Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I. DEFINISI........................................................................................................... 1

BAB II. RUANG LINGKUP ........................................................................................... 2

BAB III. TATA LAKSANA ............................................................................................. 3

BAB IV. DOKUMENTASI .............................................................................................. 6


BAB I

DEFINISI

A.Pengertian
1. Early Warning System (EWS) dapat diartikan sebagai rangkaian sistem
komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi dini potensi masalah, dan
pengambilan keputusan selanjutnya untuk mencegah atau mengatasi potensi
masalah tersebut. Deteksi dini merupakan kemampuan mengenali tanda bahaya
dini dari beberapa fungsi organ vital (parameter respirasi, kardiovaskular, status
neurologis yang tersusun dalam suatu panduan pemantauan Early Warning Score)
sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami
kejadian yang tidak diharapkan. Pengambilan keputusan merupakan kemampuan
tenaga medis berkomunikasi dalam tim untuk menyimpulkan tindakan yang harus
segera dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari deteksi dini, termasuk
di dalamnya melakukan resusitasi dasar dan/atau mencari bantuan staf yang
kompeten.

2. Early Warning Score adalah suatu alat pendekatan sistematis objektif yang secara
umum menggunakan 6 parameter fisiologis (respirasi, saturasi oksigen perifer,
tekanan darah sistolik, nadi/denyut jantung, kesadaran, temperatur) untuk
mengidentifikasi dan menilai secara dini, cepat dan kontinu perubahan kondisi
pasien. Berdasar kategori populasi pasien, kelompok pasien dewasa (di atas 16
tahun) dievaluasi dengan Adult Early Warning Score (AEWS), kelompok ibu
hamil (sampai dengan masa nifas 42 hari) dengan Maternal Early Warning Score
(MEWS), kelompok pediatri (usia di atas 28 hari-16 tahun) dengan Pediatric Early
Warning Score (PEWS), kelompok neonatus dengan Neonatus Early Warning
Score (NEWS).
3. Adult Early Warning Score (AEWS) adalah alat pemantau skor yang khusus
digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai perubahan kondisi pasien dewasa
(di atas usia 15 tahun). Parameter yang dinilai dalam AEWS: Respirasi, Saturasi
oksigen perifer (skala 1 atau skala 2), penggunaan oksigen, tekanan darah sistolik,
nadi/denyut jantung, kesadaran, temperatur.
4. Maternal Early Warning Score (MEWS) adalah alat pemantau skor yang khusus
digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai perubahan kondisi pasien ibu hamil
hingga usia nifas 42 hari. Parameter yang dinilai dalam MEWS: respirasi, saturasi
oksigen perifer, tekanan darah sistolik, nadi/denyut jantung, kesadaran, temperatur,
urin.
5. Pediatric Early Warning Score (PEWS) adalah alat pemantau skor yang khusus
digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai perubahan kondisi pasien pediatri
(usia di atas 28 hari-15 tahun). Parameter yang dinilai dalam PEWS: Respirasi
(frekuensi, usaha napas, pemakaian oksigen), Sirkulasi (CRT, nadi/denyut
jantung), kesadaran, temperatur.
6. Neonatus Early Warning Score (NEWS) adalah alat pemantau skor yang khusus
digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai perubahan kondisi pasien neonatus.
Parameter yang dinilai dalam NEWS: Respirasi, ada tidaknya rintihan, saturasi
oksigen perifer, nadi/denyut jantung), kesadaran, temperatur.
7. Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC) adalah tim medis (beranggotakan dokter dan
perawat) yang bertugas melakukan serangkaian reaksi (penilaian dan
penatalaksanaan awal, stabilisasi, pemantauan berkelanjutan, hingga koordinasi
pelayanan) pada pasien gawat darurat, pasien awal kritis, pasien code blue dengan
tujuan memulihkan dan stabilisasi fungsi jantung dan paru sebelum dilakukan
tindakan lebih lanjut terhadap pasien tersebut.

B.Tujuan
1. Memberikan panduan baku bagi tenaga medis di lingkungan RSUD Bali
Mandara untuk mendeteksi dini terjadinya perburukan/ kegawatan kondisi
pasien
2. Memberikan rasa aman kepada pasien dalam masa pengobatannya dengan
pemantauan yang adekuat dan terapi yang cepat, tepat terukur serta
terarah.
3. Membentuk tenaga medis yang profesional dalam memberikan asuhan
terapi kepada pasien.

C. Kebijakan
1. Setiap pasien (tergantung kelompok populasinya) yang dirawat di RSUD
Bali Mandara akan dipantau dengan EWS.
a. Pemantauan EWS pada pasien dewasa (di atas usia 15 tahun).
menggunakan Adult Early Warning Score (AEWS),
b. Pemantauan EWS pada pasien ibu hamil hingga usia nifas 42 hari
menggunakan Maternal Early Warning Score (MEWS).
c. Pemantauan EWS pada pasien pediatri (usia di atas 28 hari-15
tahun) menggunakan Pediatric Early Warning Score (PEWS),
d. Pemantauan EWS pada pasien neonatus menggunakan Neonatus
Early warning Score (NEWS),
2. Pelayanan pemantauan EWS tidak diberikan pada pasien-pasien yang
berstatus do not resucitate (DNR), perawatan paliatif dan mati batang otak.
BAB II

RUANG LINGKUP

Regulasi dan Batasan EWS


1. Implementasi EWS dikerjakan dengan mengunakan lembar pemantauan EWS
(tergantung kelompok populasinya).
2. Pemantauan EWS membantu penilaian klinis, tetapi tidak untuk menggantikan
penilaian klinisi yang kompeten.
3. Adanya perubahan klinis pasien yang membutuhkan perhatian segera harus segera
dinilai oleh klinisi, terlepas dari hasil EWS.
4. Pelayanan pemantaun EWS di RSUD Bali Mandara, dilakukan selama 24 jam
sehari dan 7 hari dalam seminggu, diberikan pada pasien sejak mulai dirawat di
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Intensif Terpadu,
Instalasi Ibu dan Anak Terpadu, Instalasi Hemodialisa.
5. EWS harus digunakan di departemen darurat untuk membantu penilaian awal
pasien, pemantauan berkelanjutan dan keputusan triase pasien.
6. Lembar pemantauan diisi secara kontinu oleh perawat pendamping pasien selama
dirawat di rumah sakit dan tindakan lanjutan tergantung dari total skor
pemantauan. Dengan mencatat skor pasien secara teratur, tren respons klinis
pasien dapat dilacak untuk memberikan peringatan dini potensi kerusakan klinis
dan menyediakan pemicu untuk peningkatan perawatan klinis. Demikian juga,
pencatatan tren skore akan memberikan panduan tentang pemulihan pasien dan
kembali ke stabilitas, dengan demikian memfasilitasi pengurangan frekuensi dan
intensitas pemantauan klinis terhadap kepulangan pasien.
7. EWS harus digunakan dalam penilaian pra-rumah sakit pasien sakit akut oleh
'responden pertama', misalnya layanan ambulans, perawatan primer dan
Puskesmas, untuk mengidentifikasi dan meningkatkan penilaian penyakit akut,
triase dan komunikasi keparahan penyakit akut dengan rumah sakit rujukan.
8. EWS dapat digunakan untuk untuk meningkatkan kemampuan tenaga medis
dalam menilai keparahan penyakit akut, mendeteksi perburukan klinis, dan
menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan kompeten.
9. Pemantauan AEWS digunakan khusus pada pasien dewasa (di atas 15 tahun),
tidak digunakan pada pasien anak-anak di bawah usia 15 tahun dan wanita hamil
karena respon fisiologis terhadap penyakit akut pada kelompok populasi ini
berbeda. Penggunaan AEWS mungkin tidak dapat diandalkan pada kasus cedera
medula spinal (utamanya tetraplegi atau paraplegi level yang lebih tinggi) karena
gangguan fungsi sistem saraf otonom, sehingga harus digunakan dengan perhatian
khusus.
10. Pemantauan MEWS digunakan khusus pada pasien ibu hamil hingga usia nifas 42
hari.
11. Pemantauan PEWS digunakan khusus pada pasien pediatri (usia di atas 28 hari-16
tahun).
12. Pemantauan NEWS digunakan pada pasien neonatus.

Regulasi Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC)


TMRC terdiri dari Dokter jaga IGD dan perawat yang dapat berasal dari IGD dan di
ruang perawatan, yang diketuai oleh dokter jaga IGD. Tugas TMRC pada pemantauan
EWS adalah:
1. Melakukan penilaian awal pasien kritis
2. Melakukan tatalaksana awal, stabilisasi, terhadap pasien awal kritis dengan tujuan
pemulihan dan stabilisasi fungsi jantung dan paru sebelum dilakukan tindak lanjut
terhadap pasien tersebut
3. Membantu melakukan pemantauan berkelanjutan hingga pasien awal kritis telah
mendapat tempat definitif untuk perawatan lanjutannya
4. Melakukan koordinasi pelayanan dengan perawat pendamping pasien, dokter
penanggung jawab pasien, pasien atau keluarga pasien termasuk meminta bantuan
tenaga yang ahli dan kompeten untuk kepentingan definitif asuhan terapi pasien.
BAB III

TATA LAKSANA

A. Adult Early Warning Score (AEWS)


1. Untuk pengisian lembar pemantauan AEWS, lihat Juknis
2. Implementasi total skor AEWS dan respon klinis yang diberikan

Frekuensi
Skor AEWS Respon
Monitoring

 PA melakukan pemantauan rutin atau sesuai instruksi


Minimal DPJP
0
tiap 8 jam  PA mengulangi observasi jika terjadi perubahan kondisi
pasien

 Katim melapor kepada DPJP untuk tindak lanjut


 Jika selama 2 kali masa pemantauan, skor AEWS naik 1
poin menjadi 3-4, Katim melapor kepada DPJP untuk
Minimal
1-4 tindak lanjut
tiap 2-4 jam
 Jika qSOFA > 2 (penurunan kesadaran/GCS < 15, RR >
22x/menit, SBP < 100mmHg) pertimbangkan kondisi
“SEPSIS”

 Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


lanjut dan pertimbangan perawatan di Instalasi Rawat
5-6 atau Intensif Terpadu
Satu Minimal  TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
parameter tiap 1 jam dengan DPJP dan DPJP Intensif
3  Jika qSOFA > 2 (penurunan kesadaran/GCS < 15, RR >
22x/menit, SBP < 100mmHg) pertimbangkan kondisi
“SEPSIS”

 Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


lanjut dan pertimbangan perawatan di Instalasi Rawat
Intensif Terpadu
 TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
>7 Kontinu
dengan DPJP dan DPJP Intensif
 PA dan Katim melanjutkan pemantauan kontinu
bedside
 Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”
B. Maternal Early Warning System (MEWS)
1. Untuk pengisian lembar pemantauan MEWS, lihat Juknis
2. Implementasi total skor MEWS dan respon klinis yang diberikan

Skor Frekuensi
Respon
MEWS Monitoring

 PA melakukan pemantauan rutin atau sesuai instruksi


Minimal DPJP
0
tiap 4 jam  PA mengulangi observasi jika terjadi perubahan kondisi
pasien

 Katim melapor kepada DPJP untuk tindak lanjut


 Jika selama 2 kali masa pemantauan, skor MEWS naik 1
poin menjadi 3-4, Katim melapor kepada DPJP untuk
Minimal
1-4 tindak lanjut
tiap 2-4 jam
 Jika gejala preeklampsia (sakit kepala, gangguan
visual, nyeri perut) menurunkan batas untuk ekskalasi
pertimbangkan kondisi “SEPSIS”

 Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


lanjut dan pertimbangan perawatan di Instalasi Rawat
5-6 atau Intensif Terpadu
Satu Minimal  TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
parameter tiap 1 jam dengan DPJP dan DPJP Intensif
3  Jika gejala preeklampsia (sakit kepala, gangguan
visual, nyeri perut) menurunkan batas untuk ekskalasi
pertimbangkan kondisi “SEPSIS”

 Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


lanjut dan pertimbangan perawatan di ICU
 TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
>7 Kontinu dengan DPJP dan DPJP Intensif
 PA dan Katim melanjutkan pemantauan kontinu
bedside
 Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”
D. Pediatric Early Warning System (PEWS)
1. Untuk pengisian lembar pemantauan PEWS, lihat Juknis.
2. Nilai-nilai normal parameter PEWS
3.Implementasi total skor PEWS dan respon klinis yang diberikan

Skor Frekuensi
Respon
PEWS Monitoring

 PA melakukan pemantauan rutin atau sesuai instruksi


Minimal DPJP
0-2
tiap 8 jam  PA mengulangi observasi jika terjadi perubahan kondisi
pasien

 Katim melapor kepada DPJP untuk tindak lanjut


 Jika selama 2 kali masa pemantauan, skor PEWS
Minimal
3 menetap, Katim melapor kepada DPJP untuk tindak
tiap 4 jam
lanjut
 Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”

 Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


Minimal lanjut dan pertimbangan perawatan di PICU
4 tiap 30  TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
menit dengan DPJP dan DPJP Intensif Anak
 Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”

 Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


lanjut dan pertimbangan perawatan di PICU
 TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
>7 Kontinu dengan DPJP dan DPJP Intensif Anak
 PA dan Katim melanjutkan pemantauan kontinu
bedside
 Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”
C. Neonatus Early Warning System (NEWS)
1. Untuk pengisian lembar pemantauan NEWS, lihat Juknis
2. Implementasi total skor NEWS dan respon klinis yang diberikan

Frekuensi
Skor NEWS Respon
Monitoring

Semua
 PA melakukan pemantauan rutin atau sesuai instruksi
parameter
Minimal DPJP
dalam
tiap 8 jam  PA mengulangi observasi jika terjadi perubahan kondisi
warna
pasien
putih

 Katim melapor kepada DPJP untuk tindak lanjut


1  Jika selama 2 kali masa pemantauan, skor NEWS naik
Minimal
Parameter menjadi 2 kuning atau 1 merah, Katim melapor kepada
tiap 30 jam
kuning DPJP untuk tindak lanjut
 Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”

2  Katim melapor kepada DPJP dan TMRC untuk tindak


Parameter lanjut dan pertimbangan perawatan di NICU
kuning  TMRC melakukan penilaian dan melakukan koordinasi
Kontinu dengan DPJP dan DPJP Intensif Anak
1  PA dan Katim melanjutkan pemantauan kontinu
Parameter bedside
merah  Pertimbangkan kondisi “SEPSIS”
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Lembar observasi Adult Early Warning Score (AEWS)


2. Lembar observasi Maternal Early Warning Score (MEWS)
3. Lembar Observasi Neonatus Early Warning Score (NEWS)
4. Lembar observasi Pediatric Early Warning Score (PEWS)

Anda mungkin juga menyukai