngelanjutin cipokan yg d bioskop versi lebih
buasnya..hahaha..kedua tgn gw uda megang kendali di toketnya..gw remes2
pelan sambil gw puter ke kanan-kiri..bibir dia juga ga lepas dari bibir gw dia
masukin liurnya ke mulut gw pake lidahnya..gw kulum bibir merahnya dalem2 di
bibir gw trus gw gigit bibir bawahnya sampe turun ke lehernya trus gw cupang
sampe lehernya merah...ga kerasa tangan gw uda masuk k dalam BHnya dan
ternyata tgn dinda juga sibuk ngelepas celana pendek gw..tangan gw ngeraba
toketnya secara langsung..kulitnya mulus banget..ga lama celana beserta
boxernya uda copot..

Cerita Seks Remaja : dinda langsung megang tangan gw dari toketnya dan bilang
"gantian kali saay.." bibirnya pun terlepas dari kuasa bibir gw dan dinda langsung
menunduk ke arah titit gw yang uda mengeras "anjrit gede banget!!" katanya
"rasain dong..jgn ngemeng mulu" bujuk gw.. dia ngliat gw pake tatapan nakal ala
miyabi..dan gak pake babibu langsung di liurin titit gw pake liurnya supaya licin
trus diemut dlm2 titit gw sama dinda sambil dikocok2 pelan penis gw trus
dikulum naik turun sama dinda n kepala titit gw dijilatin..aagh rasanya maknyus
bgt..diulang lagi gerakan meengulum titit khas dinda trus diakhiri pake ciuman di
kepala titit..di dalem titit gw rasain ada yg mau keluar.."yaang mau keluar
nihh..kamu keluarin dong"gw bilang.."ahaha..kamu mau ya?mau aku jilat apa
cokilin aj?"tnya dinda "dua2nya aj"kata gw lg..lngsung aj dikulum lagi titit gw
sambil dikocok kenceng2 sama dinda..ga lama kmudian..croot crooot..sperma gw
membasahi mukanya yg lucu..abis itu dia bersihin sperma2 yg nempel di kepala
titit gw pake mulutnya...ahhh enaknya malam ini

3 hari setelah kejadian di atas..gw berencana ML sama dia..di rumah gw bokap lg


bisnis k beijing n nyokap lg pergi sama adek n tante gw ke singapore..d rumah
cuman ada pak supir,satpam n pembokat yg gw pikir ga bakal jd masalah..pulang
sekolah dinda nyamperin gw "gimana?jadi ga k rumah kamu?" tanyanya dengan
centil.."jadi doong..pas bgt lagi sepi.."kata gw..langsung aja gw ke mobil n
langsung on the way ke rumah gw..di tngah jalan dinda bilang "yakin nih gapapa
ga pake kondom say?" "enakan alami lagi" kata gw yang disambut dgn tawa
sama dinda "ahahaha..oke deh..cepetan dong makanya..aku uda ga sabar
niih.."katanya sambil agak2 mendesah..smpe rumah gw langsung ngasi duit
500rb ke pembokat gw..gw suru dia shopping sampe jam 7 malem kalo balik
sebelum jam 7 ntar gw ancem pecat..hahaha..hal yg sama berlaku buat satpam n
supir gw..dua2nya gw kasi 500rb juga..

Akhirnya d rumah ini tinggal gw sama dinda berdua..langsung aja di ruang tamu
gw cium dgn penuh nafsu..gw buka roknya dia buka celana gw..gw buka
kemejanya dia buka kemeja gw gw cabut BH nya n gw liat secara jelas toket n
pentilnya yg agak2 berwarna merah muda..kita trus saling membuka2 sambil
cipokan penuh cinta n nafsu..gw gendong dia ke kamar gw yg di atas..di kamar
gw..gw langsung gigit kecil pentilnya sambil tangan gw berusaha melepas celana
dalem berwarna krem punya dinda..abis celana dlmnya lepas gw liat vagina
merahnya yg sdikit diselimuti bulu2 halus..langsung gw jilat2 vaginanya
''oooohhh...ennak saayyy.."teriak dinda..setelah itu kedua tangan gw nyoba
ngeraba toketnya..gw plintir2 lg pentilnya..trus gw gigit klitorisnya
"emmmm...aaaakkhh..parraah..ennak..emmm"katany a keenakan..gw gigit agak
kencang klitorisnya sampe dia mengerang kesakitan...stelah itu gw berdiri n
menurunkan celana dlm gw pas d dpan mukanya
..titit gw langsung berontak keluar celana dlm n begitu keluar langsung disambut
pake mulutnya dinda..ga kerasa kita berdua udah telanjang full..

dinda mengulum titit gw dlm2 smbil dikocok2 kecil..abis itu gw cabut mulutnya dr
titit gw dia gw suruh tiduran trus gw masukin titit gw k vaginanya
"eemm..AAAAAAKKKHHHH" jeritnya waktu titit gw menerobos masuk seliput
daranya..bless..setelah itu titit gw masuk penuh ke vaginanya diiringi pake darah
yg keluar dr vaginanya..dinda menatapku dan bilang "i love you beib" "i love you
too" kata gw.. abis itu gw cipokan lg sama dinda..gw jilat2 bibirnya kita juga
beradu lidah..tangan gw masih nempel d toketnya..abis itu dia gw suruh
nungging buat bergaya doggy..ku keluar masukkan titit ku di vaginanya.. lalu
ganti gaya lagi..dinda berada di atas dan menindih gw..badanya naik turun
ngikutin irama "aahhh..bangsaaatt..uuuuuuuukhh.."katanya keenakan..lalu dia gw
dorong sampe dia berada di bawah gw dan gantian gw yg diatasnya...sambil gw
ciumin toketnya..penis gw juga bekerja...gak lama rasanya d titit gw ada
bsah2..taunya dinda udah lebih dulu orgasme..gak lama sperma gw juga
membanjiri liang surganya..

"oooohhh.."kata dinda keenakan..di berdiri dan langsung mencium gw


berulang2..."makasi ya dear'' katanya.."aku juga makasi.."kata gw..waktu itu kita
uda mau selesai sampe birahi gw naik lagi waktu ngeliat dinda nungging mau
ngambil celana dalemnya...gw pegang pinggunlnya n gw masukin penis gw k
vaginanya "ooh..mauuu lg yaaa?"katanya..gw g jwab..gw terus konsentrasi maju
mundurin penis gw sendiri,,makin lama makin kenceng gw dorong titit gw k dlm
vaginanya.."AAAKKKHH..EMMMKH..OOOOKKHHH...aaakh..a aakh..ookh"
desahnya waktu sperma gw ngebanjirin vaginanya lg..."kamu emang d best
yaang"pujinya...

Cerita Sex anak pembantuku


08.32  cerita dewasa  No comments

Dony, begitu nama panggilanku. Tumbuh sebagai laki-laki aku boleh dibilang sempurna
baik dalam hal ketampanan maupun kejantanan dengan tubuhku yang tinggi tegap dan
atletis. Dalam kehidupan aku juga serba berkecukupan karena aku adalah juga anak
angkat kesayangan seorang pejabat sebuah departemen pemerintahan yang kaya
raya.

Saat ini aku kuliah di kota Bandung, di situ aku menyewa sebuah rumah kecil dengan
perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony, sepupu
ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku. Oom Rony
adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang ini dan dia kuanggap sebagai wali
orang tuaku. Sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila-gilai
banyak perempuan, namun aku masih belum mencari pacar tetap. Untuk menyalurkan
hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek-cewek yang berstatus
freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa-apa di
belakang hari. Begitulah, pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku
mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku. Seorang gadis berstatus
pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota.
Jadinya konyol, di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa
ada yang tahu justru partner tetap untuk ber-”iseng”-ku sendiri adalah seorang gadis
kampung yang status sosialnya jauh di bawahku.

Sriwasti nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku, tapi lebih
akrab dipanggil dengan Wasti. Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang
meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya.
Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan
kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya
menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya. Usianya 3 tahun lebih muda dariku, dia
dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa
bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat.
Sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran
seorang pemuda di tempat asalnya itu.

Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya, kalau pulang
dari Bandung sering iseng menggoda dia, suatu kali sempat kelewatan nyaris
merenggut kegadisannya. Sebab di suatu kesempatan Wasti yang memang kutahu
menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena
aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia. Kuingat
waktu itu secara iseng-iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada
kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku. Beralasan meminta dia memijati aku tapi
sambil begitu kugerayangi dia di bagian-bagian sensitifnya. Ternyata dia diam saja tidak
berusaha untuk menolakku, sehingga aku meningkat lebih terang-terangan lagi.
Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku
masih mengincar lebih ke bawah lagi. “Was gimana kalau kamu buka dulu celana
dalammu, Mas Dony pengen gosok-gosokin yang enak di punyamu,” bujukku dengan
tangan sudah meraba-raba di selangkangannya.
Wasti tersipu-sipu dengan gugup ragu-ragu, meskipun begitu menurut saja dia untuk
membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu.
“Ta.. tapi.. nggak apa-apa ya Mass..?” kali ini terdengar nada tanya kuatirnya.
Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia.
“Oo tenang aja, nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel-tempelin aja kok..”
jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah
setengah tegang terangsang.
Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan
batang itu dengan genggaman melocok, ini diikuti Wasti mulanya dengan wajah kikuk
malu tapi toh dia mulai terbiasa juga. Nampak tidak ada tanda-tanda risih karena baru
kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki-laki. Layap-layap keenakan oleh
kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian
dengan bermain di liang kemaluannya. Lama-lama terasa menuntut, kuminta Wasti
merubah posisi bertukar tempat, dia yang berbaring setengah duduk tersandar di
kepala tempat tidur, dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah
selangkangannya.

Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan melocoknya tepat di
atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari
kedua susu sampai ke liang kemaluannya. Lagi-lagi Wasti memperlihatkan air muka
khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan
menyuruh dia terus melocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang
kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya. Cukup terasa enak
buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa
menahan emosiku sampai kemudian locokannya berhasil membuatku berejakulasi.
Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak
mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu. “Huffhh pinterr
kamu Was.. besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?” kataku memberi pujian ketika
permainan usai. Wasti mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada
kesempatan aku ingin beriseng, dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan
tuntutanku. Memang, sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak
mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda. Aku
majikan dan dia pembantu, padahal dalam segalanya Wasti betul-betul seorang gadis
yang mulus kecantikannya. Dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang kukenal
belakangan, Wasti pun tidak kalah indahnya. Tapi itulah yang namanya pertimbangan
status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh
dengannya.

Di kampungnya Wasti dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya, dia sempat beberapa
bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik, minta ijin selama
setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab, Wasti praktis
hidup sebagai janda sendirian. Begitu, untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin
agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku
memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian.
Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka, maka sesaat sebelum Ardi
berangkat ke Arab dia ikut mengantar Wasti meminta pekerjaan padaku.

Kedatangan Wasti untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi
untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang,
dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku. Kebetulan aku
memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony,
sehingga kehadiran Wasti bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku
dalam mengawasi tempat pijat itu. Wasti langsung setuju tapi waktu suaminya sudah
berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu.

“Tapi.., aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas?” katanya agak keberatan dengan
tugas yang belum dimengertinya itu.
“Ya enggak dong, kamu di sana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu.
Kalau soal mau belajar mijet sih boleh-boleh aja, malah bagus supaya Mas bisa
kebagian rasanya juga,” kataku sambil tersenyum menggoda.
“Ngg.. gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku, gimana Mas..?”
“Boleh, tapi minta ijin Mas dulu. Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih
yang lain,” kataku tambah menggoda lebih jauh.
Di sini Wasti langsung mesem malu-malu, tapi begitupun senang dengan tawaranku
untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku. Dia kuberi kamar di rumah yang
kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang
membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju-baju kotorku untuk
dicucikannya.

Begitulah dengan adanya Wasti yang seolah-olah membawa keberuntungan bagiku,


usahaku pun semakin bertambah ramai. Apalagi dia yang semula hanya bertindak
sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan
kepada tamunya, semakin banyak saja mereka yang datang mem-booking Wasti. Antri
para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya
berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Wasti ini.
Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Wasti baru
kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini, dia memberikan keistimewaannya.

Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk
membuat kelanjutan intim dengannya, cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir
olehku untuk mencicipi dia. Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu
aku terbaring di rumah sakit dengan ditunggui bergantian oleh Wasti dan Indri kakak
perempuanku yang sengaja datang dari Jakarta untuk mengurusi sampai dengan
kesembuhanku. Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih
kesembuhanku, Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada
Wasti untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh. Lewat lagi dua hari
tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan
kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Wasti sebagai
sasaranku yang paling dekat denganku saat itu. Ini karena aku selama dirawat olehnya
merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya.

“Tau nggak Was? Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener
dari sakit ini?” tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku.
“Apa tuh kira-kira Mas?”
“Mas kepengen begini..” kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari
tengahku.
Wasti langsung ketawa geli mendengarnya.
“Hik, hik, hik.. Mas Dony yang dipikir kok itu dulu. Emang puasa berapa hari ini udah
kepengen banget sih?”
“Justru itu, kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas
ajak tidur?”
“Hmm siapa ya? Mas sih banyak ceweknya mana Wasti tau siapa orangnya?”
“Orangnya ya kamu Was.”
“Ngg kok malah aku, kan masih banyak yang cakep lainnya Mas..” Wasti kontan
tersipu-sipu malu seolah tidak percaya denganku.
“Yang Mas pilih emang kamu kok, sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya!”
kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku.
“Kasih siapa Mas, kan katanya harus ijin Mas dulu?”
“Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu. Kasih Mas ya?”
Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap-usap bukit kemaluannya
dan diterima Wasti dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu-malu.

Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya, aku sengaja mengajaknya keluar menginap
di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia. Maklum di rumah
sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari Jakarta akan muncul
sewaktu-waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya. Segera aku pun bersiap-siap dan
membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika
terpandang sweaterku yang tergantung di situ. Kuminta dia memakai sweater itu tapi
tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik itu, ini memang diturutinya tapi sambil meringis
geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku.
“Mas ini ada-ada aja, masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih?”
“Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was,” kataku membesarkan
hatinya.
“Tapi kan lucu Mas, di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin..”
“Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya.
Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu..” jelasku dengan menjulurkan tangan
ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.

Wasti tersipu-sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua
kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar, lebih leluasa
tanganku bermain di situ. Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun
permintaanku. Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu-bulu
kemaluannya serta meremas-remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya
yang menggiurkan ini, terasa kenyal daging mudanya itu. Dipermainkan begitu
tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika
dia masih sering bermain-main dengan milikku, tapi cuma sebentar karena segera
dicabut lagi.
“Lho kenapa nggak diterusin?”
“Nggak ah, nanti keburu muncrat duluan. Mas kan udah puasa beberapa hari pasti
sekarang udah kentel susunya, kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Wasti
nggak kebagian.”
“Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa-apa. Siapa tau kelewat kentel malah
nggak mau netes airnya nanti?”
“Masak nggak mau keluar Mas?”
“Oh iya lupa, kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih. Tapi
sambil dikocokin yang enak nanti ya?”
Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami, ketika
tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih, Wasti sudah
kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum
kususul dia di situ. Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih
berlutut di sofa yang menempel dekat jendela, pura-pura memandang ke luar mengintip
lewat gordyn jendela. Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka
sweater satu-satunya penutup tubuhnya, begitu sama telanjang bulat kupeluk dia
merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan
diikuti kedua tanganku bermain masing-masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.
“Maass.. botolnya kerasa udah keras bener..” katanya mengomentari kemaluanku yang
sudah mengencang menempel di atas pantatnya.
“Iya, udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini,” jawabku
singkat.

Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan
mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan-usapan tangan di
sekujur tubuhnya. Kenangan lama terungkit, gemas-gemas sayang rasanya dengan
tubuhnya yang mulus lagi cantik ini. Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut
dia kesakitan oleh tenagaku, jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku.
Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku, tanpa menghentikan
kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya. Wasti selain
mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium-ciumi dan
kujilat-jilati. Tiba di bagian susunya, kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi
kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti-ganti masing-masing pentilnya.
Mengenyoti bagian puncaknya, kungangakan lebar-lebar mulutku serasa ingin
memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas-puasnya.
Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya, menggigit-gigit kecil membuat
dia mengerang dalam geli-geli senang.

“Ssh ahngg.. geli Mass..” suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas
bergairah. Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga
menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya. Menggosok-gosok klitorisnya
dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya. Ada satu yang
istimewa dan menyenangkatu yang istimewa dan menyenangkitu dia mempunyai
klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan
perempuan. Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran
membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas.
“Ihh.. Mas ini mau ngeliat apa sih..?”
Wasti rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku. Tangannya bergerak ingin
menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan.
“Kok mau ditutup sih, kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was?”
“Hngg.. punyakku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas..?”
“Kamu keliru, justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada..”
“Aaah Mas Dony menghibur ajaa. Apanya disenengin, jadi ketawaan malah..”
“Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini. Udah
denger cerita dari orang-orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was..”
“Ngg abiiss Mas nggak dulu-dulu ngambilnya.. Sekarang udah keburu diambil Kang
Ardi duluan baru Mas minta, kan Wasti nggak tega ngasihnya kalau udah bekas-bekas
Mas..” timpal Wasti dengan air muka membayangkan kecewa.
Melihat ini buru-buru aku menghibur.
“Tapi nggak apa, biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok. Sini Mas
bikinin buat kamu.”

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di


celah itu. “Adduh Mass, Wasti nggak mau gitu..!” Kaget dia, ingin mencegah tapi kedua
tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku. Sesaat dia
membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar
kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika
tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit-gigit kecil. Sebentar kubiarkan dia
tenggelam dalam nafsu berahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan
mulutku. Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia
sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati.
“Nggak usah lama-lama Was, kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang..” kataku
untuk tidak berlarut-larut dulu dalam permainan pembukaan ini. Wasti cepat mengikuti
permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah
menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya. Begitu terendam
kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya, mengawali
dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang
sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku. Memang baru
pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa
hangat sambutannya.

Nikmatnya jepitan liang kemaluan mulai terasa meresap, maklum, biasanya belum
sampai 4 hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku. Dengan
sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat-
nikmatnya tanpa perlu terburu-buru. Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru
yang muda lagi menggiurkan, jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-
betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum. Setelah merasa cukup
meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya, aku
pun mulai memainkan batangku memompa pelan-pelan mencari nikmatnya gesekan
batang. “Ssshh Waas.. enak sekali memekmu.. sempitt rasanyaa..” Baru dua-tiga
gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima. Mukaku jadi tegang
serius saking asyik diresap nikmat, bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra
namun tergambar sinar senang dan bangga di situ.

Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Wasti mulai menambahi dengan
memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya. “Adduu Waass..
pinterr kammu ngocokknyaa.. tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn.. ssh mm..”
Sudah terbata-bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku
dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya. Kepala batangankan
kemaluannya. Kepala batangankukkan cairan mani terkumpul di situ tinggal menunggu
waktu untuk disemburkan saja. Segera Wasti kudekap lagi dengan sebelah lengan di
lehernya sedang sebelah lagi menahan pantatnya, aku pun mengganti gerakan tidak
lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam-dalam sambil mengajak
dia bercium melumat hangat. Wasti menyambut ajakanku dengan balas mendekap,
kedua kakinya naik membelit pinggangku erat-erat. Seperti mengerti kalau batang
kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme
bersama-sama. Dia pun tidak menahan-nahan lagi.

“Ayyo Wass.. Mass keluarinn yaa..?”


“Iyya, iyaa Mas.. sama-sama..”
“Hhaaghh..! dduhhss.. adduhh Wass.. Mass kelluarr.. sshhgh.. ahhgh.. hghh.. aah ..
aahshg duuh.. hoh.. hngg hmm..”
Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Wasti aku pun sudah meledak mengaduh tiba
di puncak kepuasanku. Bukan main! semprotan cairan maniku serasa dahsyat
menyembur-nyembur, menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan
lama sekali diperas-peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang
terakhir. Aku sendiri tidak memperhatikan lagi bagaimana partnerku ini ikut berorgasme
karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi. Luar biasa, jujur
kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa
bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama
menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali.
Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan
kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku.

“Minn, Was.. kamu kok enak skali sih.. Mas Dony rasanya puas bener numpahin
kepengennya sama kamu..”
“Enak nggak main sama Wasti, Mas?” masih dia bertanya manja namun dengan nada
bangga di situ.
“Hmmsshh eenaak bener deh.. Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung
pas bener kenyangnya.”
Wasti tertawa senang.
“Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony..” katanya sambil
membalas mengecupi bibirku.

Berlanjut lebih jauh tentang Wasti, ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan
di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony.
Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia
tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat,
selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya. Maka ketika suatu kali dia
kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung
ketagihan. Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah
panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut, Oom Rony segera setuju menyertakan
modalnya atas namaku. Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati
gadis-gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa
aman tidak dicurigai Tante Yosi. Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi
memancing sebagai salah satu hobby kami. Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai
meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Wasti. Alasannya
karena Wasti sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin
Wasti tidak akan menuntut apa-apa padanya. Aku sendiri semula tidak mengira kalau
perkembangan pijat-memijat itu jadi semakin jauh. Hal ini baru kuketahui ketika suatu
sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput Wasti
yang kebetulan sedang membersihkan rumahku, kudapati Wasti gelisah dan kurang
enak air-mukanya.

“Mas, bilang aja aku sekarang udah nggak bisa, udah pulang kampung, lalu Mas
nawarin temen-temen lain aja..” katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik
menunggu di ruang tamu.
“Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada di sini kok, emang kamu
kenapa..? lagi capek ya mijetin Bapak sekarang? Kalau capek nanti Mas yang
ngomongin,” kataku menawarkan.
Bapak adalah menurut sebutan Wasti kepada Oom Rony.
“Nggak gitu Mas, tapi..” di sini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan
malu-malu takut.

Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai
akhirnya Wasti pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru
belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Wasti ber-”iseng”. Permintaan ini
berat karena Wasti merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu
dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid. Jelas
alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Wasti
merasa tidak bisa menolak lagi. Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku.
Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Wasti jadi lega. Memang,
baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai laki-laki
wajar kalau sesekali kepengen ber-”iseng” di luaran. Cuma saja bagi Wasti dia berat
karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya. Begitu, agak beberapa saat
kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Wasti untuk memberi saja.

“Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih, gimana sih?!” nadanya terdengar agak
kurang enak dengan usulku.
“Gini Was, kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau ‘ngiseng’ begini di luaran.
Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia, kan
nggak apa-apa kalau diikutin sekali-sekali. Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal
ini.”
Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam
berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku. Setelah mendapat ijin khusus
dariku Wasti pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya
menginap. Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali
Mas Didik yang membawa ke situ.

Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat, rasa penasaran kubawa dia ke
sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil
meminta dia memijati aku. Wasti yang ditanya soal semalam langsung
menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab.
“Lho kok masih berat nyeritainnya, kan Mas udah ngasih ijin? Gimana, kesannya asik
atau nggak kan Mas kepengen tau?” tanyaku mendesak terus.
“Kesannya.. Aaa.. maluu aku Maass..!”
Wasti menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku. Kutunggu beberapa
saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi.

Seperti yang sudah dibayangkan Wasti, baru saja memijat sebentar bagian punggung
Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan. Di situ sambil mengambil tangan
Wasti untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing-mancing jawaban
Wasti tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber-”iseng”-nya waktu itu. Wasti
meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan
langsung. Dia hanya menggigit bibir malu-malu meskipun begitu tangannya bekerja
juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah
selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya. Jelas cepat saja
batang itu naik menegang.

“Ihhng.. cepet bener bangunnya Bapak punya..” katanya mengomentari batang


kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya.
“Makanya itu, biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was?”
jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Wasti menyusup
mengusapi tengah selangkangannya.
“Mmm.. tapi mesti dilicinin dulu Pak..” lagi-lagi Wasti tidak menjawab langsung, hanya
mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin.
Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Wasti sudah bersedia menyambut ajakan
ber-”iseng”-nya, dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya.
“Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya. Ayo buka dulu bajumu terus naik
sini Nduk!” kata Oom Rony terburu-buru saking senangnya.
Wasti berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya.
Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki, tidak urung dengan
majikan besarnya ini Wasti merasa kikuk sekali. Lebih-lebih waktu ditarik berbaring
bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu
dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya, Wasti jadi risih
karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua
mereka.

Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti
salah seorang langganan “Oom Senang”-nya tapi tetap saja terbawa sebagai majikan
besar ini sulit hilang, sehingga Wasti seperti kaku tidak berani bergaya manja-manja
genit. Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya, juga tidak
perduli dengan status lawan mainnya. Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu
yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony
yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat
lagi.

Dari mulai kedua susunya, sudah habis-habisan masing-masing daging kenyal yang
bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony. Disedot-sedot bagian
puncaknya sam-bil dikulum pentilnya digigit-gigiti kecil membuat Wasti menggelinjang
kegelian, begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom
Rony yang sibuk penasaran. Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup
tangan itu pun diremasi gemas, jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit
dengan gemetar bernafsu. Semakin Wasti meliuk erotis semakin merangsang nafsu
Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi. Dia pun berhenti dan
segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Wasti. Menangkap bahwa
Wasti mungkin masih kikuk dengannya, Oom Rony meminta Wasti berbalik agar dia
bisa memasuki dari arah belakang. Ini diikuti Wasti tapi belkang. Ini diikuti Wasti tapi
belOom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan
langsung menekan masuk.

“Tapi.. lho, lhoo, lhoo..?!” Wasti sampai menjengkit dengan meringis bengong karena
dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya. Bukan di lubang kemaluan tapi
justru lubang anusnya yang disodok batang itu. Dan konyolnya baru saja dia akan
memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony. “Ssshhmm.. enakk Waass..
sempit sekali punyakmuu hhshh..” baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya. Wasti
jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati, malah
hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan. Biar saja, mumpung suasana
kamar remang-remang gelap mudah-mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak
menyadari kekeliruannya. Syukur, Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa
dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti anjing sedang
dalam siklus birahinya. Maklum, dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda
seperti ini. Dan melihat ini Wasti menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya
mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar
tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat-sendat ketika dia berejakulasi
memuntahkan cairan maninya. Itulah apa yang dialami Wasti ketika melayani Oom
Rony semalam.
“Tapi urusannya sekarang gimana nih, semalem yang ini dipakai juga nggak, kalau
nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang?” tanyaku menggoda sambil menyusupkan
tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya. Wasti memang selalu
bertelanjang bulat jika memijati aku.
“Main yang keduanya memang dipakai juga, tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi
Mas Dony sendiri tetep aja Wasti penasaran Mas..” jawabnya dengan mulai bermain di
kemaluanku.
“Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya? Abis itu baru masukin yang di
belakang, soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan.”

Wasti hanya mengangguk tersipu-sipu menyetujui permintaanku. Memang, permainan


anus ini dipelajarinya dariku, jadi meskipun awalnya dulu dia kerepotan dengan batang
kemaluanku tapi sekarang sudah terbiasa dengan ukuranku. Tanpa menunggu lagi dia
pun segera mengencangkan batang kemaluanku. Dengan tekniknya yang terlatih dia
pun mengerjai batangku. Mula-mula dilocoki pelan dengan genggaman tangannya
sampai setengah menegang, setelah itu diteruskan dengan kerja mulutnya yang
mengulum dan mengisap, baru setelah tegang kaku dia pun memasang dirinya untuk
siap kusetubuhi. Kalau sudah sampai di sini permainan asyik pun berlangsung
sebagaimana yang sering kami lakukan berdua. Yaitu seperti keinginanku, mula-mula
kuresapi pijatan lubang kemaluannya di batang kemaluanku tapi ketika menjelang tiba
ejakulasiku, barulah kupindahkan ke lubang anus untuk menyelesaikan permainan
dengan menyembur-nyemburkan cairan maniku di situ.

Rupanya Oom Rony setelah mendapatkan Wasti bukan sekedar ketagihan lagi tapi
lebih dari itu dia ingin berlanjut memelihara Wasti sebagai “gendak” peliharaannya.
Kedengarannya enak buat Wasti tapi begitupun dia selalu minta pendapatku dulu.
Setelah berunding denganku akhirnya kuberi jalan bahwa Wasti bersedia tapi hanya
selagi suaminya masih belum pulang saja. Syarat ini disetujui Oom Rony dan begitulah
Wasti langsung menghilang dari Panti Pijat tanpa ada yang tahu karena sebenarnya dia
sedang bersembunyi di rumah yang disewakan Oom Rony untuknya. Akan tetapi
sekalipun suaminya sudah ada, hubungan Oom Rony dengan Wasti tetap berlanjut
yaitu Oom Rony secara rutin memanggil Wasti dengan alasan minta dipijati. Pasalnya
Wasti semenjak dipelihara sebagai langganan kesayangan Oom Rony kehidupannya
bisa terjamin dimana Wasti diberi modal untuk membuka sebuah usaha percetakan. Ini
dianggap hutang budi bagi Ardi karena setelah pulang dari Arab Ardi tidak medapat
pekerjaan lagi sehingga keluarga ini tergantung nafkahnya dari usaha percetakan itu.
Berlanjut pada hubungan itu mulanya Wasti dipanggil ke hotel seperti biasa tapi karena
yang begini lama-lama justru mengundang kecurigaan Ardi maka Wasti mengusulkan
sebaiknya Oom Rony datang ke rumahnya saja. Dengan berlaku seolah betul-betul
akan dipijati tapi diam-diam berhubungan badan, cara begitu malah aman tidak akan
dicurigai siapapun. Oom Rony menimbang-nimbang ternyata usul Wasti benar dan
begitulah hubungan unik ini berlangsung justru seperti dilindungi oleh Ardi. Awalnya
waktu siang itu sementara kedua suami istri sibuk melayani percetakan di bangunan
sebelah, Wasti memberitahu Ardi bahwa hari ini adalah jadwal pertama kedatangan
Oom Rony, dia pun meminta tolong suaminya meneruskan pekerjaannya sendirian
karena dia sebentar lagi akan menerima langganan tetapnya itu. Ardi pun mengangguk
dan mengambil alih tugas itu, “Udah tinggal aja Was biar Mas yang ngurus. Kamu cepet
aja ganti baju nanti Oom Rony keburu dateng,” begitu jawab Ardi.

Wasti pun bergegas masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri, dia bisa lega untuk
menerima Oom Rony yang datang sesuai jam yang dijanjikan. Singkatnya begitu Oom
Rony muncul sudah langsung diajak ke kamar tidurnya, di sini mau tak mau
perasaannya agak kurang tenang juga karena baru pertama inilah dia berterang-
terangan melakukan kegiatan di rumahnya sendiri, tapi perasaan ini mulai terlupa ketika
sebentar kemudian Oom Rony mulai sibuk merangsang mengecapi sekujur tubuhnya.
Terus terang, kalau bukan karena uangnya sebenarnya bagi Wasti dari penampilannya
laki-laki gemuk pendek lagi botak ini sama sekali tidak menarik ataupun menerbitkan
seleranya. Tapi untungnya selain uangnya cukup royal, juga cara bermain seksnya bisa
juga memuaskan Wasti sehingga Wasti cukup senang melayaninya. Cara merangsang
mulutnya yang rakus diikuti menjilat-jilat rata sekujur tubuhnya mula-mula memang
kurang “sreg” bagi Wasti kalau masih memulai pembukaan dari bagian atas. Agak jijik
rasanya dengan ludah Oom Rony yang melengket di seputar wajahnya. Tapi kalau
sudah menurun ke bawah baru terasa ada keasyikan yang membawa dia naik dalam
birahinya. Cuma perlu sering diingatkan karena laki-laki ini suka kelewat gemas. “Aahss
Paakk.. jangan digigit keras-keras.. sakitt..” merintih Wasti tapi dengan muka geli
senang, menahan kepala Oom Rony kalau terasa puting susunya tergigit agak sakit.

Oom Rony sadar lagi, buru-buru menekan emosinya untuk mencoba lebih halus, tapi
biasanya tidak lama karena sebentar kemudian sudah terlupa lagi dia untuk kembali
menggigiti gemas sekujur tubuh Wasti. Wasti sering kewalahan, biarpun sudah
merengek-rengek dia dengan menggeliat-geliat meronta-ronta menolaki kepala botak
Oom Rony dengan maksud ingin menghindari tapi Oom Rony malah tambah bernafsu
kepada perempuan yang gayanya makin genit merangsang ini. Tambah bertubi-tubi dia
menyerbu Wasti. Mau tak mau Wasti mengalah, sudah hafal dia kalau belum puas
membuat mengenyoti gemas di bagian susunya, belum berpindah Oom Rony dari situ.
Tapi kalau sudah bergeser ke bawah, caranya pun serupa juga. Tidak hanya di atas,
yang di bawah inipun dia sama rakusnya. Malah lebih lagi. Sebab tidak perduli
kemaluan Wasti entah berapa orang yang sudah memakai, dia tetap bernafsu sekali
menghisap dan menjilat-jilat sambil menyosorkan mukanya tersembunyi di
selangkangan Wasti.

Wasti sendiri memang senang dirangsang begini, cuma lagi-lagi kalau terasa geli
menyengat membuat dia refleks menolaki kepala Oom Rony, akibatnya sama, gigitan-
gigitan gemas langsung mendarat di bagian seputar bukit kemaluannya. Malah lebih
bertubi-tubi karena Oom Rony lebih bernafsu dengan bukit kemaluan Wasti yang
baginya begitu menggiurkan sekali karena Wasti sering mencukuri bulu-bulu
kemaluannya agar lebih merangsang langganannya. Jadi kalau bisa digabungkan
suara-suara yang sedang terjadi, maka di bangunan sebelah suara riuh pegawai-
pegawai percetakan yang sedang sibuk bekerja sambil bercanda akan berpadu
rengekan manja sang majikan perempuan dalam kamar yang sedang merasa
keenakkan bercanda dengan kemaluannya dikerjai mulut Oom Rony. “He.. hehngg..
aahss diapain gittu.. gellii iihh..” merengek-rengek kegelian dia kalau terasa ujung lidah
Oom Rony berputaran menjilati klitoris sesekali menyodok-nyodok pendek di pintu
lubang kemaluannya, atau juga kalau gigitan-gigitan kecil Oom Rony di bibir dalam
kemaluannya terasa seperti ditarik-tarik ke atas. Kepala botak Oom Rony yang
menempel di selangkangannya dipermainkan seperti bola, kadang didekap diusap-usap
kalau merasa keenakkan atau kadang ditolaki kalau geli terlalu menyengat.

Tapi Wasti tidak hanya bisa menerima, dia juga pintar memberi “asyik” pada lawan
mainnya karena inilah salah satu yang membuat dia juga jadi perempuan kesayangan
langganannya itu. Sebentar kemudian bertukar permainan dengan Wasti sekarang
yang ganti menghisap batang kemaluan Oom Rony. Dengan pengalamannya yang
banyak Wasti tahu persis bagaimana menyenangkan lelaki lewat permainan mulutnya.
Teliti dan cukup lama dia menjilati sepanjang batang, menghisap-hisap kepala bulatnya,
melocoknya sekaligus dan mengenyot-ngenyot kantung zakarnya membuat batang
kemaluan Oom Rony yang tadi setengah mengeras sekarang bangun mengencang.
Merasa sudah cukup barulah keduanya tiba di babak senggama. Kembali Wasti mulai
merasakan asyiknya bagian lubang kemaluannya dikerjai, kali ini disogok-sogok batang
kemaluan Oom Rony. Ini yang dibilang meskipun tampangnya tidak “sreg” tapi Oom
Rony cukup menyenangkan Wasti. Memang tidak besar tapi batang kemaluan
lawannya ini cukup bisa bertahan lama kerasnya untuk Wasti terikut sampai di
kepuasannya. Itu juga sebabnya meskipun di babak awal pembukaan rangsangan Oom
Rony kurang disukai Wasti tapi kalau sudah sampai di bagian ini Wasti cukup senang
bersetubuh dengan langganannya yang royal memberi uang itu. Terbukti mimik
mukanya berseri cerah memainkan kocokkan lubang kemaluannya mengimbangi tarik
tusuk batang kemaluan Oom Rony menggesek ke luar masuk lubangnya.

Seirama dengan bunyi “mencicit” putaran roda mesin cetak yang seolah kurang
pelumasan di bangunan sebelah, di kamar ini papan tempat tidur pun bergerit oleh
gerak putaran kemaluan Wasti mengocok batang kemaluan Oom Rony. Keduanya
justru kebanyakan dilumas karena semakin lincir saja beradunya kedua kemaluan
terasa dengan semakin cepatnya goyangan keduanya tanda sudah akan mencapai
akhir permainan.
“Hshh.. ayyo Was.. Bapakk keluarr..” di ujungnya Oom Rony segera memberi tanda tiba
di ejakulasinya.
“Ayyo Pakk.. sama-sama.. hhoghh.. dduhh..” Wasti cepat menyahut, dia pun segera
menyusuli dengan orgasmenya.
Berpadu kejang tubuh mereka ketika masing-masing mencapai puncak permainan
secara bersamaan. Oom Rony merasa puas dengan pelayanan Wasti, begitu juga
Wasti terikut merasa puas dalam permainan seks bersama langganan tetapnya ini.

Akan tetapi bukan hanya Oom Rony saja yang bisa bercinta dengan Wasti di rumahnya
itu tapi aku sendiri pernah mengambil bagian seperti itu dengannya. Sudah dua kali aku
bertandang ke rumahnya sekedar untuk ngobrol-ngobrol, tapi pada kali ketiga aku
datang bertepatan Ardi sedang keluar rumah, saat itulah kesempatan baik ini ingin
dimanfaatkan Wasti. Ceritanya waktu aku menumpang buang air kecil, Wasti
menunjukkan kamar mandi yang berada di kamar tidurnya tapi rupanya dia menunggu
dengan tidak sabaran lagi. Karena baru saja ke luar kamar mandi aku langsung
ditubruk pelukan rindunya.
“Duh Mas Dony.. Was kangen banget deh, Mas nggak kangen ya sama aku,” katanya
membuka serangan dengan menciumi seputar wajahku.
“Sama aja Was, tapi kan nggak enak masa dateng-dateng lalu minta gitu sama kamu.
Lama nggak perginya Mas Ardi?”
“Dia lagi ngurus ke kantor pajak, pasti lama pulangnya kok..”

Sebentar pembicaraan terputus sampai di sini karena kami memuasi diri dulu dengan
saling melepas rindu lewat ciuman bibir yang saling melumat hangat dengan posisi
masih berdiri berdekapan di ruang tengah itu. Di situ rupanya kami sudah tidak sabaran
menunggu karena sambil mulut tetap sibuk kuikuti dengan tanganku langsung bekerja
melepas penutup badannya, ini dituruti Wasti bahkan sampai lolos hingga bertelanjang
bulat di pelukanku. Begitu terpandang tubuh mulusnya darah pun langsung panas
menggegelegak. Hmm.. kuakui lekuk liku tubuhnya yang indah dan tetap tidak berubah
sejak dulu nampak begitu menggiurkan dan memompa darah birahiku menaikkan
rangsanganku. Masih ingin kunikmati pemandangan indah ini tapi Wasti yang sudah
bertelanjang bulat di depanku seperti kuatir aku batal berubah pikiran, dia segera
menarik aku lagi dalam pelukan untuk melanjutkan berciuman sambil dia juga
membalas membantu membukai bajuku. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah
bertempelan hangat kedua dada telanjang cepat saja membawa nafsu birahi naik
menuntut, sehingga tidak bermesra-mesraan lebih lama lagi kami pun bersiap masuk di
babak utama.

“Ayo Mass.. buka juga ininya..” berdesis suaranya sambil tangannya ingin merosot
celanaku, tampak dia seperti ingin terburu-buru. Kuturuti permintaannya sebentar
kemudian kami sudah sama telanjang masih melanjutkan berciuman merangsang nafsu
yang tentu saja naik dengan cepat.Sekarang baru nyata kerinduan Wasti karena sambil
masih sibuk bergelut lidah bertukar ludah, sebelah tangannya yang terjulur ke bawah
sudah langsung beraksi meremas-remas gemas jendulan batanganku. Diserang begini
ganti aku juga membalas. Kedua tanganku yang semula merangkul pinggangnya
kuturunkan meremasi kedua pantatnya dan memainkan jariku menggaruki bibir luar
kemaluannya, mengukiri celah hangatnya membuat Wasti mulai menggelinjang
terangkat-angkat pantatnya menempelkan jendulan kemaluannya ke jendulan
batanganku. Lama-lama tidak tahan, Wastipun tidak membuang-buang waktu untuk
merendahkan tubuhnya dan langsung mencaplok kepala batangku, dilocoknya
beberapa lama dengan mulutnya sekaligus membasahi dengan ludahnya. Setelah
terasa basah licin barulah dia menegakkan lagi tubuhnya dan menunggu aku berlanjut
untuk berusaha memasukkan di lubang kemaluannya.

Kuteruskan sesaat ciumanku dengan kembali mengiliki klitorisnya, sementara Wasti


menyambut dengan juga melocok menarik-narik batang kemaluanku. Saling
merangsang begini tentu saja membuat tuntutan birahi jadi naik tinggi. Merasa cukup,
kutunda ciuman sebentar untuk membawa dia bersandar ke dinding di belakangnya,
Wasti menurut hanya memandangi aku agak bingung.”Nggak di tempat tidur aja
Mas..?” tanyanya seperti kurang cocok dengan tempat yang kupilih.”Di sini dulu, sekali-
sekali kita main berdiri kan bisa juga?” begitu jawabku menentukan keputusanku.
Meskipun agak kurang “sreg” tapi dia juga sudah kepingin berat jadinya menurut saja
ketika setelah kusandarkan ke dinding, kulanjutkan dulu dengan mengecupi mesra
seputar wajahnya sambil tetap menghangatkan bara nafsu dengan bermain sebentar
mengusapi kemaluannya, menggaruki klitorisnya.

Dia kuserbu dengan membuat tidak sempat protes lebih jauh karena segera ujung
jariku merasakan licin basah liang kemaluannya. Batang kemaluan yang sudah
dibubuhi ludah kudekatkan masuk terjepit di selangkangannya menenempel ketat di
lubang kemaluannya. Begitu kena mimik mukanya langsung tegang rahang setengah
menganga karena jika dua kemaluan yang sama telanjang sudah ditempel begini,
hangatnya mau tidak mau menuntut untuk melibat lebih dalam. Sinar matanya makin
sayu meminta dan ini kupenuhi dengan mulai berusaha memasukkan batang
kemaluanku. Kedua lutut kutekuk agak merendah dari situ kutekan membor ke depan
ujung batangku sampai terasa menyesap masuk di jepitan lubang kemaluan Wasti, ini
karena dia juga menyambut dengan menjinjit dan membuka lebar-lebar pahanya.

“Ahngg Mass Doonyy..” keluar erang senangnya sambil menyebut namaku. Seperti
biasa dia selalu terlihat repot jika dimasukkan batangku, tegang serius mukanya sambil
sesekali melirik ke arah pintu seperti masih kuatir kalau ada yang masuk mendadak
sementara dia sedang sibuk dalam usahanya ini. Begitupun pelan-pelan tenggelam
juga batangku ditelan lubang kemaluannya masuk dan sebentar kemudian terendam
habis seluruh panjangnya. Aku berhenti sebentar untuk dia menyesuaikan ukuranku
baru setelah itu aku pun mulai menikmati jepitan asyik kemaluannya di batangku. Lepas
dari sini kami berdua sudah langsung meningkat meresap nikmat sanggama tanpa
perduli suasana sekitar lagi. Aku mengawali dengan memainkan batangku menusuk
tarik ke luar masuk, sebentar kemudian diimbangi Wasti dengan memainkan pinggul
mengocokkan lubang kemaluannya. Masing-masing sama berkonsentrasi pada rasa
permainan cinta dengan di atas kembali saling melumat bergelut lidah, kali ini untuk
melengkapi gelut dua kemaluan yang mengasyikan dalam posisi sanggama berdiri ini.
Sambil begitu kedua tanganku pun meremasi sekaligus kedua susunya menambah
enaknya permainan.

Wasti baru sekali kuajak main gaya begini tapi sudah langsung tenggelam dalam
kelebihan rasanya. Terbukti baru disogok-sogok beberapa saat saja dia sudah tegang
serius mukanya, tapi sebelum sampai ke puncaknya segera kuangkat dia berpindah
posisi ke tempat yang lebih santai buat dia dan baru sekarang kubaringkan tubuhnya di
atas tempat tidurnya. “Wiihhss.. Mas Donny kangen aku kontolmu Mass.. sshh mantepp
rasanya..” komentar pertama dengan nada suara bergetar terdengar senang seperti
anak kecil baru diberi mainan. Saking rindu dan senangnya sampai mengalir keluar
airmata bahagianya.

Tidak kusahut kata-katanya tapi dengan gemas-gemas sayang aku menindih untuk
mengecup menggigit bibirnya dan dari situ kusambung dengan mulai memainkan
batangku keluar masuk memompa di jepitan lubang kemaluannya. Inipun masih pelan
saja tapi reaksinya sudah terasa banyak buat kami. Pinggulnya dimainkan membuat
lubang kemaluannya berputaran memijati batanganku, hanya tempo singkat kami
sudah meningkat dalam serius tegang dilanda nikmatnya gelut kedua kemaluan.
Airmuka kami sama tegang dan sinar mata sama sayu masing-masing hanyut meresapi
jumpa mesra yang baru ini lagi kami lakukan setelah lewat cukup lama perpisahan
keintiman kami. Menatap wajah si manis sedang hanyut begini tentu saja menambah
rangsangan tersendiri yang membuatku makin meningkatkan tempo, sambil tetap
meresapi asik yang sama pada gelut dua kemaluan kami.

“Enak nggak Was rasanya punyak Mas..” bisikku menguji di tengah kesibukanku,
sekedar ingin tahu komentarnya.
“Hsh iya ennak sekalli Mass.. kontol Mas Donny palingg ennak dari semuanya.. hhssh
wihh ker-ras sekalli.. ennaakk.. Adduuh Maas iya ditekenn gittu dalem bbanget hhshh..
Mass Donyy ennaak sekalii Maas..”

Wasti kuhapal memang type spontan terbuka, dipancing sedikit saja langsung keluar
suaranya mengutarakan apa yang sedang dirasakannya. Jelas menyenangkan
mendapat partner bercinta seperti ini, segera kutenggelamkan juga perasaanku
menyatu dalam asyik sanggama sepenuh perasaan dengannya. Makin lama gelut kami
makin berlomba hangat tanda bahwa masing-masing mulai menuju ke puncak
permainan, sampai tiba di batas akhir kuiringi saat orgasme kami dengan menempel
ketat bibirnya saling menyumbat dengan lumatan hangat. “Hhrrh hghh.. nghhorrh..
sshghh.. hoorrhgh hhng.. hngnhffgh.. ngmmgh..” suara tenggorokan kami saling
menggeros bertimpal seru mengiringi saat ternikmat dalam sanggama ini. Mengejut-
ngejut batang kemaluanku menyemburkan cairan maniku yang juga terasa seperti
diperas-peras oleh pijatan dinding kemaluannya. Sampai terbalik kedua bola mata kami
saking enak dirasa tapi begitupun sumbatan mulutku belum kulepas menunggu
sentakan-sentakan ekstasinya melemah. Baru ketika helaan nafas leganya ditarik tanda
kenikmatan berlalu, aku pun melepas tempelan bibirku menyambung dengan kecupan-
kecupan lembut seputar wajahnya.
“Hhahhmmhh Mas Ddony.. assyiknyaa.. keturutan kangenku sama Mas..” kembali
terdengar komentarnya dengan masih saling berpelukan mesra.
“Mas sendiri juga kangen sekali sama kamu Was,” kataku jujur membalas perasaan
hatinya.
“Bener?” tanyanya menguji dengan nada manja.
Tapi tetap menjepitkan otot-otot lubang kemaluannya di batanganku menunggu sampai
terlihat aku mulai mengendor menghela nafas legaku, di situ baru dia berhenti dan
membiarkan aku melepaskan batanganku dari lubang kemaluannya. Aku lega dan puas
tapi air mukanya juga tampak berseri tanda senang telah berhasil memuaskan
kerinduannya denganku.

Sejak dari hari itu berlanjut lagi hubungan lamaku dengan Wasti di setiap kedatanganku
ke rumahnya tapi dengan alasan yang sama seperti Oom Rony yaitu pura-pura minta
dipijat oleh Wasti. Hari itu aku datang ke rumahnya bertemu dengan Ardi yang sedang
sibuk mencetak di bangunan sebelah, dia mempersilakan aku menemui Wasti di rumah
induk. Aku pun mengiyakan dan waktu masuk ke rumah kudapati Wasti di dapur
sedang mencuci piring-piring dan gelas bekas makan siang mereka. Wasti menoleh
dan tersenyum manis menyambut kehadiranku serta meminta aku menunggu dulu di
ruang tamu. Timbul niat isengku menggoda, kurapati dia yang saat itu masih berdiri di
depan meja cucian piring, langsung memeluk dari belakang mencumbui dia. Mengecupi
lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan Wasti menggeliat-
geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu
saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri
tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak
dia untuk waktu yang senekat ini.

“Mas Dony ini nggodain aku aja, paling-paling Mas juga udah ngiseng sama yang lain,
sekarang kayak sudah kepengen lagi..?”
“Lha memang kepengen kok, sama kamu kan belum?” jawabku sambil mengangkat rok
belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.
Tentu saja Wasti jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius
meminta.
“Heh Mas Dony! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar Mas.. kalau di
sini nanti ada yang liat gimana?”
Wasti masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku
sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan
kemaluanku langsung menempelkan batanganku di selangkangannya.
“Kasih sebentar aja kan bisa Was, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada
yang dateng..” kataku meminta sambil menenangkan dirinya.

Kebetulan di dekat meja cucian piring itu ada jendela kaca darimana kami bisa melihat
keadaan bangunan percetakan di sebelah.
“Ahhs Maass..!” Wasti kontan menjengkit ketika terasa batang telanjangku yang
menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.
Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya Wasti jadi
tidak tega juga, langsung melunak suaranya berbisik.
“Wih, wih Mass.. kok cepet banget sih keras bangunnya..?”
“Makanya itu.. Mas Dony masukin ya?”
“Iya tapi aku belum basah Mas..”
“Nanti Mas basahin sebentar..”
“Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada yang dateng malah tambah penasaran..”

Tanpa membuang-buang waktu aku berjongkok di belakang Wasti dan segera


menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah,
dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya.
Sambil begitu Wasti sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu
dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus
melekat memperhatikan ke luar jendela kaca itu. Niatnya memang semula hanya ingin
sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang
kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di
lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia
membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sesewaktu mungkin
diperlukan untuk memegangi tubuhku.

Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai
liang kemaluannya. Segera kubawa batanganku ke depan lubang kemaluannya dan
mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang
masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem
kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah
kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati
sewaktu membor batangku masuk meskipun seperti biasa Wasti selalu menunggu
dengan muka tegang. Dia baru melega kalau batangku dirasanya sudah terendam
habis di lubang kemaluannya.
“Keras sekali rasanya Mas..?” komentar pertamanya sambil menoleh tersenyum
kepadaku di belakangnya.
Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.
“Kalau ketemu lubangmu memang jadi cepet kerasnya..” jawabku berbisik sebelum
menekan dengan ciuman yang dalam.
Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap
nikmat gelut kedua kemaluan dengan aku menarik tusuk batang kemaluan, sedang
Wasti memutar-mutar pantatnya mengocoki batanganku di liang kemaluannya. Inipun
niat semula masih sekedar memberi bagiku saja, tapi tidak bisa dicegah, dia pun
dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak
permainan bersamaku.

Dari semula gerak senggama kedua kami masih berputaran pelan, semakin lama
semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak
terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan
melepaskannya sesaat lagi. Wasti tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan
tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya
meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-
sogokan batanganku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya
justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang
kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas
akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.

“Aahs yyohh Wass.. Mass sudah mau samppe..”


“Iya Mass.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh Wass ayyoo..
dduuh Maass.. aaddussh hrhh..”
Pembukaan orgasme ini masing-masing saling mengajak dan berikutnya saling
bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan
mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan kali ini relatif
cepat namun bisa juga membawa Wasti pada kepuasannya. Memang hampir saja
terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar
langkah kaki seseorang akan masuk ke rumah induk. Ternyata memang Ardi yang
datang. Wasti sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia
menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan
meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring
yang sempat tertunda itu. 
Cerita Mesum Anak SD yang mungil
Cerita Mesum Anak SD yang mungil - Namaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal
dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku
itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas
enam SD.

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep


Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh
Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya
yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari
ibunya yang bertubuh bongsor dan montok. Baca nikmatnya tubuh mungil marlen
selengkapnya disini.

Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan
Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat
bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat
cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun
mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.
“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.
“Iya…..boleh…” ungkapnya.

“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari
Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang
seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena
penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut
padaku.
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil
berdiri membelakangiku.

Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di


tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya,
sambil ku usap-usap dengan perlahan.
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan
bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-
gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.
“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan
pelukanku.
“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang.

Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa


penasaran.
“Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran.
“Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang
menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya.
“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu
gerbang depan.
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.

Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu
menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-
pelan.
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri
pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.
“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil
kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.
“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.
“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke
arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran.
Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang
kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun
mulai berani melihat ke arah kontolku.

“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap


kontolku, tanpa bimbinganku lagi.
“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena
sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan
tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi
melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-
usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku
usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas
tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan
sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai
sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar
olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.

Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah
jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku
memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah
yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus
menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan
Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali
dia mengocoknya pelan-pelan.
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian
pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena
yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.
“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang
terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia
bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek
padaku.
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.

“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku
padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap
selangkangan dan memeknya.
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil
menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas
lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan
memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa
pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin
tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup
jantungku yang makin cepat.

Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan


badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-
tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut
sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang
diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa
aku tidak mungkin menyakitinya.
“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan
pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu
kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek
Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah
selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-
gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang
kontolku.
“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.
”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.
“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus
menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-
sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.
“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak
mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku
meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang
akan memuntahkan lahar panasnya.
“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air
maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di
belahan memeknya.
“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku
diselangkangannya.
“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.
“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.
”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.

Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil
tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat
tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma
sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku
kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.

Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya


yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang
kulepas tadi.
“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang
masih terheran-heran atas ulahku tadi.
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada
Marlena.
“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena
polos.

Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam
kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti
aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.

Cerita Sex Anak SD Lagi Belajar Ngewek | Ini jarang terjadi. Anak-anak Kecil SD
Perawan Mulai Nelajar Ngentot. Payudaranya saja belum tumbuh sudah mulai coba-
coba berhubungan seks. Baca kisahnya berikut ini…

Cerita Sex Anak SD Lagi Belajar Ngewek | Exelroze.info Aku mempunyai tetengga
belakang rumahku yang bernama Ita dan Anggi. Ita orangnya manis,tinggi,dan bongsor
mirip anak yang berumur 16 tahun.Dia masih kelas 6 SD sedangkan Anggi adik Ita
yang sedang kelas 4 SD.Dia juga bongsor sama dengan Ita tetepi bedanya dia agak
pendek dan juga Anggi lebih putih,cantik serta lincah juga.Ita anaknya montok dan yang
membikin aku tidak tahan adalah pentilnya yang besar itu berukuran 32B.Dia suka
memakai celana pendek dan atasannya hanya memekai kaos tipis dalamnya memakai
kaos dalam yang longgar tanpa Bh atau Bh saja sehingga pentilnya yang berwarna
coklat muda kelihatan sedikit membayang bila memakai kaos dalam saja.Kalau Anggi
orangnya suka memakai rok mini yang minim banget atau sebatas pertengahan paha
sehingga paha mulus Anggi kelihatan dan atasannya memakai kaos tipis tanpa
memakai pakaian dalam sama sekali sehingga pentilnya yang berukuran 32A kelihatan
tercetak jelas.Dia juga senang menggodaku dengan memakai celana ketat sepangkal
paha milik Ita tanpa celana dalam dan atasannya memakai tengtop tanpa miniset(dia
suka memakai miniset) bila aku bermain kerumahnya kalau tidak ada orang tuanya
sehingga semua tubuhnya terbayang jelas dibalik pakaiannya yang serba tipis
membuat aku tak tahan.Dan bila dia sudah begitu aku langsung mendekatinya dan
memeluk serta meraba raba pentil dan tempiknya yang membukit dibalik celana
ketatnya.

Kalau Ita suka menggoda aku bila bermain kerumahnya dengan memakai rok Anggi
yang mini didalamnya tanpa celana dalam dan atasanya hanya memakai kaos dalem
putih/coklat tipis banget hingga pentilnya seperti dia pamerkan kepadaku.

Aku menyetubuhinya pertama kali saat aku,Ita,dan Anggi berenag dikolam renang
rumah Ita.Ceritanya begini:

Saat itu hari Minggu(12 Februari 2003)aku main kerumah Ita dan Anggi yang
kelihatannya lagi sepi.Saat aku tanya ke Anggi papa dan mamanya lagi kemana dia
mengatakan kalau papa dan mamanya lagi keSemarang dan pulangnya lusa dan
dirumah hanya ada mereka berdua dan pembantu perempuan yang berumur 22tahun
bernama mbak Asih.Lalu aku mengajaknya berenang dirumahnya yang ada kolam
renangnya dibelakang rumahnya.Anggi langsung senang dan mengajak Ita
kakaknya.Ita langsung keluar dan saat itu dia hanya memakai kimono tidur dan
kelihatanya dia tidak memakai apa apa didalamnya dia mengiyakan ajakan adiknya.Aku
langsung masuk kerumahnya yang sedang sepi itu dan mencuri curi pandang kearah
tempik dan paha Ita yang kelihatan saat Ita duduk didepan ruang keluarga.Saat itu aku
memakai celana ¾ yang dari bahan parasut atasanya kaos junkies.Aku meminjam
celana Ita agar bajuku tidak basah.

“Ita aku pinjam dong celana kamu biar bajuku tidak basah”kataku

“Sebentar yah aku ambilin”katanya dan dia meminjamiku celana yang ketat tapi bisa
mengembang berwarna kuning

“Bentar yah aku ganti baju dulu”katanya dan masuk kekamar Anggi.Aku langsung
mengganti bajuku dengan celana Ita didepan Tv karena Anggi dan Ita sedang berganti
baju dikamar Ita.Saat itu aku sedang telanjang tanpa memakai apapun dan Anggi
keluar tanpa aku sadari karena posisiku didepanya membelakanginya.Ita dari tadi
memperhatikanku dari belakang.Tau tau dia sudah memegang kontolku yang sedikit
ngaceng karena melihat paha dan tempik Ita.

“Eh kok menganggu angguk ini apa sih,ada rambutnya lagi?”tanyanya sambil
memegang kontolku

“Eh Anggi kamu sudah ganti baju”tanyaku gugup tapi tanpa menepis tangan Anggi yang
memegangi kontolku karena Anggi meremas remasnya sehingga kontolku geli geli
nikmat rasanya.

“Ya sudah dong”katanya sambil tetap meremas kontolku.Dia memakai baju renang
yang sangat sexy banget bawahnya celana dalam nilon tipis berwarna pink terusanya
seperti tengtop tipis banget dari kaos berwarna kuning sehingga semua bentuk tubuh
Anggi kelihatan sekali menambah ketegangan kontolku apalagi ditambah remasan
Anggi.

“Lepasin dong kan sakit tititku”kataku pura pura tapi didalam hati aku berkata nanti aja
kalau kita udah berenang.Dia melepaskan kontolku aku langsung memakai celana
Ita.Kontolku membayang jelas dibalik celana nilon tipis Ita mirip ulat yang melintang
keatas.Lalu aku ikutan duduk dan memeluk Anggi yang sedang duduk dikursi ruang
keluarga itu.Aku memeluknya dari belakang karena Anggi duduknya
membelakangiku.Tanganku langsung hinggap dipentil Anggi dan meremasnya pelan
pelan.

“Ah geli,eh…tapi kok enak yah”katanya sambil memegang tanganku tanpa menariknya.

“Enakkan,tadi tititku juga keenakan kayak gini”kataku sambil berusaha memasukan


tanganku kedalam pakaian renang Anggi dan menarik tali pakaian renangnya yang
berbentuk tengtop itu hingga terlepas sedikit tapi sudah memperlihatkan pentil Anggi
yang sebesar tutup teko itu.

“Nggi balik sini dong”kataku sambil menariknya agar menghadap ke aku.Dia langsung
berbalik dan saat itu juga pentil indah milik gadis kecil terlihat jelas dihadapanku.Pentil
cewek kecil dengan puting merah muda menggemaskan

“Eh diliatin terus”katanya sambil menarik kembali tali bajunya keatas dan aku hanya
senyum saja.Saat itu Ita keluar.Pakaian Ita tak kalah sexynya dengan adiknya.Dia
memakai tengtop dengan terusan rok sebatas lutut dari bahan nilon berwarna hitam
dan kelihatanya dia tak memakai apa apa didalamnya karena pentilnya jelas tercetak
dibalik tengtopnya yang tipis.

“Wah kamu cantik banget lho Ta”kataku.Pandangan Ita kebawah bagian kontolku.

“Ih lucu apaan tuh yang panjang”katanya menunjuk kontolku

Dasar anak anak kataku dalam hati.”Ini namanya titit”kataku sambil ngeluarin kontolku
yang sejak tadi ngaceng.

“Ta aku nggak pakai ini aja deh,kesempitan ”kataku sambil melepas celana Ita
memperlihatkan kontolku yang berjembut lebat lalu mengembalikanya.Aku sengaja
melepasnya karena aku ingin Anggi dan Ita melihat kontolku dan supaya kontolku
bebas bergerak.

“Ya udah sini aku kembaliin”katanya sambil meraba kontolku.Seeerrrr tangan halusnya
menyentuh kontolku yang mengangguk angguk ngaceng.

Lalu kami keluar dan kekolam renang dibelakang rumah dan tak lupa menutup pintu
depan rumah Ita agar tak ada tamu yang datang.Aku berenang dengan mereka dengan
telanjang bulat tanpa malu malu karena mereka belum mengerti apa apa.Saat aku tidak
berenang dan tiduran di pinggir kolam sambil mengelus elus kontolku yang aku biarkan
tegang Ita mendekatiku lalu disusul Anggi dibelakangnya.
“Eh lucu kayak burung”kata Ita sambil memegang dan meremas kuat kontolku karena
gemes.Aku yang diremes jadi sedikit kesakitan

“Ukhh sakit Ta jangan diremes tapi diginiin "kataku sambil menaik turunkan
kontolku.Lalu Ita memegangnya dan menaik turunkan kontolku.

“Begini”katanya

“Shhhh….ahhhh Taa mmhhh”kataku sambil memegangi pundaknya.

“Kenapa sakit ya tititnya”tanyanya menghentikan kocokanya

“Nggak kok terusshhh enak kok "kataku lalu tanganku memegang pentil Ita yang basah
tercetak dipakaiannya.

“Jangan pegang basah nih ”katanya sambil terus mengocokku.Aku tak peduli dan terus
meremas pentilnya malah menurunkan tali tengtop yang ada di bahunya hingga
pentilnya yang putih mulus dengan puting coklat muda kelihatan menggiurkan.

“Shhhh terusss ”kata Ita mulai merasa keenakan pentilnya aku remas remas.

“Kak ikutan dong Anggi dari belakang lalu duduk menghadapku.

“Stop,berhenti dulu aku ajarin yang enak mau nggak?”tanyaku

“Apaan sih”kata Ita

“Iya,apaan”sahut Anggi

Wah kebetulan nih pikirku.

“Kita main ibu dan bapak”kataku

“Gimana?”tanya keduanya hampir bersamaan

“Gini,biar aku buka pakaian renang kalian lalu kita main”kataku sambil berusaha
melepas pakaian Ita

“Iya deh”jawab Ita.Lalu aku melepas tengtop Ita hingga Ita telanjang dan pakaian atas
Anggi lalu cawet nilon Anggi dan membuang semua itu sembarangan.

“Nah sekarang Anggi dulu”kataku mendekati Anggi dan menidurkan Anggi dikursi
pantai panjang yang didekat kolam renang.

“Kamu tiduran ya terus nikmati aja”kataku sambil membelai belai pentil Anggi yang
putih mulus dan putingnya yang berwarna merah muda itu.Lalu aku mencium bibir
Anggi dan melumat bibirnya.Mulanya dia hanya diam tapi lama lama dia membalasnya
dan lidahku masuk kedalam mulutnya.Emhhhh…manisnya ludah milik Anggi.Kami
berciuman lama sambil tanganku meremasi pentil serta memelintir putingnya.Ita hanya
memperhatikan kami.
“Eh seperti yang difilm yang ditonton papa sama mama”katanya.Aku terus saja
melanjutkan permainanku dengan Anggi hingga ciumanku turun kedaerah pentil.Disana
mulut dan lidahku mengulum dan menciumi pentil Anggi yang kiri dan tanganku yang
kiri meremas pentilnya yang kanan.

“Shhh akhhh…kak Ita enak kak,Anggi sukaaa”katanya diiringi rintihan keenakan.Lalu


ciumanku turun keperut dan kebawah terus hingga sampai didaerah tempiknya yang
belum ada bulunya sama sekali.Tempiknya putih banget dengan bukit melintang indah
kebawah serta ada sesuatu seperti mengintip sebesar kacang.Aku hirup aroma
tempiknya dalam dalam…mhhh haruuuum banget melebihi semua madu.Lalu aku
menciumnya dan memainkan bibirku di tempiknya yang basah terus lama lama lidahku
sudah menyusuri tempiknya.

“Kakhhh Ita gawukku diapain kok enak sihhh”teriaknya

Ita hanya mnonton karena juga tidak mengerti.Lalu aku memasukkan lidahku kedalam
tempik Anggi hingga masuk dan menjilati tempiknya yang sudah basah cairan
kenikmatannya sampai kedaerah itilnya.

“sluuup sruupp sllluuuupp amhhh”suara lidahku memainkan tempik Anggi

“Shhhh miaahhhhh kak Itaaa Nikmat sekali kak,Anggi nggak tahan”katanya sambil
tangannya meremas rambutku hingga acak acakan.Kedua tanganku bermain di
pentilnya yang terbebas.Hingga tiba tiba Anggi berteriak.

“Kak,Anggi mau pipis kak…akhhhhh…serrr…sserrrr…sseerrr..seeerrrr”4 kali tempiknya


mengeluarkan cairan pejuh.Aku langsung menghabiskan cairan itu hingga habis karena
rasanya sangat enak,gurih,manis.Dia kelihatan lemes banget dengan nafas memburu.

“Kok enak banget,Anggi keenakan sekali”katanya

“Sekarang aku ajarin ngulumin tititku ya”katak

“Sekarang kamu gantian diatas terus masukin tititku kemulutmu dan emutin Nggi”kataku
sambil membaringkan tubuhku dikursi.Lalu Anggi memegang kontolku dan
meremasnya lalu menjilat helmku yang berwarna merah tegang sekali.

“Ayo Nggi emut seperti kamu ngemut es”kataku sambil mendorong kepala Anggi
kebawah kontolku.Lalu Anggi mengulum kontolku tapi hanya 1/4nya saja karena
kontolku besar(panjang 17 cm dan berdiameter 5 cm).Dia mengulumnya dengan kasar
maklum baru pertama sampai kena giginya.Rasanya sakit sakit,geli,nikmat,enak
bercampur jadi satu.Kontolku kena gigi tapi justru itu yang menambah nikmat bagiku.

“Sluurrrppp…slurrpp….nyot..nyoot”bunyi kulumannya pada kontolku.

“Shhh…yahhhh terus Anggi,kamu pintar banget”kataku

“Ita kamu sini dong deket aku biar kamu enak juga”kataku agar Ita mendekat.Setelah
Ita mendekat tanganku langsung menyambar pentilnya dan meremas remasnya

“Ehhh…shhhhh tetekku sakit tau”katanya tapi tak berusaha menyingkirkan


tanganku.Jadinya kontolku dikulumin cewek kecil dan tanganku meremasi pentil cewek
cantik juga,sungguh pas dan nikmat sekali.Hingga aku akan segera akan keluar.

“Ssshhhhh mhhhh…croottt…crrooottt…crrooott”3 kali panjang panjang aku


menembakkan air pejuhku kemulut Anggi

“kamu pipis kok nggak bilang sih”kata Anggi sambil mengelap pejuh yang meleleh
keluar sampai dipipinya

“Tapi kok enak yah rasanya”katanya lagi

“Nggi kamu tiduran lagi dong biar aku ajaring yang lain”kataku.Lalu aku bangun
digantikan Anggi yang ganti tiduran dikursi.

“Apa lagi sih”tanya Ita

“Enak deh liat aja”kataku brsiap siap naik kekursi lagi lalu aku menyuruh Ita kockin
kontolku yang mengecil.

“Ta kocokin dong biar ngaceng lagi nih”kataku sambil memegangi kontolku.Lalu Ita
memgang dan mengocoknya hingga ngaceng kembali.Setelah ngaceng aku siap siap
akan memasukkan kontolku kedalam tempiknya Anggi.Aku menggenggam kontolku
dan mengarahkan kelobang tempik Anggi.

“Nggi tahan dikit yah aku mau masukin kontolku”kataku sambil memegangi kontolku

“Masukin aja aku pingin rasain kaya papa sama mama main ginian”katanya sambil
jarinya menyentuh helmku

“Ita kamu bantuin aku dong,tarik gawuknya Anggi biar agak lebar Ta”kataku lalu Ita
menarik tempik Anggi kekiri dan kekanan dan aku lalu mendorong kontolku.

Susah banget masuknya dan baru 3 kali sodokan helmku mulai masuk…bleeeshhh…

“Kaaakhhh Ita sakit kak”teriak Anggi

“Tahan sedikit Nggi”kataku lalu mendorong kontolku hingga ½ masuk kontolku sudah
menabrak selaput dara Anggi.Aku berhenti sebentar lalu menaik turunkan kontolku
hingga Anggi kembali mendesah desah tanda dia merasa keenakan lagi.Lalu tiba tiba…
bleessss…prett kontolku merobek selaput daranya dan masuk semua hingga amblas
ketempik Anggi yang sempit.Kontolku seperti diremes remes dengan karet hingga sakit
sakit tapi enak.

“Aaaaakkkhhhhh kak Ita,gawukku perih”teriak Anggi dan aku terus diatas Anggi.Saat
Anggi sudah sedikit tenang aku kembali menggerakkan pantatku naik turun.Pertama
Anggi meringis ringis.

“Shhhh sakiiit…udah dong gawukku sakit”rintihnya tapi aku tak peduli karena aku sudah
gatel banget.Tapi lama lama rintihanya berubah jadi erangan dan desahan kenikmatan.

“Shhh…ahhhhh aakkhhhh….yaahhhh kak Ita kok enak ya kak sakit tapi nikmat”katanya
tak beraturan

“Anggi gawukmu nikmat banget Nggi aku suka banget deh shhhh…aakhhhh”kataku
keenakan juga sambil bergerak turun naik diatas tubuh mulus Anggi

Gerakanku makin lama makin cepat hingga akhirnya.

“Kak Ita Anggi pipis lagi kakhh…shhh..aaahhhhh….ssshhhhhh..aahhh”teriakanya


membuatku makincepat menggenjot tempiknya hingga akhirnya

“Akhhh sseeerrr…sseerrr.sseeerr…seerr”kali ini lebih banyak pejuh yang keluar dari


tempik Anggi lalu aku mencabut kontolku yang belum keluar dan belum puas.Lalu aku
menjilati tempik Anggi.Kulihat ditempiknya ada cairan putih dan ada darah yang
meleleh tanda dia sudah tidak perawan lagi.Lalu aku menjilatinya sampai semua darah
dan pejuh habis bersih dan aku telan semua.Rasanya enak,asin,gurih,amis darah
bercampur jadi satu.

Kontolku masih kokoh tegang dan basah mengkilap oleh pejuh dan sedikit darah Anggi.

“Nggi sekarang kamu istirahat aja deh lihat giliran kak Ita”kataku

“Iya deh,Anggi juga lemes kok dan gawukku sedikit sakit”katanya sambil membelai
tempiknya yang bentuknya berubah menjadi tebal dan tembem menggelembung karena
sudah kumasukin kontol.Bentuknya jadi sedikit keluar bibir tempiknya.

“Sakit ya,tapi nikmat kan?”tanyaku

“Iya sakit tapi enak kaya gimana gitu”katanya sambil tersenyum.

Aku lalu mendekati Ita yang merabai tempiknya karena kegatalan sepertinya

“Ta sekarang giliran kamu”kataku sambil menelakupkan telapakku kepentil Ita lalu
meremasnya.

“Sakit nggak sih nanti”tanyanya takut sakit

“Nggak deh,malah enaaak sekali”kataku

“Tuh tititku sudah tegang ingin dimasukin kegawukmu itu”kataku sambil meremas
tempiknya.Ita lalu menutupkan pahanya agar aku tidak menggodanya lagi.

“Iya tapi pelan pelan aja yah”katanya

“Iya deh nikmatin aja kamu bakalan ketagihan”kataku lalu aku mendekati Ita dan
menyodorkan kontolku kearahnya.

“Ta remasin,kocok dan kulumin dong tititku biar lebih ngaceng”kataku sambil
memegang tangan Ita.Ita lalu memegang dan meremas kontolku yang sudah ngaceng
basah.

“Teruushhh…Ta kocokin Taaa,enaaakhhhh”kataku menikmati remasan dan kocokan Ita


pada kontolku.

Cerita 5eks - “Taaa emutin dong kaya Anggi tadi”kataku sambil menarik kepala Ita
kearah kontolku.Ita lalu membuka mulutnya dan menjilati lubang kontolku yang
kemerah merahan.Rasanya seperti digesekin kekondom(kalau aku ml sama Siska
pacarku yang ada dalam cerita Senandung Masa puber aku kadang memakai kondom
biar aman,kadang Siska ngocokin kontolku yang mesih berkondom….Enaaaknya si
Siska).Sekarang Ita ngulumin kontolku.Hanya 1/4nya kontolku yang masuk karena
panjangnya kontolku.Mhhhh….slluuuuupp…cleeep suaranya bikin aku melayang.

“Taaaa nikamatnya,kamu lebih enakan dari Anggi emutan kamu”kataku melirik Anggi
yang sedang merabai tempiknya yang membengkak merah dia meringis aja.Tiba tiba
ada yang akan keluar dari kontolku.

“Shhh akhh teruushhh ttaaaa”kataku lalu…croot croot crot crot pejuhku menyembur
dalam mulut Ita.

Ita menelan semua pejuhku karena dia tau kalau rasanya enak.Aku lalu bangun dari
kursi dan menidurkan Ita kekursi.

“Ta sekarang kamu gantian yang rasain”kataku lalu aku mencium tempiknya lalu aku
jilat bibir tempiknya(tempiknya putih bersih belum ada bulunya sama sekali dan berbau
sedap cairan kewanitaanya).Aku menjilat,mencium,melumat sampai cairan Ita jadi
habis semua.

“Akhhh shhhh…mhhhhh…shhhh…akhhh”rintihan Ita semakin indah.Setelah beberapa


saat akhirnya dia sampai juga.

“Aaahhhh…aku pipis enakhhhh sekali…ssuuuurrr…suurrr..ssuuurrrrr”Ita


menyemburkan pejuh panjang panjang sampai mengenai mukaku lalu aku menjilatinya
sampai bersih serta meratakan pejuhnya dimukaku.

“Ukhhh enak sekali aku sampai lemas”katanya sambil berbaring terlentang.

“Gimana enakan?,sekarang kamu rasain kaya Anggi tadi yah”kataku sambil


memegangi pentilnya yang mengeras dan mencuat tegang puting coklatnya.Lalu aku
menaikin tubuh Ita yang telentang siap.

“Ta tahan dikit yah kalau perih”kataku sambil memegangi kontolku kerah tempiknya Ita

“Nggi bukain dong gawuk kak Ita”kataku pada Anggi lalu Anggi menarik tempik Ita
kekanan dan kekiri membukanya.Terlihat bagian dalam tempik perawan Ita
basah,merah muda dan berkedut kedut.Aku mendorong kontolku berkali kali tapi susah
dan baru yang kelima kalinya aku berhasil,sepertinya tempi Ita malah lebih sempit dari
punya Anggi.Sleeep….kepala kontolku baru masuk tapi Ita sudah teriak kesakitan.

“Ukhhh…periiihh…sakiiit banget”katanya sambil tangannya mencengkeram pinggangku


agar tidak masuk lagi.Setelah Ita agak tenang aku kembali menekan kontolku masuk
lagi…sleeep..”Akhhhh”teriak Ita.Setelah ½ lebih kontolku seperti menyentuh selaput
tipisnya.
“Kamu muncul lagi yah,ntar kamu aku robek”kataku dalam hati alu aku dengan tiba tiba
menekan kontolku sekuat tenaga.

“Slup…Brett akhhhh sakiiit”teriak ita mencengkeram pinggangku kuat kuat.Aku diam aja
sambil menikmati jepitan dinding tempik ita yang kuat seperti mau menghancurkan
kontol tegangku.Setelah nafas Ita agak teratur aku kembali menaik turunkan kontolku
mengobok obok tempik perawan Ita.

“Akhhh shhhh sakiiit pelan pelan dong periiih nih”teriaknya tapi aku tidak peduli.

“Aku kenthu kamu Ta biar tempikmu perih”kataku dalam hati kegemesan

“Sleep…sleep…cleep…cleeep”genjotanku naik turun makin lama makin cepat

“Akhhh…shhhh….akhhhh sakiit”teriak Ita kesakitan tapi pinggangnya malah bergerak


kekanan dan kekiri.Lama lama teriakannya berubah menjadi desahan nikmat.

“Shhh..akhhhh…skhhh…akhhh enak bangethh siih kalau gini terus Ita mau


dong”katanya sambil menekan pinggulku.

“Akhhh taaa gawukmu sempit nikmat banget taaa”kataku sambil menggenjot tempiknya
yang lama lama menjadi lancar nggak seret lagi dan basah oleh cairan kenikmatannya.

“Sleep…sleepp..cluup…cluup”irama kanthuku membuat Anggi masturbasi dengan


memasukkan dua jari mungilnya ketempiknya yang sekarang telah membesar itu

“Kak Ita,Anggi gateeel”kata Anggi sambil mengeluar masukkan jarinya secara cepat

Aku agak bosan dengan posisi itu lalu mencabut kontolku dari tempik Ita.

“Kenapa dicabut sih gatel nih”kata Ita sambil menarik kontolku agar masuk kembali

“Bentar Ta kita ganti posisi”kataku lalu menunggingkan Ita

“Nah kamu terus gini aja ntar kamu lebih enak lagi”kataku sambil mendorong kontolku
ketempiknya.Ternyata kontolku masih saja kesulitan masuknya karena tempiknya
memeng sempit sekali.Bleeeeeesss….kontolku masuk pelan pelan.

“Akhhhh teruushh masukin dong lagi”katanya.Aku lalu memaju mundurkan pantatku


secepatnya biar Ita kesakitan(tujuanku agar aku mendapat variasi “Sleep…
sleep.sleep…sleep…cplok…cplok…cplok”suara selakanganku menabrak pantat bulat
Ita

“Akhhh…shhhh….akhhh terus dong enak nih”katanya.Lama lama aku sudah


merasakan akan keluar sesuatu dari kontolku dan Ita sepertinya juga begitu

“Akhh aku mau pipis lagi”katanya

“Aku juga Ta kita sama sama yuuuk”ajakku lalu aku memeluknya erat erat karena biar
semua pejuhku masuk dalam rahim Ita
“Crott…croot…croot..suurrr…surr..suurr”kami sama sama memuntahkan pejuh
kami.Aku memeluk Ita erat sekali hingga kontolku mengecil dalam tempiknya.Rasanya
enaak sekali melebihi Siska dulu pertama aku kenthu.

Cerita Sex Anak SD Lagi Belajar Ngewek | Exelroze.info Kami sama sama lelah,karena
udah panas udaranya kami segera masuk kerumah Ita.Ita dan Anggi hanya membawa
pakaian renangnya dan tidak memakainya karena malas.Kami masuk kedalam dan
saat sampai di dapur kami kepergok mbak Asih yang lagi duduk membaca majalah
Aneka.

“Ehh kalian sedang renang ya”katanya sambil memandangi kontolku yang bebas
terlihat olehnya

“Iya mbak(aku kalau memanggilnya mbak)kami berenang dikolam tadi”kataku

“kok pakaian renang dik Ita dan dik Anggi dilepas”katanya lagi

“Kami tadi main ayah dan ibu”kata Ita menyahut

“Ooooo kalian main ginian yah”kata Bi Asih sambil mengeluar masukkan jarinya
kedalam ibu jari dan telunjuknya yang dikaitkannya.

“Iya mbak Ehhh…kami”kataku gugup

“Kenapa sih mbak nggak diajak,mbak kan mau ikutan”kata mbak Asih sambil
mendekatiku dan merabai kontolku otomatis kontolku ngaceng lagi

“Tadi enak nggak dik?”tanya mbak Asih

“Enaak banget mbak”kata Anggi

“Tapi kok periih banget ya mbak?”kata Ita

“Tapi enak kan”kataku membiarkan tangan mbak Asih bermain dikontolku yang sudah
ngaceng lagi

“mbak kalau mau ikutan dikamar Ita aja tapi berdua aja yah kami kecapaian”kata Ita lalu
kami masuk kekamar Ita.Saat itu mbak Asih memakai rok kolor hitam atas lutut
atasannya memakai kaos oblong ketat tipis menampakkan Bhnya yang berukuran 36C
berwarna pink(aku tau ukurannya setelah aku kenthu dengan bi Asih,bahkan aku
menyimpannya untuk kenang kenangan bila aku ingin kenthu dengannya atau bila aku
ngocok sendiri).

Setelah dikamar Ita aku mengunci kamar hingga didalam kamar hanya ada aku dan
mbak Asih sedang Ita dan Anggi nggak ikut karena kecapaian katanya.

“uh besarnya kontolmu Ndra mbak jadi ingin rasain”katanya sambil menggerakkannya
naik turun.

“Shhhh mbak enak mbak kocokanmu”kataku sambil merabai pentil mbak Asih yang
masih memakai pakaiannya.Lalu aku mengangkat kaos mbak Asih keatas dan
melapasnya hingga terlihatlah Bh pink mbak Asih yang kelihatan sexy.

“Mbak Bhnya lepasin ya,Indra pingin lihat susumu ini”kataku sambil meraba susunya
yang kencang montok dan menantang.Aku memang sudah lama ingin mengenthu
mbak Asih tetapi aku nggak enak mengajak dan baru sekarang

“Iya Ndra susuku juga ingin kamu lumatin”katanya tetap remesin kontolku.Bhnya aku
epas dan aku taruh diranjangnya Ita.Sekarang Bhnya lepas dan mbak Asih telanjang
dada.

Pentilnya besar,montok dan putingnya merah mencuat keatas membuat mataku


melotot tak puas memandang

“Mbak indah banget mbak”kataku lalu meremasnya kegemasan

“Mhhh akhhh terus remes Ndra susu mbak As gatel”katanya lalu aku mencium bibirnya
dan mbak Asih membalas ciumanku serta melumat bibirku lalu kami bermain
lidah(ludah mbak Asih rasanya manis banget nggak kalah sama Ita dan Anggi)sambil
tetep remasin susunya.Setelah puas ciuman aku menurunkan ciumanku kelehernya
dan menggigiti lehernya sampai memerah lalu turun sampai kepentilnya.Disana aku
melumat susunya lalu lama lama aku melumat putingnya yang mencuat indah.

“Mhhh yahh Ndra teruus sayang”katanya sambil meremas belakang kepalaku

Aku melumat pentil mbak Asih kiri kanan gantian,bila aku lumat kiri tanganku meremas
yang kanan tapi bila aku lumat yang kanan tanganku meremas yang kiri.

Aku lalu menarik rok kolor mbak Asih kebawah sampai lepas hingga tempik mbak Asih
telihat bebas.Ternyata mbak Asih nggak pakai celana dalam pantesan tadi duduknya
didapur kakinya ditutupin handuk.Tempik mbak Asih menggunduk tebal dengan jembut
lebat menghiasi bukit tempiknya.

Aku langsung memandang keindahan hutan mbak Asih tak berkedip.Mbak Asih yang
masih muda(boleh dibilang remaja)mirip cewek cina karena putihnya mbak
Asih,susunya putih montok dengan puting merah mencuat sedangkan tempiknya tebal
membukit dengan bulu jembut yang rimbun idah pasti semua cowok akan langsung
onani bila melihatnya telanjang.

“Udah Ndra kok dipandang terus”katanya mengaitkan pahanya dan duduk ditepi
ranjang.Aku hanya senyum saja lalu mendorong mbak Asih telentang lalu menjilat
tempiknya yang sudah sangat basah dan berbau enak.Jilatanku naik turun terus
melumat lumat hingga mbak Asih kelojotan keenakan.

“Akhh Ndraa kamu nakal sayang,teruuusshhhh”katanya sambil meremas remas


bantal.Aku terus saja mengerjai tempiknya sampai mbak Asih mengangkat kepalaku
dan berkata

“Udah Ndra masukin aja kontol kamu itu aku sudah ingin rasain”katanya sambil
mengangkangkan paha mulusnya lalu aku menaiki tubtuhnya dan mengarahkan
kontolku ketempik rimbunnya.Ternyata susah banget hingga 4 kali usaha bru
masuk.Slleep kepala kontolku baru masuk.
“Akshhh pelan pelan yah Ndra”kata mbak Asih lalu aku menekan lagi pantatku masuk
hingga 3/4nya kontolku seperti menekan sesuatu selaput.

Ternyata mbak Asih masih perawan.

“Mbak asih perawan ya?”tanyaku

“Iya,mbak baru main ini”katanya

“Nggak apa apa mbak aku mengambil perawan mbak?”kataku

“Nggak apa apa kok,malah mbak senang bisa ngasih kepada orang yang mbak
cintai”ternyata mbak asih suka padaku.Lalu aku menekan lagi pantatku hingga
Bless….preet sleput itu telah sobek.

“Akh sakit Ndra terusin aja kok mbak nggak apa apa”katanya.Aku lalu mendiamkan
kontolku didalam tempik mbak asih menikmati pijatan sexynya

“Shhh mbak makasih yah enak sekali,aku kapan kapan mau lagi”kataku meremasi
pentilnya yang sudah keras.

Cerita Sex Anak SD Lagi Belajar Ngewek | Exelroze.info - “Iya sayang”katanya


membelai bibirku sambil menitikka air matanya.Ternyata mbak Asih benar benar
mencintaiku.Lalu aku menaik turunkan pantatku pelan pelan makin lama makin
cepat.Dari seret sampai lancr keluar masuknya

“Sleep..sleepp..cleep..cleep….akhhhh….shhh…akhhh..mbaakkk….enak…Indraa aku
sayang kamu”teriakan kami sungguh indah.Kami tetap pada posisi itu hingga akhirnya
mbak Asih mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari tempiknya dan
menyuruhku dibawah.

“Sayang kamu dibawah yah biar aku rasain diatas”katanya lalu dia menduduki kontolku
yang basah mengkilat.Sleeeeepp kontolku masuk pelahan lahan.

“Aahh…”desahannya memulai gerakannya naik turun.Slee…cleep…cleep..seeepp


irama kenthu kami yang indah.

Kami tak hentinya bergerak,mbak Asih naik turun sedang aku meremas remas
pentilnya yang bergerak naik turun seirama gerakan pinggul sexynya hingga akhirnya…

“Mbak aku sampai…”kataku

“Ahhh aku juga sayang kita keluarin sama sama yuuukkkhhhh”teriaknya

Sleep..cleep..cleepp…akhhh…shhh..akhhh ..shhh lalu serrrr…serrrr…serrrrr kami


sampai hampir bersama sama tapi aku hanya mengeluarkan pejuh sedikit banget
karena sudah terkuras tadi.Mbak Asih lalu rebah diatas tubuhku kelelahan dan kontolku
masih didalam tempiknya sampai mengecil lagi.

“Indra aku cinta kamu Ndra”katanya sambil menitikan air matanya diatas tubuhku
“Tapi aku sudah menjadi pacar Siska”kataku sambil menghapus air matanya

“Aku nggak peduli asal kamu juga sayang aku,kamu mau kan menyayangiku?”katanya
lagi

“Iya sayang aku akan mencintai kamu walau kamu yang kedua”kataku memeluknya
keharuan

“Ohh…Ndra aku sayang kamu dan aku nggak peduli walau kamu milik Siska yang
penting aku memiliki kamu”kata cintanya tulus padaku

“Aku cinta kamu yang”sambil mencium bibirnya dari bawah tubuhnya aku berkata.Aku
sungguh terharu sampai aku ikutan menangis(aku orangnya romantis dan sangat
sentimen).Aku menurunkan tubuh indah sayangku yang kedua setelah aku kehabisan
nafas keberatan.Lalu kami tertidur kelelahan dan aku memeluknya penuh kasih sayang
karena aku diam diam juga menyayanginya.

Sejak saat itu aku resmi jadi pacarnya walau dia rela menjadi yang kedua setelah
Siskaku.Aku juga sering menemui Ita dan Anggi sampai saat ini bila aku lagi gatel ingin
kenthu atau ingin rasain air pejuhnya.Saat dia pulang sekolah sekolah dengan jalan aku
membolos sekolah karena aku ingin kenthu dengannya dialam terbuka(aku suka
berexperimen dengan sex).

Cerianya begini:

Saat aku tau kalau jam 11 siang Ita pulang dari SDnya aku langsung menunggunya
digardu ronda dekat sekolahnya karena aku tau jalan itu satu satunya jalan bila dia
pulang sekolah.saat dia sampai digardu aku langsung memanggilnya dan kebetulan dia
jalan sendirian tidak sama temennya.

Dia kupanggil langsung saja kearahku karena tau aku yang memanggil.

“Ada apa sih,kamu bolos yah”katanya sambil senyum

“Iya nih kangen sama kamu yang”kataku

“Yuk jalan kesana yuk”kataku mengajaknya kearah persawahan(sekolahan Ita dekat


persawahan yang luas)

“Yuk deh”katanya menggandeng tanganku mesra.

“Ita aku kangen kamu sama permainan kita”kataku memeluk pundaknya dari samping
setelah mendapatkan tempat yang agak terlindung dan sepi.

“Yang bener aja deh”katanya memegang tanganku yang dipundaknya.

“Iya,sampe sampe aku bolos begini”kataku lalu tanganku yang satunya meraba kakinya
hingga terus sampai kepahanya.

“Kamu nakal deh”katanya membiarka aku menyingkap rok merah seragamnya


“Kita main yuk”kataku lalu aku menciumnya dan dia membalas lumatanku pada
mulutnya karena dia sudah terbiasa aku lumatin.Tanganku meremas pentilnya setelah
aku menidurkannya dirumput yang tempatnya terhalang semak rimbun.Kami ciuman
lama banget sampai mulutku basah oleh ludahnya.

lalu aku membuka kancing seragam putih SDnya dan melepasnya serta meletakakn
disamping kami.Ita memakai kaos dalam putih dan aku segera mengangkatnya keatas
hingga terlepas dan dia hanya tersenyum kepadaku tanganya mengelusi kontol
tegangku yang sudah tadi dia keluarin dari celana panjangku(aku sengaja nggak pakai
celana dalam karena aku sudah ada rencana) hingga tampak miniset putih yang masih
menghalangi pentilnya.

“Kok kamu pakai miniset sih kmau nggak sexy dong”kataku menggodanya

“Aku malu kok teteku udah gede nih”katanya menutupi pentilnya yang terhalang miniset
kecil putih.Aku lalu menaikkan minisetnya danmelepasnya dari tubuh kecilnya.

“Ta kamu pakai lagi dong kaos dalemu sama seragammu”kataku menyodorkan baju
seragamnya

“Kok di pakai lagi?”katanya

“Pokoknya kamu pakai aja deh”kataku lalu dia memakai semuanya tanpa miniset
putihnya.Setelah selesai aku melepaskan celana panjangku,mendekatinya dan
memangkunya sehingga dia diatasku.Aku menyingkapkan rok merahnya keatas dan dia
hanya diam saja meremasin kontolku yang mengacung keatas.Kusingkap roknya
hingga terbuka sampai pangkal pahanya,terlihatlah celana dalam hijau ada bunga
bunga kecil miliknya.

“Ta aku lepasin yah”kataku sambil menarik cawet hijaunya kebawah dan Ita hanya
mengangguk.Setelah lepas tangan kananku meraba raba tempiknya yang masih gundul
itu naik turun sedang tangan kiriku masuk kedalam kaos dan seragam putihnya
meremas susunya yang berukuran 32B itu

“Ahhhh kamu”desahnya mulai keenakan sambil mengocok kontol itemku.Kami bermain


pegang pegangan hingga kami puas lalu aku menyuruhnya tidur dan aku menindihnya
terbalik(posisi 69)lalu aku menjilati,mengulum serta mengerjai tempiknya hingga basah
cairan kenikmatan dan dia mengemut kontolku hingga kami sama sama mengeluarkan
pejuh.Setelah keluar aku menyruhnya bangun dan berdiri menungging.

Aku lalu menyingkap rok merahnya keatas sampai pantat dan tempiknya mengintip
serta mendekatkan konotlku siap aku masukkan.Sleeeeeeppp kontolku masuk dengan
mudah karena Ita sudah sering aku kenthuin.

“Ta enak nggak?”kataku mendiamkan kontolku didalam tempiknya dan memegangi


pinggang rampingnya

“Ahhhh Ndra kontolmu nakal sekali”katanya sambil nungging dan pegangan pada
pohon kelapa.Aku lalu mulai memaju mundurkan pantatku agar kontolku keluar masuk
tempik Ita.Gerakanku mulanya lambat tapi lama lama mulai cepat dan lebih cepat.
“Shhhh….akkhhhh…mhhhh akhhhh…akhhhh nikmaaat”teriak Ita

“Taa enak,nikmat taaa”teriakku tertahan.Clep..clep…sleep…sleep irama monoton


kenthu kami tapi indah.

Aku mulai bosan dengan posisi nungging lalu aku mencabut kontolku dari tempiknya.

“Ta sini aku gendong”kataku lalu menaikkan tubuh Ita dan mengarahkan kontolku lagi
kedalam tempiknya.Sleeepp kontolku masuk dengan mantap

Aku berdiri telanjang dan Ita diatasku lalu bergoyang naik turun semakin lama semakin
cepat sampai rok dan seragamnya kusut.Aku memeluknya dan bibirku berciuman
dengannya saling melumat dan menjilat.

Hingga akhirnya aku akan sampai

“Taa aku pipis Taaa”teriaku lagi

“Ndraa aku juga Akhhhh…”desahnya tertahan lalu Serrr…serrrr.serrr….croottt…


croottt…crroooottt kami sampai hampir bersamaan dan saling memeluk erat erat.Aku
menyandarkan tubuhnya dipohon kelapa sampai beberapa saat kontolku juga didalam
tempiknya.Air pejuh kami kebanyakan sampai meleleh keluar membasahi rok seragam
Ita.Sungguh nikmat kenthu sambil sembunyi ditempat terbuka seperti ini.

Aku menurunkan Ita saat nafas kami kembali teratur dan mencabut kontolku dari
tempiknya

“Uhhhh..ta nikmat ya tadi”kataku membelai rambut Ita yang kusut serta merapikannya

“Iya lain kali lagi yah Ndra”katanya.Aku memekai lagi celanaku dan mengambil miniset
dan celana dalam hijau Ita serta menyimpannya

“Ta buat aku yah cawet dan Bh minimu”kataku sambil mengantongi pakaian dalamnya

“Buat apa?”tanyanya lalu tertawa kegelian

“Buat kenang kenangan aja”kataku

“Terus aku gimana nih”katanya sambil menyingkap roknya keatas memperlihatkan


tempiknya yang tidak pakai celana dalam

“Nggak usah pakai dulu hingga kamu sampai rumah baru kamu ganti terus tetekmu itu
kan agak tertutup,nggak kelihatan kok tetekmu”kataku membela belai pentilnya yang
tertutup seregam dan kaos dalam.Kami lalu pulang dan berpisah dijalan karena aku
pulang jam 2 siang dan saat itu baru jam setengah satu jadi aku tadi kenthu sama Ita
selama 1 ½ jam lebih.Aku dijalan sepi menciumi celana dalam Ita dan minisetnya yang
berbau tubuh serta keringatnya.Baunya kecut kecut segar tapi aku bener benar suka
malah bila aku sedang terangsang dan tidak ada penyaluran aku lalu menjilat serta
menyedot aroma wangi pakaian itu sambil mengocok kontolku sampai puas.
Aku juga pernah menemui Anggi secara sembunyi ketika Anggi membeli sesuatu
diwarung sebelah rumahku.Saat itu Anggi membeli rokok yang disuruh oleh papanya
dan aku menemuinya serta menyuruhnya kembali menemuiku setelah dia
mengembalikan rokok papanya.Setelah dia mengembalikan rokok papanya dia
menemuiku lagi dan langsung aku ajak dia pergi kesawah deket rumahku yang
tempatnya sepi.

“Kenapa ajak aku kemari sih?”tanyanya sambil tangannya menggandeng tananku

“Nggak kok,aku pingin main aja dengan kamu”kataku lalau aku memeluk pundaknya
dan telapak tanganku langsung meraba susu kanannya karena posisiku ada
dikirinya.Dia malah semakin memelukku erat karena dia memang suka aku remesin
susu mininya

“Eh,remasin dong teteku…kan lama nggak kamu remesin”katanya centil lalu aku
memasukkan tanganku kekaos dan kaos dalamnya yang longgar lalu mencari susu mini
yang aku sukai.Aku meremas remas dengan lembut karena Anggi suka diremesin
lembut.

Terasa sekali susu Anggi belum keras dan lembut karena belum ada rangsangan.

“Enak terusin yah”katanya lalu kami berjalan beriringan kegubuk yang agak
tersembunyi.Setelah sampai aku segera mendudukan Anggi di tikar lusuh yang ada
digubuk itu lalu aku membuka kancing kaosnya karena kaos Anggi memakai kancing
didadanya.

“Nggi main lagi yuk,tititku gatel nih Nggi”kataku sambil menidurkannya dan menindih
tubuh kecil Anggi setelah membuka kancing kaos Anggi

“Iya yuk aku juga sudah lama nggak main lagi sama kamu”katanya lalu tangan Anggi
meraba kontolku yang mulai ngaceng sejak sampai digubuk tadi.Lalu aku melumat bibir
Anggi dan dia membalasnya tak kalah ganas karena sudah sering aku lumatun bibir
merahnya.Tanganku langsung meremas susunya yang mulai mengeras dan pentilnya
mencuat tegang.Saat kami sedang ciuman aku menaikkan kaosnya sampai terlepas
lalu kaos dalamnya sekalian hingga Anggi telanjang dada terlihat susunya mengeras
dengan pentil coklat muda tegak mengacung menantang.Aku lalu melepaskan
lumatanku pada bibir mungil Anggi dan mulai melumati pentil kirinya yang tegang
mengacung sambil tangan kiriku meremas susu kanannya yang bebas.

Cerita 5eks - “Aaahhh….ssshhhhh enaaak teruuss ya…”katanya sambil merabai


kontolku yang ngaceng.Setelah agak lama aku mengerjai susunya secara bergantian
lalu tanganku mulai melorotkan celana selutut ketat hitam Anggi hingga Anggi telanjang
bulat karena Anggi tidak memakai celana dalam(biasanya Anggi memakai celana ketat
itu sebagai ganti celana dalam).Tanganku segera menggosok gosok tempiknya yang
mulai membasah pertanda Anggi sudah terangsang.Tempik Anggi sekarang kelihatan
tebal dan dikanan kiri bibir tempiknya ada daging yang menyelaput tapi daging itu justru
membuat enak jika disetubuhi.2 Jari tanganku aku masukkan kedalam lubang
tempiknya lalu mengeluar masukkannya secara cepat seperti menyetubuhinya.

“Aahhh…shhhhh sakiiit jangan pakai jari dong”katanya sambil tangannya memegangi


lenganku kesakitan.Aku tak peduli hingga tempiknya berdarah menganai jariku.Setelah
sadar tempik Anggi berdarah aku menghentikan jariku dan melihat Anggi menangis
sambil tiduran.

Aku segera saja naik ketubuh Anggi dan mengarahkan kontolku yang tegak mengacung
acung kearah tempiknya yang merah merekah segar sekali
kelihatannya.Sleeeepp..kontolku masuk perlahan lahan

“Ukhhh pelan pelan aja yah”katanya lalu aku mulai menggerakan pantatku maju
mundur memompa tempiknya.

Terasa nikmat,licin,geli bercampur jadi satu menjadi sensasi setubuh anak anak yang
membuat kami ketagihan.Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama sama
melepaskan pejuh kami.

“Akhhh…Anggi samapi nih..serr…serr..serrrr…seerr”teiakan Anggi nyaring dan kurasa


ada aliran hangat melumuri kontolku.Lalu aku merasa kontolku semakin mengeras dan
ingin memuncratkan air surga.

“Nggiiiii….emut kontolku aku mau pipis sayang”kataku lalu mencabut kontolku dari
tempiknya.Crroootttt….crrootttt….croottt lalu Anggi melumat ½ kontolku hingga pejuhku
habis keluar.

“mhhh enak sekali pejuhmu”katanya sambil mengocok ngocok kontolku mencari sisa air
pejuhku.

“Udah dong Nggi”kataku lalu memasukkan lagi kontolku ketempiknya dan memangku
Anggi ditikar gubuk duduk berpangkuan karena kontolku belum juga melemas.

“Belum lemes ya”katanya lalu mengambil kaosnya menutupi daerah kemaluan kami
yang masih menyatu.

“Kenapa ditutup,kan nggak ada orang”kataku memakaikan kaosku ketubuhnya.

“Biar nggak saru”katanya kegenitan.Kami tetap menyatukan kelamin kami hingga Anggi
tertidur dalam pelukanku tapi kontolku nggak mau lemes juga akhirnya aku diam
menikmati remesan remesan lembut tempik Anggi pada kontolku.

Kami juga sering main bersama,berdua atau bertiga.Kadang dirumah Ita kadang
dirumahku kadang dirumah Siska pacar kesatuku.

Aku dan Siska juga sering main seks diluar ruangan karena kami juga menyukai
petualangan yang seru.Kami main di sekolahan juga pernah.

Dulu Siska dan aku bolos jam pelajaran berdua lalu kami sembunyi dikamar mandi
yang letaknya memang agak tersembunyi dan tertutup.Pada saat dikamar mandi aku
memeluk Siska dari belakang dan memasukkan tanganku kebaju seragamnya lalu
meremas remas susunya dari luar kaos dalamnya dan diluar Bh mini Siska setelah
puas aku membuka 3 kancing atas baju seragam Siska lalu aku mengangkat kaos
Siska dan membuka kancing Bhnya lalu talinya aku tarik kekanan dan kekiri melewati
bahu dan tangannya kemudian melepasnya singkatnya susu Siska tertutup tetapi hanya
seragam dan kaos dalamnya.Lalu tanyanku menurunkan semua celanaku hingga
celana dalamku sekalian menampakkan kontolku yang tegang mengangguk angguk
minta dimasukin.Kemudian aku menurunkan celana dalam merah Siska tanpa melepas
rok Siska.

Kemudian aku mendekati Siska dari belakang dan mengarahkan kontolku dari
belakang(kami sudah sama sama nafsu).Sleeeepp…blesss aku langsung memasukkan
kontolku terburu buru karena sempit waktu membuat kesakitan Siska.

“Aduuh pelan pelan dong Ndra,Siska sakit nih”katanya agak merintih

“Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih”kataku lalu tanganku menyambar susunya yang
menggelantung indah dibalik seragam dan kaos dalamnya.

Lalu aku mulai memaju mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada
susunya dan meremasnya.

“Shhhh…ahhhh…shhhh…Ndraaaa aku sayang kamuuuu”kata Siska setengah merintih


kenikmatan

“Siskaaaa aku juga,tempikmu sempiitt…nikmat Kaaaa”teriaku mengiringi kenikmatanku


pada kemaluan kami.Sleeep…bleess…cplok..cplok…cplok irama persetubuhan kami
sungguh indah hingga aku ketagihan.Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali
hingga kami sama sama sampai hampir bersamaan.

“Shhh…ahhh Ndra Siska sampai nih”katanya sambil kepalanya mendongak


kebelakang.

“Iya Siska sayang aku juga sampai nih,didalam yah yaaaang”kataku lalu
menghunjamkan kontolku dalam dalam ditempik Siska.

Seerr…serr..serr…croot…croot…croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku


mencabut kontolku dari tempik Siska.

Kontolku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Siska.

“Ugh…Ndra enaak banget ya”katanya sambil membenahi bajunya tetapi Siska tidak
memakai kembali Bh dan celana dalamnya tetapi dia menyuruhku menyimpanya lalu
aku menyimpanya disaku celanaku.

“Iya yang aku sampai ketagihan,omong omong kamu kok nggak pakai kembali celana
dalammu dan Bhmu yang”kataku sambil memakai celanaku kembali.

“Nggak ah panas nih yang lagi pula aku malas lepas seragamku”katanya

Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu jam pelajaran
selesai sambil saling membelai kemaluan kami menikmati sisa kenikmatan yang tadi
kami lalui.Setelah bel pelajaran kami masuk kekelas berdua kembali mengikuti
pelajaran seperti biasa.Siska tidak banyak bergerak dari tempat duduknya karena dia
tidak pakai celana dalam dan Bh dan aku segera menyimpan pakaian dalam Siska
ketasku takut ketahuan.
Cerita 5eks - Itulah petualangan seksku dengan cewek cewek kecil nan cantik yang
membuatku ketagian.Dan kegiatan kami ini terus berlanjut sampai sekarang.

Cerita Sex Dengan Anak SD Terbaru -


"Sayang, kamu pernah ciuman belum?" tanyaku.
"Belum, tapi suka deh ngeliat orang ciuman di film-film," katanya.
"Mau nyobain tidak?" tanyaku, to the point saja.
Dia diam saja.
"Sama kamu? nggak ah, takut... malu..." kata Ima.
"Nggak apa-apa lagi..." jawabku.
"Coba ya... enak kok," kataku lagi.
"Coba deh merem!" kataku.
Dia mencoba merem, tapi melek lagi, takut katanya. Jantungnya terasa deg-degan, katanya.
"Santai saja, tidak usah tegang," kataku.

Dia mulai merem, perlahan aku dekati wajahnya, mulai terasa hembusan nafasnya. Lalu perlahan
kusentuh bibirku dengan bibirnya. Ketika bibir kami mulai bersentuhan, bibirku mulai bermain di
bibirnya, dia belum merespon. Dia hanya membiarkan bibirku memainkan bibirnya, terasa sekali
hembusan nafasnya, bibirnya yang begitu lembut tapi akhirnya dia juga mulai memainkan bibirnya.
Sekitar lima menit kami berciuman. Nafas dia terengah-engah ketika selesai berciuman. "Gimana
enak tidak?" tanyaku. Dia cuma tersenyum malu-malu, "Mau lagi tidak? tapi sekarang lebih seru
lagi, kumasukkan lidah ke mulut kamu, terus kamu nanti isep lidahku di dalem mulut kamu ya... dan
nanti gantian kamu yang masukin lidah ke mulutku, nanti kuisep," kata aku.

Dia merem lagi, aku dekati bibirku. Begitu kena bibirnya, langsung aku masukkan lidahku, dia
langsung menghisap, ah enak, geli dan nikmat, terasa di mulut. Setelah itu dia masukkan lidahnya
ke mulutku, kuhisap lidahnya lengkap beserta ludah yang ada di mulutnya. Ketika sedang asyik
berciuman itu, timbul ide nakal, aku mencoba meraba dadanya yang masih baru tumbuh. Ternyata
dia tidak menolak, dia masih terus menikmati berciuman dengan aku. Aku masih terus meraba-
meraba dadanya yang kalau dibilang sih masih kecil untuk ukuran buah dada, tapi aku suka sekali
sama buah dada yang semacam itu, runcing dengan puting yang baru tumbuh. Aku mulai nekat,
kucoba masukkan ke dalam balik bajunya, di balik kaus singletnya (dia belum pakai BH, tapi karena
tidak pakai BH, putingnya yang baru tumbuh itu jadi menonjol keluar, jadi kelihatan agak runcing
dadanya) terdapat gundukan kecil imut nan segar. Eh, ternyata dia mulai sadar dan menghentikan
ciumannya.

"Jangan dimasukkin dong tangannya," kata dia.


Wah, tampaknya dia belum berani.
"Maaf deh... aku terlalu nafsu," kataku.
"Eh, udah sore nih, kamu aku anter pulang dulu ya," kataku.
Anak SD, kalau belum pulang sampai sore nanti dicariin, kan gawat kalau ibunya sampai tahu dia di
kamarku. Akhirnya hari pertama dia di rumahku diakhiri dengan belajar ciuman.

Besok-besoknya dia tidak pernah bisa main ke rumahku. Soalnya ibunya menjemput terus. Nah,
seminggu setelah dia main ke rumahku, akhirnya dia mau lagi diajak ke rumahku. Pas pulang
sekolah aku ajak masuk lagi ke kamarku.
"Gimana sayang? masih mau terusin pelajaran ciuman kita minggu kemaren?" tanyaku.
Dia tersenyum.
"Mau dong... yang pakai masukin lidah ya..." kata Ima.
"OK deh..." jawabku.

Dan mulailah kami ber-French kissing. Kami berciuman sampai beberapa menit. Tapi aku kepikiran
lagi sama dada dia. Karena saking nafsunya aku ingin sekali merasakan dada cewekku ini. Aku
mencoba minta ke Ima. "Ma... aku pengen liat... liat dada kamu boleh nggak...? Entar enak deh, bisa
lebih enak dari pada ciuman," kataku. Dia diam saja sambil menatap ke arahku. Akhirnya dia mau
juga setelah kubujuk. Dia aku suruh duduk di tempat tidurku. "Kamu tenang aja ya..." dia
mengangguk. Aku perlahan-lahan membuka baju kemeja sekolahnya, satu per satu kancingnya
kubuka. Dia menatapku dengan perasaan yang tegang. "Rilex aja lagi... jangan tegang gitu... tidak
sakit kok," kataku. Akhirnya dia agak tenang.

Begitu kebuka semua, wah, ternyata masih ada kaus singletnya yang menghalangi buah dada
mininya itu. "Aku buka semua ya..." kataku. Dia mengangkat tangannya ke atas, lalu kubuka
singletnya.Wow... ternyata indah sekali man...! Kulitnya yang putih mulus, masih halus sekali, buah
dadanya yang baru muncul itu menampakkan suatu kesan yang amat indah, putingnya berwarna
pink itu, membuat lidahku ingin mengulumnya. Dengan perlahan kusentuhkan lidahku ke
putingnyayang berwarna pink itu. (PS: Kalau mau mencoba sama anak yang baru tumbuh buah
dadanya, hati-hati, soalnya daerah itu masih sensitif sekali. Kalau kesentuh keras sedikit saja,
terasa sakit sekali sama dia. Bener tidak?).

Lalu mulai kujilati dan tanganku mencoba menyentuh puting yang satu laginya. Dia merem ketika
aku menjilati putingnya, dia tinggal memakai rok merah, seragamnya. Dia merem ketika aku
menjilat, menghisap, menyentuh, meraba buah dada imutnya itu, dan dia mulai mendesah
kenikmatan, "Ssshhssh... mmm..." desahnya, aku makin horny saja mendengarnya dan aku makin
lancar mengerjai dadanya itu. Aku jilati bergantian kanan dan kiri, dan aku juga menjilati perutnya
dan pusarnya. Sedang menjilati tubuhnya itu, eh, timbul lagi benak nakal. Bentuk vaginanya gimana
ya? aku jadi penasaran gitu. Aku masukkan tanganku ke dalam roknya. Kuusap-usap CD-nya yang
melapisi vagina imut-imut milik seorang anak kelas 6 SD yang manis itu.

"Ima... kamu mau tidak membuka rok kamu...?" tanyaku.


"Mau kan sayang...?" tanyaku lagi.
"Tapi tidak apa-apa kan?" tanya Ima.
"Nggak kok..." kataku.
Dia kusuruh tiduran. Aku membuka roknya, aku peloroti roknya, dia tinggal memakai celana
dalamnya yang berwarna pink (lucu deh, ada gambar Hello Kitty-nya),dan akhirnya aku peloroti CD-
nya. Terlihatlah sekujur tubuh telanjang seorang anak SD yang membuatku ingin menidurinya.
Terlihat vagina yang masih mulus, belum ada bulunya dan bibir vaginanya yang mulus juga, dan aku
nafsu sekali. Aku jilati vaginanya, dianya kegelian, sehingga badannya bergoyang ketika aku jilati
bagian dalam vaginanya.

Tapi lama-lama kupikir, aku jahat sekali, nih anak kan cewekku, masa aku tega sih. Ya sudah, aku
selesai saja. Kalau aku sampai ML, berarti aku menghancurkan masa depan seorang anak. Aku
terus menjilati vaginanya, dan aku terus menjilati bagian klitorisnya sampai dia bergoyang-goyang.
Akhirnya dia mengalami orgasme, "Aahhh... aku lemes..." Akhirnya aku sudahi jilati vaginanya dan
kucium pipinya.

"Gimana enak kan...?" tanyaku.


"Iya..."
"Tidak apa-apa khan?" kataku.
"Udah sore tuh kamu mau pulang...?" tanya aku.
"Iya deh, tapi kapan-kapan lagi ya..." katanya.
"Iya deh sayangku," kataku sambil kucium keningnya.

Yah begitulah ceritanya, aku tidak tega untuk merenggut keperawanan cewekku sendiri. Aku sama
Ima jalan sampai dua bulan saja, karena bosan. Aku tidak pernah nge-ML sama dia dan aku sudah
berjanji tidak mau ML sama dia.

OK deh, pembaca and Lolilover, segitu saja ceritaku. Yang mau mengirim saran, kritik, tapi jangan
protes sama ceritaku ya, kirim saja ke email-ku, dan salam hangat selalu untuk semua pembaca dan
penulis. Bye...!

Cerita ML Anak SD vs SMA - Cerita ini bermula dari waktu saya masih berumur kurang
lebih 10 sampai 13 tahun. Persisnya saya sudah lupa. Waktu itu saya mempunyai teman
bernama Alex. Alex tinggal dengan keluarganya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Alex
mempunyai seorang kakak perempuan bernama Mona. Umurnya 4-5 tahun lebih tua dari
kami, jadi waktu itu saya dan Alex masih SD kelas 5, sedangkan dia sudah SMA.

Mona ini orangnya seksi sekali. Bukan berarti dia sering pakai baju seksi atau bicara yang
nyerempet-nyerempet hal begituan, tapi tidak tahu kenapa kalau saya sedang berada
dalam satu ruangan dengan dia, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal yang erotik
tentang dia yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita lain.

Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional. Dan kalau
orang sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila
dia berpakaian. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari
rata-rata, dan mengacung ke atas.

Suatu ketika saya sedang main ke rumah Alex, Ayah Mona sedang membetulkan mobilnya
di kebun depan rumah Mona. Kami semua berada di situ melihat ke dalam mesin mobil
tersebut. Saya berdiri persis kebetulan di sebelah Mona. Dia berada di sebelah kanan saya.
Pada waktu itu Mona memakai baju jenis baju tidur, berbentuk celana pendek dan baju
atasan. Warnanya biru muda sekali sampai hampir putih dengan gambar hiasan bunga-
bunga kecil yang juga berwarna biru muda.
Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda
berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di
bagian pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna
dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama.

Semua melihat ke dalam mesin mobil sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada
saat itu lah saya melirik ke arah Mona dan melihat payudara Mona dari celah bawah
ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya pada umur itu persis sepayudara Mona.
Dia tidak menggunakan BH waktu itu. Puting susunya yang coklat dan mengacung kelihatan
dengan jelas dari celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh
payudara Mona yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak sadar
akan hal itu.

Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu.
Saya duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap langsung ke TV. Dan Mona duduk di
sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya dapat langsung melihat
TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang itu harus memutar badannya ke kiri untuk
melihat TV, karena sofa panjang tersebut menghadap ke arah lain.

Mona akhirnya memutuskan untuk berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam
posisi tersebut lebih mudah. Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang
bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya. Baju tidur ini begitu
pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat Mona. Bagian atasnya begitu kendor
sehingga setiap kali tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mona dan dia harus berulang-ulang
membetulkannya.

Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas dan
menampakkan vagina Mona dari belakang. Kebetulan saya duduk di bagian yang lebih ke
belakang dari pada Mona, jadi saya dapat melihat langsung dengan bebasnya. Semakin dia
bergerak, semakin bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mona pada saat itu tidak
memakai pakaian dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya
itu waktu tidur siang.

Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya lebih jelas kelihatan lagi. Mona
agaknya tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun
untuk ke dapur mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan
menampakkan sebagian payudara kiri Mona. Kali ini dia tidak membetulkannya dan berjalan
terus ke arah dapur.

Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya
payudara kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul kelihatan seluruhnya. Sambil
berjalan balik dari dapur, Mona tidak kelihatan perduli dan membiarkan payudara kirinya
tetap tergantung bebas. Sesekali dia betulkan, tapi karena memang baju tidurnya yang
belahan dadanya terlalu rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi. Dan setiap kali
payudaranya selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan yang
sebelah kiri. Mona tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara
terbuka bebas seperti itu.

Mona kembali berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara
kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup. Setelah beberapa lama dan menggeser-
geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya sudah tidak rapi dan terangkat sampai
ke pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat
melihat sebagian bawah pantat Mona yang mulus dan sexy.
Mona menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali baju yang sebelah kiri turun. Sekarang
kedua payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup. Dari posisi saya
tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena saya duduk di bagian kanan.
Mona balik lagi ke dapur untuk yang kesekian kalinya mengambil minum dan tetap
membiarkan payudaranya terbuka dengan bebas. Dan balik lagi telungkup melihat TV.
Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena
dia menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan
hanya terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya
dia pun mulai menanggapi saya.

Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk, akhirnya dia
membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada saat itu lah vaginanya
terlihat dengan sempurna terpajang menghadap saya. Perlu diketahui, payudara Mona
masih tetap tergantung bebas dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi
membetulkan letak tali bajunya.
Baju tidur Mona terangkat lagi sampai ke pinggul. Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-
akan tidak terjadi apa-apa. Cukup lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu.
Kadang-kadang malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya. Dan dia tetap
bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa.

Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil makanan dari atas meja
dan posisinya membelakangi saya, vagina Mona mengintip dari celah pahanya dari belakang
tepat 1-2 meter di depan wajah saya. Saya buka retslueting saya yang dari tadi sudah
berisi penis yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan mengeluarkannya dari celana
dalam saya.
Dari belakang saya menghampiri Mona perlahan. Pada saat ini dia masih belum tahu dan
masih tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada tangan yang memegang kedua
payudaranya dari belakang dan merasakan ada benda panjang, besar dan hangat
menyentuh-nyentuh di sela-sela paha dan belahan pantatnya.
Mona terkejut. Saya tetap meremas dan memainkan kedua payudara Mona dengan kedua
tangan saya dan mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya. Vagina
Mona selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap
basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk bermain sex. Penis saya masuk ke
dalam Vagina Mona dari belakang. Mona melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena
semuanya berlangsung begitu cepat. Tangannya bertumpu ke atas meja makan.

Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SD tapi nafsunya sudah seperti orang
dewasa. Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan saya masih meremas-
remas payudaranya. Mona terdorong-dorong ke meja makan di depannya, payudaranya
bergoyang-goyang seirama dengan dorongan penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mona
dalam posisi berdiri mengangkang membelakangi saya.

Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina
Mona, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina ke bagian paha dalam Mona yang masih
berdiri mengangkang membelakangi saya. Setelah semprotan terakhir di dalam vagina
Mona, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya lunglai ke depan, kepala
Mona juga, napas kami terengah-engah, dan keringat banjir membasahi tubuh kami.
Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari vagina Mona, dan kembali memasukkannya
ke dalam celana dalam dan menarik kembali retslueting ke atas. Mona masih terengah-
engah dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas meja
makan. Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas bergerak seirama dengan
desah napasnya.
Saya kembali duduk di depan TV, dan Mona kembali ke sofa panjang tempat tadi dia
berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak
dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat yang ada di
sekujur tubuhnya.
Mona duduk bersandar rileks dan vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi
duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas
sandaran sofa. Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih terengah-engah.
Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun tersenyum nakal padanya
bagaikan normalnya anak umur 13 tahun. Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar
tidurnya.
Mona ini kalau lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek. Pada saat lain
dimana saya sedang main ke rumah Alex tapi Alexnya belum pulang sekolah, Mona kerap
kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-repot pakai pakaian dalam.
Kadang-kadang hanya memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa
pakai apa-apa lagi, dan sudah kebiasaan Mona kalau duduk posisinya tidak rapi, sehingga
pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan menampakkan vaginanya yang
segar dan basah.

Kadang-kadang dia hanya memakai gaun tidur putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan
belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali nampak mengintip
keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk hijau mudanya sebatas paha.
Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian
depannya tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa
membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang. Dan Mona sudah
biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya selalu bebas tanpa penutup.
Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah dan masih berbaju SMA putih abu-abu.
Semasuknya di rumah yang pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu. Dan itu
dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos kakinya, yaitu di
ruang tamu, dan di depan mata saya.
Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda,
atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai. Terus biasanya dia kemudian makan
siang sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya ditambah payudaranya yang montok
padat berisi dan terkocok-kocok jika Mona bergerak dengan puting susunya yang tercetak
jelas. Biasanya penis saya perlahan-lahan mengeras.
Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka retslueting celana, keluarkan penis,
angkat rok SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan
memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia kaget, tapi tidak berkata
apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis saya mengaduk-ngaduk vaginanya.

Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya
yang sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah seringkali sepertinya aktivitas Mona
tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya. Karena pernah
suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat karena mungkin pikirnya tidak ada
orang di rumah.
Selagi dia masih menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri
dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya yang sudah keras di
antara celah selangkangannya dari belakang.
Dia kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia
hanya bilang, “Eh kamu..!”
Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit
menunggingkan pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan
melanjutkan memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.

Memang karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus naik ke
kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Mona. Dan itu saya lakukan
‘anytime-anywhere’ di rumahnya selama hanya ada Mona sendiri di rumah.
Sepertinya Mona begitu merangsang karena pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi
tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat,
basah dan berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar,
berat dan panjang (walaupun waktu itu saya masih di bawah umur) ini di dalamnya.
Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.

“Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng”. Andi berkata sedikit kesal
ketika membuka pintu rumahnya.
“Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di
tengah jalan”
“Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut” sambungku lagi.
“Bentar.. Gue ganti dulu ya”. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya.

Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi,
datang membawa minuman.

“Kok udah lama nggak mampir Mas?”


“Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih” jawabku.
“Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya” godanya sambil tertawa kecil.
Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan
menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang
bersiap.

Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat.
Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk mencairkan
cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami
menghabiskan waktu di sana.

Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku
mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran itu,
kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam SMA. Yang
seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing,
dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit
putih dan berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik
perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di
balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas
dengan genit.

“Wan.. Kita ajak mereka yuk..” kata Andi.


“Boleh aja kalau mereka mau” jawabku.
“Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih”
“Beres deh”

Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Memang Andi ini
pemberani sekali dalam hal begini. Dia memang terkenal playboy, punya banyak
cewek. Hal itu didukung dengan perawakannya yang lumayan ganteng.

“Lisa..” kata gadis berambut pendek itu saat mengenalkan dirinya.


“Ini temannya siapa namanya” tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.
“Novi” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan
tangannya yang halus itu.

Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil
menikmati hidangan masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan
bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat
payudara Novi tampak sedikit bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya
kulumat habis payudara gadis belia itu.

Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di sebuah


motel di sana.
“Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana?” bisik Andi saat kami sedang mengurus
cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru saja
menerima pembayaran dari salah satu proyekku.
“Novi” jawabku pendek.
“Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya?” bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu,
kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul
bahu Lisa menuju kamar.

Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi. Langsung
kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas gundukan
payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera
kubuka kancing baju seragamnya.

“Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya.

Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan
untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas
daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini.

“Ahh.. Ahh” erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan
kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan
kepalaku ke dadanya.
“Enak Mas.. Ahh” erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati
payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.
“Jilati putingnya Mas..” pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya
menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.

Cerita 5ex Remaja - Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi
wajahnya yang cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau.
Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar, kubantu dia
membuka seluruh pakaianku.

“Ih.. Mas, gede banget..” desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan
wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.
“Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?”
“Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini.” jawabnya. Tampak matanya
menatap gemas ke arah kemaluanku.
“Arghh.. Enak Nov..” erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.

Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu.


Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya
perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika
gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur
menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena
capai berdiri, akupun pindah duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku.

“Novi isap lagi ya Mas.. Novi belum puas..” katanya lirih.

Kembali mulut gadis belia ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya,
kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi
oleh eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat
kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas
dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.

“Nov.., jepit pakai susumu Nov..” pintaku.

Novi langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa


penisku. Sementara itu tangan Novi menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga
gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.

“Yes.. Yes..” akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama,
kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.

Setelah puas menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit
berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas. Tanganku
melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian kuusap-usap vaginanya yang
mulai mengeluarkan cairan membasahi celana dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam
itu dan kuusap-usap bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam
dekapanku. Erangannya semakin menjadi.

Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan badannya dan kuminta dia
menungging bertumpu di meja rias. Kubuka celana dalamnya sehingga dia hanya
tinggal mengenakan baju seragamnya yang kancingnya telah terbuka.

“Ahh..” jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.
“Gila.. Memekmu enak banget Nov..” kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina
Novi.

Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu, tanganku
memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Novi pun
menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di
kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang
sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak bergoyang-goyang
menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.
Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di kursi. Novi lalu duduk membelakangiku
dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan rambutnya yang panjang
indah itu dan kuciumi lehernya yang putih mulus. Sementara itu tubuh Novi bergerak
naik turun menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas
payudaranya.

Cerita 5ex Remaja - “Ahh.. Ahh.. Ahh..” erang Novi seirama dengan goyangan
badannya di atas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku
untuk dihisapnya.

Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuhnya


agak ke belakang, sehingga aku dapat menghisapi payudaranya. Memang enak sekali
menikmati payudara kenyal gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya
dan sesekali kujilati puting payudara yang berwarna merah muda. Erangan Novi
semakin keras terdengar, membuat aku menjadi semakin bergairah. Setelah selesai
aku menikmati payudara ranumnya, kembali tubuh belia Novi mencari pelepasan gairah
mudanya dengan memompa penisku naik turun dengan liar. Tak kusangka seorang
gadis SMA dapat begini binal dalam bermain seks.

Cukup lama aku menikmati persetubuhan dengan gadis cantik ini di atas kursi. Lalu
kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka baju seragam sekolah berikut
BH-nya sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan gemas
kuremas dan kuhisap payudara gadis 17 tahunan itu. Aku ingin segera menuntaskan
permainan ini. Lalu kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Aku pun
kemudian mengarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya.

“Ahh..” erang Novi kembali ketika penisku kembali menyesaki liang kewanitaannya.

Langsung kupompa dengan ganas tubuh anak sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua
memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas
suasana. Kulihat Novi yang cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri
menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang.

“Mas.. Novi hampir sampai Mas.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya
mengejang dalam dekapanku.

Tampak dia telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya pun
kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butir keringat mengalir di wajahnya nan
ayu. Payudaranya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Payudara belia yang
indah, besar, kenyal, dan padat. Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati
payudara itu dengan bernafsu.
Setelah itu, kucabut penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang
menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Novi masih tampak terkulai lemas. Lalu
kupompa kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu
membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan
spermaku di atas payudara gadis SMA yang seksi ini.

Kami akhirnya menginap di motel tersebut. Selama di sana, aku sangat puas menikmati
tubuh sintal Novi. Berulang kali aku menyetubuhinya, baik di atas ranjang, di meja rias,
di kursi, ataupun di kamar mandi sambil berendam di bathtub. Sebenarnya ingin aku
menginap lebih lama lagi, tetapi hari Senin itu aku harus menemui klienku di pagi hari,
sementara ada bahan yang masih perlu dipersiapkan.

Hari Minggu malam, kami pun kembali ke Bogor. Kali ini ganti Andi yang menyetir
mobilku. Lisa duduk di kursi penumpang di depan, sedangkan Novi dan aku duduk di
belakang. Dalam perjalanan, melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan rok
mini yang memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah. Akupun mulai
menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya. Kusibakkan celana dalamnya,
dan kumainkan vaginanya dengan jemariku.

“Ehmm..” erangnya saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas.

Erangannya terhenti karena mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah.


Tanganku lalu membuka baju seragam sekolahnya. Kuturunkan cup BH-nya sehingga
payudaranya yang besar itu segera mencuat keluar menantang.

“Suka banget sih Mas.. Nyusuin Novi” ucapnya lirih.


“Iya habis susu kamu bagus banget” bisikku.

Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas puting payudaranya
yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar gadis cantik ini
hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat.

“Gantian dong Nov” bisikku ketika aku sudah puas menikmati payudaranya yang
ranum.

Cerita 5ex Remaja - Kami pun kembali berciuman sementara tangan Novi yang halus
mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya celana dalamku, sehingga penisku
yang telah membengkak mencuat keluar dengan gagahnya. Novi pun kemudian
mendekatkan wajah ayunya pada kemaluanku itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku
ketika mulutnya mulai mengulum penisku. Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok
perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.
“Ihh.. Gede banget.. Lisa juga pengen dong..”. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Lisa
yang ternyata entah sejak kapan memperhatikan aktifitas kami di belakang.
“Pindah aja ke sini” kataku sambil mengelus-elus rambut Novi yang masih menghisapi
penisku.

Lisa pun kemudian melangkah pindah ke bangku belakang. Langsung kuciumi


wajahnya, yang walaupun tidak secantik Novi tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya
sudah saling bertaut, sementara Novi masih sibuk menikmati penisku.

“Di.. Bentar ya nanti gantian..” kataku pada Andi yang melotot melihat dari kaca spion.
“Oke deh bos..” jawabnya sambil terus melotot melihat pemandangan di bangku
belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut penisku dari mulut Novi.
“Ayo Lis.. Katanya kamu suka” kataku sambil sedikit menekan kepala Lisa agar
mendekat ke kemaluanku.
“Iya.. Abis gede banget..” katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang
menutupi telinganya.
“Ahh.. Yes..” desahku saat Lisa memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Dihisapinya
batang kemaluanku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Rasa nikmat
yang tak terhingga menjalari seluruh syarafku.

Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu Novi kembali menyodorkan
payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah beberapa lama kuhisapi payudaranya,
Novi kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kemaluanku dan menciumi buah
zakarku, sementara Lisa masih sibuk mengulum batang kemaluanku.

“Nih gantian Nov..” katanya sambil menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada
di dekatnya. Novi pun dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan
mulutnya. Sementara itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah
zakarku.

Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA yang cantik
sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian. Kuelus-elus kepala gadis-
gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku itu. Nikmat yang kurasakan
membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin
menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini.

Kuminta dia untuk duduk di pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana


dalamnya, sambil kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia
untuk membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang
melintas di luar sana.

“Ah..” desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki vaginanya yang tak kalah sempit
dengan kepunyaan Novi.
Lisa kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal
diam, diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan dinding
kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera menumpahkan
spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak ejakulasi terlebih
dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa.

“Ah.. Terus Mas.. Lisa mau sampai..” desahnya. Semakin cepat kuusap-usap
klitorisnya, sedangkan tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku.
“Ahh..” erangnya nikmat saat mengalami orgasmenya.

Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian terkulai lemas di atas pangkuanku. Aku
pun mengerang tertahan saat aku menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis
manis ini. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu
yang tersedia.

“Mau gantian Di? ” tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak tenang membawa
mobilku.
“So pasti dong” jawab Andi sambil menepikan mobil di tempat yang sepi.

Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa mobil, sedangkan Andi pindah duduk di
jok belakang. Rencananya dia juga akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak
ke bangku depan.

“Aku cape ah Mas..” katanya.

Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat. Kami pun segera melanjutkan perjalanan
kami. Kudengar suara lenguhan Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa
sedang mengulum penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya
lagi.

Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula, sambil kuberi
uang beberapa ratus ribu serta uang taksi.

“Kalau ke Bogor hubungi Novi lagi ya Mas..” kata Novi manis saat kami akan berpisah.
Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok ada dua
gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He..
“Wan.. Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak tadi lagi..” kata
Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya.
“Sip deh..” jawabku sambil pamit pulang.
.
Di tengah perkebunan karet tersebut, Ayah mendirikan sebuah villa kecil yang saat ini didiami oleh Pak
Abdi bersama keluarganya. Pak Abdi adalah penjaga kebun karet Ayah. Selama ini, dialah yang
dipercaya Ayah untuk mengelola perkebunan karet milik Ayah tersebut. Sampai saat ini, Pak Abdi telah
bekerja pada Ayah selama lebih dari 10 tahun. Selama itu, ia belum pernah mengecewakan Ayah dalam
pekerjaannya. Ia seorang pekerja yang rajin dan hampir tak pernah mengeluh dengan upah yang tak
seberapa yang Ayah berikan padanya. Oleh karena itulah, aku juga sangat menghargai dan menghormati
Pak Abdi.

Selain ia
dan istrinya, di villa kecil tersebut juga tinggal anak perempuannya yang tahun ini akan duduk di bangku
SMU. Ia lulus dalam UAN dengan nilai terbaik di kotaku. Namanya, Lisa Marlisa. Ia gadis kecil yang
pintar, sekaligus cantik. Dulu waktu aku masih SMU ia masih anak kecil banget. Tetapi kini setelah aku
lulus kuliah dan kembali ke kampung halaman, Lisa telah berubah menjadi sosok remaja yang beranjak
dewasa. Ia mulai menampakkan sosoknya sebagai seorang wanita dewasa yang sempurna. Tubuhnya
tinggi, kulitnya putih, dan senyumannya yang….   maniiiis banget! Sangat menggoda.
Saking tergodanya aku pada perubahan fisik Lisa, aku sempat mengutarakan keinginanku untuk
menjadikannya sebagai calon istri kepada Ayahku, tetapi Ayah tidak menyetujuinya. alasan Ayah, karena
ia adalah anak dari Pak Abdi yang hanya seorang penjaga kebun. Mereka tidak memiliki tempat tinggal
lagi di kampung asal mereka, karena rumah dan tanah mereka telah habis terjual untuk keperluan
pengobatan istrinya yang waktu itu terserang stroke. Bahkan hingga harta mereka habis, istrinya tidak
kunjung sembuh, sampai sekarang. Ayah menganggap bahwa Pak Abdi memiliki level sosial yang terlalu
rendah untuk menjadi besannya. Selain itu, Ayah juga mengatakan bahwa Lisa masih terlalu muda untuk
menyandang gelar istri, apalagi Ibu.
Meskipun aku merasa kecewa dengan tidak adanya restu Ayah, tetapi aku tetap menghargainya sebagai
orang tuaku. Aku berusaha berpikir positif bahwa, di luar sana masih bayak gadis-gadis lain yang lebih
cantik, lebih pintar dan mungkin mempunyai status sosial yang sederajat dengan keluargaku. Dan ku
akui, Lisa memang masih terlalu muda untuk diambil sebagai istri. Ia tampak lebih dewasa, hanya karena
sikapnya yang mandiri dan tidak kekanak-kanakan, serta bentuk fisiknya yang tinggi semampai.
**********************
Pak Abdi memang tidak diberikan upah yang besar untuk menjaga dan memanen kebun karet Ayah,
tetapi Ayah menjamin semua kebutuhannya dan keluarganya, mulai dari papan, sandang dan pangan,
bahkan untuk keperluan pendidikan Lisa, atau keperluan berobat jika dia atau keluarganya sakit. Jadi,
upah yang diterima Pak Abdi bisa ia tabung untuk keperluan masa depannya.
Selain kebun karet, Ayah juga membelikan sepetak sawah untuk Pak Abdi di samping kebun karet Ayah.
Sawah itu diberikan kepada Pak Abdi untuk keperluannya sendiri. Tapi Pak Abdi juga bukan orang yang
tidak tahu terima kasih. Setiap kali ia memanen hasil sawah, ia juga selalu memberikan separo hasil
sawah kepada Ayah. Pak Abdi, sesuai dengan namanya, dia sangat berbakti pada majikannya. Karena
itulah Ayah tetap mempertahankannya bekerja menjaga dan mengelola kebun karet, selama lebih dari 10
tahun. Aku secara pribadi juga sangat salut pada Pak Abdi atas pengabdiannya.
*********************
Kembali pada sosok Lisa, gadis beranjak dewasa anak satu-satunya Pak Abdi….. :aroow:
Aktivitasku yang lebih banyak ku habiskan di kebun karet, membuatku selalu punya waktu yang banyak
untuk bertemu dengannya. Sepulang sekolah, Lisa juga sering membantu pekerjaanku meskipun kadang
kami hanya mengobrol sambil menyisir perkebunan karet tersebut. Sebagai seseorang yang memang
telah tertarik padanya, sejujurnya aku senang sekaligus nervous juga berada di sampingnya. Ia
mempunyai daya tarik inner beauty yang luar biasa menurutku. Tutur bicaranya sopan, dan nyambung
kalau diajak ngomong.
Keakrabanku dengan Lisa, sepertinya tidak terlalu dihiraukan oleh Ayah. Pak Abdi sendiri terlihat tidak
begitu khawatir ketika melihat anak perempuannya sedang jalan bersamaku mengitari perkebunan karet
yang ia kelola. Namun bagiku secara pribadi, semakin akrab dan dekat aku dengan Lisa, semakin aku
jatuh hati padanya. Di mataku, sosok Lisa bisa dikatakan sangat sempurna untuk dijadikan seorang
pasangan hidup. Tetapi kembali pada berbagai pertimbangan yang Ayah sampaikan, bahwa Lisa masih
sangat muda untuk dijadikan istri, dan lebih dari itu, Ayah sudah mengeluarkan statement bahwa ia tidak
merestui keinginanku untuk menjadikannya istriku. Yah, meskipun aku bahagia berada di dekatnya, tetapi
apa boleh buat….. 
*****************
Suatu ketika, saat sedang berjalan dengan Lisa mengelilingi kebun  karetku, aku mencoba mencoba
membawa percakapan ke arah yang lebih spesifik pada urusan hati.
“Lisa udah punya pacar pa belum?” ku coba bertanya pada Lisa yang sedang asik memainkan batang
rumput di tangannya.
“Eh… Akang! Kenapa emangnya, Kang…?” Jawab Lisa dengan wajah tertunduk dan senyum kecil
menghiasi bibirnya.
“Ah, enggak! Akang cuman mau tahu aja. Siapa tahu sudah punya pacar…” Jawabku coba menutup
maksud di hati.
“Mana ada yang mau sama anak tukang kebun, Kang…!” Jawab Lisa.
“Ah nggak mungkin! Pasti deh ada teman Lisa di sekolah yang suka sama Lisa…” Aku mencoba
mengorek informasi langsung dari Lisa tentang teman-teman sekolahnya yang mungkin beranggapan
sama denganku.
“Yah! Akang! Kalau memang benar ada, masa dia nggak pernah datang ke rumah Lisa…?” katanya
mencoba membantah anggapanku.
“Oh gitu, ya!? Berarti kalau mau jadi cowoknya Lisa, harus datang ke rumah, ya?” Ku coba memancing
pembicaraan.
“Mmmmhh… nggak juga sih! tapi perlu….!” jawabnya dengan gaya sedikit berpikir.
“Lisa! Kita pulang yu!” Kataku dengan bahasa mengajak.
“Pulang? kok cepet!?” katanya dengan ekspresi wajah bingung dan kepala yang penuh tanya.
“Iya! kita pulang ke rumah Lisa…” Lanjutku. Lisa tersenyum kecil mencoba menahan tawa yang akhirnya
tawanya lepas tak tertahan. Melihat Lisa tertawa, sekarang giliranku yang bingung, apakah dia sudah
mengerti arah pembicaraanku, atau ada hal lucu yang ia tertawakan dariku. Lisa melangkah kecil
menjauhiku sambil terus tertawa. Lisa kemudian duduk bersandar di salah satu pohon karet dan perlahan
mengakhiri tawanya.
Ada hal yang terlihat aneh. Lisa langsung terdiam masih dengan batang rumput yang ia mainkan dari tadi
di tangannya. Aku menarik nafas panjang, dan melangkah mendekatinya. Ku mulai berpikir, ada masalah
yang sedang ia hadapi. Setelah berada di dekatnya, akupun duduk di sampingnya, dan kembali
membuka pembicaraan.
“Kalau ada yang salah dengan omongan Akang! Akang minta maaf!” kataku memulai percakapan. Lisa
masih diam dan tiak langsung menjawab. Aku juga tidak mau bertanya lagi sebelum ia merespon
pembicaraanku. Aku takut ada yang salah dengan pembicaranku. Ku biarkan dia berpikir dan menyelami
hatinya, sampai akhirnya sebuah kalimat terucap di bibirnya:
“Akang suka sama Lisa, ya? atau hanya sekedar menggoda Lisa?” begitulah dua pertanyaan sekaligus
yang ia lemparkan padaku.
“Lisa! kalau Akang salah, Akang minta maaf, ya!” Begitulah kata yang bisa ku ucapkan untuk menghindar
dari pertanyaan yang dia berikan. Lisa kemudian menatapku, dan beranjak pergi sambil berkata:
“Enggak kok! Akang tidak salah. Lisa yang sal…….” ia mencoba berdiri menjauh dariku. Aku tahu dia
kecewa dengan jawaban yang ku berikan. Tetapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, ku raih
tangannya dan ku tarik, sehingga ia terjatuh tepat di pelukanku.
“Lisa! Maafkan Akang, ya! Maksud Akang memang hanya ingin menggoda Lisa… Tapi sebenarnya
Akang memang suka sama Lisa…” ku akhiri kalimatku, tanpa mengakhiri pandanganku yang menusuk
matanya sampai ke hati.
Perlahan ku dekatkan wajahku ke wajah Lisa, dan ku lihat Lisa menutup matanya. Bagiku ini
berarti dia siap menerima ciumanku. Tanpa pikir panjang, langsung ku cium dan ku lumat
bibirnya. Lisapun ternyata menyambut ciumanku meski dengan mata yang tetap terpejam.
Dalam asyiknya berciuman, tiba-tiba Lisa meraih tanganku dan meletakkannya ke atas gundukan daging
yang berada di dadanya. Terasa olehku payudara yang tidak terlalu besar berbungkus Bra, namun
montok dan terasa kenyal. Lisa sepertinya memang mengharapkan aku memegang dan meremas
payudaranya. Akupun tidak akan mengecewakannya, karena aku juga memang menginginkannya,
menikmati tubuh Lisa, menyentuh dan membelai setiap setiap bagian tubuhnya.
Berciuman dalam posisi Lisa di pangkuanku sambil memainkan payudaranya, membuatku sangat
terangsang. Penisku perlahan mulai mengeras. Sayangnya, ia harus keras dalam celana dan yang lebih
menyakitkan, punggung Lisa tepat berada di atasnya, menindih dan mempersempit ruang geraknya.
Kuatnya tekanan batang penisku yang menegang, ku yakin pasti dirasakan oleh Lisa yang saat itu masih
terpejam menikmati ciuman di bibirnya dan remasan di gundukan payudaranya.
Ku lihat, Lisa perlahan menggerakkan tangannya dan membuka satu persatu kacing bajunya. Aku
mengehntikan ciumanku, karena di hadapanku terpampang pemandangan baru, yaitu tubuh bagian atas
Lisa yang hanya tinggal tertutup Bra. Tubuhnya putih mulus, dan kencang, jelas sangat menggoda
birahiku. Ku tatap matanya yang telah terbuka dan menatapku. Lalu ku panggil namanya:
“Lisa….” dengan nada setengah berbisik. Lisa tersenyum lalu bangkit dari pangkuanku. Ia kemudian
duduk dengan baju yang telah terbuka. Ia kembali menatapku, dan sesaat kemudian ia bergerak
mendekat dan berusaha membuka kancing celanaku. Berbagai pikiran berkecamuk dalam pikiranku.
Sejuta tanya tentang sosok Lisa yang ku kenal sopan, tetapi ternyata berhasil memancing birahiku. Dan
sekarang dia mencoba untuk mengeluarkan sesuatu yang berada dalam celanaku. Tetapi dorongan
nafsu birahi dalam diriku, telah menghapus anggapan itu, dan bahkan aku lebih memilih untuk
membantunya melepaskan kancing celanaku dan mengeluarkan penisku dari peraduannya.
Melihat batang penisku yang menyembul tegak menatap langit, Lisa langsung menunduk dan
mengarahkan wajahnya ke penisku. seketika itu juga, ku rasakan batang penisku telah masuk ke dalam
rongga mulutnya. Pelayanan yang ia berikan padaku mampu membuatku melupakan semua anggapan
miring yang ada di pikiranku tentang Lisa. Ia sepertinya sangat berpengalaman dalam melayani
kebutuhan birahi laki-laki, sehingga aku tak mampu menahan datangnya puncak orgasme yang harus
berakhir di mulut Lisa.
Crooot…!!! Crooot….!!! Croooot…!!!
Sebuah ledakan besar yang membuat tubuhku bergetar dan sempat membuat Lisa sedikit terkejut,
menjadi akhir dari pelayanan yang Lisa berikan untuk mengantarku pada penetrasi yang luar biasa. Lisa
mengeluarkan batang penisku yang mulai melemah kembali dari rongga mulutnya, lalu ia meludahkan
sperma di mulutnya ke tanah. Ia menggunakan ujung bawah bajunya untuk membersihkan sisa sperma
yang masih ada di dalam mulut dan bibirnya, lalu kembali memasukkan tiap biji kancing ke lobangnya
masing-masing.
Melihat Lisa yang kembali mengemasi pakaiannya yang terbuka di bawah pengaruh syahwat, akupun
juga kembali memasukkan batang penisku ke dalam celanaku dan menutup kancingnya kembali. Lisa
kembali duduk di sampingku seperti sebelum peristiwa beraroma birahi itu terjadi. Ia kemudian kembali
mengulang pertanyaannya, yang telah ia ajukan saat aku baru datang dan duduk menghampirinya di
pohon itu. Tetapi kali ini arahnya pilihannya berbeda:
“Akang memang benar suka sama Lisa? atau hanya sekedar ingin menikmati tubuh Lisa?” begitulah
pertanyaan yang ia ajukan tanpa menatapku.
“Lisa! Maafkan Akang! Akang tidak bisa mengendalikan nafsu Akang! Jujur, Akang suka sama Lisa…
Akang juga pernah katakan ini sama Ayah bahwa Akang suka sama Lisa…”Begitu jawabku berusaha
menutupi kekhilafan nafsu shawat yang mengisi pikiranku selama ber-oral sex dengan Lisa. Mendengar
jawabanku tersebut, Lisa menatapku, lalu ia kembali bertanya:
“Apa tanggapan Tuan Besar?” Lia terlihat lebih serius dengan pertanyaannya tentang respon Tuan
Besar, begitu ia memanggil Ayahku.
“Kata Tuan Besar, Lisa masih terlalu muda untuk dijadikan istri…” Begitulah jawabanku sambil
mengangkat tanganku dan menjatuhkannya di pundak Lisa. Lisa hanya terdiam dan tertunduk dan dan
membiarkan tubuhnya ku tarik masuk ke dalam pelukanku.
“Kenapa Akang berpikir untuk menjadikan Lisa sebagai istri Akang?” Tanya Lisa sambil merapatkan
dirinya di pelukanku.
“Karena Akang pikir, Lisa cukup dewasa dan siap untuk jadi istri Akang….” begitu jawabku
“Tapi Lisa kan cuma anak penjaga kebun karet milik Tuan Besar. Apa mungkin Lisa bisa
diterima….” Tanya Lisa lagi.
“Yang penting, Orang Tua Lisa bisa menerima Akang….” Begitu jawabku meyakinkan Lisa.
Lisa kemudian melepaskan diri dari pelukanku dan berjalan menyisiri jalan setapak di tengah perkebunan
karet milik Ayahku itu. Aku juga bangkit dari tempat dudukku dan berusaha mengejarnya. Lisa terus
berjalan dan tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya. Akupun tidak berani bertanya, karena ku rasa
ada kesedihan di wajahnya.
“Akang nggak usah berpikir terlalu jauh, Kang! Sepertinya Lisa bukan wanita terbaik untuk
Akang…” Begitulah kalimat yang cukup membuat hatiku hancur.
“Lisa kenapa berpikir begitu? Akang bisa kok menyayangi Lisa….” Aku mencoba merayu Lisa untuk
meralat kata-katanya.
“Tidak, Kang! Lisa bukan seperti yang Akang kenal….” Jawab Lisa mempertegas kata-katanya
sebelumnya.
“Maksud Lisa..!? yah, itu tidak apa-apa… Akang bisa mengerti kok! Lisa pasti hanya sekedar ingin
mencoba melayani keinginan Akang kan?” begitu ungkapku berusaha menterjemahkan sendiri apa
maksud perkataannya.
“Bukan itu masalahnya, Kang!” bantah Lisa atas apa yang ku sampaikan.
“Terus? Masalahnya apa? Tentang restu Tuan Besar? Perbedaan status sosial? Itu bukan masalah buat
Akang…!!! atau…..??” Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Lisa menghentikan langkahnya dan
menatapku sambil mengucapkan satu kata:
“Bukan…!!!” Lisa kemudian kembali duduk dan menyandarkan tubuhnya di sebuah pohon karet. Terlihat
air mata mengalir membasahi pipinya. Aku tak tahu sebesar apa masalah yang dimaksudkannya,
sehingga ia sampai harus menteteskan air mata seperti itu. Ku dekati Lisa dan duduk di sampingnya.
“Lisa! jika Lisa percaya pada Akang, Lisa harus cerita sama Akang…!!” Begitulah ungkapku sambil
menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Lisa pun tak mampu menahan haru. Ia kembali jatuh ke
dalam pelukanku. Isakan-isakan kecil tak mampu ia tahan, air mata juga tak henti menetes.
“Akang! Lisa akan ceritakan rahasia Lisa selama ini hanya pada Akang! Tetapi Akang harus janji untuk
menjaga rahasia ini seumur hidup Akang…!!” begitulah yang ia ungkapkan padaku. Aku hanya bisa
berpikir, seberat apa sih masalah yang dia hadapi sampai memintaku untuk bersumpah seperti itu. Tetapi
jika aku tidak bersedia, dia pasti akan sangat kecewa. Kemudian ku katakan padanya:
“Lisa! Lisa bisa pegang janji Akang! Sekarang ceritakan semua pada Akang….!”
Lisa menarik nafas panjang lalu mengusap air matanya, ia sepertinya sedang berusaha mencari dari
mana ia akan memulai ceritanya…. 

Pondok Millenium, Tempat Nyantri Bayi Terlantar

Panti Asuhan Pondok Millenium Sidoarjo. www.ayogitabisa.com


AyoGitaBisa.com - Dengan membawa sebotol susu formula dan bedak tebal menempel di mukanya,
seorang bocah berkepala plontos terpaku melihat rekan-rekannya bermain. Sesekali bocah yang selesai
dimandikan pengasuhnya, dihampiri rekan-rekannya. 

Mereka bermaksud untuk mengajaknya bermain bola plastik, di sebuah pelataran paving yang relatif lega
untuk dipakai bermain. Begitulah suasana sore di Pondok Millenium Roudotul Jannah di Tenggulun,
Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Pondok pesantren (ponpes) ini berdiri sejak 1989. Ponpes ini dikenal masyarakat luas sebagai pondok
pengasuh bayi-bayi terlantar. Berbagai cerita ironi muncul tentang asal muasal puluhan bayi itu. Semua
bayi yang ditampung di ponpes asuhan Gus Mad ini, merupakan bayi-bayi tidak dikehendaki
kehadirannya.

Bermula pada 2003 silam seorang bayi asal Medan dititipkan orang tuanya ke pondok ini. Sejak saat itu,
ponpes ini banyak menampung bayi-bayi terlantar dari berbagai daerah, khususnya dari wilayah Jawa
Timur. Hingga kini, tim ayogitabisa.com belum bisa mendapat data konkrit jumlah bayi yang diasuh
ponpes ini. 

Pengurus ponpes sudah dimintai keterangan mengenai jumlah bocah asuhnya, tetapi hingga kini tim
ayogitabisa.com belum menerima data itu. Saat melihat ke beberapa kamar di dalam pondok ini,
terpantau ada puluhan bayi menghuni bersama beberapa pengasuh. 

Saat para pengasuh ditemui, dituturkan, untuk merawat bayi atau bocah di ponpes ini butuh kesabaran
dan ketelatenan. Apalagi anak-anak ini berasal dari sebuah kondisi kurang wajar. Berbekal pola pikir bak
merawat anak sendiri, para pengasuh sedikit demi sedikit membantu para anak-anak ini melanjutkan lagi
cerita hidup mereka dengan lebih baik. 

Berbagai cara dilakukan para pengasuh untuk mengembalikan rasa percaya diri anak asuhnya, agar bisa
menjalani kehidupan dengan wajar. Satu di antara membekali sejak usia dini dengan ajaran ilmu agama. 

Mengaji dan sholat berjamaah menjadi salah satu kegiatan rutin mereka. Aktifitas mereka dimulai pukul
04.00 hingga pukul 21.00. 

Kegiatan keagamaan bertujuan untuk mengajarkan pada mereka bagaimana menjadi seorang santri. Bila
selama ini masyarakat sangat familier mendengar istilah satriwan dan santriwati. Maka di Pondok
Millenium ada sebutan unik untuk para bocah itu yakni santri bayi. 

Para santri bayi ini diasuh beberapa orang yang memang khusus disediakan ponpes. Seorang pengasuh
menangani tidak kurang dari enam santri bayi. Bahkan bagi mereka yang dianggap mempunyai
kemampuan mengasuh, mendapat jatah mengasuh lebih dari enam bayi. Uniknya lagi, bagi para santri
berusia dewasa, diberi tanggung jawab untuk ikut membantu mengasuh para santri bayi ini. 

Mentari (22) dan Ayu (18) misalnya mereka mengasuh lima bocah di mana dua di antaranya masih bayi.
Keduanya menempati kamar dengan luas sekitar 4x6 m. Kedua pengasuh berusia belia ini, sebelumnya
juga menjadi santriwati di ponpes ini. Setelah dewasa, mereka diberi kepercayaan untuk mengasuh para
bayi-bayi yang ditampung Pondok Millenium. 

Sedangkan di sisi kiri kamar kedua pengasuh belia tadi, ada Sumiyati (52) dengan menempati kamar
lebih luas. Perempuan paroh baya yang hidupnya akan didedikasikan pada pondok ini, mendapat jatah
mengasuh lebih banyak dibanding Mentari dan Ayu. Tercatat ada 12 anak diasuh perempuan ini. Usia
anak asuhnya pun bervariasi, mulai dari bayi berusia dalam hitungan minggu hingga mengasuh sejumlah
balita. 

Terpantau ada sekitar enam kamar dihuni para santri bayi. Dan diasuh sekitar sembilan orang, di mana
masing-masing pengasuh merawat paling sedikit lima bocah. 

Banyak cerita ironi diungkapkan Sumiyati tentang kisah para bocah. Sambil menceritakan pengalaman
selama di Pondok Millenium, kedua tangannya sering terlihat mengelus dada rentanya. Seakan memberi
isyarat kepedihan dalam yang dirasa. 

"Rata-rata kesehatan bayi atau bocah yang ditampung di ponpes relatif memprihatinkan. Karena ketika di
dalam kandungan atau ketika lahir mereka tidak diperlakukan selayaknya," ceritanya dengan nada berat. 

Pernah suatu hari ia menemukan seorang bayi berada ditumpukan sampah dekat pondok ini. Kondisinya
sangat memprihatinkan, bahkan secara fisik bayi ini nyaris tidak bisa ditolong. Karena tempurung
kepalanya dalam kondisi memprihatinkan. 

"Kalau cerita-cerita memprihatinkan tentang anak-anak di sini (Ponpes Millenium) sudah sering saya
alami mas, kalau diceritakan semua kayaknya enggak bakal selesai semalam," kenangnya sambil tangan
kanan mengusap kedua matanya menggunakan kain selendang batik untuk menggendong anak
asuhnya. 

Kendati mereka dilahirkan dalam kondisi kurang layak dan tidak dikehendaki orang tuanya, semangat
mereka terus didorong para pengasuh agar bisa mencapai cita-cita. Setelah usia para bocah di ponpes
ini memasuki usia sekolah, mereka diberi kesempatan untuk menimba ilmu setinggi-tingginya. 

Menurut keterangan para pengasuh, pendiri ponpes ini juga memiliki sekolah buat para anak asuhnya.
Jadi, mereka tidak lagi kesulitan atau memikirkan harus kemana untuk menuntut ilmu. 

Dari sebagian cerita para anak asuh di Pondok Millenium dalam menuntut ilmu, ada cerita
membanggakan yang ditorehkan salah seorang santriwati. Tercatat sudah ada salah seorang seorang
santriwati berhasil menempuh pendidikan ke jenjang sarjana di Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya. 

"Dia berhasil menjadi seorang sarjana hukum. Ia ingin dengan ilmunya kelak berguna membantu para
adik-adiknya atau masyarakat kurang mampu ketika berhadapan dengan hukum," kenang seorang
pengasuh menceritakan cita-cita santriwati tadi. 

Berangkat dari keberhasilan memberikan kemudahan bersekolah pada anak asuhnya, pendiri ponpes ini
mengharapkan, dengan pendidikan mereka bakal mendapat kehidupan lebih layak. Juga besar harapan
agar cita-cita mereka dapat tercapai. Dengan pendidikan maka akan terbuka luas gerbang kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai