Anda di halaman 1dari 2

NOTULENSI FGD DI DESA PAHAE AEK SAGALA KECAMATAN SIPIROK

Hari/Tanggal : Jumat 11 November 2022

Waktu : Pukul 09.00-11.15;

Tempat : Kantor Desa Dimangumban Julu , Tapanuli Utara

Poin-poin hasil Diskusi Kelompok Terfokus :

Kedua desa Ini mayoritas dihuni oleh masyarakat Toba. Sehari-hari masyarakt di dua des aini
menggunakan adat istiadat Toba. Peranan : “dalihan natolu” ( tiga satu hundulan) yaitu hula-hua,
suhut dan boru/bere” sangat kental dalam aktifitas sekhari-hari. System pewarisan marga dari garis
ayah, system pembagian waris umumnya ke anak. Perempuan mendapatkan harta waris jika
diberikan oleh pihak anak .

Konsep lahan dan tanah secara umum terbagi dua yaitu harta individu yang dibeli dari pihak saudara
dan pihak lain. Bagi yang sudah menjadi kepemilikan individu dapat dilakukan ganti rugi langsung ke
pemiliknya. Sedangkan harta warisan diberikan dari orang tua dan Sebagian besar tidak memiliki
surat. Bukti hanya dapat dilakukan melalui penguasaan dan peranan dalihan natolu.

Selain lahan dan hutan milik individu, terdapat juga lahan/hutan milik marga atau desa. Penentuan
ini biasanya diketahui oleh raja adat di desa masing-masing dengan melibatkan kepala desa dan
tokoh2 masyarakat.

Tokoh adat dan tokoh desa serta perwakilan masy terkena dampak di Desa Simangumban Julu dan
Desa Dolok Sanggul telah memahami dengan baik rencana relokasi jalan Aek Latong -Sipirok yang
dijelaskan oleh tim LARP. Mereka juga telah memahami dampak baik itu positif dan negative.

Adapun dampak Positif yang teridentifikasi:

- Wilayah desa maju dan terbuka akses khususnya desa Dolok Sanggul
- Majunya pertanian masyarakat karena akses terbanguna
- Arus kenderaan dari Sipirok ke Tarutung, Siantar dan Medan akan lancar
- Mudahnya akses dan mengeluarkan hasil produksi karena adanya jalan
- Harga tanah meningkat dan memberikan nilai lebih tinggi.
- Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

Dampak negatif dari relokasi jalan dimaksud adalah:

- Kebisingan dan debu Ketika pembangunan jalan yang menimbulkan gangguan masyarakat
- Hilangnya tanaman tahunan yang productif seperti durian, coklat, kopi, karet, dll
- Terganggunya habitat orang utan akibat pembangunan jalan koridor biologi Orang Utan dari

Ringkasan poin-poin:

- Tokoh masyarakat Adat dan desa menyetujui dan mendukung rencana relokasi
pembangunan jalan Aek Latong -Siprok melalui lahan mereka.
- Pelaksanaan pembangunan jalan harus melibatkan masyarakat local dan secepatnya
direalisasikan. Melibatkan masyarakat mulai dari identifikasi lahan agar tidak terjadi konflik
diantara masyarakat.
- Ganti rugi lahan/tanam tumbuh/hutan harus menggunakan harga pasar dan diatas harga
NJOP.
- Harga pasar untuk tanah di pinggir jalan besar bervarisasi dari 500K-700K/M2. Sementara
untuk rumah yang diidentifikasi terkena 3 rumah menggunakan standar pasar di desa
Simangumban Julu dan juga desa Dolok Sanggul. Harga bangunan di Dolok Sanggul akan
lebih mahal karena ada biaya pengangkutan.
- Masyarakat Desa Simangumbang Julu dan Desa Dolok Sanggul akan mendiskusikan harga
ganti untung untuk lahan, tanam tumbuh dan harangan/hutan. Hasilnya akan dibeirkan
kepada tim identifikasi Survey Sosial Ekonomi dan Inventarisasi objek lahan.

Livelihood Restoration:

- Melibatkan masyakat local dan pemerintah desa mulai dari proses pendataan, pembayaran
ganti rugi lahan, dan pembangunan jalan.
- Melakukan pembangunan MCK keluarga terdampak
- Memberikan Bantuan bibit durian, kelapa, alpokat kepada masyarakat untuk meningkatkan
ekonomi.
- Perbaikan irigasi pertanian dan pembuatan kolam air tawar
- Pembangunan jalan harus dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat:
melibatkan tenaga kerja masyarakat, pemerintah desa dan tokoh adat/masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai